Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1,

menyatakan bahwa

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. 1

Pendidikan bagi manusia sangatlah penting, dengan adanya pendidikan

kehidupan manusia lebih terarah. Pendidikan mampu mengangkat derajat manusia

di dalam kehidupannya di dunia. Orang yang berpendidikan pastilah berbeda

dengan orang yang tidak mempunyai pendidikan, semua itu dapat di lihat pada

perilakunya terhadap orang lain, kemampuannya dalam menghadapi masalah,

sikapnya dalam bertindak dan lain-lain. Allah SWT berfirman di dalam al-Qur’an

surah al-Mujadilah ayat 11:

…‫ٱّلله ٱلَذِينَ َءا َمنهواْ ِمن هك ۡم َوٱلَذِينَ أهوتهواْ ٱ ۡل ِع ۡل َم دَ َر َٰ َجت‬


َ ِ‫…يَ ۡرفَع‬

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah swt. akan meninggikan orang-orang

yang beriman kepada-Nya dan juga orang-orang yang menuntut ilmu beberapa

derajat dibanding manusia lain. Dengan menuntut ilmulah pendidikan akan dapat

kita peroleh

1
2

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 menyatakan bahwa setiap

warga negara berhak mendapat pendidikan. Hal ini menunjukan bahwa setiap anak

mempunyai hak yang sama dalam pendidikan, tidak terkecuali anak berkebutuhan

khusus. Tentang Hal ini sesuai dengan firman Allah swt di dalam al-Qur’an surah

al-Hujurat ayat 9:

َ َ‫… إِ َن أ َ ۡك َر َم هك ۡم ِعند‬
١٣ … ‫ٱّللِ أ َ ۡتقَ َٰى هك ۡم‬

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah

orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Mengenal

Hanya saja, pendidikan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus

tidak sama dengan pendidikan yang diberikan pada anak umumnya. Sehingga

dibutuhkan pendidikan yang khusus pada anak berkebutuhan khusus agar mereka

mampu menerima pembelajaran yang diberikan. Sesuai dengan Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 5 ayat 2, menyatakan bahwa warga

negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial

berhak memperoleh pendidikan khusus.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara pendidikan

memerlukan layanan spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya

karena memiliki hambatan belajar dan hambatan perkembangan. 2 Berdasarkan

sifatnya, anak berkebutuhan khusus terbagi menjadi dua bagian, yaitu permanen

2
Dedy Kustawan dan Yani Meimulyani, Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan
Layanan Khusus serta Implementasinya, (Jakarta: Luxima Metro Media, 2013), h. 28.
3

dan temporer. Anak berkebutuhan khusus permanen meliputi anak yang mengalami

hambatan penglihatan (tunanetra), hambatan pendengaran (tunarungu), hambatan

berbicara (tunawicara), hambatan kecerdasan atau mental (tunagrahita), hambatan

fisik (tunadaksa), hambatan mengendalikan emosi dan kontrol sosial (tunalaras),

kelainan majemuk (tunaganda), berkesulitan belajar spesifik, lamban belajar,

autisme, gangguan konsentrasi (Attention Deficit Disorder/ADD ), gangguan

pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (Attention Deficit Hyperactive

Disorder/ADHD), dan anak yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat

istimewa (CI + BI). Sedangkan anak berkebutuhan khusus temporer terdiri dari

anak di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, anak dari

daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial, dan anak yang berasal dari

keluarga yang tidak mampu dari segi ekonomi. 3 Selain itu, yang termasuk dalam

anak berkebutuhan khusus temporer adalah anak jalanan, anak korban narkoba,

anak PSK dan PSK anak.4

Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan

pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa peserta didik berkelainan atau

anak berkebutuhan khusus dikelompokkan menjadi peserta didik berkelainan tanpa

disertai dengan kemampuan intelektual dibawah rata-rata dan peserta didik

berkelainan disertai dengan kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Peserta didik

berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual dibawah rata-rata,

meliputi: tunanetra (A), tunarungu (B), tunadaksa ringan (D), dan tunalaras (E).

3
Ibid. h. 29-37.
4
Dadan Rachmayana, Di antara Pendidikan Luar Biasa Menuju Anak Masa Depan yang
Inklusif. (Jakarta: Luxima Metro Media, 2013), h. 1-2.
4

Mereka mampu mengikuti kurikulum standar dengan penyesuaian. Sedangkan,

peserta didik berkelainan disertai dengan kemampuan intelektual dibawah rata-rata,

meliputi: tunagrahita ringan (C), tunagrahita sedang (C1), tunadaksa sedang (D1),

dan tunaganda (G). Kurikulum dirancang sangat sederhana sesuai dengan batas-

batas kemampuan peserta didik dan sifatnya lebih individual. Mereka memerlukan

kurikulum yang sangat spesifik, sederhana dan bersifat tematik untuk mendorong

kemandirian dalam hidup sehari-hari. Diantara anak berkebutuhan khusus yang

telah disebutkan, dapat diketahui bahwa peserta didik berkelainan disertai dengan

kemampuan intelektual dibawah rata-rata dan memiliki hambatan kecerdasan

adalah anak tunagrahita.

