DIABETES INSIPIDUS
S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN SANTA ELISABETH
SEMARANG
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
atas berkat dan campur tangan-Nyalah, maka kami dapat menyelesaikan
makalahsistem endokrin “Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit
Diabetes Insipidus“ ini dengan baik. Semoga apa yang kami tulis dan kami paparkan
dalam makalah ini dapat dimengerti dan di pahami dengan baik oleh pembaca
sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menjaga dan meningkatkan status
kesehatan dalam kehidupan sehari – hari.
Penulis menyadari bahwa makalah asuhan keperawatan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1 Mahasiswa dapat mengetahui Anatomi dan fungsi kelenjar kortek adrenal
1.2.2 Mahasiswa dapat Mekanisme umpan balik hormon dari kelenjar kortek
adrenal
1.2.3 Mahasiswa dapat mengetahuiKeseibangan Natrium dalam tubuh
1.2.4 Mahasiswa dapat mengetahui Keseimbangan kalium dalam tubuh
1.2.5 Mahasiswa dapat mengetahui Keseimbangan cairan dan asam basa dalam
tubuh
1.2.6 Mahasiswa dapat mengetahui Patofisiologi diabetes insipidus
1.2.7 Mahasiswa dapat mengetahui Diet pasien dengan diabetes insipidus
1.2.8 Mahasiswa dapat mengetahui Farmakologi diabetes insipidus
1.2.9 Mahasiswa dapat mengetahui Penatalaksanaan diabetes insipidus
1.2.10 Mahasiswa dapat mengetahuiAskep diabetes insipidus
1.2.11 Mahasiswa dapat mengetahui Keterampilan menghitung balance cairan
1.2.12 Mahasiswa dapat mengetahui Keterampilan menghitung BJ urine
1.3 Tujuan
1.3.1 Agar mahasiswa dapat mengetahuiAnatomi dan fungsi kelenjar kortek adrenal
1.3.2 Agar mahasiswa dapat mengetahui Mekanisme umpan balik hormon dari
kelenjar kortek adrenal
1.3.3 Agar mahasiswa dapat mengetahui Keseibangan Natrium dalam tubuh
1.3.4 Agar mahasiswa dapat mengetahui Keseimbangan kalium dalam tubuh
1.3.5 Agar mahasiswa dapat mengetahui Keseimbangan cairan dan asam basa
dalam tubuh
1.3.6 Agar mahasiswa dapat mengetahuiPatofisiologi diabetes insipidus
1.3.7 Agar mahasiswa dapat mengetahui Diet pasien dengan diabetes insipidus
1.3.8 Agar mahasiswa dapat mengetahui Farmakologi diabetes insipidus
1.3.9 Agar mahasiswa dapat mengetahui Penatalaksanaan diabetes insipidus
1.3.10 Agar mahasiswa dapat mengetahui Askep diabetes insipidus
1.3.11 Agar mahasiswa dapat mengetahuiKeterampilan menghitung balance cairan
1.3.12 Agar mahasiswa dapat mengetahuiKeterampilan menghitung BJ urine
BAB II
ISI
KORTEKS ADRENAL
Korteks adrenal berasal dari Berasal dari mesoderm (bagian tengah
dari tiga lapisan primer embrio) hormon kartikosteroid
a. Mineralokortikoid
Mineralokortikoid (pada manusia terutama adalah aldosteron) dibentuk pada
zona glomerulosa korteks adrenal. Hormon ini mengatur keseimbangan
elektrolit dengan meningkatkan retensi natrium dan ekskresi kalium.
Aldosteron merupakan bagian dari sistem RAA (renin angiotensin-
aldosteron). Pengukuran rasio aldosteron dalam plasma darah sering disebut
sebagai plasma aldosterone concentration, pac yang digunakan sebagai
perbandingan terhadap plasma renin activity, pra, lebih lanjut disebut rasio
pac/pra.
b. Glukokortikoid
Glukokortikoid dibentuk dalam zona fasikulata. Kortisol merupakan
glukokortikoid utama pada manusia. Glukokortikoid menghasilkan hormon
kortisol dan kortison. Kortisol merupakan glukokortikoid utama pada
manusia. Kortisol merupakan hormon yang sangat penting yang sering disebut
dengan stress hormon, karena dapat meningkatkan tekanan darah dan
meningkatkan kadar gula darah. Kortisol juga bersifat menekan imunitas, anti
peradangan dan anti alergi dan merupakan suatu imunosupresan.
