Anda di halaman 1dari 5

1.

Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah jumlah angkatan kerja yang tidak dapat terserap di dunia
kerja atau tidak bekerja. Pengangguran sering dianggap sebagai masalah yang perlu
diselesaikan bersama.

2. Jenis pengangguran menurut jumlah jam kerja


Menurut jumlah jam kerjanya, pengangguran bisa dibedakan ke dalam dua jenis,
yakni pengangguran terbuka dan setengah menganggur. Berikut keterangan dari jenis
pengangguran menurut jumlah jam kerjanya.
a. Pengangguran Terbuka (open unemployment)
Pengangguran terbuka adalah bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja
atau sedang mencari pekerjaan, baik bagi orang yang memang belum pernah
bekerja sama sekali mapun bagi orang yang sudah pernah bekerja, orang yang
sedang mempersiapkan suatu usaha, orang yang tidak mencari pekerjaan karena
merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan orang yang sudah
mempunyai pekerjaan tapi belum mulai melakukan pekerjaannya tersebut.
Sederhananya, pengangguran terbuka ini adalah mereka yang aktivitas
hariannya memang masih belum atau memang tidak melakukan pekerjaan,
karena alasan apa pun.
b. Setengah Menganggur (under employment)
Setengah menganggur termasuk jenis pengangguran berdasarkan jam kerja
yang di dalamnya termasuk para tenaga kerja yang bekerja di bawah jam kerja
normal. Artinya, mereka sudah bekerja tapi tidak optimal. Ketidakoptimalan
dalam bekerja ini ditunjukkan dari lama bekerja yang kurang dari 35 jam
seminggu. Menurut International Labour Organization (ILO) atau Organisasi
Tenaga Kerja Internasional, under employment ini adalah perbedaan jumlah
pekerja yang secara nyata dikerjakan seseorang dalam pekerjaannya degnan
jumlah pekerjaan yang secara normal mampu dan ingin dikerjakan. Setengah
menganggur ini, dapat lagi dikelompokkan dalam 3 jenis, yakni setengah
mengaggur terpaksa, setengah menganggur sukarela, dan pengangguran
terselubung atau tersembunyi. Berikut keterangannya.
1) Setengah Menganggur Terpaksa (Involuntary Under Employment)
Setengah menganggur terpaksa adalah orang yang bekerja kurang dari 35
jam dalam seminggu dan masih berusaha mencari pekerjaan atau masih
bersedia menerima pekerjaan lainnya, karena upah yang diterima dari
pekerjaan yang sudah dilakukannya tersebut tidak sesuai dengan harapan
pencari kerja. Contoh setengah menganggur terpaksa misalnya seorang
yang bekerja sebagai penjaga warnet. Ia setiap hari bekerja selama empat
jam, sementara gajinya masih rendah sehingga ingin memanfaatkan sisa
waktu lain untuk mendapatkan pekerjaan lain. Selain itu, juga pekerja
bangunan yang bekerjanya tidak setiap hari.
2) Setengah Menganggur Sukarela (Voluntary under employment)
Setengah mengaggur sukarela ini adalah orang yang bekerja di bawah jam
kerja normal atau 35 jam seminggu, tapi tidak mencari pekerjaan atau tidak
bersedia untuk menerima pekerjaan lainnya. Contoh setengah menganggur
sukarela ini adalah seorang tenaga ali yang hanya bekerja pada saat tertentu
saja, tapi gaji yang didapatkan sudah sangat besar. Selain itu, juga orang
yang menyewakan rumah atau tempat usaha untuk mendapatkan
penghasilan, sehingga meski tidak bekerja hingga 35 jam seminggu, tapi
penghasilannya sudah cukup besar.
3) Pengangguran Terselubung atau tersembunyi (Disguished Unemployment)
Pengangguran terselubung ini adalah tenaga kerja yang bekerja secara tidak
optimal karena lembaga atau perusahaan tempat dia bekerja kelebihan
tenaga kerja. Pengangguran terselubuhng ini contohnya bila dalam suatu
perusahaan pembuatan kerupuk, terdapat sepuluh orang tenaga kerja.
Padahal, untuk bisa memproduksi kerupuk secara optimal bisa dilakukan
oleh delapan orang saja. Dengan demikian, dua orang tenaga kerja yang ada
termasuk pengangguran terselubung.