Tunagrahita adalah anak yang fungsi intelektualnya sangat lamban dengan

IQ 70 ke bawah. Selain itu, perkembangan perilaku adaptif anak tunagrahita juga

rendah yang akan berakibat langsung pada kehidupan sehari-harinya. Tunagrahita

diklasifikasikan menjadi tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, tunagrahita berat,

dan tunagrhita sangat berat. Tunagrahita ringan adalah tunagrahita yang masih

mampu dididik dan dilatih seperti membaca, menulis, berhitung, menjahit,

memasak, bahkan berjualan. Tunagrahita sedang yaitu tunagrahita yang masih bisa

di ajak berkomunikasi, tetapi tidak begitu mahir membaca, menulis, dan berhitung.5

Tunagrahita berat yaitu tunagrahita yang hanya mampu mengucapkan kata-kata

atau tanda sederhana.6 Sedangkan tunagrahita sangat berat merupakan tunagrahita

5
Yani Meimulyani dan Caryoto, Media Pembelajaran Adaptif bagi Anak Berkebutuhan
Khusus, (Jakarta: Luxima Metro Media, 2013), h. 15-16.

6
Nur Fathurrahmatul A’liah, “Pelaksanaan Pembelajaran PAI Jurusan Tunagrahita di
SDLB Dharma Wanita Persatuan Banjarmasin”, Skripsi, (Banjarmasin: Perpustakaan FTK IAIN
Antasari, 2013), h. 34.
5

yang biasanya tidak dapat berjalan, berbicara atau memahami.7 Di antara jenis

tunagrahita di atas, maka jenis tunagrahita ringanlah yang lebih mampu dididik

dibandingkan jenis tunagrahita lainnya.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 37 ayat 1

menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:

pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu

pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani

dan olahraga, keterampilan/ kejuruan, dan muatan lokal. Jadi, Matematika

merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang harus di berikan di sekolah, baik

sekolah dasar maupun sekolah menengah.

Matematika harus diberikan kepada anak tunagrahita karena sangat

bermanfaat bagi mereka dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Salah satu

materi dalam Matematika adalah penjumlahan. Penjumlahan adalah operasi

terhadap bilangan-bilangan. Penjumlahan menghubungkan dua bilangan dengan

suatu bilangan yang lain.8 Dengan penjumlahan anak tunagrahita mampu

menghitung uang yang di milikinya, melakukan transaksi jual beli dengan orang

lain, menghitung benda-benda di sekitarnya dan lain-lain.

Matematika sering di anggap oleh sebagian besar siswa sebagai mata

pelajaran yang sangat sulit. Akibatnya, banyak siswa yang tidak begitu suka dengan

matematika, bahkan matematika baginya merupakan momok yang menakutkan,

7
Dadan Rachmayana, Di antara Pendidikan Luar Biasa Menuju Anak Masa Depan yang
Inklusif. (Jakarta: Luxima Metro Media, 2013), h. 25.
8
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Pedoman Khusus
Matematika 2a, (Jakarta: Percetakan Negara R.I., 1980), h. 42.
6

“ilmu mati-matian” (dari segi menghitung dan mengingat rumusnya). Adapula yang

menganggap matematika sebagai cabang ilmu yang tidak penting untuk dipelajari.

Pernyataan-pernyataan negatif tersebut menjadikan penguasaan mereka terhadap

matematika lemah.9 Hal itu di sebabkan karena konsep-konsep matematika itu

abstrak, sedangkan siswa pada umumnya berpikir dari hal-hal yang konkret menuju

hal-hal yang abstrak.

Ely Rahmah dalam penelitiannya yang berjudul Pembelajaran Matematika

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam pendidikan Inklusif di Kelas IV SDN

Benua Anyar 8 Banjarmasin (Penyelenggara Pendidikan Inklusif) Tahun Pelajaran

2013/2014 menyatakan bahwa matematika bagi anak tunagrahita merupakan

sesuatu yang sangat sulit, karena mereka memiliki hambatan dalam kemampuan

intelektualnya (kecerdasan). Sehingga, anak tunagrahita mengalami kesulitan

mengingat sesuatu dalam jangka panjang dan juga sulit memahami sesuatu yang

abstrak.10 Selain itu, penggunaan media pembelajaran sangat kurang. Hal ini

dikarenakan beberapa faktor, di antaranya: kurangnya sarana pendukung

pembelajaran matematika, keadaan siswa yang berbeda dalam perlakuan, dan

waktu yang tersedia.11 Namun, media pembelajaran sangat penting dalam

pelaksanaan pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan, media pembelajaran

9
Juhriansyah, Matematika Warisan Peradaban Islam, (Banjarmasin: Comdes
Kalimantan, 2005), h. 9-10.
10
Ely Rahmah, “Pembelajaran Matematika Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam
pendidikan Inklusif di Kelas IV SDN Benua Anyar 8 Banjarmasin (Penyelenggara Pendidikan
Inklusif) Tahun Pelajaran 2013/2014”, Skripsi, (Banjarmasin: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan IAIN Antasari, 2014), h. 100. t.d.

