Nurmiati
(Mahasiswi IAIN Antasari Banjarmasin)
Abstract: This research has purpose to know the effective mathematics
learning for student with mental retardation towards tunagrahita child. The kind
of this research is library research. The source of data that used is the result of
the former research and related books to mathematics learning for student with
mental retardation towards tunagrahita child. The approach used in this
research is qualitative approach that has characteristic as descriptive
approach. Technique of data collection is by collecting and examine the
former research and related books to mathematics learning for student with
mental retardation towards tunagrahita child, then analyzed by content analysis
in qualitative characteristic. Result of this research is that mathematics
learning only can be taught towards low and medium student with mental
retardation tunagrahita child. Mathematics learning for student with mental
retardation towards tunagrahita child will be effective if the components in
mathematics learning can be operated well, such as: the objective of learning
can be reached, the material can be understood, the learning activities can be
operated based on the planning, using variations in learning method, using
media in learning activity if it is needed, have many learning resources and
using learning evaluation.
Key word: Learning, Mathematic, student with mental retardation Tunagrahita.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran matematika
yang efektif pada anak tunagrahita. Jenis penelitian ini adalah library
research (penelitian pustaka). Sumber data yang digunakan adalah hasil
penelitian terdahulu dan buku-buku yang berhubungan dengan pembelajaran
matematika pada anak tunagrahita. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dengan cara mengumpulkan dan mengkaji penelitian terdahulu
dan buku-buku yang berhubungan dengan pembelajaran matematika pada
anak tunagrahita, kemudian di analisis dengan analisis isi yang bersifat
kualitatif. Hasil dari penelitian ini yaitu pembelajaran matematika hanya
mampu di ajarkan kepada anak tunagrahita ringan dan tunagrahita sedang,
pembelajaran matematika pada anak tunagrahita akan efektif apabila
komponen-komponen dalam pembelajaran matematika terlaksana dengan
baik, seperti: tujuan pembelajaran dapat tercapai, materi pembelajaran dapat
dipahami, kegiatan pembelajaran berjalan sesuai dengan yang direncanakan,
metode pembelajaran yang digunakan bervariasi, menggunakan media
pembelajaran jika diperlukan, memiliki beberapa sumber belajar, dan evaluasi
terhadap pembelajaran dilaksanakan.
Kata kunci: Pembelajaran, Matematika, Tunagrahita
Pendahuluan
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
pasal 1 ayat 1 di dalam buku Undang-undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003
Tentang SISDIKNAS & Peraturan Pemerintah R.I. Tahun 2013 Tentang
Standar Nasional Pendidikan Serta Wajib Belajar, menyatakan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
(2014, 2) Sehingga pendidikan untuk manusia sangatlah penting dan dengan
adanya pendidikan kehidupan manusia lebih terarah. Pendidikan mampu
mengangkat derajat manusia didalam kehidupannya didunia. Orang yang
berpendidikan pastilah berbeda dengan orang yang tidak mempunyai
pendidikan, semua itu dapat dilihat pada perilakunya dengan orang lain,
kemampuannya dalam menghadapi masalah, sikapnya dalam bertindak dan
lain-lain.
Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 menyatakan
bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. (Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 2002) Hal ini menunjukan bahwa anak
berkebutuhan khusus mempunyai kesempatan yang sama dalam hal
pendidikan, sama seperti anak normal lainnya. Hanya saja, pendidikan yang
diberikan kepada anak berkebutuhan khusus tidak sama dengan pendidikan
yang diberikan pada anak umumnya, dikarenakan kelainan yang dimiliki oleh
mereka. Sehingga dibutuhkan pendidikan yang khusus pada anak
berkebutuhan khusus agar mereka mampu menerima pembelajaran yang
diberikan. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 pasal 5 ayat 2 di dalam buku Undang-undang R.I. Nomor 20
Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS & Peraturan Pemerintah R.I. Tahun 2013
Tentang Standar Nasional Pendidikan Serta Wajib Belajar, menyatakan bahwa
warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,
dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. (2014, 7)
Menurut Sumekar, anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang
mengalami penyimpangan, kelainan atau ketunaan pada fisik, mental, emosi
dan sosial, maupun gabungan dari hal-hal tersebut sehingga memerlukan
pendidikan yang khusus berdasarkan penyimpangan dan kelainan atau
ketunaan anak tersebut. (Anggraini 2013, 1-2) Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: ABK permanen dan ABK sementara.
ABK permanen seperti: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,
tunaganda, autistic, anak berkecerdasan dan berbakat istimewa. Sedangkan
ABK sementara seperti: berkesulitan belajar, anak jalanan, anak korban
narkoba, anak dalam suku dan adat budaya tertentu, anak PSK dan PSK anak,
anak daerah terpencil dan anak perbatasan. (Rachmayana 2013, 1-2) Selain
itu, ada juga yang membagi anak berkebutuhan khusus menjadi 11 bagian,
meliputi: tunanetra yaitu anak yang mengalami gangguan penglihatan,
berat pada usia sekolah (6-20 tahun), yaitu: bisa berbicara atau
belajar berkomunikasi dan bisa mempelajari kebiasaan hidup sehat
yang sederhana. Sedangkan kemampuan mereka pada masa dewasa
(21 tahun ke atas), yaitu: bisa memelihara diri sendiri dibawah
pengawasan dan dapat melakukan beberapa kemampuan
perlindungan diri dalam lingkungan yang terkendali. (Rachmayana
2013, 25)
7 Tunagrahita sangat berat
Tunagrahita sangat berat mempunyai kisaran IQ antara 19 atau kurang.
Biasanya mereka tidak dapat belajar berjalan, berbicara atau memahami.
Angka harapan kehidupan bagi anak tunagrahita sangat berat mungkin lebih
pendek, tergantung kepada penyebab dan beratnya tunagrahita. Dengan kata
lain, semakin berat ketunagrahitaannya maka semakin kecil angka harapan
hidupnya.
Pada usia prasekolah (sejak lahir-5 tahun), anak tunagrahita sangat
berat memiliki kemampuan yang sangat terbelakang, koordinasi ototnya
sedikit sekali, bahkan mungkin memerlukan perawatan khusus. Pada usia
sekolah (6-20 tahun), anak tunagrahita sangat berat hanya memiliki beberapa
koordinasi otot, bahkan memiliki kemungkinan tidak dapat berjalan atau
berbicara. Sedangkan pada masa dewasa (21 tahun ke atas), mareka memiliki
kemampuan merawat diri tetapi sangat terbatas, memiliki beberapa koordinasi
otot dan berbicara, dan memerlukan perawatan khusus. (Rachmayana 2013,
25)
Menurut Hildayani,dkk ada tiga faktor yang menyebabkan seseorang
menjadi tunagrahita yaitu faktor genetik, faktor biologis non-keturunan, dan
faktor lingkungan. Faktor genetik karena adanya pembentukan enzim yang
salah. Faktor biologis non-keturunan terdiri dari radiasi sinar X, gizi ibu yang
kurang baik ketika hamil, obat-obatan, dan faktor kimia di dalam darah
manusia. Sedangkan faktor lingkungan disebabkan oleh dorongan yang di
berikan kepada anak. (Dewi 2012, 9)
Pembelajaran Matematika pada Anak Tunagrahita
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 1 ayat 36 di
dalam buku Undang-undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS
& Peraturan Pemerintah R.I. Tahun 2013 Tentang Standar Nasional
Pendidikan Serta Wajib Belajar, menyatakan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan/atau sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. (2014, 286) Pembelajaran berasal dari kata belajar.
Menurut Howard L. Kingskey, learning is the process by which behavior (in
the broader sense) is originated or change trough practice or training.
Maksudnya , belajar adalah suatu proses di mana tingkah laku (dalam arti
luas) ditimbulkan atau di ubah melalui praktek atau latihan. (Djamarah 2011,
13) Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir dan berargumentasi seseorang, memberikan kontribusi
Metode Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang di teliti yaitu pembelajaran
matematika pada tunagrahita maka peneliti memilih jenis penelitian library
research (penelitian pustaka). Penelitian pustaka adalah penelitian yang
berdasarkan karya tulis, termasuk di dalamnya hasil penelitian baik yang
belum maupun telah di publikasikan secara cetak atau dalam bentuk digital.
(Nadhiroh 2016) Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif berupa uraian kata-kata yang bersifat deskriptif.
Sumber data yang digunakan adalah buku-buku dan hasil penelitian yang
berhubungan dengan pembelajaran matematika pada anak tunagrahita. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara mengoleksi data,
maksudnya mengumpulkan dan mengkaji buku-buku dan hasil penelitian
tentang pembelajaran matematika pada anak tunagrahita. Sedangkan teknik
analisis data merupakan tahap pengolahan terhadap data yang terdiri dari
penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, dan penafsiran data yang telah
dikumpulkan. (Nadhiroh 2016) Penelitian ini akan di analisis dengan analisis
isi yang bersifat kualitatif. Kualitatif merupakan penelitian yang digunakan
untuk mendapatkan data yang mendalam mengenai data yang sebenarnya.
(Sugiyono 2009, 9)
Hasil Penelitian
Dari data di atas di peroleh bahwasanya pembelajaran matematika
pada anak tunagrahita hanya dapat di ajarkan kepada anak tunagrahita ringan
dan anak tunagrahita sedang. Pada anak tunagrahita ringan mereka masih
mampu di didik dalam berhitung sederhana seperti menghitung jumlah benda
yang ada di sekitarnya, menghitung jumlah uang yang mereka miliki,
melakukan operasi terhadap bilangan (seperti melakukan transaksi jual beli),
bahkan menghitung dalam bentuk abstrak (seperti melakukan operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, maupun pembagian). Pada anak
tunagrahita sedang juga masih mampu diberikan pembelajaran matematika,
karena mereka mampu mengenal angka. Misalnya membilang angka 1 sampai
dengan 10. Sedangkan pada anak tunagrahita berat dan sangat berat sudah
tidak mungkin lagi untuk belajar matematika, karena di dalam kegiatan yang
di lakukan oleh anak tunagrahita berat dan sangat berat selalu membutuhkan
pertolongan dari orang lain. Jangankan belajar matematika, mengurus diri
mereka sendiri (seperti: mandi, ke WC, makan, memakai baju, dan kegiatan
pribadi lainnya) masih membutuhkan orang lain.
Dari beberapa hasil penelitian terhadap pembelajaran anak tunagrahita
di peroleh bahwa
1.
2.
Pembahasan
Ada lima asas pengajaran yang sering di terapkan pada sekolah anak
luar biasa bagian tunagrahita yang telah di sebutkan di atas. Agar
pembelajaran matematika dapat dipahami dan di ingat oleh anak tunagrahita
setidaknya seorang guru yang mengajar menerapkan asas-asas tersebut di
dalam pembelajarannya.
1. Asas keperagaan pada pembelajaran matematika.
Alat peraga sangat penting dalam memahamkan suatu materi kepada
siswa. Pada siswa normal saja mereka sangat membutuhkan alat peraga,
apalagi untuk anak tunagrahita dalam belajar matematika. Karena matematika
itu abstrak sehingga sangat sulit untuk di bayangkan, dengan bantuan alat
peraga di harapkan siswa lebih mudah untuk memahami suatu pelajaran yang
telah di berikan. Contoh dalam mengenalkan unsur-unsur kubus kepada siswa,
guru menggunakan alat peraga kubus pelangi yang mana kubus ini
mempunyai banyak warna dan dapat di lihat unsur-unsur kubus yang ada di
dalamnya seperti titik sudut, rusuk, sisi,diagonal bidang, diagonal ruang dan
lain-lain. Selain dapat menarik minat siswa dalam belajar juga dapat
membantu proses berpikir siswa.
2. Asas kehidupan konkret dalam pembelajaran matematika
Pembelajaran matematika di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya untuk mengenalkan angka kepada siswa, guru menggunakan benda-
benda yang di miliki oleh siswa seperti tas, polpen, dan buku. Seperti
mengenalkan angka satu, lalu guru mengambil satu buah buku. Mengenalkan
angka dua, guru mengmbil dua buah polpen, begitu seterusnya. Sehingga
siswa merasakan bahwa pembelajaran matematika sangan berguna dalam
kehidupannya.
3. Asas sosialisasi dalam pembelajaran matematika
Pembelajaran matematika dapat di terapkan langsung dalam kehidupan
beramasyarakat. Misalnya dalam mengajarkan operasi penjumlahan dan
pengurangan terhadap bilangan bulat, guru membawa siswa-siswa ke pasar
untuk melakukan transaksi jual beli. Ketika harga yang harus di bayar itu
kurang maka siswa harus menambahkan uang yang mereka miliki, begitu juga
apabila uang yang mereka miliki itu lebih maka mereka meminta kembalian
dari uang tersebut.
4. Asas skala perkembangan mental pada pembelajaran matematika
Kemampuan siswa terhadap pembelajaran matematika ada yang
berbeda, ada yang hampir sama, bahkan ada yang sama. Semua itu dapat di
lihat dari hasil latihan yang di berikan oleh seorang guru kepada siswanya.
Untuk mempermudah guru dalam mengajarkan pembelajaran matematika
tersebut maka siswa sebaiknya di kelompokkan berdasarkan kemampuan yang
di milikinya. Misalnya siswa yang hanya bisa melakukan operasi penjumlahan
bilangan dan kesulitan dalam pengurangan bilangan di kelompokan dengan
siswa yang hanya bisa melakukan operasi penjumlahan. Begitu juga dengan
siswa yang tidak bisa melakukan operasi pembagian, namun bisa melakukan
operasi penjumlahan, pengurangan, dan perkalian bilangan di kelompokkan
dengan siswa yang memiliki kemampuan sama.
5. Asas individual pada pembelajaran matematika
Ketika sudah dikelompokan berdasarkan kemampuan yang dimilki
oleh siswa tersebut, namun masih ada siswa yang tertinggal dari kemampuan
teman sekelompoknya maka guru harus memberikan bantuan secara individual
kepada siswa tersebut. Sehingga siswa yang tertinggal tadi dapat mengejar
ketertinggalan dari teman sekelompoknya.
Agar pembelajaran matematika pada anak tunagrahita dapat terlaksana
dengan baik, maka komponen-komponen pembelajaran yang berada di
dalamnya juga harus terlaksana dengan baik.
1. Tujuan pembelajaran matematika pada tunagrahita yaitu siswa mampu
berhitung sederhana, sehingga siswa mampu meningkatkan
pengetahuannya dalam berhitung, mampu mengontrol emosi yang di
milikinya (seperti tidak cepat menyerah apabila belum bisa mengerjakan),
dan mampu menerapkan perhitungan sederhana tersebut di dalam
kehidupan sehari-hari (seperti transaksi jual beli).
Simpulan
Dari data-data di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa pembelajaran
matematika pada anak tunagrahita hanya mampu di ajarkan pada anak
tunagrahita ringan dan tunagrahita sedang. Pembelajaran matematika pada
anak tunagrahita akan efektif apabila komponen-komponen dalam
pembelajaran matematika terlaksana dengan baik, seperti: tujuan pembelajaran
dapat tercapai, materi pembelajaran dapat dipahami, kegiatan pembelajaran
berjalan sesuai dengan yang direncanakan, metode pembelajaran yang
digunakan bervariasi, menggunakan media pembelajaran jika diperlukan,
memiliki beberapa sumber belajar, dan evaluasi terhadap pembelajaran
dilaksanakan.
Rekomendasi
Kepada guru di harapkan untuk lebih bervariasi lagi dalam
menggunakan metode pembelajaran, karena sangat berpengaruh terhadap
minat siswa dalam belajar matematika. Kepada sekolah di harapkan juga
menyediakan media pelajaran yang mendukung proses pembelajaran
matematika yang berlangsung, karena dengan adanya media pembelajaran
dapat membantu memahamkan anak tunagrahita dalam memahami materi
pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkrit.
Daftar Pustaka
Anggraini, Rima Rizki. 2013. Persepsi Orang Tua terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus (Deskriptif kuantitatif di SDLB N.20 Nan
Balimo Kota Solok). Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus.
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu (31 Mei 2016).
Arifah, Ifa. 2014. Pelaksanaan Pembelajaran Bagi Siswa Tunagrahita di
Kelas 5 SD Gunungdani, Pengasih, Kulon Progo. Skripsi. Universitas
Negeri Yogyakarta. http://eprints.uny.ac.id/14328/ (10 Juni 2016).
Ariyani, Nur Indah. Meningkatkan Kemampuan Menjumlah bagi Anak
Tunagrahita Ringan di SDLB-C Demak Melalui Media Game Edukasi
Matematika. Universitas Dian Nuswantoro.
http://eprints.dinus.ac.id/12261/ (15 Juli 2016).
Aromawati, Nurfitria. 2014. Pengaruh Permainan Jual Beli Menggunakan
Uang Terhadap Hasil Belajar Matematika Anak Tunagrahita Ringan
Kelas IV SLB Cindekia Kabuh Jombang. Skripsi. Universitas Negeri