Anda di halaman 1dari 8

PAPER

VIROLOGI (T)

STRUKTUR DAN INTERAKSI VIRUS DENGAN SEL

DOSEN PENGAMPU : Aminah, M.Si

Disusun oleh :

Kelompok 2

Asri Handayani P. P279031160

Gina Fujiana H.N P279031160

Rifa Fatrunnada P2979031160

Rika Amelia P27903116029

JURUSAN D-III AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANTEN

2018
STRUKTUR VIRUS DAN INTERAKSI VIRUS DENGAN SEL

A. Morfologi Virus
Sebagian ukuran virus lebih kecil dari organisme hidup lainnya, sehingga
tidak bisa dilihat dengan mikroskop sinar biasa. Karena tidak mempunyai
metabolisme sendiri dan tidak dapat melakukan reproduksi sendiri, virus dianggap
merupakan bukan makhluk hidup. Virus yang mampu menginfeksi sel hospes dan
berkembang biak disana dianggap hanya aktif dan bukan hidup. Virus yang mati
dianggap virus yang tidak aktif.
Partikel virus disebut virion dan bukan sel. Pada virus yang paling sederhana,
yaitu virus poliomyelitis, ukuran diameternya hanya sekitar 25-30 nm ( 1 nm =
nanometer = satu perseribu micrometer ) hanya mempunyai satu genome berupa
satu asam nukleat (nucleic acid core) yang terbungkus capsid ( selubung protein )
yang melindungi genom pada waktu terjadi transmisi antara sel-sel hospes.
Asam nukleat virus hanya ada satu jenis saja, yaitu RNA saja atau DNA saja.
Virus meningkatkakan jumlahnya tidak dengan cara membelah diri, melainkan
dengan cara memperbanyak diri melalui replikasi (replication) di dalam sel
hospes berupa bakteri, tumbuhan atau sel hewan.

Gambar 1. Morfologi Virus


Sumber :
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Simple_diagram_of_virus_%28en%29.s
vg
B. Sifat Virus
Virus umunya berukuran sangat kecil, kurang dari 300 nm (nanometer). Satu nm =
I milimikron = satu per satu juta mm = satu per seribu mikron. Berbeda dari
mikroorganisme uniseluler lainnya (protozoa, bakteri, mycoplasma, rickettsia dan
chlamydia) yang merupakan makhluk hidup, virus mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
 Virus bukan sel, tetapi merupakan struktur sangat sederhana yang
strukturnya terdiri dari genom asam nukleat, yang dilindungi oleh kulit
dari protein. Metabolismenya sangat lambat (inert) dan hanya dapat hidup
dalam sel hospes (obligat intraseluler).
 Virus hanya dapat memperbanyak diri (replikasi) jika dibiakkan pada
kultur sel, dan tidak dapat dibiakkan pada medium buatan.
 Genom hanya terdiri dari satu tipe asam nukleat, yaitu RNA atau DNA
saja. Sebagian besar DNA virus adalah double stranded dan sebagian
besar RNA virus mempunyai genom single stranded (ss). Suatu genom
ssRNA adalah positive sense (dapat digunakan sebagai mRNA unruk
membentuk protein) atau negative sense yang dapat dikopi menjadi
mRNA.
 Tidak mempunyai organel.
 Ukurannya sangat kecil, antara 20-200 nm, sehingga tidak bisa dilihat
dengan mikroskop sinar biasa.