11
Ibid., h. 97.
7

mampu menjadikan matematika yang abstrak dapat di pahami secara konkret oleh

anak tunagrahita.

Media pembelajaran adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain, baik berupa bahan,

peralatan, keterampilan, sikap maupun orang. Media pembelajaran yang dimaksud

haruslah sesuai dengan karakteristik anak tunagrahita, seperti lamban dan

mengalami kesulitan dalam mempelajari hal-hal yang baru. Begitu pentingnya

media pembelajaran matematika bagi anak tunagrahita dalam proses pembelajaran,

sehingga peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul penelitian Media

Pembelajaran Matematika yang Digunakan Anak Tunagrahita Ringan pada

Materi Operasi Hitung Penjumlahan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja media pembelajaran matematika yang digunakan anak

tunagrahita ringan pada materi operasi hitung penjumlahan?

2. Apa saja kelebihan dan kekurangan masing-masing media pembelajaran

matematika yang digunakan anak tunagrahita ringan pada materi operasi

hitung penjumlahan?

3. Bagaimana kendala dalam penggunaaan media pembelajaran matematika

yang digunakan anak tunagrahita ringan pada materi operasi hitung

penjumlahan?

4. Bagaimana dampak media pembelajaran matematika pada materi operasi

hitung penjumlahan terhadap anak tunagrahita ringan?


8

C. Definisi Operasional dan Lingkup Pembahasan

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap judul di atas maka penulis

merasa penting untuk menegaskan dalam hal ini:

1. Media pembelajaran Matematika

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dan merangsang untuk terjadinya proses belajar mengajar pada

siswa.12 Matematika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia di definisikan sebagai

ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan langkah-langkah operasional

dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.13 Jadi, media pembelajaran

Matematika adalah sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan

merangsang pembelajaran tentang Matematika. Media pembelajaran matematika

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media pembelajaran matematika yang

digunakan dalam penelitian Mahasiswa.

2. Anak tunagrahita ringan

Anak tunagrahita ringan merupakan anak yang memiliki kemampuan

intelegensi di bawah rata-rata anak normal yang menyebabkan anak tersebut sulit

menyesuaikan diri dengan lingkungannya, memahami dan mengingat sesuatu yang

muncul saat masa perkembangan. Namun, Anak tunagrahita tersebut masih mampu

12
Zainal Aqib, Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Konstektual (Inovatif),
(Bandung: Yrama Widya, 2013), h. 50.

Analisa Fitria, “Mengenalkan dan Membelajarkan Matematika pada Anak Usia Dini”.
13

Mu’adalah-Jurnal Studi Gender dan Anak (Juli-Desember, 2013), h. 46.


9

dididik dan dilatih seperti membaca, menulis, berhitung, menjahit, memasak,

bahkan berjualan.

3. Operasi Hitung Penjumlahan

Penjumlahan adalah operasi terhadap bilangan-bilangan. Penjumlahan

menghubungkan dua bilangan dengan suatu bilangan yang lain.14 Penjumlahan

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah materi penjumlahan yang diajarkan di

Sekolah Dasar Luar Biasa dan Sekolah Iklusif.

Jadi, yang di maksud dengan judul di atas adalah kumpulan media

pembelajaran matematika yang digunakan pada anak tunagrahita ringan dengan

materi penjumlahan di Sekolah Dasar Luar Biasa dan Sekolah Inklsif.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui:

1. Media pembelajaran matematika yang digunakan anak tunagrahita ringan

pada materi operasi hitung penjumlahan.

2. Kelebihan dan kekurangan masing-masing media pembelajaran

matematika yang digunakan anak tunagrahita ringan pada materi operasi

hitung penjumlahan.

14
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Pedoman Khusus
Matematika 2a, (Jakarta: Percetakan Negara R.I., 1980), h. 42.
10

3. Kendala dalam penggunaaan media pembelajaran matematika yang

digunakan anak tunagrahita ringan pada materi operasi hitung

penjumlahan.

4. Dampak media pembelajaran matematika pada materi operasi hitung

penjumlahan terhadap anak tunagrahita ringan.

E. Signifikansi Penelitian

1. Signifikansi teoritis

a. Bagi pendidikan, sebagai bahan informasi serta pengembangan dalam

bidang ilmu pengetahuan, khususnya dalam media pembelajaran

matematika yang digunakan anak tunagrahita ringan pada materi

operasi hitung penjumlahan.

b. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan serta referensi pembanding bagi

peneliti lainnya dalam mengembangkan ilmu pengatahuan, khususnya

tentang media pembelajaran matematika yang digunakan anak

tunagrahita ringan pada materi operasi hitung penjumlahan.

2. Signifikamsi praktis

a. Membantu para guru dalam memilih media pembelajaran matematika

yang tepat bagi anak tunagrahita.

b. Sumbangan pemikiran tentang media pembelajaran matematika yang

digunakan pada anak tunagrahita.


11

c. Sebagai bahan informasi kepada pembaca untuk menambah wawasan

dan pengetahuan tentang media pembelajaran matematika yang

digunakan pada anak tunagrahita.

F. Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian tentang media pembelajaran Matematika pada anak

Tunagrahita ringan pada materi operasi hitung penjumlahan di antaranya yaitu:

1. Penggunaan Media Abacus dalam Meningkatkan Kemampuan Operasi

Hitung Penjumlahan 1-10 pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas I SDLB

Negeri Sungai Malang oleh Shopia. Dari penelitian diperoleh

kesimpulan bahwa penggunaan media abacus dapat meningkatkan

kemampuan operasi hitung penjumlahan 1-10 anak tunagrahita ringan

kelas I SDLB Negeri Sungai Malang.

2. Meningkatkan Kemampuan Berhitung Penjumlahan Bilangan Bulat 1

sampai 20 Siswa Tunagrahita Ringan Kelas D3-C dengan

Menggunakan Media CD Interaktif Cermatika di SLB-C Negeri

Pembina Provinsi Kalimantan Selatan oleh Nanik Wijayanti. Dari

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif pada

penggunaan media CD Interaktif CERMATIKA karena terbukti dapat

meningkatkan hasil kemampuan berhitung siswa tunagrahita ringan

kelas D3-C di SLB-C Negeri Pembina Provinsi Kalimantan Selatan.

3. Penggunaan Media Dabol (Dadu dan Bola) dalam Meningkatkan

Kemampuan Operasi Penjumlahan pada Anak Tunagrahita Ringan


12

Kelas III di SDLB YPLB Banjarmasin oleh Farida Aryani. Dari

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dabol (dadu

dan bola) dapat meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan anak

tunagrahita ringan kelas III di SDLB YPLB Banjarmasin.

4. Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Penjumlahan

Menggunakan Media Dekak-Dekak pada Anak Tunagrahita Ringan

Kelas III/C SDLB Negeri Sungai Malang Amuntai oleh Fitriyadi. Dari

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan kemampuan

operasi hitung penjumlahan seluruh subjek penelitian dengan media

Dekak-dekak pada anak tunagrahita ringan kelas III/C SDLB Negeri

Sungai Malang Amuntai.

5. Pengaruh Penggunaan Media Flash Card dalam Meningkatkan

Kemampuan Penjumlahan pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas II

SDLB Negeri Pelita Hati Tanjung oleh Fina Ria Noviana. Dari penelitian

ini diperoleh bahwa adanya pengaruh penggunaan media Flash Card

dalam meningkatkan kemampuan penjumlahann pada Anak Tunagrahita

Ringan kelas II SDLB Negeri Pelita Hati Tanjung.

6. Peningkatan Kemampuan Operasional Penjumlahan Mata Pelajaran

Matematika dengan Media Gambar pada Siswa Kelas III Tunagrahita

Ringan SDLB Negeri Semarang oleh Agung Santoso Pribadi.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat peningkatan kemampuan

operasional penjumlahan mata pelajaran matematika dengan


13

menggunakan media gambar pada siswa kelas III Tunagrahita ringan

SDLB Negeri Semarang.

7. Peningkatan Kemampuan Operasional Penjumlahan pada Bidang Studi


Matematika melalui Media Gambar pada Anak Tunagrahita Ringan
Kelas II SDLB Negeri Jepon Blora Semester II Tahun Pelajaran
2009/2010 oleh Sri Idayatni. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
pembelajaran dengan menggunakan media Gambar dapat meningkatkan
kemampuan operasional penjumlahan bidang studi Matematika pada
anak Tunagrahita ringan kelas II SDLB Negeri Jepon Blora tahun
pelajaran 2009/2010.

8. Meningkatkan Hasil Pembelajaran Matematika Materi Operasi Hitung


Penjumlahan dengan Media Gambar pada Anak TunagrahitaRingan
KelasII-C SDLB Negeri Sungai Malang Amuntai oleh Mawarti. Dari
penelitian ini diperoleh bahwa dengan menggunakan media gambar
dapat meningkatkan hasil pembelajaran matematika materi operasi
hitung penjumlahan pada anak tunagrahita ringan.

9. Peningkatan Kemampuan Operasi Hitung Penjumlahan pada Anak


Tunagrahita Ringan Kelas IV di SDLBN Sungai Paring Martapura
Melalui Media Holkon oleh Dhian Megawati. Dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa media Holkon dapat meningkatkan kemampuan
operasi hitung penjumlahan pada anak tunagrahita ringan kelas IV di
SDLBN Sungai Paring Martapura.

10. Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan melalui Media Kartu yang

Bergambar Domino pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas DIII/C di

SLB Limas Padang oleh Fenty Anita Putri. Dari penelitian ini di peroleh

bahwa media kartu yang bergambar domino dapat meningkatkan


14

kemampuan penjumlahan yang hasilnya kurang dari 20 bagi anak

tunagrahita ringan dikelas DIII/C SLB Limas Padang.

11. Peningkatan Kemampuan operasi Penjumlahan melalui Media Kartu

Bilangan pada Anak Tunagrahita Kelas 1C SLB B, C – Autis Bina Asih

Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 oleh Susi Wahyuningrum.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan kartu bilangan dapat

meningkatkan kemampuan penjumlahan matematika pada siswa kelas

1C SLB B, C – Autis Bina Asih Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.