3. Jenis Pengangguran Menurut Penyebab Terjadinya Pengangguran


Jika dilihat menurut penyebab terjadinya pengangguran, maka jenis pengangguran
ini bisa dibedakan ke dalam lima jenis, yakni pengangguran konjungtur/ siklikal,
pengangguran struktural, pengangguran friksional, pengangguran musiman, dan
pengangguran teknologi. Berikut penjelasan dari jenis pengangguran menurut penyebab
terjadinya pengangguran.
a) Pengangguran konjungtur/ siklikal (Cyclical Unemployment)
Pengangguran konjungtur atau siklikal ini ada disebabkan karena adanya
gelombang konjungtur atau perubahan naik turunnya kondisi perekonomian.
Ketika terjadi kelesuan atau kemunduran ekonomi, maka permintaan barang
dan jasa oleh masyarakat akan menurun. Jika permintaan masyarakat lesu,
maka jumlah produksi akan dikurangi. Berkurangnya jumlah produksi ini yang
menyebabkan tenaga kerja tidak terpakai. Tenaga kerja yang tidak terpakai
iniah yang termasuk dalam jenis pengangguran siklikal. Contohnya, ketika
terjadi krisis keuangan global di tahun 2008 silam, maka banyak terjadi
pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar -besaran yang dilakukan oleh
industri garmen dalam negeri. PHK ini dilakukan akibat permintaan produk
pakaian jadi (garmen) dari luar negeri menurun lantaran kondisi ekonomi yang
buruk. Tenaga kerja yang terkena PHK inilah yang disebut sebagai
pengangguran siklikal.
b) Pengangguran struktural (structural unemployment)
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang muncul disebabkan oleh
perubahan struktur dan corak kegiatan ekonomi sebagai akibat perkembangan
ekonomi. Contohnya, ketika suatu negara mengalami perubahan struktur
ekonomi dari sektor agraris ke sektor industri. Kondisi ini menyebabkan adanya
pergantian teknologi dari tenaga manusia ke tenaga mesin. Semisal dalam
memanen padi, di jaman dulu dibutuhkan banyak tenaga manusia agar bisa
merontokkan padi. Tapi, karena banyak mesin perontok padi yang bisa
dimanfaatkan, maka kebutuhan tenaga manusia pun berkurang. Selain itu,
berbagai pendirian industri padat modal lain yang memanfaatkan tenaga mesin
juga mulai menggantikan peran tenaga manusia dalam proses produksi.
c) Pengangguran friksional (frictional unemployment)
Pengangguran friksional ini juga disebut pengangguran transisional atau
peralihan. Jenis pengangguran ini muncul karena adanya perpindahan tenaga
kerja dari satu sektor ke sektor yang lainnya atau daru satu peekerjaan ke
perkajaan lain. Biasanya, pengangguran ini bersifat sementara, karena
disebabkan oleh adanya kesenjangan waktu, letak geografis dan informasi
lowongan kerja. Pengangguran friksional ini juga bisa disebabkan karena
adanya keinginan dari pencari kerja untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang
lebih baik, lebih menantang, atau lebih menunjang karir masa depannya.
d) Pengangguran musiman (seasonal unemployment)
Pengangguran musiman ini terjadi secara berkala yang disebabkan karena
pengaruh musim. Biasanya, pengaruh musiman ini terjadi di sekotor pertanian.
Dalam sektor pertanian biasanya ada masa tunggu antara musim tanam dan
musim panen sehingga pada masa -masa menunggu ini membuat mereka
mengaggur. Selain itu, pengangguran musiman juga biasa terjadi di sekotar
bangunan atau properti. Ketika permintaan proyek -proyek pembangunan
gedung dan rumah meningkat, maka para tukang bangunan bisa bekerja. Tapi,
jika proyek selesai, mereka tidak lagi dibutuhkan dan kembali menganggur.
e) Pengangguran teknologi (technological unemployment)
Pengangguran teknologi ini disebabkan karena adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin pesat membuat perusahaan -perusahaan berpeluang
menggunakan teknologi modern dan canggih secara besar -besaran. Akibat hal
inilah, maka kapasitas produksi perusahaan semakin meningkat dengan
pemanfaatan teknologi. Di sisi lain, tenaga kerja manusia jadi banyak yang
tidak terpakai.

