TUNAGRAHITA
Tuna berarti merugi dan grahita berarti pikiran. Istilah lain dari tunagrahita
penuh (totally dependent) butuh rawat, mental subnormal, defisit mental, defisit
kognitif, cacat mental, defisiensi mental, gangguan intelektual, dan down syndrom.1
kemampuan untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi, yang mulai timbul sebelum
usia 18 tahun.2 Selain itu, anak tunagrahita juga di artikan sebagai anak yang
perkembangan.3
1
Dodo Sudrajat dan Lilis Rosida, Pendidikan Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan Khusus,
(Jakarta: Luxima Metro Media, 2013), h. 16-17.
2
Dadan Rachmayana, op.cit., h. 23.
3
Dedy Kustawan, Penilaian Pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:
Luxima Metro Media, 2013), h. 14.
Tunagrahita di artikan sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual
umum dibawah rata-rata (IQ 84 ke bawah sesuai tes), muncul sebelum usia 16
tahun, dan menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif. Namun ada juga yang
muncul dalam masa perkembangan.4 Jadi, anak tunagrahita adalah anak yang
anak tersebut sulit menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan muncul saat masa
diajak berkomunikasi. Selain itu, kondisi fisik mereka tidak begitu mencolok.
Mereka mampu berlindung dari bahaya apapun. Karena itu anank tunagrahita
4
Ibid., h. 27.
5
Yani Meimulyani dan Caryoto, Media Pembelajaran Adaptif bagi Anak Berkebutuhan
Khusus, (Jakarta: Luxima Metro Media, 2013), h. 15.
Anak tunagrahita sedang juga mampu diajak berkomunikasi sama seperti
anak tunagrahita ringan. Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir dalam
menulis, membaca dan berhitung. Tetapi ketika ditanya siapa nama dan alamat
rumahnya akan dengan jelas dijawab. Mereka dapat bekerja dilapangan namun
dengan sedikit pengawasan. Begitu pula dengan perlindungan diri dari bahaya.
3. Tunagrahita berat
lain juga di jelaskan oleh Nunung Apriyanto seperti, tidak dapat membedakan
bahaya dan bukan bahaya, hanya mampu mengucapkan kata-kata atau tanda
memindahkan, mengisi karung beras sampai penuh, dan lain-lain).8 Jadi, anak
tunagrahita berat adalah anak tunagrahita yag hanya mampu mengucapkan kata-
kata atau tanda sederhana, namun tindak mampu mencapai tingkat kemandirian
tertentu.
6
Ibid., h. 15-16.
7
Dadan Rachmayana, op.cit, h.26.
8
Nur Fathurrahmatul A’liah, “Pelaksanaan Pembelajaran PAI Jurusan Tunagrahita di
SDLB Dharma Wanita Persatuan Banjarmasin”, Skripsi, (Banjarmasin: Perpustakaan FTK IAIN
Antasari, 2013), h. 34.
Tunagrahita sangat berat mempunyai kisaran IQ antara 19 atau kurang.
Biasanya mereka tidak dapat belajar berjalan, berbicara atau memahami. Angka
harapan kehidupan bagi anak tunagrahita sangat berat mungkin lebih pendek,
tergantung kepada penyebab dan beratnya tunagrahita. Dengan kata lain, semakin
berat ketunagrahitaannya maka semakin kecil angka harapan hidupnya.9 Selain itu,
tunagrahita ini disebut juga dengan idiot. Karena dalam kehidupan sehari-hari
Mereka tidak dapat mengurus dirinya sendiri apalagi berlindung dari bahaya.10
35-55.
9
Dadan Rachmayana, op.cit, h.25.
10
Yani Meimulyani dan Caryoto, h.16
kemampuan yang bersifat komunikatif. Anak ini memiliki IQ dibawah 25
atau 30.11
secara umum karakteristik anak tunagrahita yaitu: lamban dalam mempelajari hal-
hal yang baru, kesulitan dalam membentuk gagasan dan mempelajari hal-hal yang
baru, kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak tunagrahita berat, cacat fisik
dan perkembangan gerak, kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri, tingkah
laku dan interaksi yang tidak lazim, dan tingkah laku kurang wajar yang terus
menerus.12 Selain itu, anak tunagrahita juga mempunyai ciri-ciri yang lain
tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai dengan usia, tidak ada/kurang sekali
perhatian terhadap lingkungan, dan koordinasi gerakan kurang dengan kata lain
kromosomal
2. Sebelum lahir, meliputi infeksi rubella (cacar) dan faktor rhesus (Rh)
11
Dodo Sudrajat dan Lilis Rosida, op.cit., h. 18-19.
12
Kemis dan Ati Rosnawati, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita, (Jakarta:
Luxima Metro Media, 2013), h.17-18.
13
Elly Sari melinda, Pembelajaran Adaptif bagi Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:
Luxima Metro Media, 2013), h. 45.
3. Kelahiran, disebabkan oleh kejadian yang terjadi saat kelahiran
kekurangan gizi
cretinisme.14
pertumbuhan atau gizi atau nutrisi, penyakit otak yang nyata, akibat penyakit atau
gangguan waktu kehamilan, gangguan jiwa yang berat, pengaruh lingkungan, dan
kondisi-kondisi lainnya.15
Jadi, secara umum faktor penyebab anak menjadi tunagrahita berasal dari
sebagainya), dan lingkungan. Terjadi saat sebelum kelahiran, saat kelahiran, atau
14
Kemis dan Ati Rosnawati, op.cit., h. 15-16.
15
Dodo Sudrajat, op.cit., h. 22.
16
Kemis dan Ati Rosnawati, op.cit., h. 17.
D. Asas Pengajaran Anak Tunagrahita
Ada lima asas pengajaran yang sering diterapkan pada sekolah anak luar
penggunaan alat peraga mengajar sangat bermanfaat. Selain itu, alat peraga
sangat bermanfaat untuk menarik minat anak untuk belajar agar tidak cepat
2. Asas kehidupan konkret. Dalam asas ini anak di perlihatkan dengan situasi
anak-anak yang memiliki mental yang sama atau hampir sama di dalam
17
Sarkila, ”Strategi Pembelajaran PAI Pada Siswa Tunagrahita di Sekolah Dasar Luar Biasa
Negeri Marabahan Kabupaten Barito Kuala”, Skripsi, (Banjarmasin: Perpustakaan FTK IAIN
Antasari, 2015), h. 29-30.
5. Asas individual. Dalam asas ini guru memberikan bantuan atau bimbingan
Jadi, asas-asas pengajaran pada anak tunagrahita terdiri dari asas keperagaan
individu).
1. Masalah belajar
apapun harus terkait dengan objek yang bersifat konkrit. Hal ini berhubungan
dengan kelemahan ingatan jangka pendek, kelemahan dalam bernalar, dan sukar
sekali dalam mengembangkan ide. Selain itu, anak tunagrahita dalam mempelajari
sesuatu kerap kali melakukannya dengan cara coba-coba (trial and error). Mereka
tidak dapat menemukan kaidah dalam belajar, tidak dapat melihat obyek yang
dipelajari secara gestalt, dan lebih melihat sesuatu hal secara terpisah-pisah. Jadi
18
Sarkila, op.cit., h. 30.
melihat unsur nampak lebih dominan. Akibat dari kondisi seperti ini mereka
tersebut meliputi:
b. Setiap bagian dari bahan ajar , diajarkan satu demi satu dan dilakukan
secara berulang-ulang
pelajari
norma lingkungan. Oleh karena itu anak tunagrahita sering melakukan tindakan
yang tidak sesuai dengan norma lingkungan dimana mereka berada. Tingkah laku
anak tunagrahita sering dianggap aneh oleh sebagian anggota masyarakat karena
19
Kemis dan Ati Rosnawati, op.cit, h. 22.
20
Ibid., h. 25-26.
mungkin tindakannya tidak lazim dilihat dari ukuran normatif atau karena tingkah
Ada dua hal yang harus diperhatikan berkenaan dengan gangguan proses
substitusi bunyi menghilangkan bunyi dan gagap. Kedua; gangguan bahasa, dimana
seorang anak mengalami kesulitan dalam memahami dan menggunakan kosa kata
serta kesulitan dalam memahami aturan sintaksis dari bahasa yang digunakan.22
4. Masalah kepribadian
Anak tunagrahita memiliki ciri kepribadian yang khas, berbeda dari anak-
anak pada umumnya. Perbedaan ciri kepribadian ini berhubungan erat dengan
faktor organik seperti disposisi genetic, disfungsi otak, san faktor-faktor lingkungan
seperti; pengalaman pada masa kecil dan lingkungan masyarakat secara umum.23
Jadi, secara umum masalah yang dihadapi anak tunagrahita adalah belajar,
21
Ibid., h. 26-27.
22
Ibid., h.29-30.
23
Ibid., h.31.
F. Prinsip dalam Proses Pembelajaran Anak Tunagrahita
secara umum dan prinsip secara khusus. Prinsip secara umum meliputi prinsip
Jadi prinsip-prinsip tersebut tidak boleh diabaikan begitu saja, sebab prinsip
ini adalah acuan dalam kegiatan pembelajaran. Apabila prinsip tersebut kita
abaikan maka pembelajaran tidak akan berhasil dengan baik. Selain menerapkan
berguna untuk memotivasi peserta agar belajar dengan senang dan bergairah24
atau gerakan isyarat/non verbal) terhadap perilaku yang ditujukan siswa. Penguatan
diperhatikan, kontak pandang mata saling bertatap muka, mengangkat ibu jari atau
jempol tangan, dan tepuk tangan. Penguatan dengan sentuhan seperti memegang
atau menepuk bahu, mengusap kepala, dan jabat tangan. Penguatan dengan
pendekatan kepada siswa, seperti berdiri disamping siswa, guru berjalan mendekat
dan duduk disamping siswa. Penguatan dengan memberi hadiah, seperti alat tulis,
24
Ibid., h. 84-86.
boneka sederhana, dan sebagainya. Sedangkan penguatan verbal berbentuk kata-
25
Ibid., h. 87-93.