Pada farmakologi, bentuk sintesis dari kortisol disebut juga hydrocortison, dan
digunakan sebagai anti alergi, anti inflamasi dan sebagai suplemen pengganti
vitamin (difesiensi). Juga digunakan pengobatan rematik arthritis (rheumatoid
arthritis)
c. Gonadokortikoid
1. Zona glomerulosa
a. Zona ini secara eksklusif memproduksi mineralokortiroid,
terutama aldosteron.
b. Terletak di bawah kapsul berserat
c. Terdiri atas sel-sel epitel kecil berbentuk poligonal, yang
tersusun dalam kelompok membulat atau kolom melengkung,
inti gelap, sitoplasma basofilik.
d. Sitoplasma banyak mengandung mikrotobuli, mitokondria yang
memanjang dan retikulum endoplasmik granuler.
2. Zona fasikulata
a. Zona ini mensintesis glukokortikoid, terutama kortisol
(bersama dengan zona reticularis)
b. Bagian yang paling lebar di antara ketga zona
c. Terdiri atas sel polihedral besar dengan sitoplasmanya
basofilik
d. Selnya tersusun berderet lurus setebal 2 sel, dengan sinusoid
venosa bertingkap, yang jalannya berjajar di antara deretan itu
e. Sel memiliki banyak fosfolipid, asam lemak, lemak , dan
kolesterol yang terambat pada retikulum endoplasma agranuler
f. Sel ini juga banyak mengandung vitamin C
3. Zona retikularis
a. Zona ini menghasilkan hormon gonadokortikoid (androgen dan
estrogen) yang identik dengan yang dihasilkan gonad.
b. terdiri atas percabangan dan penggabungan
c. Kolom yang terbentuk atas sel-sel yang membulat
d. Sitoplasma mengandung retikulum endoplasma halus,
sejumlah lisosom dan beberapa badan pigmen
MEDULLA ADRENAL
Merupakan kelenjar adrenal bagian dalam yang menempati
20% dari kelenjaradrenal.Barasal dari ektoderm(bagian luar dari
tiga lapisan primer embrio). Terdiriatas deretan sel kromatin,
dengan sinusoid venosa lebar diantaranya. Terdapatsekelompok
kecil sel saraf, sitoplasmanya mengandung banyak vesikel
berisikansekret ini.
Hormon-hormon yang dihasilkan adalah:
Epinefrin (80%)
Secara kimia, epinefrin adalah sebuah katekolamin,
monoamina yang hanya dihasilkan oleh kelenjar adrenal
dari asam amino fenilalanin dan tirosin.
Nor-Epinefrin (20%)
2.2 Mekanisme umpan balik hormon dari kelenjar kortek adrenal
Stimulating Hormon
Analog Hormon adalah zat sintetis yang berikatan dengan reseptor
hormon tertentu, sangat mirip dengan hormon alam, arti klinisnya lebih
penting dari hormon alam. Hormon sintetik atau semisintetik bersifat tahan
terhadap enzim pencernaan, Masa kerja lebih panjang, ES ringan, Karena
rumus kimia hormon sintetik dan semisintetik tidak dikenali enzim pemecah,
tapi masih bisa berikatan dengan reseptor spesifik hormon alami. contoh :
estradiol alam (durasi kerja pendek) dibandingkan etinilestradiol analog
(durasi kerja panjang)
Antagonis Hormon adalah obat atau zat kimia yang menghambat
sintesis, sekresi maupun kerja hormon pada reseptornya, sehingga terjadi
penurunan atau peningkatan aktivitas hormon bersangkutan Contohnya
Antitiroid menghambat sintesa hormon tiroid dan Klomifen yang meniadakan
umpan balik estrogen sehingga sekresi gonadotropin dari hipofisis tetap tinggi
Volume darah
konsentrasi kemih
osmolalitas serum
volume darah
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan
cairan tubuh lainnya. Satuan derajat keasaman adalah pH.