4. Dampak Negatif Pengangguran


a) Menyebabkan masyarakat tidak makmur. Apabila tingkat pengangguran tinggi, maka
sebagian besar masyarakat itu tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarganya.
Pengangguran akan mengurangi pendapatan potensial individu dan kemakmuran yang
dirasakannya pun akan jauh berkurang.
b) Menyebabkan penyusutan pendapatan nasional. Selain berdampak bagi individu,
nyatanya pengangguran juga akan mengurangi pendapatan nasional dari suatu negara.
Tingkat pengangguran yang tinggi mengurangi produktivitas (GDP) dari suatu negara
sehingga akan menurunkan rating-nya di mata internasional.
c) Menghambat pertumbuhan ekonomi. Apabila GDP dari suatu negara dikatakan
menyusut, maka dapat pula kita simpulkan bahwa negara tersebut tidak dapat
melaksanakan pembangunan masyarakat dengan baik. Lapangan kerja yang memadai
akan memicu masyarakat untuk meningkatkan produktivitas kerjanya, dan hal itu akan
mempengaruhi pembangunan negara.
d) Menurunkan upah minimum. Bayangkan jika dalam suatu negara hampir sebagian
besar masyarakatnya pengangguran. Hal ini sangat merugikan perusahaan serta
pemerintah karena banyak akhirnya tenaga kerja yang rela dibayar rendah demi
menghindari pengangguran. Hal ini tentu akan mengurangi standar upah minimum
karena toh, perusahaan masih bisa merekrut tenaga kerja yang lebih murah.
e) Investasi di negara melemah. Banyaknya pengangguran akan mengurangi pendapatan
nasional suatu negara. Dalam hal menanamkan investasi, perusahaan asing terlebih
dahulu akan melihat bagaimana tingkat pendapatan nasional suatu negara. Negara
dengan pendapatan rendah tidak akan mendapat kehormatan dari investor perusahaan
asing di luar negeri.
f) Memicu kemiskinan. Hal ini tidak dapat disanggah lagi, karena pengangguran adalah
akar dari kemiskinan. Dengan semua dilema yang telah disebutkan di atas,
pengangguran akan semakin bertambah dan banyak keluarga yang semakin miskin.
Banyak keluarga yang miskin akan membuat negara jatuh miskin pula.

5. Cara Mengatasi Pengangguran


a) Menyelenggarakan bursa pasar kerja
Bursa tenaga kerja adalah penyampaian informasi oleh perusahaan-perusahaan atau
pihak-pihak yang membutuhkan tenaga kerja kepada masyarakat luas. Tujuan dari
kegiatan ini adalah agar terjadi komunikasi yang baik antara perusahaan dan pencari
kerja. Selama ini banyak informasi pasar kerja yang tidak mampu tersosialisasikan
sampai ke masyarakat, sehingga mengakibatkan informasi lowongan kerja hanya bisa
diakses oleh golongan tertentu.
b) Menggalakkan kegiatan ekonomi informal
Kebijakan yang memihak kepada pengembangan sektor informal, dengan cara
mengembangkan industri rumah tangga sehingga mampu menyerap tenaga kerja.
Dewasa ini telah ada lembaga pemerintah yang khusus menangani masalah kegiatan
ekonomi informal yakni Departemen Koperasi dan UKM. Selain itu dalam
pengembangan sektor informal diperlukan keterpihakan dari Pemda setempat.
c) Meningkatkan keterampilan tenaga kerja
Pengembangan sumber daya manusia dengan peningkatan keterampilan melalui
pelatihan bersertifikasi internasional. Berdasarkan survei tentang kualitas Tenaga Kerja
menunjukkan bahwa ranking Human Development Index Indonesia di Asia pada tahun
2000 berada di peringkat 110. Sementara negara lain seperti Vietnam ada diperingkat
109, Filipina (77), Thailand (69), Malaysia (59), Brunei Darussalam (32), Singapura
(25), Jepang (9). Data ini menunjukkan rendahnya kualitas sumber daya manusia
sehingga peningkatan keterampilan mereka menjadi sangat perlu dilakukan.
d) Meningkatkan mutu pendidikan
Mendorong majunya pendidikan, dengan pendidikan yang memadai memungkinkan
seseorang untuk memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik. Dewasa ini sesuai
dengan perintah undang-undang, pemerintah diamanatkan untuk mengalokasikan dana
APBN sebesar 20% untuk bidang pendidikan nasional.
e) Mendirikan pusat-pusat latihan kerja
Pusat-pusat latihan kerja perlu didirikan untuk melaksanakan pelatihan tenaga kerja
untuk mengisi formasi yang ada.
f) Memperluas lapangan kerja
Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru terutama
yang bersifat padat karya. Dengan adanya era perdagangan bebas secara regional dan
internasional sebenarnya terbuka lapangan kerja yang semakin luas tidak saja di dalam
negeri juga ke luar negeri. Ini tergantung pada kesiapan tenaga kerja untuk bersaing
secara bebas di pasar tenaga kerja internasional.

Anda mungkin juga menyukai