PENDAHULUAN
Otitis media supuratif kronik termasuk salah satu masalah kesehatan utama yang
ditemukan pada banyak populasi di dunia, dan merupakan penyebab morbiditas dan
mortalitas yang cukup signifikan. Penyakit ini biasa ditemukan pada masyarakat
Otitis media supuratif kronik OMSK ialah infeksi kronik di telinga tengah lebih
dari 3 bulan dengan adanya perforasi membran timpani, sekret yang keluar dari
telinga tengah dapat terus menerus atau hilang timbul. Sekret bisa encer atau kental,
bening atau berupa nanah. OMSK didalam masyarakat Indonesia dikenal dengan
menganggap penyakit ini merupakan penyakit yang biasa yang nantinya akan
sembuh sendiri. Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali
OMSK tipe maligna seperti labirintitis, meningitis, abses otak yang dapat
enyebabkan kematian. Kadangkala suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen
pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan suatu komplikasi (Nursiah, 2003).
OMSK baik akut maupun kronis mempunyai potensi menjadi serius karena
URAIAN
A. Definisi
OMSK tipe bahaya adalah OMSK yang mengandung kolesteatoma, disebut tipe
2005).
OMSK tipe bahaya adalah infeksi kronik telinga tengah disertai adanya
kolesteatoma (Lalwani, 2004; Rianto, 2008), dimana tipe maligna bersifat progresif,
kolesteatoma yang semakin luas akan mendestruksi tulang yang dilaluinya, hal ini
B. Anatomi
1. Membrana timpani
Membrana timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan
liang telinga luar dari kavitas timpani. Membrana ini panjang vertical rata-rata 9-10
mm dan diameter antero-posterior kira -kira 8-9 mm, ketebalannya rata-rata 0,1 mm .
Letak membrana timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring
yang arahnya dari belakang luar kemuka dalam dan membuat sudut 450 dari dataran
sagital dan horizontal. Membrana timpani merupakan kerucut, dimana bagian puncak
dari kerucut menonjol kearah kavum timpani, puncak ini dinamakan umbo. Dari
umbo kemuka bawah tampak refleks cahaya (cone of light). Membran timpani
mempunyai tiga lapisan yaitu pars tensa: 1. Stratum kutaneum (lapisan epitel)
berasal dari liang telinga, 2. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum
kutaneum dan mukosum. Lamina propria yang terdiri dari dua lapisan anyaman
penyabung elastic yaitu: bagian dalam sirkuler, bagian luar radier . Secara Anatomis
membrana timpani dibagi dalam 2 bagian : 1) Pars tensa: Merupakan bagian terbesar
dari membran timpani suatu permukaan yang tegang dan bergetar sekeliling menebal
dan melekat pada anulus fibrosus pada sulkus timpanikus bagian tulang dari tulang
temporal, 2) Pars flasida atau membran Shrapnell, letaknya dibagian atas muka dan
lebih tipis dari pars tensa dan pars flasida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu : 1) Plika
(Nursiah, 2003).
Membrana timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang dinamakan
sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus ini dan bagian
ini disebut insisura timpanika (Rivini). Permukaan luar dari membrana timpani
disarafi oleh cabang n. aurikulo temporalis dari nervus mandibula dan nervus vagus.
Permukaan dalam disarafi oleh n. timpani cabang dari nervus glosofaringeal. Aliran
darah membrana timpani berasal dari permukaan luar dan dalam. Pembuluh-
pembuluh epidermal berasal dari aurikula yang dalam cabang dari arteri maksilaris
interna. Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh timpani anterior cabang dari
arteri maksilaris interna dan oleh stylomastoid cabang dari arteri aurikula posterior
(Nursiah, 2003).
2. KavitasTimpani
Kavitas timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya
bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm,
yaitu: bagian atap, lantai, dinding lateral, dinding medial, dinding anterior, d inding
inkus, stapes), 2) Dua otot, 3) Saraf korda timpani, 4) Saraf pleksus timpanikus
(Nursiah, 2003).
Dibentuk oleh lempengan tulang yang tipis disebut tegmen timpani. Tegmen
timpani memisahkan telinga tengah dari fosa kranial dan lobus temporalis dari otak.
