Anda di halaman 1dari 4

Kontrasepsi mantap pada perempuan dan pria

a. tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan kesuburan

1. jenis : minilaparatomi dan laparaskopi

2. cara kerja : dengan menutup atau oklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau
memasang cincin) sehingga spermatozoa tidak dapat bertemu dengan ovum

b. keuntungan kontrasepsi

1. sangat efektif ( 0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan )

2. permanen

3. tidak mempengaruhi produksi asi dan proses menyusui

4. tidak dipengaruhi faktor senggama

5. baik bagi klien dimana kehamilan menjadi resiko yang serius

6. pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal

7. tidak ada efek samping dalam jangka panjang

8. tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium)

Keuntungan non kontrasepsi : berkurangnya resiko kanker ovarium

Keterbatasan

1. karena bersifat permanen (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan rekanalisasi, maka
sebelum tindakan perlu pertimbangan matang dari pasangan

2. klie (akseptor) dapat menyesal di emudian hari

3. ada rasa sakit atau tidak nyaman dalam jangka pendek setelah tindakan

4. harus dilakukan oleh dokter yang terlatih (dokter spesialis ginekologi atau spesialis bedah)

5. tidak melindungi terhadap IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS

Yang dapat menjalankan tubektomi

1. usia >26 tahun, paritas >2

2. yakin telah mempunyai jumlah keluarga yang sesuai dengan kehendaknya

3.kehamilannya akan menimbulkan resiko yang serius

4. pascapersalinan dan pascakeguguran

5. memahami prosedur, sukarela dan setuju dalam menjalaninya


Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi :

1. hamil atau dicurigai hamil

2. perdarahamn melalui vagina yang belum terjelaskan penyebabnya

3. infeksi sistemik atau pelvic akut yang belum sembuh atau masih dikontrol

4. tidak boleh menjalani proses pembedahan

5. belum mantap/kurang pasti dengan keinginannya untuk fertilitas dimasa depan

6. belum memberikan persetujuan tertulis

Wakyu pelaaksanaannya

1. setiap waktu selama silus haid, bila diyakini klien tidak hamil

2. hari ke-6 hingga ke-13 siklus haid (fase poliferasi)

3. pasca persalinan : minilap: dalam 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu, sedangkan
laparskopi: tidak tepat untuk klien pascapersalinan

4. pasca keguguran:

 Triwulan pertama: dalam waktu 7hari sepanjang tidak ditemukan infeksi pelvis untuk
minilap dan laparaskopi
 Triwulan kedua: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvis (untuk minilap
saja)

Persiapan pre-operatif (pada klieen perempuan dan laki-laki)

1. konseling perihal kontrasepsi dan jelaskan kepada klien bahwa ia mempunyai hak untuk berubah
pikiran setiap waktu sebelum prosedur dilakukan

2. menanyakan riwayat medis yang mempengaruhi keputusan pelaksanaan operasi atau anastesi
meliputi: penyakit-penyakit pelvis, pernah mengalami operasi pelvis atau abdominal, riwayat DM,
riwayat penyakit paru seperti: asthma, bronchitis, emphysema, pernah mengalami problem dengan
anastesi, alergi, dan pengobatan yang dijalani saat ini

3. pemeriksaan fisik: yaitu meliputi kondisi-kondisi yang mungkin mempengaruhi keputusan


pelaksanaan operasi atau anastesi

4. peeriksaan laboratoriummeliputi darah lengkap, pemeriksaan urine, dan pap smear

5. informed consent harus dioeroleh. Standart consent form harus ditandatangani oleh suami atau
istri yang dari calon akseptor kontrasepsi mantap sebelum prosedur dilakukan. Umumnya
penandatanganan dokumen informed consent dilakukan setelah calon akseptor dan pasangannya
mendapat konseling.
Komplikasi yang mungkin terjadi dan penanganannya

1. infeksi luka

2. demam pasca operasi

3. luka pada kandung kemih, intestinal(jarang terjadi)

4. hematoma subkutan

5. emboli gas yang diakibatlkan laparaskopi (jarang terjadi)

6. rasa sakit pada lokasi pembedahan

7. perdarahan superfisial (tepi-tepi kulit atau subkutan)

Perawatan dan infirmasi yang perlu diberikan post-operatif mini-laparatomi

1. istirahat 2-3 jam sampai rasa ngantuk dan atau pusing hilang

2. jaga agar luka operasi tetap kering sampai pembalut dilepaskan

3. mulai lagi aktivitas normal secara bertahap (sebaiknya dapat kembali ke aktivitas normal di dalam
waktu 7hari setelah pembedahan)

4. hinndari bersenggama sampai merasa cukup nyaman setelah mulai kembali melakukan hubungan
intim, hentikan bila ada perasaan urang nyaman

5. hindari bekerja berat dan mengangkat beban berat selama 1 minggu

6. bila merasa sakit, minum obat 1 sampai 2 tablet penghilang rasa nyeri selama 4 sampai 6 jam

7. jadwalkan kunjungan pemeriksaan secara rutin antara 7 dan 14 hari setelah pembedahan

8. kembalilah setiap waktu bila diinginkan atau ada tanda-tanda dan gejala-gejala yang tidak biasa

9. cari pertolongan medis bila merasa demam (>38C), rasa sakit diabdomen yang menetap atau
tamba sakit, perdarahan dari bekas insisi dan pingsan

Perawatan post-operatif laparaskopi

1. segera setelah operasi, TTV px dipantau

2. ambulansi dini, diit biasa

3. setelah 4-8 jam keluar dari RS, selanjutnya rawat jalan

4. perawatan dirumah tidak ada, hanya harus merawat lukanya aja biar tidak basah

5. bila perlu diberikan antibiotik dan analgetik (oleh dokter)


Informasi umum

1. nyeri bahu selama 12-14 jam biasanya terjadi karna gas co2 atau udara di bawah diafragma
sekunder terhadap pneumoperitonium

2. tubektomi efektif setelah operasi dilakukan

3. periode haid akan berlanjut seperti biasa

4.

Anda mungkin juga menyukai