Gambar 2. Berbagai Ukuran Virus


Sumber : https://viralzone.expasy.org/5216
C. Struktur Virus
Virus dalah organisme parasitik yang hidup obligat intraseluler yang
mempunyai genom DNA atau RNA, yang dikelilingi oleh selubung protein
(capsid) sebagai pelindung. Untuk hidupnya virus sangat tergantung pada pasokan
sel hospes berupa pelengkap metabolisme maupun biosintesis sel eukariotik
maupun prokariotik. Partikel lengkap virus yang disebut virion, yang
menyediakan genom DNA dan RNA ke dalam sel hospes sehingga genom dapat
diekspresikan (transkripsi dan translasi) oleh sel hospes. Genom virus, sering
bersama protein dasarnya, dikemas di dalam kapsid protein simetris. Protein asam
nukleat, disebut nucleoprotein, bersama-sama genom membentuk nukleokapsid.
Pada virus berselubung (enveloped virus) dikelilingi oleh dua lapis lipid berasal
dari modifikasi membran sel hospes dan diperkuat oleh lapisan terluar selubung
virus yang merupakan glikoprotein.
Virus DNA yang hanya memiliki deoxyribonucleic acid, meliputi family-
famili Parvoviridae, Papovaviridae, Adenoviridae, Herpetoviridae, Iridoviridae,
Poxviridae, dan Hepadnaviridae.
Virus RNA hanya mempunyai ribonuclueic acid, banyak diantaranya yang
patogenik terhadap manusia dan hewan. Termasuk golongan virus RNA adalah
famili-famili Picornaviridae, Reoviridae, Togaviridae, Arenavirudae,
Coronaviridae, Retroviridae, Bunyaviridae, Orhomoxyoviridae, Paramyxoviridae,
dan Rhabdoviridae.
Bentuk struktural virus adalah simetri kubus atau helikal. Bentuk kubus
merupakan bentuk pada teratur atau ikosahendral, sedangkan bentuk helikal
adalah seperti batang.
Terdapat lima struktur dasar alami virus, yaitu :
1. Ikosahedral bugil (naked icosahedral), misalnya poliovirus, adenovirus,
virus Hepatitis A
2. Helikal bugil (naked helical), misalnya tobacco mosaic virus. Tidak ada
yang patogen untuk manusia
3. Ikosahedral berselubung (enveloped icosahedral), misalnya herpes virus,
yellow fever virus, rubella virus.
4. Helikal berselubung (enveloped helical), misalnya rabies virus, influenza
virus, parainfluenza virus, mumps virus, measles virus.
5. Virus kompleks (complex virus), misalnya poxvirus.
Gambar 3. Struktur Virus
Sumber : http://kliksma.com/2015/01/macam-macam-struktur-tubuh-
virus.html

Istilah-istilah penting pada struktur virus, antara lain adalah :


a. Virion. Partikel utuh virus
b. Capsid. Kulit protein yang membungkus dan melindungi genom

Gambar 4. Struktur Kapsid Ikosahedral


Sumber : Soedartp, Mikrobiologi Kedokteran, 2005

Gambar 5. Struktur Kapsid Helikal Virus Tobacco Mosaic


Sumber : Soedartp, Mikrobiologi Kedokteran, 2005
c. Capsomer (Kapsomer). Subunit protein yang identik yang membentuk
kapsid, berbentuk seperti kubus atau seperti spiral.
d. Icosahendron. Bentuk kapsid ikosahdenral, seperti tabung (tubular)
e. Nucleocapsid. Gabungan genom atau asam nukleat virus dan selubung protein
yang membungkusnya.
f. Envelope. Selubung virus berupa membran lipid yang merupakan derifat atau
berasal dari membran plasma sel hospes, yang mengelilingi seluruh bagian
beberapa jenis virus.
g. Peplomers. Protein yang terdapat di dalam sel selubung pembungkus virion,
yang umunya adalah glikosilat sehingga disebut sebagai glikoprotein
(glycvoprotein).
h. Badan Inklusi
Yang disebut badan inklusi (inclusion bodies) adalah kumpulan material virus
yang dapat mencapai ukuran garis tengah 30 um yang terbentuk di dalam sel
hospes yang terinveksi virus tertentu. Biasanya badan inklusi ini dapat
didapatkan lebih dahulu sebelum virusnya sendiri belum ditemukan. Contoh
dari badan inklusi ini adalah Negri body pada infeksi varicella dan vaccinia.
Adanya inclusion bodies penting untuk menentukan diagnosis infeksi virus
rabies, varicella dan vaccinia, karena virus-virus tersebut berada di sitoplasma
sehingga sulit ditemukan.

Gambar 6. Bagian-Bagian Virus


Sumber : http://www.edubio.info/2015/01/penemuan-struktur-replikasi-dan-
bentuk.html
D. Interaksi Virus Dengan Sel
Virus tidak memperbanyak diri dengan membelah dirinya sendiri, tetapi
melakukan replikasi dengan memanfaatkan sel hospesnya. Proses replikasi virus
ini melalui proses-proses berikut ini :
 Pelekatan dan adsorpsi. Virus melekat di permukaan sel hospes. Adsorpsi
virus merupakan peran projeksi selubung virus dan reseptor sel hospes.
Pada myxovirus resptor hospes adalah mukoprotein sedangkan resptor
untuk virus polio adalah lipprotein.
 Proses penetrasi dan pelepasan selubung virus. Sekali terserap, virus akan
menembus masuk ke sel hospes (penetrasi) dengan cara mirip fagositosis
jika virus telanjang (naked virus) atau dengan mengadakan fusi dengan
permukaan membrane sel hospes. Asam nukleat kemudian melepaskan
nukleokapsid ke dalam sel hospes.
 Proses replikasi dan biosintesis komponen. Penetrasi virus akan diikuti
pelepasan selubung virion, kemudian terjadi replikasi asam nukleat yang
terjadi di dalam inti atau sitoplasma, diikuti sintesis protein di dalam
sitoplasma.

Pada garis besarnya tahapan sebelum terjadinya replikasi berlangsung melalui


beberapa tahapan, yaitu :

 Adsorption, proses adsorpsi. Permukaan virion mempunyai struktur


yang bereaksi dengan molekul reseptor di permukaan sel hospes.
Reaksi ini bersifat pasif, tidak memerlukan energy, dan bersifat sangat
spesifik. Karena itu hanya hospes tertentu yang dapat diinfeksi oleh
suatu virus. Jika terjadi kerusakan di tempat pelekatan pada virion atau
terjadi hambatan oleh antibody yang spesifik (neutralisasi) dapat
membuat virion menjadi tidak infektif.
 Uptake, proses pengambilan. Pada proses ini virion masuk ke dalam sel
hospes yang terjai melalui fusi selubung virus dengan membrane
plasma sel atau melalui proses endositosis (endocytosis)
 Uncoating, proses pengelupasan. Sesudah virion masuk ke dalam sel,
selubung protein dari virion akan terkelupas dan genom virus akan
terlepas masuk ke dalam sitoplasma.
Fase awal. Sesudah genom terpapar, terjadi transkripsi (turunan/salinan)
mRNA virus dan translation (salinan/terjemahan) dari protein awal yang non-
struktural, fungsi-fungsi transkripsi dan translasi menyebabkan terjadinya
replikasi genom virus, yaitu penggandaan berulang genom virus yang terjadi
melalui sintesis Polimerase virus (Salah satu protein “awal”.

Fase akhir. Transkripsi dan translasi mRNA virus dan sintesis protein
structural (“late”) yang diperlukan untuk membuat virion baru.

 Pengumpulan virion baru. Pengumpulan kapsid virus yang baru, terjadi


di dalam inti (misalnya pada herpesvirus) atau di dalam sitoplasma
(misalnya pada poliovirus) sel, atau kadang-kadang dibawah
permukaan sel (misalnya pembentukan tunas atau “budding” pada
virus influenza). Kumpulan protein dan genom memasuki masing-
masing kapsid baru.
 Pelepasan virion progeni. Pelepasan virion yang infektif merupakan
fase akhir dari replikasi virus. Hal ini terjadi dengan cara pembentukan
“budding” dari membrane plasma atau dari lisis sel yang terinfeksi.
Untuk meninggalkan sel, partikel virus dapat melalui jalur sekretori,
yaitu partikel virus yang berada di dalam golgi- derivate vesikel-
dilepaskan keluar sel pada waktu vesikel (transport vesicle)
mengadakan fusi dengan membrane sel.

DAFTAR PUSTAKA

Soedarto. 2015. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai