Anda di halaman 1dari 6

TAHAP-TAHAP AUDIT

2.1 Penerimaan Perikatan Audit


Perikatan adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian.
Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing mengadakan suatu
ikatan perjanjian dengan auditor. Dalam ikatan perjanjian tersebut, klien
menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor
sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi
profesionalnya. Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa
pengambilan keputusasn untuk menerima atau menolak perikatan audit dari calon
klien atau untuk melanjutkan atau menghentikan perikatan audit dari klien berulang.
Ada enam langkah perlu ditempuh oleh auditor di dalam mempertimbangkan
penerimaan perikatan audit dari calon kliennya, antara lain sebagai berikut:
a. Mengevaluasi integritas manajemen
Audit atas laporan keuangan bertujuan untuk memberikan pendapat atas
laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Oleh karena itu, utnuk
dapat, menerima perikatan audit, auditor berkepneitngan untuk mengevaluasi
integritas manajemen, agar auditor mendapatkan keyakinan bahwa
manajemen perusahaan klien dapat dipercaya, sehingga laporan keuangan
yang diaudit bebas dari salah saji material sebagai akibat dari adanya
integritas manajemen.

b. Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa


Faktor yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi khusus dan
risiko luar biasa yang mungkin berdampak terhadap penerimaan perikatan
audit dari calon klien dapat diketahui dengan cara:
Ø Mengidentifikasi pemakai laporan audit
Ø Mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal calon
klien di masa depan,
Ø Mengevaluasi kemungkinan dapat atau tidaknya laporan keuangan
calon klien diaudit.

c. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit


Standar umum yang pertama berbunyi sebagai berikut; “Audit harus
dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis cukup sebagai auditor.” Oleh karena itu, sebelum auditor menerima
suatu perikatan audit, ia harus mempertimbangkan apakah ia dan anggota tim
auditnya memiliki kompetensi memadai untuk menyelesaikan perikatan
tersebut, sesuai standatr auditing yang ditetapkan oleh IAI ( Ikatan Akuntan
Indonesia).

d. Menilai independensi
Standar umum yang kedua: “dalam semua hal yang berhubungan dengan
perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.” Oleh karena itu, sebelum auditor menerima suatu perikatan audit, ia
harus memastikan bahwa setiap profesional yang menjadi anggota tim
auditnya tidak terlibat atau memiliki kondisi yang menjadikan independensi
tim auditnya diragukan oleh pihak yang mengetahui salah satu dari delapan
golongan informasi.

e. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya


dengan kecermatan dan keseksamaan.
Standar umum yang ketiga berbunyi sebagai berikut: “ dalam pelaksanaan
audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama.” Dengan demikian, kecermatan
dan keseksamaan penggunaan kemahiran profesional auditor ditentukan oleh
ketersediaan waktu yang memadai untuk merencanakan dan melaksanakan
audit.

f. Membuat surat perikatan audit


Surat perikatan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya yang berfungsi untuk
mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan auditor atas penunjukkan
oleh klien, tujuan dan lingkup audit, lingkup tanggungjawab yang dipikul
oleh auditor bagi kliennya.

2.2 Perencanaan Audit


Setelah auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari kliennya, langkah
berikutnya yang perlu ditempuhhhh adalah merencanakan audit. Ada tujuah tahap
yang harus ditempuh oleh auditor dalam merencanakan auditnya:
a. Memahami bisnis dan industri klien
Pemahaman atas bisnis klien memberikan panduan tentang sumber informasi
bagi auditor untuk memahami bisnis dan industri klien.

b. Melaksanakan prosedur analitik


Prosedur analitik memberikan panduan bagi auditor dalam menggunakan
prosedur analitik pada tahap perencanaan audit, pada tahap pengujian dan
pada tahap review menyeluruh terhadap hasil audit. Prosedur analitik
dilaksanakan melalui enam tahap, yaitu:
Ø Menidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat
Ø Megembangkan harapan
Ø Melaksanakan perhitungan/perbandingan
Ø Menganalisa data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
Ø Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan
mengevaluasi perbedaan tersebut
Ø Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan
audit

c. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal


Pada tahap perencanaan audit, audit perlu mempertimbangkan materialitas
awal pada dua tingkat berikut ini:
Ø Tingkat kaporan keuangan
Materialitas awal pada tingkat laporan keuangan diterapkan oleh
auditor karena pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan
diterapkan pada laporan keungan sebagai keseluruhan.
Ø Tingkat saldo akun
Materialitas awal pada tingkat saldo akun ditentukan oleh auditor
pada tahap perencanaan audit karena untuk mencapai kesimpulan
tentang kewajaran laporan keuangan sebagi keseluruhan, auditor perlu
melakukan verifikasi saldo akun.

d. Mempertimbangkan risiko bawaan


Dalam keseluruhan proses audit, auditor mempertimbangkan berbagai risiko,
sesuai dengan tahap-tahap proses auditnya.

e. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal,


jika periaktan dengan klien berupaa audit tahun pertama
Auditor harus menetukan bahwa saldo awal mencerminkan penerpaan
kebijakan akuntansi yang semestinya dan bahwa kebijakan tersebut
diterapkan secara konsisten dalam laporan keuangan tahun berjalan. Bila
terdapat perubahan dalam kebijakan akuntansi atau penerapnnya, auditor
harus memperoleh kepastian bahwa perubahan tersebut memang semestinya
dilakuakn, dan dipertanggungjawabkan, serta diungkapkan.

f. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan


Dengan adanya keterkaitan antara bukti audit, materialitas dan komponen
risiko audit (risiko bawaan, risiko pengendalian dan riiko deteksi), auditor
dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit terhadap asersi
individual atau golongan transaksi. Ada dua strategi audit awal yang dapat
dipilih oleh auditor:
Ø Primarily substantive approach
Ø Lower assessed level of control risk approach

g. Memahami pengendalian intern klien


Langkah pertama dalam pengendalian intern adalah dengan mempelajari
unsur-unsur pengendalian intern yang berlaku. Langkah berikutnya adalah
melakukan penilaian terhadap efektivitas pengendalian intern dengan
menentukan kekuatan dan kelemahan pengendalian intern tersebut. Untuk
mendukung keyakinan atas efektivitas pengendalian intern tersebut, auditor
melakukan pengujian pengendalian.

2.3 Pelaksanaan Pengujian Audit


Auditor melakukan berbagai macam pengujian yang secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga golongan sebagai berikut.
a. Pengujian analitik
Pengujian analitik dilakukan olehh auditor pada tahap awal proses auditnya
dengan cara mempelajari perbandingan dan hubungan antara data yang satu
dengan data yang lain. Pada awal proses audit, pengujian analitik
dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan
dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Sebelum
seorang auditor melaksanakan audit secara rinci dan mendalam terhadap
objek audit, auditor harus memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai
perusahaan yang diaudit. Untuk itu, analisi ratio, analisis laba bruto, analisis
terhadap laporan keungan perbandingan merupakan cara yang umumnya
ditempuh oleh auditor untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dan secara
garis besar mengenai keadaan keungan dan hasil usaha klien.

b. Pengujian pengendalian
Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit yang dirancang untuk
memverifikasi efektivitas pengendalian intern klien. Pengujian pengendalian
terutama ditujukan untuk mendapat informasi mengenai:
Ø Frekunsi pelaksanaan aktivitas pengendalian yang ditetapkan,
Ø Mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian tersebut
Ø Karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.

c. Pengujian substantif
Pengujian substantif merupakan prosedur audit yang dirancang untuk
menemukan kemungkinan kesalahan moneter yang secara langsung
mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan. Kesalahan moneter
yang terdapat dalam informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
kemungkinan terjadi karena dalam:
Ø Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
Ø Tidak diterapkannya prinsip akuntasni bertrima umum di Indonesia.
Ø Ketidakkonsistenan dalam penerapan prinsip akuntasi berterima umum
di Indonesia.
Ø Perhitungan.
Ø Pekerjaan penyajian penggolangan dan peringkasan informasi.
Ø Pencatuman pengungkapan unsur tertnetu dalam laporan keuangan.
Prosedur pengujian substantif meliputi:
1. Verifikasi atas ketepatann saldo kas dan sekdul kas.
2. Penerapan prosedur analitis.
3. Perhitungan kas yang disimpan dalam entitas.
4. Melaksanakan pengujian pisah batas kas.
5. Konfirmasi saldo simpanan pinjaman di bank.
6. Konfirmasi perjanjian atau kontrak lain dengan bank.
7. Melakukan pemindaian (sacnning) penelaahan, atau pembeuatan
rekonsiliasi bank.
8. Menghimpun dan menggunakan laporan pisah batas bank.
9. Melakukan pengujia pisah batas penerimaan kas.
10. Mengusut transfer bank
11. Menyiapkan pembuktian kas.
12. Membandingkan penyajian laporan keuangan dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.

2.4 Pelaporan Audit


Bagian akhir dari proses audit adalah pelaporan hasil audit. Isi laporan audit
terikat pada format yang telah diterapkan oleh IAI. Laporan audit merupakan media
yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya.
Dalam laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran
laporan keungan auditnya. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan
tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku. Laporan audit baku terdiri dari
tiga paragraf:
a. Paragraf pengantar
Paragraf pengantar dicantumkan sebagai paragraf perteman laporan audit
baku. Terdapat tiga fakta yang diungkapkan oleh auditor dalam paragraf
pengantar yaitu: tipe jasa yang diberikan oleh auditor, objek yang diaudit,
serta pengungkapan tanggungjawab manajemen atas laporan keungan dan
tanggungjawab auditor atas pendapat yang diberikan atas laporan keungan
berdasarkan hasil auditnya.
b. Parangraf lingkup
Paragraf lingkup berisi pernyataan ringkas mengenai lingkup audit yang
dilaksanakan oleh auditor.
c. Paragraf pendapat
Paragraf pendapat berisi pernyataan ringkas mengenai pendapat.

Laporan memuat kesimpulan audit tentang elemen-elemen atas tujuan audit dan
rekomendasi yang diberikan untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang terjadi
serta rencana tindak lanjut dalam mengaplikasikan rekomendasi
tersebut.Implementasi tindak lanjut atas rekomendasi yang diberikan auditor
merupakan bentuk komitmen manajemen dalam meningkatkan proses dan kinerja
perusahaan atas beberapa kelemahan/kekurangan yang masih terjadi. Auditor tidak
memiliki kewenangan memaksa dan menuntut manajemen untuk melaksanakan
tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan, tetapi lebih menempatkan
diri sebagai supervisor atas rencana, pelaksanaan, dan pengendalian tindak lanjut
yang dilakukan. Rekomendasi seharusnya merupakan hasil diskusi dan rumusan
bersama antara manajemen dan auditor, dan juga harus menyajikan analisis dan
manfaat yang diperoleh perusahaan jika rekomendasi tersebut dilaksanakan, serta
kerugian yang mungkin terjadi jika rekomendasi tidak dilaksanakan karena tidak ada
tindakan perbaikan yang dilakukan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai