Oleh :
Fitria1
ABSTRAK
1
Dosen Fakultas Hukum Universitas Jambi.
( 140 )
Majalah Hukum Forum Akademika
A. Pendahuluan.
Bentuk Negara Republik Indonesia dalam UUD 1945, pasal khusus tentang
hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, yaitu pasal 18 ayat
(5) “ pemerintah daerah menjalankan otonomi yang seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintah yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat
“. Kemudian ditegaskan kembali dalam UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintah
daerah yang menjelaskan secara terinci tentang kekuasaan/urusan pemerintah
pusat yaitu meliputi: a. politik luar negeri, b. pertahanan, c. keamanan, d. yuistisi,
e. moneter dan fiskal nasional, f. agama “. Hal tersebut menunjukkan adanya
unsur bentuk negara federal dalam Negara Republik Indonesia.
Konsep Negara kesatuan yang dianut Indonesia dengan sistem desentralisasi
dalam naunsa otonomi daerah memberikan konsekuensi pada permasalahan
pertanggungjawaban keuangan Negara terutama dalam pertanggungjawaban
kauangan daerah. Hal tersebut selanjutnya terkait dengan kewenangan yang
dimiliki oleh pemerintah daerah sebagaimana ditegaskan dalam Undang-undang
Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah. Pasal 155 dan 156 UU Nomor
32 tahun 2004, Pasal 155 ayat (1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan, daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan
dan belanja daerah. Ayat (2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah di daerah didanai dari dan atas beban anggaran
pendapatan dan belanja negara. Ayat (3) Administrasi pendanaan
penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara terpisah dari administrasi pendanaan penyelenggaraan urusan
pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Selanjutnya dalam Pasal 156
ditegaskan pada ayat (1) Kepala daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangan daerah. Ayat (2) Dalam melaksanakan kekuasaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), kepala daerah melimpahkan sebagian atau seluruh
kekuasaannya yang berupa perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan
( 141 )
Majalah Hukum Forum Akademika
( 142 )
Majalah Hukum Forum Akademika
melekat dan menjadi satu dengan pengaturan pemerintahan daerah, yaitu dalam
Undang-Undang mengenai Pemerintahan Daerah. Berdasarkan hal tersebut untuk
mendapatkan pemahaman tentang hubungan Hukum Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Menyadari pentingnya pengaturan
antara hubungan keuangan pemerintah pusat dan daerah ini lah yang
melatarbelakangi tulisan dengan judul “ Pengaturan Hubungan Hukum
Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam Perspektif
Hukum Keuangan Negara dengan Permasalahan Pengaturan Hubungan
Hukum Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah dan Pengelolaan Hukum
Keuangan Daerah di Indonesia?
B. Pembahasan.
1. Hubungan Kewenangan
Dianutnya desentralisasi dalam organisasi Negara tidak berarti
ditanggalkannya asas sentralisasi, karena kedua asas tersebut tidak bersifat
dikotomis, melainkan kontinum. Pada prinsipnya, tidaklah mungkin
diselenggarakan desentralisasi tanpa sentralisasi. Sebab desentralisasi tanpa
sentralisasi akan menghadirkan disentegrasi, oleh karena itu otonomi daerah
pada hakekatnya mengandung kebebasan dan keleuasaan berprakarsa,
memerlukan bimbingan dan pengawasan Pemerintah, sehingga tidak
menjelma menjadi kedaulatan. Otonomi daerah dan daerah otonom adalah
ciptaan pemerintah. Walaupun demikian, hubungan antara daerah otonom dan
pemerintah adalah hubungan antarorganisasi dan bersifat resiprokal.2
Hubungan kewenangan, antara lain bertalian dengan cara pembagian urusan
penyelenggaraan pemerintahan atau cara menentuakan urusan rumah tangga
daerah. Cara penentuan ini akan mencerminkan suatu bentuk otonomi
terbatas atau otonomi luas . dapat digolongkan sebagai otonomi terbatas
apabila; pertama, urusan-urusan rumah tangga daerah ditentukan secara
kategoris dan pengembangannya diatur dengan cara-cara tertentu pula.kedua,
2
Bhenyamin Hoessein, 2005, Hubungan Kewenangan Pusat dan Daerah, dalam Soetandyo
wignosubroto dkk., Pasang Surut Otonomi Daerah Sketsa Perjalanan 100 Tahun, Institute for
Local Development Yayasan Tifa, hal. 199.
( 143 )
Majalah Hukum Forum Akademika
3
Bagirmanan, 2001, Menyosong Fajar Otonomi Daerah, PSH FH UII, Yogyakarta. hal.
37.
( 144 )
Majalah Hukum Forum Akademika
( 145 )
Majalah Hukum Forum Akademika
( 146 )
Majalah Hukum Forum Akademika
( 147 )
Majalah Hukum Forum Akademika
4
Josef Riwu Kaho,1988,Prospek Otonomi daerah di Negara Republik Indonesia,Rajawali
Pers,Jakarta,Cet. Pertama,hal. 15-18.
( 148 )
Majalah Hukum Forum Akademika
5
Machfud Sidik,2005,Hubungan Keuangan Pusat-Daerah,Makalah ,tanpa tahun,hlm. 2-3.
Dikutip oleh Ni’matul Huda dalam Otonomi Daerah,Pustaka Peljar,Yogyakarta,Hal.102-102
( 149 )
Majalah Hukum Forum Akademika
( 150 )
Majalah Hukum Forum Akademika
( 151 )
Majalah Hukum Forum Akademika
( 152 )
Majalah Hukum Forum Akademika
( 153 )
Majalah Hukum Forum Akademika
C. Penutup.
1. Kesimpulan
Dari keseluruhan penjelasan yang telah diuraikan, maka dapat penulis
simpulkan sebagai berikut:
a. Keuangan daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah yang
dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik yang berupa uang
maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik Negara berhubung
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dalam hal ini
pengelolaan keuangan daerah sangat terkait dengan sumber keuangan
daerah yaitu berasal dari pendapatan asli daerah dan dari pemerintah pusat
yang berupa Dana Alokasi Khusus dan Dana Alokasi Umum.
b. Di dalam Undang-Undang mengenai keuangan negara terdapat penegasan
di bidang pengelolaan keuangan, yaitu bahwa kekuasaan pengelolaan
keuangan negara adalah sebgai bagian dari kekuasaan pemerintahan; dan
kekuasaan pengelolaan keuangan negara dari presiden sebagian diserahkan
kepada gubernur/bupati/ walikota selaku kepala pemerintahan daerah
untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikian kekayaan daerah yang dipisahkan.
2. Saran-saran
Berhubungan dengan masalah pengaturan hubungan hukum keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang masih perlu secara jelas
pembagian baik segi pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah,
maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
a. Perlu adanya penjelasan secara rinci mengenai masalah hubungan keuangan
antara Pusat dengan Daerah agar dapat dipecahkan dengan sebaik-baiknya
hanya apabila masalah pembagian tugas dan kewenangan antara pusat dan
daerah juga dipecahkan dengan jelas. Pemerintah daerah sudah tentu harus
memiliki kewenangan memberlanjakan suber-sumber daya keuangannya
( 154 )
Majalah Hukum Forum Akademika
( 155 )
Majalah Hukum Forum Akademika
Daftar Pustaka
Buku:
Ismail Suny, Pergeseran kekuasaan Eksekutif, Rheneka, Jakarta, 1965.
N.E. Algra Et.al., Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae, Belanda Indonesia,
terjemahan Saleh Adiwinata, A.Teloeki, Boerhanuddin St. Batoeah, Bina
Cipta, Jakarta, 1983.
Undang-undang :
( 156 )