Klasifikasi pH
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan
suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki pH
antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama,
karena perubahan pH yang sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius
terhadap beberapa organ.
Pengaturan Keseimbangan Asam Basa
Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk
amonia. Ginjal memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah asam atau
basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
- pH 7,35-7,45
- pCO2
Berikut perbandingan peranan masing-masing faktor dalam diagnosis
gangguan asam basa :
- Asidosis metabolic
- Asidosis respiratorik
- Alkalosis metabolic
- Alkalosis respiratorik
Asidosis Metabolik
Definisi
Asidosis metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman
melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan
lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah
dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga
berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak
asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh
terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan
berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
- Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam
atau suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang
menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah
metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol). Overdosis aspirin pun
dapat menyebabkan asidosis metabolik.
- Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang
asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun
bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan
fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi
pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi
kemampuan ginjal untuk membuang asam.
Penyebab utama dari asidosis metabolik:
Gagal ginjal
Ketoasidosis diabetikum
Diagnosa
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH
darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah
arteri digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH
darah. Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida
dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk
membantu menentukan penyebabnya.
Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya
menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah
menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau
overdosis. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan
pengukuran pH air kemih.
Pengobatan
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai
contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan
membuang bahan racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan
dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan yang berat. Asidosis metabolik
juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang diperlukan hanya
cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat,
diberikan bikarbonat mungkin secara intravena.
Contoh kasus
- pH 7,2 (turun)
- pH 7,28 (turun)
- pH < 7,2
Contoh kasus
- pH 7,58 (naik)
Alkalosis Respiratorik
Gambaran klinis
Penyebab akut dapat berupa stimulasi saraf sentral pada tumor serebri, ensefalitis,
dan intoksikasi. Penyebab kronis dapat berupa penyakit paru kronis.
]
Contoh kasus
- pH 7,6 (naik)
1. Usia perbedaan usia menen.tukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ,
sehingga dapat me:mengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
2. Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran c:airan melalui
keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
3. Diet apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah c:adangan
makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi pergeerakan c;airan
dari interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah
pe:menuhan kebutiuhan cairan.
4. Stres dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan c:airan dan caektrolit,
melalui proses peningkatan produksi ADI-I, karena pada proses ini dapat
meningkatkan metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot
yang dapat menimbulkan retensi natrium dan air.
5. Sakit pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
Etiologi
1. Kelainan organis
Setiap lesi yang merusak unit neurohipofisis dan hipotalamus dapat
mengakibatkan diabetes insipidus. Kerusakan ini dapat terjadi sebagai
akibat dari :
- Operasi (bersifat sementara)
- Penyakit infeksi (meningitis, ensefalitis, tuberkulosis, lues,
sarkoidosis, aktinomikosis, dan lain-lain),
- Tumor atau kista di daerah kiasma optika, infundibulum, ventrikel III,
atau korpus pinealis (terutama kraniofaringioma, glioma optik, dan
germinoma). Terutama tumor supraselar (30% kasus).
- Xantomatosis (hand-schuller-christian),
- Leukimia
- Hodgkin
- Pelagra
- Trauma pada kepala terutama fraktur basis cranii, atau setelah suatu
prosedur operatif dekat kelenjar pituitaria atau hipotalamus
- Sindrom laurence-moon riedel
- Idiopatik DI (30% kasus)
- Ensefalopati iskemik atau hipoksia
- Familial DI
- Radiasi
- Edema serebri
- Perdarahan intrakranial
Keadaan tersebut akan berakibat gangguan dalam :
Klasifikasi
1. Diabetes insipidus sentral
Merupakan bentuk tersering dari diabetes insipidus dan biasanya
berakibat fatal. Diabetes insipidus sentral merupakan manifestasi dari
kerusakan hipofisis yang berakibat terganggunya sintesis dan penyimpanan
ADH. Hal ini bisa disebabkan oleh kerusakan nucleus supraoptik,
paraventrikular, dan filiformis hipotalamus yang mensistesis ADH. Selain itu,
diabetes insipidus sentral (DIS) juga timbul karena gangguan pengangkutan
ADH akibat kerusakan pada akson traktus supraoptikohipofisealis dan akson
hipofisis posterior di mana ADH disimpan untuk sewaktu-waktu dilepaskan
ke dalam sirkulasi jika dibutuhkan. DIS dapat juga terjadi karena tidak
adanya sintesis ADH, atau sintesis ADH yang kuantitatif tidak mencukupi
kebutuhan, atau kuantitatif cukup tetapi tidak berfungsi normal. Terakhir,
ditemukan bahwa DIS dapat juga terjadi karena terbentuknya antibodi
terhadap ADH.2
Penanganan pada keadaan DI sentral adalah dengan pemberian sintetik
ADH (desmopressin) yang tersedia dalam bentuk injeksi, nasal spray, maupun
pil. Selama mengkonsumsi desmopressin, pasien harus minum hanya jika
haus. Mekanisme obat ini yaitu menghambat ekskresi air sehingga ginjal
mengekskresikan sedikit urin dan kurang peka terhadap perubahan
keseimbangan cairan dalam tubuh.
Sekresi ADH dalam mereabsorbsi air diatur oleh dua mekanisme yaitu
osmoreseptor dan baroreseptor
- Osmoreseptor
Ginjal menyaring 70-100 liter cairan dalam 24 jam, dan dari jumlah ini 85%
direabsorbsi di tubulus bagian proksimal tanpa pertolongan ADH. Sisanya di
reabsorbsi di tubulus bagian distal di bawah pengaruh ADH. Vasopresin bekerja
dengan memperbesar permeabilitas jaringan terhadap air.
Gejala klinis
1. Poliuria dan polidipsia
Keluhan dan gejala utama diabetes insipidus adalah poliuria dan
polidipsia. Jumlah cairan yang diminum maupun produksi urin per 24 jam
sangat banyak, dapat mencapai 5–10 liter sehari. Berat jenis urin biasanya
sangat rendah, berkisar antara 1,001 – 1,005 atau 50 – 200 mOsmol/kg berat
badan. Poliuria yang terjadi ialah primer dan untuk mengimbanginya
penderita akan minum banyak (polidipsia). Pada bayi kecil yang diberikan
minum biasa akan tampak gelisah yang terus-menerus, kemudian timbul
dehidrasi, panas tinggi dan kadang-kadang dapat timbul syok. Untuk
menghindari syok, harus diberikan cairan dalam jumlah besar, sebaiknya air
putih. Gejala lain yaitu lekas marah, letih, dan keadaan gizi kurang. Enuresis
bisa merupakan gejala dini penyakit ini. Kulit biasanya kering, karena anak
tidak berkeringat. Sering terdapat anoreksia. Kadang-kadang terdapat gejala
tambahan seperti obesitas, kakeksia, gangguan pertumbuhan, pubertas
prekoks, gangguan emosionil, dan sebagainya, bergantung pada letak lesi di
otak. Jika merupakan penyakit keturunan, maka gejala poliuria dan polidipsia
biasanya mulai timbul segera setelah lahir. Bayi sangat sering menangis dan
tidak puas dengan susu tambahan tetapi senang bila mendapat air. Pada anak
haus yang berlebih akan mengganggu aktivitas tidur, bermain, dan belajar.
2. Dehidrasi
Bila tidak mendapat cairan yang adekuat akan terjadi dehidrasi.
Komplikasi dari dehidrasi, bayi bisa mengalami demam tinggi yang disertai
dengan muntah dan kejang-kejang. Jika tidak segera terdiagnosis dan diobati,
bisa terjadi kerusakan otak, sehingga bayi mengalami keterbelakangan
mental. Dehidrasi yang sering berulang juga akan menghambat
perkembangan fisik.
3. Hipertermia
4. Nyeri kepala, lemah dan lesu, nyeri otot, hipotermia dan takikardia.
5. Berat badan turun dengan cepat
6. Enuresis, pada anak yang telah dapat mengendalikan kandung kencing
7. Tidak berkeringat atau keringat sedikit, sehingga kulit kering dan pucat
8. Anoreksia, lebih menyukai karbohidrat
9. Gejala dan tanda lain
Tergantung pada lesi primer, misalnya penderita dengan tumor daerah
hipotalamus akan mengalami gangguan pertumbuhan, obesitas, atau kakheksia
prgresif, hiperpireksia, gangguan tidur, seksual prekoks, atau gangguan
emosional. Lesi yang pada awalnya menyebabkan diabetes insipidus akhirnya
dapat merusak hipofisis anterior, pada keadaan demikian diabetes insipidus
cenderung lebih ringan atau hilang sama sekali.
1. diuretik tiazid
menyebabkan suatu antineuresis sementara, deplesi ECF ringan dan
penurunan GFR. Hal ini menyebabkan peningkatan reabsorbsi Na+ dan
air pada nefron yang lebih proksimal sehingga menyebabkan
berkurangnya air yang masuk ke tubulus distal dan collecting duct. Tetapi
penurunan EAVB (effective arterial blood volume) dapat menyebabkan
terjadinya hipotensi ortostatik. Obat ini dapat dipakai pada diabetes
insipidus baik sentral maupun nefrogenik.
2. Klorpropamid
Meningkatkan efek ADH yangmasih ada terhadap tubulus ginjal dan
mungkin pula dapat meningkatkan penglepasan ADH dari hipofisis.
Dengan demikian obat ini tidak dapat dipakai pada diabetes inipidus
sentral komplit atau diabetes insipidus nefrogenik. Efek samping yang
harus dipehatikan adalah timbulnya hipoglikemia. Dapat dikombinasi
dengan tiazid untuk mencapai efek ,aksimal. Tidak ada sulfonylurea yang
lebih efektif dan kurang toksik dibandingkan dengan klorpropamid
pengobatan diabetes insipidus.
3. Klofibrat
Seperti klorpropamid. Klofibrat juga meningkatkan penglepasan ADH
endogen. Kekurangan klofibrat dibandingkan dengan klorpropamid
adalah harus diberikan 4 kali sehari, tetapi tidak menimbulkan
hipoglikemia. Efek samping lain adalah ganguan saluran cerna, miositis,
gangguan fungsi hati. Dapat dikombinasi dengan tiazid dan klorpropamid
untuk dapat memperoleh efek maksimal dan mengurangi efek samping
pada diabetes insipidus sentral parsial.
4. Karbamazepin
Suatu anti konvulsan yang terutama efektif dalam pengobatan tic
douloureux, mempunyai efek seperti klofibrat tetapi hanya mempunyai
sedikit kegunaan dan tidak dianjurkan untuk dipakai secara rutin.
kadar plasma yang selalu kurang dari 0,5 pg/mL menunukkan diabetes
insipidus neurogenik berat. Kadar AVP yang subnormal pada
hiperosmolalitas yang menyertai menunjukkan diabetes insipidus
neurogenik parsial. Pemeriksaan ini berguna dalam membedakan diabetes
insipidus parsial dengan polidipsia primer.
3. Rontgen cranium
4. MRI
MRI diindikasikan pada pasien yang dicurigai menderita diabetes
insipidus. Gambaran MRI dengan T1 dapat membedakan kelenjar
pituitaria anterior dan posterior dengan isyarat hiperintense atau yang
disebut titik terang/isyarat terang. Titik terang muncul pada MRI
kebanyakan penderita normal, namun tidak tambap pada penderita dengan
lesi jaras hipotalamik-neurohipofise. Penderita dengan dabetes insipidus
autosom dominan, titik terang biasanya muncul, mungkin disebabkan oleh
akumulasi mutan kompleks AVP-NP II. Menebalnya tangkai kelenjar
pituitaria dapat terlihat dengan MRI pada penderita dengan diabetes
insipidus dan histiositosis sel langerhans (LCH) atau infiltrasi limfosit.
Pada beberapa penderita abnormalitas MRI dapat dideteksi bahkan
sebelum bukti klinis LCH lain ada.
7. Uji haus
Dilihat berapa lama penderita bisa tahan tanpa minum. Biasanya tidak
lama anak akan menjadi gelisah, banyak kencing dan terjadi bahaya
dehidrasi. Berat jenis urin tetap rendah, sedangkan pada compulsive water
drinker berat jenis urin akan naik.
8. Masukan air
Diukur jumlah minum kalau diberi kesempatan bebas.
9. Uji nikotin
Produksi vasopressin oleh sel hipotalamus langsing dirangsang oleh
nikotin. Obat yang dipakai adalah nikotin salisilat secara intravena. Akibat
sampingnya adalah mual dan muntah.
An. Dora (2th)dibawa IGD karena lemas. Saat ini An Dora dari hasil
pemeriksaan lab didapatkan:peningkatan hematokrit, penurunan BJ urine,
finger print (+) turgor kulit kering,suhu tubuh 38,8 c. Dari hasil pengkajian
didapatkan riwayat polidipsi dan poliuri. Ketika di injeksi vasopressin SC
ada penurunan gejala poliuri. Saat ini An Dora ada program periksa BJ urine
dan monitor balance cairan per 24jam.
DO :
- Hematokrit meningkat
- Finger print (+)
- Turgor kulit kering
- Suhu 38,8 c
- Penurunan BJ urine
- Poliuri
- Polidipsi
Diagnosa keperawatan
Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan
pasien mengatakan lemas, hematokrit meningkat, finger print (+), penurunan BJ
urine, poliuri, polidipsi,turgor kulit kering,suhu 38,8 c.
No. Tgl/ Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
DP Jam
1. 26/5 Defisit volume cairan 1. Kaji dan Pantau TTV 1.Adanya perubahan
/13 teratasi seterlah dilakukan dan catat adanya jika ada TTV menggambarkan
tindakan keperawatan perubahan status dehidrasi klien.
selama 3x24jam dengan Hipovolemia dapat
kriteria hasil : dimanifestasikan oleh
1.Klien tidak mengeluh hipotensi dan
lemas lagi takikardia. Perkiraan
2. Hasil lab Ht dalam berat ringannya
batas normal 45-50 hipovolemia dapat
3. Finger print ( - ) dibuat ketika tekanan
darah sistolik pasien
turun lebih dari 10
mmHg dari posisi
berbaring ke posisi
duduk/berdiri.
7.Pemberian ADH
7.kolaborasi pemberian
dapat meningkatkan
ADH
reabsorbsi di tubulus
ginjal
2.11 Keterampilan menghitung balance cairan
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Petugas
Perawat
Peralatan
1. Alat tulis
2. Gelas ukur urine/urine bag
Rumus balance
CM - CK - IWL
Rumus IWL
A. Tahap PraInteraksi
1. Melakukan pengecekan program terapi
2. Mencuci tangan
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
C. Tahap Kerja
1. Menghitung in take oral (minum)
2. Menghitung in take oral (makan)
3. Menghitung in take parenteral
4. Menentukan cairan metabolisme
5. Menghitung out put urine
6. Menghitung out put feces
7. Menghitung out put abnormal (muntah, drain, perdarahan dll)
8. Menghitung out put IWL
9. Menghitung balance cairan
D. Tahap Terminasi
1. Berpamitan dengan klien
2. Membereskan alat-alat
3. Mencuci tangan
4. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Urinometer
Gelas ukur 50 ml
Termometer 00 -500 C
Cara pemeriksaan :
Baca dan catat suhu terakhir yang tercantum pada alat urinometer,
kemudian baca suhu kamar
Tuang urine ke gelas ukur 50 cc
Masukkan urinometer ke dalam gelas ukur, usahakan bebas terapung
Baca berat jenis setinggi miniskus bawah ( 3 angka di belakang koma )
Perhitungan :
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gejala klinis khas diabetes insipidus yaitu poliuria dan polidipsia,h gejala
lainnya yaitu dehidrasi, hipertermia, nyeri kepala, lemah dan lesu, nyeri otot,
hipotermia dan takikardia. Berat badan turun dengan cepat, serta gejala enuresis, pada
anak yang telah dapat mengendalikan kandung kencing, keringat sedikit sehingga
kulit kering dan pucat, anoreksia, lebih menyukai karbohidrat. Komplikasi dari
dehidrasi, bayi bisa mengalami demam tinggi yang disertai dengan muntah dan
kejang-kejang. Jika tidak segera terdiagnosis dan diobati, bisa terjadi kerusakan otak,
sehingga bayi mengalami keterbelakangan mental. Dehidrasi yang sering berulang
juga akan menghambat perkembangan fisik. Gejala dan tanda lain tergantung pada
lesi primer.