Bagian ini juga dibentuk oleh pars petrosa tulang temporal dan sebagian lagi oleh
skuama dan garis sutura petroskuama. Dinding ini hanya dibatasi oleh tulang yang
tipis atau ada kalanya tidak ada tulang sama sekali (dehisensi). Pada anak-anak,
penulangan dari sutura petroskuamosa belum terbentuk pada daerah tegmen timpani,
meningen dari fosa kranial media. Pada orang dewasa bahkan vena-vena dari telinga
tengah menembus sutura ini dan berakhir pada sinus petroskuamosa dan sinus
petrosal superior dimana hal ini dapat menyebabkan penyebaran infeksi dari telinga
Dibentuk oleh tulang yang tipis memisahkan lantai kavum timpani dari bulbus
jugularis, atau tidak ada tulang sama sekali hingga infeksi dari kavum timpani mudah
Dinding medial ini memisahkan kavum timpani dari telinga dalam, ini juga
merupakan dinding lateral dari telinga dalam. Dinding ini pada mesotimpanum
menonjol kearah kavum timpani, yang disebut promontorium Tonjolan ini oleh
Dibelakang dan atas promontorium terdapat fenestra vestibuli atau foramen ovale
(oval windows), bentuknya seperti ginjal dan berhubungan pada kavum timpani
dengan vestibulum, dan ditutupi oleh telapak kaki stapes dan diperkuat oleh
ligamentum anularis. Foramen ovale berukuran 3,25 mm x 1,75 mm. Diatas fenestra
vestibuli, sebagai tempat jalannya nervus fasialis. Kanalis ini didalam kavum timpani
tipis sekali atau tidak ada tulang sama sekali ( dehisensi). Fenestra koklea atau
foramen rotundum ( round windows), ditutupi oleh suatu membran yang tipis yaitu
berukuran 1,5 mm x 1,3 mm pada bagian anterior dan posterior 1,6 mm. Kedua
lekukan dari foramen ovale dan rotundum berhubungan satu sama lain pada batas
posterior mesotimpanum melalui suatu fosa yang dalam yaitu sinus timpanikus.
Suatu ruang secara klinis sangat penting ialah sinus posterior atau resesus fasial yang
didapat disebelah lateral kanalis fasial dan prosesus piramidal. Dibatasi sebelah
lateral oleh anulus timpanikus posterosuperior, sebelah superior oleh prosesus brevis
inkus yang melekat kefosa inkudis. Lebar resesus fasialis 4,01 mm dan tidak
bertambah semenjak lahir. Resesus fasialis penting karena sebagai pembatas antara
kavum timpani dengan kavum mastoid sehingga bila aditus as antrum tertutup karena
suatu sebab maka resesus fasialis bisa dibuka untuk menghubungkan kavum timpani
Dinding posterior dekat keatap, mempunyai satu saluran disebut aditus, yang
Dibawah aditus terdapat lekukan kecil yang disebut fosa inkudis yang merupakan
suatu tempat prosesus brevis dari inkus dan melekat pada serat-serat ligamen.
Dibawah fosa inkudis dan dimedial dari korda timpani adalah piramid, tempat
terdapatnya tendon muskulus stapedius, tendon yang berjalan keatas dan masuk
kedalam stapes. Diantara piramid dan anulus timpanikus adalah resesus fasialis.
Dibelakang dinding posterior kavum timpani adalah fosa kranii posterior dan sinus
sigmoid. Disebelah dalam dari piramid dan nervus fasialis merupakan perluasan
kearah posterior dari mesotimpani adalah sinus timpani. Perluasan sel-sel udara
kearah dinding posterior dapat meluas seperti yang dilaporkan Anson dan Donaldson
(1981), bahwa apabila diukur dari ujung piramid, sinus dapat meluas sepanjang 9
mm kearah tulang mastoid. Dinding medial dari sinus timpani kemudian berlanjut ke
bagian posterior dari dinding medial kavum timpani dimana berhubungan dengan
e. Dinding anterior
Dinding anterior kavum timpani agak sempit tempat bertemunya dinding medial
dan dinding lateral kavum timpani. Dinding anterior bawah adalah lebih besar dari
bagian atas dan terdiri dari lempeng tulang yang tipis menutupi arteri karotis pada
saat memasuki tulang tengkorak dan sebelum berbelok ke anterior. Dinding ini
ditembus oleh saraf timpani karotis superior dan inferior yang membawa serabut-
serabut saraf simpatis kepleksus timpanikus dan oleh satu atau lebih cabang timpani
dari arteri karotis interna1. Dinding anterior ini terutama berperan sebagai muara
tuba eustachius. Tuba ini berhubungan dengan nasofaring dan mempunyai dua
dalam, kedua sebagai drainase sekresi dari telinga tengah, termasuk sel-sel udara
mastoid. Diatas tuba terdapat sebeuah saluran yang berisi otot tensor timpani.
Dibawah tuba, dinding anterior biasanya tipis dimana ini merupakan dinding
Dinding lateral kavum timpani adalah bagian tulang dan membran. Bagian tulang
berada diatas dan bawah membrana timpani. Kavitas timpani dibagi menjadi 3
bagian superior kavum timpani, disebut juga atik karena terletak diatas membran
timpani. sebagian besar atik diisi oleh maleus inkus. Dibagian superior epitimpanum
dibatasi oleh suatu penonjolan tipis os posterior. Dinding medial atik dibentuk oleh
kapsul atik yang ditandai oleh penonjolan kanalis semisirkularis lateral. Pada bagian
anterior terdapat ampula kanalis superior, dan lebih anterior ada ganglion
genikulatum, yang merupakan tanda ujung anterior ruang atik. Dinding anterior
terpisah dari maleus oleh suatu ruang yang sempit, disini dapat dijumpai muara sel-
sel udara yang membuat pneumatisasi pangkal tulang pipi (zygoma). Dinding lateral
atik dibentuk oleh os skuama yang berlanjut kearah lateral sebagai dinding liang
telinga luar bagian tulang sebelah atas. Diposterior, atik menyempit menjadi jalan
medial dari membran timpani. Disebelah medial dibatasi oleh kapsul otik, yang
terletaknya lebih rendah dari pada nervus fasialis pars timpani. Dinding anterior
mesotimpani terdapat orifisium timpani tuba eustachius pada bagian superior dan
membentuk bagian tulang dinding saluran karotis asendens pada bagian inferior.
Dinding ini biasanya mengalami pneumatisasi yang baik dan dapat dijumpai bagian-
timpani adalah arteri-arteri kecil yang melewati tulang yang tebal. sebagian besar
pembuluh darah yang menuju kavum timpani berasal dari cabang arteri karotis
yang merupakan cabang dari a. maksilaris interna yang masuk ke telinga tengah
menuju pleksus venosus pterigoid atau sinus petrosus superior. Pembuluh getah
bening kavum timpani masuk ke dalam pembuluh getah bening retrofaring atau ke
3. Tuba auditiva
Tuba auditiva disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani, bentuknya
seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani
bawah, depan dan medial dari telinga tengah 13 dan pada anak dibawah 9 bulan
adalah 17,5 mm. Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu : 1) Bagian tulang terdapat pada
bagian belakang dan pendek (1/3 bagian), 2) Bagian tulang rawan terdapat pada
bagian depan dan panjang (2/3 bagian). Otot yang berhubungan dengan tuba auditiva
tekanan udara luar, drenase sekret dari kavum timpani ke nasofaring dan
C. Epidemiologi
Di Indonesia OMSK sampai saat ini masih banyak dijumpai dengan prevalensi
3,8 % dan sekitar 5-10 % terdapat pada usia sekolah. Sedangkan dinegara yang lebih
maju ditemukan sekitar 0,5-1 % (WHO, 2004). Insidensi komplikasi intrakranial dan
D. Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring
auditiva. Fungsi tuba auditiva yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang
dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down’s syndrom. Adanya tuba patulous,
menyebabkan refluks isi nasofarings yang merupakan faktor insiden OMSK yang
tinggi di Amerika Serikat. Faktor Host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang
kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis (Nursiah, 2003).
E. Patofisologi
Beberapa faktor yang diduga sebagai faktor predisposisi kronisitas otitis media
kronis fungsi tuba auditorius menyebabkan proses infeksi di auris media menjadi
media selalu berhubungan dengan udara luar, 3) Bakteri yang resisten terhadap
10-20% Sebagian besar bakteri tersebut telah resisten terhadap antibiotika yang
kronisitas, 4) Faktor konstitusi, alergi merupakan salah satu faktor konstitusi yang
bertambahnya sel goblet dan berkurangnya sel kolumnar bersilia pada mukosa auris
media dan tuba auditiva sehingga produksi cairan mukoid bertambah dan efisiensi
cilia berkurang. Faktor konstitusi lainnya adalah penurunan daya tahan tubuh (Ars
dan Ars-Piret, 2008). Pengenalan yang baik terhadap perkembangan suatu penyakit
otitis media terjadi apabila sawar (barrier) pertahanan telinga tengah yang normal
Pertahanan pertama ini ialah mukosa cavum timpani yang juga seperti mukosa
saluran nafas, mampu melokalisasi infeksi. Bila pertahanan ini runtuh masih ada
sawar kedua yaitu dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid. Bila sawar ini
runtuh maka struktur lunak disekitarnya akan terkena. Bila infeksi mengarah
kedalam tulang temporal maka akan menyebabkan paresis nervus fascialis atau
tromboflebitis sinus lateralis, meningitis dan abses otak. Dari gejala dan tanda yang
ditemukan dapat diperkirakan jalan penyebaran suatu infeksi telinga tengah kearah
F. Klasifikasi
OMSK secara klasik dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu otitis media
supuratif kronik tipe benigna (OMSKB) atau tipe tubo-timpanum atau tipe safe dan
tipe maligna,atau tipe atikoantral atau tipe Unsafe. Secara patologi kedua tipe ini
OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu: 1) Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe
aman = tipe rhinogen, 2) Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang
atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya
(Djaafar,2003).
putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotis. Kolesteatom dapat
dibelakang dari membran timpani yang masih utuh, 2. Tidak ada riwayat otitis media
sebelumnya, 3. Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari
Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang
temporal, umumnya pada apeks petrosa. Dapat menyebabkan fasialis parese, tuli
acquired cholesteatoma: kolesteatoma yang terjadi pada daerah atik atau pars
dari epitel kanal aurikula eksterna yang masuk ke kavum timpani melalui perforasi
membran timpani atau kantong retraksi membran timpani pars tensa (Nursiah, 2003).
Banyak teori yang diajukan sebagai penyebab kolesteatom didapat primer, tetapi
sampai sekarang belum ada yang bisa menunjukan penyebab yang sebenarnya.
Teori-teori itu antara lain : 1) Tekanan negatif dalam atik, menyebabkan invaginasi
pars flasida dan pembentukan kista, 2) Metaplasia mukosa telinga tengah dan atik
epidermis pars flasida akibat iritasi oleh infeksi, 4) Sisa-sisa epidermis kongenital
yang terdapat di daerah atik, 5) Hiperkeratosis invasif dari kulit liang telinga bagian
dalam (Nursiah, 2003). Ada beberapa teori yang mengatakan bagaimana epitel dapat
masuk kedalam kavitas timpani. Pada umumnya kolesteatom terdapat pada otitis
media kronik dengan perforasi marginal. Teori itu adalah : 1) Epitel dari liang telinga
nekrotis, terangkat keatas. Dibawahnya timbul epitel baru. Inipun terangkat hingga
pulau kecil dan ini yang akan menjadi kolesteatom, 3) Mukosa dari kavum timpani
Ada pula kolesteatom yang letaknya pada pars plasida ( attic retraction
cholesteatom). Oleh karena tuba tertutup terjadi retraksi dari membrane plasida,
akibat pada tempat ini terjadi deskuamasi epitel yang tidak lepas, akan tetapi
bertumpuk disini. Lambat laun epitel ini hancur dan menjadi kista. Kista ini tambah
lama tambah besar dan tumbuh terus kedalam kavum timpani dan membentuk
cholesteatom”. Mula- mula belum timbul peradangan, lambat laun dapat terjadi
pseudo cholesteatoma, oleh karena ada pula congenital kolesteatom. Ini juga
merupakan suatu lubang dalam tenggorok terutama pada os temporal. Dalam lubang
ini terdapat lamel konsentris terdiri dari epitel yang dapat juga menekan tulang
sekitarnya. Beda kongenital kolesteatom, ini tidak berhubungan dengan telinga dan
G. Diagnosis
1. Gejala klinis
a. Telinga berair (otorrhoe): Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid (
seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan
oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak,
cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi
iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya
secret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi
saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau
berenang (Nursiah, 2003). Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya
sekret telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi
tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret
yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip
telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret
yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberculosis (Nursiah, 2003).
sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat
bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli
konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih
baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan
besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem
pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli
konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga
toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya
labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat,
c. Otalgia ( nyeri telinga): Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila
ada merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena
terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat
hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau
ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh
OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis (Nursiah,
2003).
d. Vertigo: Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat
erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat
perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan
vertigo dapatm terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan
infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa
terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena
infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam
sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi meningitis. Uji
fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini
memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membran timpani, dengan
2. Pemeriksaan fisik OMSK tipe maligna : a. Adanya Abses atau fistel retroaurikular,
b. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani, c.
Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom) (Bhargava, 2002;
Nursiah, 2003).
didapati tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensorineural, beratnya
ketulian tergantung besar dan letak perforasi membrana timpani serta keutuhan dan
Brady dan Hoel (1970) melaporkan pada penderita OMSK ditemukan tuli
sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin ke dalam skala timpani
hantaran tulang secara temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada
lengkung basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apek kohlea (Nursiah, 2003).
mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik
arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan
posisi sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran
radiografi ini sangat membantu ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral.
b. Proyeksi Mayer atau Owen: Proyeksi ini diambil dari arah dan anterior telinga
tengah. Akan tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat
petrosus dan yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum
d. Proyeksi Chause III: Proyeksi ini memberi gambaran atik secara longitudinal
dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom,
ada atau tidak tulang-tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada
berdasarkan hanya dengan hasil X-ray saja. Pada keadaan tertentu seperti bila
dijumpai sinus lateralis terletak lebih anterior menunjukan adanya penyakit mastoid.
5. Pemeriksaan bakteriologi
Untuk mencapai hasil terapi antimikroba yang optimal pada OMSK, harus
dilakukan isolasi kuman penyebab dan uji kepekaan terhadap antimikroba. Meskipun
demikian, tidak semua OMSK berhasil diatasi dengan terapi antimikroba, walaupun
terapi yang diberikan telah sesuai dengan uji kepekaan (Boesoirie and
mulainya infeksi akut, bakteriologi yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda
dengan yang ditemukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering
dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid,
Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp. (Nursiah, 2003). Infeksi
telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus parasanal,
adenoid atau faring. Dalam hal ini penyebab biasanya adalah pneumokokus,
streptokokus, atau hemofilius influenza. Tetapi pada OMSK keadaan ini agak
berbeda. Karena adanya perforasi membran timpani, infeksi lebih sering berasal dari
H. Terapi
Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi (Bhargava, 2002,
berat, serta memperbaiki pendengaran Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik
operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe
I. Komplikasi
lateralis, meningitis, meningitis otikus, dan abses otak otogenik, hidrosefalus otitis.
dilakukannya tindakan operasi untuk drainase abses dan eradikasi jaringan patologis,
Bhargava, KB, Bhargava, SK, Shah, TM. 2002. Disease of the external ear. In: A
short text book of E.N.T. disease. Mumbai: Usha Publications,; pp:12-13,
p:40.
Boesoirie, TS, Lasminingrum, L. 2009. Majalah Kedokteran Bandung, 34(4): 1.
Djaafar,ZA. 2005. Kelainan telinga Tengah. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung dan Tenggorok. Penerbit Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia. hal:49-62.
Djamin, R. 2008. Otogenic cerebral abscess. In: The Indonesian Journal of Medical
Science. 1(9):31-40.
Helmi. 2005. Komplikasi Otitis media Supuratif Kronik dan Mastoiditis. Dalam:
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok. Penerbit Fakultas
kedokteran Universitas Indonesia. hal:63-73.
Lee KJ. 2003. Infections of the Ear. In: Essential Otolaryngology Head and Neck
Surgery 8ed . McGraw-Hill, USA. pp: 484-495.
Paparella M, Adams, GL, Levine SC. Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid. Dalam:
Boies: Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta 1997: 88-118.
Phillip DY. 2004. Otitis Media. In: Current Diagnosis and Treatment in
Otolaryngology Head and Neck Surgery. McGraw-Hill Singapore. pp: 695-
714.
Nursiah, S. 2003. Pola kuman aerob penyebab omsk dan kepekaan Terhadap
beberapa antibiotika di bagian tht FK-USU/ RSUP.H. Adam Malik Medan.
Available from: http://library.usu.ac.id/download/fk/tht-siti%20nursiah.pdf
Rianto, BUD. 2008., Human papillomavirus (HPV) as the causal factor of tympanal
cholesteatoma. Dalam: Berkala Ilmu Kedokteran. 40(4);12:193-201