12. Kemampuan Penjumlahan Anak Tunagrahita Ringan melalui Media

Kartu Remi oleh Eza Yusdial. Kesimpulan penelitian ini adalah media

kartu remi dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan bagi anak

tunagrahita ringan kelas D.VI/C di SLB Perwari Padang.

13. Pengaruh Penggunaan Media Kotak Penjumlahan dalam Meningkatkan

Operasi Hitung Penjumlahan pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas IIIC

SLB-B/C Paramitha Graha Banjarmasin oleh Elliska Amaliya. Dari

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh penggunaan

media Kotak Penjumlahan dalam meningkatkan kemampuan operasi

hitung penjumlahan 1 sampai 10 pada anak tunagrahita ringan kelas III

C SLB B/C Paramita Graha Banjarmasin.

14. Peningkatan Hasil Belajar Matematika (Penjumlahan) melalui Media

Manik-manik pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas II SLB PGRI Badas

Kabupaten Kediri oleh Charis Fauzy. Hasil dari penelitian ini adalah

terdapat peningkatan hasil belajar berhitung penjumlahan bilangan 1 –


15

20 dengan menggunakan media manik-manik pada siswa Tunagrahita

ringan kelas II SLB PGRI Badas Kabupaten Kediri.

15. Pengaruh Penggunaan Media Menara Hitung terhadap Prestasi Belajar

Matematika Anak Tunagrahita Ringan Kelas D3 SLB C YSSD Surakarta

Tahun Ajaran 2009/2010 oleh Rizki Mulyono. Kesimpulan dari

penelitian ini adalah tidak ada pengaruh positif pengunaan media

Menara Hitung terhadap peningkatan prestasi Belajar Matematika anak

Tunagrahita ringan kelas D3 SLB C YSSD Surakarta.

16. Pengaruh Media Papan Bilah dalam Meningkatkan Kemampuan

Penjumlahan 1 sampai 10 pada Murid Tunagrahita Ringan Kelas III

SDLBN Amuntai oleh Yanor Rahim. Dari penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa media Papan Bilah dapat meningkatkan kemampuan

menjumlahkan 1 sampai 10 pada murid tunagrahita ringan kelas III di

SDLB Amuntai.

17. Penggunaan Papan Bilah Penjumlahan dalam Pembelajaran

Matematika pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas III SDLB di SLB

Tunas Sejahtera Seyegan oleh Endang Sari Widana. Hasil dari penelitian

ini adalah pelaksanaan penggunaan media papan bilah penjumlahan

dalam pembelajaran matematika, kesulitan belajar anak tunagrahita

ringan, dan hasil belajar siswa. Pelaksanaan penggunaan media papan

bilah penjumlahan dalam pembelajaran matematika meliputi:

menyiapkan, membagikan, mengenalkan, dan menerangkan fungsi

media; mengenalkan bilah angka warna biru dan merah; memberi contoh
16

bilangan yang akan dihitung dalam tabel; mengambil bilah angka warna

biru; memasang bilah angka warna biru; mengambil bilah angka warna

merah; memasang bilah angka warna merah; membaca hasil

penjumlahan; dan menuliskan hasil kedalam tabel penjumlahan.

Kesulitan belajar yang terjadi pada anak tunagrahita ringan dalam

menggunakan papan bilah penjumlahan pada awalnya adalah memasang

angka warna biru, membaca hasil penjumlahan, dan menuliskan hasil

penjumlahan ke dalam tabel. Sedangkan hasil belajar siswa setelah

pertemuan minggu ketiga siswa sudah dapat menggunakan papan bilah

penjumlahan secara benar dan mencapai hasil yang memuaskan, yaitu

memperoleh nilai 10 dengan KKM sebesar 7,5.

18. Penggunaan Media Papan Congklak Hitung dalam Meningkatkan

Operasi Hitung Penjumlahan 1 sampai 10 pada Anak Tunagrahita

Ringan Kelas IV SDLB Negeri Sungai Paring Martapura oleh Susi

Susanti. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan

permainan media Papan Congklak Hitung kepada subjek, mengalami

peningkatan dalam operasi hitung penjumlahan 1 sampai 10 pada anak

tunagrahita ringan kelas IV SDLB Negeri Sungai Paring Martapura.

19. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Penjumlahan Melalui Media

Pusel bagi Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III SDLB Kota Banjarbaru

Mujannah Citra Dewi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

melalui media pusel dapat meningkatkan hasil belajar Matematika


17

penjumlahan pada siswa tunagrahita ringan kelas III SDLB Negeri Kota

Banjarbaru.

20. Pembelajaran Operasi Hitung Penjumlahan Melalui Media Roda

Bilangan pada Murid Tunagrahita Ringan Kelas II di SDLB Negeri

Sungai Malang Amuntai oleh Antung Rukayah. Dari penelitian ini

diperoleh bahwa terdapat peningkatan kemampuan operasi hitung

penjumlahan seluruh subjek penelitian yang sebelumnya memperoleh

nilai di bawah KKM, namun setelah diberikan perlakuan dengan media

roda bilangan subjek penelitian mampu mencapai KKM.

21. Pengaruh Media Sempoa terhadap Kemampuan Penjumlahan 1-10


pada Anak Tunagrahita Ringan di SDLBN P. Wijayakrama Pelaihari
oleh Rusdinah. Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa
media sempoa memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan
penjumlahan 1-10 pada anak tunagrahita ringan di SDLBN P.
Wijayakrama Pelaihari.

22. Meningkatkan Kemampuan Matematika Penjumlahan Melalui Media

Smart Board pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas D2-C di SLB-C

Negeri Pembina Provinsi Kalimantan Selatan oleh Alfrida Nur Prihesti.

Dari penelitian ini diperoleh bahwa media smart board dapat

meningkatkan kemampuan matematika penjumlahan pada tunagrahita

ringan kelas D2-C di SLB-C Negeri Pembina Provinsi Kalimantan

Selatan.

23. Penggunaan Media Timbangan Bilangan untuk Meningkatkan

Kemampuan Menjumlahkan bagi Anak Tunagrahita Ringan oleh Wita

Maya Sari. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa timbangan


18

bilangan efektif untuk meningkatkan kemampuan menjumlahkan

bilangan bagi anak tunagrahita ringan kelas II.

24. Pengaruh Media Ular Tangga terhadap Kemampuan Penjumlahan


sampai 20 pada Tunagrahita Ringan Kelas V di SDLB B/C Dharma
Wanita Persatuan oleh Ryan Hidayat. Dari penelitian ini diperoleh
kesimpulan bahwa media ular tangga mempunyai pengaruh terhadap
kemampuan menjumlah sampai 20 pada tunagrahita ringan kelas V di
SDLB B/C Dharma Wanita Persatuan.

Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian

terdahulu berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan karena penelitian

terdahulu menggunakan media pembelajaran matematika dalam pelaksanaan

pembelajaran, sedangkan penelitian yang penulis lakukan adalah mengamati media

pembelajaran matematika yang telah digunakan saat pelaksanaan pembelajaran

dalam bentuk skripsi Mahasiswa maupun berbentuk jurnal penelitian.

G. Metode Penelitian

1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah media pembelajaran matematika yang digunakan

anak tunagrahita ringan pada materi operasi hitung penjumlahan. Media-media

tersebut meliputi: Abacus, CD Interaktif CERMATIKA, Dabol (Dadu dan Bola),

Dadu, Dekak-dekak (Sempoa), Flash Card, Gambar, Holkon, Kartu bergambar

Domino, Kartu Bilangan, Kartu Remi, Kotak Penjumlahan, Manik-manik, Menara

Hitung, Papan Bilah, Papan Congklak, Pusel, Roda Bilangan, Timbangan Bilangan,

dan Ular Tangga.


19

2. Sumber Data (Primer dan Sekunder)

a. Data Primer

Data primer dari media pembelajaran Matematika yang digunakan anak

Tunagrahita ringan pada materi operasi hitung penjumlahan, di antaranya yaitu:

1) Buku karangan Kemis dan Ati Rosnawati dengan judul Pendidikan

Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita,

2) Buku karangan Dedy Kustawan dan Yani Meimulyani dengan judul

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

serta Implementasinya,

3) Buku karangan Dadan Rachmayana dengan judul Di antara

Pendidikan Luar Biasa Menuju Anak Masa Depan yang Inklusif,

4) Buku karangan Dodo Sudrajat dan Lilis Rosida dengan judul

Pendidikan Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan Khusus,

5) Buku karangan Dedy Kustawan dengan judul Penilaian

Pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus,

6) Buku karangan Yani Meimulyani dan Caryoto dengan judul Media

Pembelajaran Adaptif bagi Anak Berkebutuhan Khusus,

7) Buku karangan Elly Sari Melinda dengan judul Pembelajaran

Adaptif bagi Anak Berkebutuhan Khusus,

8) Buku karangan Imam Yuwono dengan judul Identifikasi dan

Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Setting Pendidikan Inklusif,

9) Buku karangan Zainal Aqib dengan judul Model-Model, Media, dan

Strategi Pembelajaran Konstektual (Inovatif),


20

10) Buku karangan Yudhi Munadi dengan judul Media Pembelajaran;

Sebuah Pendekatan Baru,

11) Buku karangan Azhar Arsyad dengan judul Media Pembelajaran,

12) Buku karangan Rostina Sundaya dengan judul Media dan Alat

Peraga dalam Pembelajaran Matematika.

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini meliputi hasil-hasil penelitian tentang

media pembelajaran Matematika yang digunakan anak Tunagrahita ringan pada

materi penjumlahan dan sumber-sumber penelitian yang lain, diantaranya yaitu:

1) Jurnal penelitian dari Agung Santoso Pribadi dengan judul


Peningkatan Kemampuan Operasional Penjumlahan Mata
Pelajaran Matematika dengan Media Gambar pada Siswa Kelas III
Tunagrahita Ringan SDLB Negeri Semarang,

2) Jurnal penelitian dari Charis Fauzy dengan judul Peningkatan Hasil


Belajar Matematika (Penjumlahan) melalui Media Manik-manik
pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas II SLB PGRI Badas
Kabupaten Kediri,

3) Jurnal penelitian dari Eza Yusdial dengan judul Kemampuan


Penjumlahan Anak Tunagrahita Ringan melalui Media Kartu Remi,

4) Jurnal penelitian dari Fenty Anita Putri dengan judul Meningkatkan


Kemampuan Penjumlahan melalui Media Kartu yang Bergambar
Domino pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas DIII/C di SLB Limas
Padang,
21

5) Jurnal penelitian dari Wita Maya Sari dengan judul Penggunaan


Media Timbangan Bilangan untuk Meningkatkan Kemampuan
Menjumlahkan bagi Anak Tunagrahita Ringan,

6) Skripsi dari Alfrida Nur Prihesti dengan judul Meningkatkan

Kemampuan Matematika Penjumlahan Melalui Media Smart Board

pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas D2-C di SLB-C Negeri

Pembina Provinsi Kalimantan Selatan,

7) Skripsi dari Antung Rukayah dengan judul Pembelajaran Operasi

Hitung Penjumlahan Melalui Media Roda Bilangan pada Murid

Tunagrahita Ringan Kelas II di SDLB Negeri Sungai Malang

Amuntai,

8) Skripsi dari Dhian Megawati dengan judul Peningkatan

Kemampuan Operasi Hitung Penjumlahan pada Anak Tunagrahita

Ringan Kelas IV di SDLBN Sungai Paring Martapura Melalui

Media Holkon,

9) Skripsi dari Elliska Amaliya dengan judul Pengaruh Penggunaan

Media Kotak Penjumlahan dalam Meningkatkan Operasi Hitung

Penjumlahan pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas IIIC SLB-B/C

Paramitha Graha Banjarmasin,

10) Skripsi dari Endang Sari Widana dengan judul Penggunaan Papan
Bilah Penjumlahan dalam Pembelajaran Matematika pada Anak
Tunagrahita Ringan Kelas III SDLB di SLB Tunas Sejahtera
Seyegan,
22

11) Skripsi dari Farida Aryani dengan judul Penggunaan Media Dabol

(Dadu dan Bola) dalam Meningkatkan Kemampuan Operasi

Penjumlahan pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas III di SDLB

YPLB Banjarmasin,

12) Skripsi dari Fina Ria Noviana dengan judul Pengaruh Penggunaan

Media Flash Card dalam Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan

pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB Negeri Pelita Hati

Tanjung,

13) Skripsi dari Fitriyadi dengan judul Meningkatkan Kemampuan

Operasi Hitung Penjumlahan Menggunakan Media Dekak-Dekak

pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas III/C SDLB Negeri Sungai

Malang Amuntai,

14) Skripsi dari Mawarti dengan judul Meningkatkan Hasil

Pembelajaran Matematika Materi Operasi Hitung Penjumlahan

dengan Media Gambar pada Anak TunagrahitaRingan KelasII-C

SDLB Negeri Sungai Malang Amuntai,

15) Skripsi dari Mujannah Citra Dewi dengan judul Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika Penjumlahan Melalui Media Pusel bagi Siswa

Tunagrahita Ringan Kelas III SDLB Kota Banjarbaru,

16) Skripsi dari Nanik Wijayanti dengan judul Meningkatkan

Kemampuan Berhitung Penjumlahan Bilangan Bulat 1 sampai 20

Siswa Tunagrahita Ringan Kelas D3-C dengan Menggunakan


23

Media CD Interaktif Cermatika di SLB-C Negeri Pembina Provinsi

Kalimantan Selatan,

17) Skripsi dari Rizki Mulyono dengan judul Pengaruh Penggunaan


Media Menara Hitung terhadap Prestasi Belajar Matematika Anak
Tunagrahita Ringan Kelas D3 SLB C YSSD Surakarta Tahun Ajaran
2009/2010,

18) Skripsi dari Rusdinah dengan judul Pengaruh Media Sempoa

terhadap Kemampuan Penjumlahan 1-10 pada Anak Tunagrahita

Ringan di SDLBN P. Wijayakrama Pelaihari,

19) Skripsi dari Ryan Hidayat dengan judul Pengaruh Media Ular

Tangga terhadap Kemampuan Penjumlahan sampai 20 pada

Tunagrahita Ringan Kelas V di SDLB B/C Dharma Wanita

Persatuan,

20) Skripsi dari Shopia dengan judul Penggunaan Media Abacus dalam

Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Penjumlahan 1-10 pada

Anak Tunagrahita Ringan Kelas I SDLB Negeri Sungai Malang,

21) Skripsi dari Sri Idayatni dengan judul Peningkatan Kemampuan

Operasional Penjumlahan pada Bidang Studi Matematika melalui

Media Gambar pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB

Negeri Jepon Blora Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010,

22) Skripsi dari Susi Susanti dengan judul Penggunaan Media Papan

Congklak Hitung dalam Meningkatkan Operasi Hitung

Penjumlahan 1 sampai 10 pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas IV

SDLB Negeri Sungai Paring Martapura,


24

23) Skripsi dari Susi Wahyuningrum dengan judul Peningkatan


Kemampuan operasi Penjumlahan melalui Media Kartu Bilangan
pada Anak Tunagrahita Kelas 1C SLB B, C – Autis Bina Asih
Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010,

24) Skripsi dari Yanor Rahim dengan judul Pengaruh Media Papan

Bilah dalam Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan 1 sampai 10

pada Murid Tunagrahita Ringan Kelas III SDLBN Amuntai,

25) Skripsi dari Nur Fathurrahmatul A’liah yang bejudul Pelaksanaan

Pembelajaran PAI Jurusan Tunagrahita di SDLB Dharma Wanita

Persatuan Banjarmasin,

26) Skripsi dari Sarkila yang bejudul Strategi Pembelajaran PAI Pada

Siswa Tunagrahita di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Marabahan

Kabupaten Barito Kuala,

27) Penelitian yang dilakukan oleh Analisa Fitria dengan judul

Mengenalkan dan Membelajarkan Matematika pada Anak Usia

Dini”. Mu’adalah-Jurnal Studi Gender dan Anak,

28) Workshop Penelitian Mahasiswa IAIN Antasari oleh Wardatun

Nadhiroh dengan judul penelitian pustaka.

29) Buku karangan Wina Sanjaya dengan judul Strategi Pembelajaran :

Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

30) Buku karangan Syaiful Bahri Djamarah dengan judul Psikologi

Belajar,

31) Buku karangan Ahmad Susanto dengan judul Teori Belajar &

Pembelajaran di Sekolah Dasar,


25

32) Buku karangan Mestika Zed dengan judul Metode Penelitian

Kepustakaan,

33) Buku karangan Nana Syaodih Sukmadinata dengan judul Metode

Penelitian Pendidikan,

34) Buku karangan Suharsimi Arikunto dengan judul Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

c. Sumber Data

1) Perpustakaan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat,

2) Perpustakaan Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan, IAIN Antasari Banjarmasin,

3) Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Antasari

Banjarmasin, dan

4) Perpustakaan IAIN Antasari Banjarmasin.

5) Internet

3. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, ada beberapa prosedur yang peneliti tempuh dengan

tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Tahap pendahuluan

1) Kajian awal terhadap literatur yang berhubungan dengan media

pembelajaran matematika yang digunakan anak tunagrahita pada

materi operasi hitung penjumlahan

2) Membuat desain proposal penelitian


26

3) Mengkonsultasikan desain proposal penelitian kepada dosen

pembimbing

4) Meminta persetujuan judul dengan dosen pembimbing

5) Mengajukan desain proposal ke biro skripsi

b. Tahap persiapan

1) Melakukan konsultasi berikutnya

2) Mengadakan seminar proposal

3) Memperbaiki proposal berdasarkan hasil seminar

4) Memohon surat riset yang digunakan untuk menelaah sejumlah

literatur yang ada diperpustakaan

5) Menyampaikan surat riset kepada pihak terkait

c. Tahap pelaksanaan

1) Mengumpulkan sejumlah literatur baik sumber primer maupun

sumber sekunder untuk mengumpulkan data

2) Penyajian dan analisis data

3) Mengolah dan menganalisis data

d. Tahap penyusunan skripsi

Pada tahap ini dilakukan penyusunan hasil penelitian yang kemudian

diperbaiki sebaik-baiknya. Setelah disetujui, disusun, kemudian siap

untuk dimunaqasyahkan.

e. Tahap akhir

1) Menyusun data dalam bentuk laporan

2) Berkonsultasi dengan dosen pembimbing


27

3) Naskah yang sudah dikoreksi dan disetujui oleh dosen pembimbing

diperbanyak untuk dibawa ke sidang munaqasyah skripsi untuk

dipertahankan dan dipertanggungjawabkan.

H. Sistematika Penelitian

Untuk mempermudah memahami pembahasan ini maka dibuatlah

sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, definisi operasional, tujuan penelitian, signifikasi penelitian, tinjauan

pustaka, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab II Anak Tunagrahita yang meliputi: pengertian anak tunagrahita

klasifikasi dan karakteristik anak tunagrahita, penyebab dan usaha pencegahan

terjadinya tunagrahita, asas pengajaran anak tunagrahita, masalah-masalah yang di

hadapi anak tunagrahita, dan prinsip dalam proses pembelajaran anak tunagrahita.

Bab III Media Pembelajaran Matematika yang meliputi: pengertian media

pembelajaran, fungsi media dalam proses pembelajaran, jenis-jenis media

pembelajaran, prinsip umum pembuatan media pembelajaran, pemilihan dan

penggunaan media pembelajaran, pembelajaran matematika, dan media

pembelajaran untuk anak tunagrahita.

Bab IV Media Pembelajaran Matematika yang Digunakan Anak

Tunagrahita Ringan pada Materi Penjumlahan.

Bab IV Analisis Media Pembelajaran Matematika yang Digunakan Anak

Tunagrahita Ringan pada Materi Penjumlahan.


28

Bab V Penutup yang terdiri dari simpulan dan saran-saran.

Anda mungkin juga menyukai