Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Belajar dan Hasil Belajar

a) Pengertian Belajar

Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang vital.

Dalam usahanya untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan

dirinya dalam kehidupan masyarakat pada hakekatnya kegiatan yang

dilakukan secara sadar oleh seseorang akan menghasilkan perubahan

tingkah laku pada dirinya sendiri baik dalam bentuk pengetahuan dan

keterampilan baru maupun dalam bentuk sikap dan nilai.

Menurut Sardiman (2009:20), belajar merupakan perubahan tingkah

laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan

membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

Sedangkan Slameto (2010:2), belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. Menurut pengertian secara psikologis,

14
15

belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu tingkah laku sebagai hasil

dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Defenisi belajar banyak dikemukakan oleh para ahli yang

memberikan defenisi belajar dari sudut pandang masing-masing. Menurut

Hamalik (2011:36), belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan

melalui pengalaman (learning is defined as the modification or

strengthening of behavior through experiencing). Artinya bahwa belajar

merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Menurut Sanjaya (2008:112), belajar bukanlah sekedar mengumpulkan

pengetahuan, tetapi merupakan proses mental yang terjadi dalam diri

seseorang sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas

mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dalam dengan

lingkungan yang disadari. Menurut Slavin dalam Trianto (2009:16), belajar

secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi

melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan

tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar

sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir, antara belajar

dan perkembangan sangat erat kaitannya.

Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan suatu proses mental/psikis yang dialami oleh masing-masing

individu yang menghasilkan perubahan tingkah laku, perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang terjadi melalui pengalaman


16

dan sebagai hasil dari interaksi individu yang dialaminya dengan

lingkungan.

1) Teori Belajar

Berdasarkan teori Piaget tentang perkembangan kognitif, siswa

SMA telah berada pada taraf berpikir formal yang berarti sudah mampu

berpikir hipotetis, proporsional, reflektif, logis, sintesis, imajinatif,

probabilistik, kombinasional, etis, dan verbal serta telah mampu

memahami operasi-operasi yang bersifat abstrak. Implikasi-implikasi teori

Piaget terhadap pembelajaran sains termasuk fisika, adalah bahwa guru

harus memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk

berpikir dan menggunakan akalnya, mereka dapat melakukan hal ini

dengan jalan terlibat secara langsung dalam berbagai kegiatan seperti

diskusi kelas, pemecahan soal-soal, maupun bereksperimen. Dengan kata

lain, siswa jangan hanya dijadikan objek yang pasif dengan beban hafalan

berbagai macam konsep dan rumus-rumus fisika.

Selanjutnya, fisika harus dijadikan mata pelajaran yang menarik

sekaligus bermanfaat bagi siswa. Fisika merupakan ilmu yang berusaha

memahami aturan-aturan alam yang begitu indah dan dengan rapih dapat

dideskripsikan secara matematis. Matematika dalam hal ini berfungsi

sebagai bahasa komunikasi sains termasuk fisika. Sains dan kehidupan

manusia selama empat abad terakhir ini menunjukkan kemajuan yang

sangat dramatis berkat keberhasilan manusia dalam menganalisis dan


17

mendeskripsikan alam secara matematis. Ada beberapa kemampuan

kognitif yang sangat berperan dalam meningkatkan keberhasilan siswa

dalam pemecahan soal-soal fisika yaitu kemampuan mengidentifikasi serta

menginterpretasi secara tepat konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika,

kemampuan membuat deskripsi serta mengorganisasi pengetahuan fisika

secara efektif.

Pengetahuan fisika terdiri dari banyak konsep dan prinsip yang

pada umumnya sangat abstrak. Kesulitan yang banyak dihadapi oleh

sebagian besar siswa adalah dalam menginterpretasi berbagai konsep dan

prinsip fisika sebab mereka dituntut harus mampu menginterpretasi

pengetahuan fisika tersebut secara tepat dan tidak samar-samar atau tidak

mendua arti.

b) Hasil Belajar

Hasil adalah kemampuan atau sesuatu yang telah dicapai seseorang

setelah melakukan sesuatu, berarti hasil belajar adalah sesuatu yang

diperoleh setelah belajar. Dalam setiap kegiatan manusia selalu

mengharapkan hasil, begitu pula dengan kegiatan belajar. Kegiatan dan

usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku yang dapat diamati dan

diukur merupakan hasil belajar.

Menurut Dimyati (2009:3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu

interaksi tindakan belajar dan tidak mengajar. Berdasarkan sudut pandang


18

siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengalaman dan puncak proses

belajar mengajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak

setelah melalui kegiatan belajar. Untuk mengetahui hasil belajar dan

potensi yang dimiliki peserta didik setelah pembelajaran dilakukan melalui

pengukuran atau penilaian yang umumnya berupa tes.

Tes Hasil Belajar (THB) merupakan salah satu alat ukur yang

paling banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam

suatu proses belajar mengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatu

program pendidikan. Pada umumnya hasil belajar peserta didik merupakan

perubahan yang terjadi pada perubahan yang bersifat pengetahuan

(kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Jadi, hasil

belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam mata pelajaran

fisika yang diperoleh melalui hasil tes yang diberikan pada sampel

penelitian yaitu tes kognitif.

2. Pengertian Model Pembelajaran

Secara umum, istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual

yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan,

sedangkan pembelajaran merupakan upaya untuk meningkatkan proses

belajar. Jadi model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan

sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan untuk mendukung proses

belajar.
19

Menurut Winaputra, model pembelajaran adalah kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman

bagi perancang pengajaran dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas

belajar-mengajar.

a) Model Pembelajaran Quantum Teaching

1) Pengertian Model Pembelajaran Quantum Teaching

Model pembelajaran quantum teaching ditemukan dan

dikembangkan oleh Bobbi de Porter, Mark Reardon, dan Sarah

Nourie. Hal ini berawal dari upaya seorang pendidik yang juga

merupakan guru dari Bobbi de Porter yaitu George Lazanov yang

bereksperimen berdasarkan prinsip yang mengemukakan bahwa

sugesti dapat mempengaruhi hasil belajar. Quantum teaching

merupakan penyempurnaan dan bagian dari quantum learning yang

diperuntukkan bagi calon pendidik. Quantum teaching terdiri dari

dua kata yaitu quantum dan teaching. Istilah quantum dipinjam dari

dunia ilmu fisika yang berarti interaksi yang mengubah energi

menjadi cahaya dan teaching dalam bahasa Indonesia berarti

mengajarkan.

Quantum teaching merupakan pengubahan belajar yang

meriah, serta menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan.


20

Jadi quantum teaching adalah pendayagunaan bermacam-macam

interaksi yang ada didalam dan disekitar momen belajar yang

mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi sesuatu

yang bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Interaksi-

interaksi yang tercipta di kelas ini merupakan unsur-unsur untuk

belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.

Quantum teaching sebagai salah satu alternatif pembaharuan

pembelajaran, menyajikan bentuk yang praktis dan spesifik untuk

menciptakan lingkungan belajar yang efektif, bagaimana merancang

pembelajaran, menyampaikan bahan pembelajaran dan bagaimana

menyederhanakan proses belajar sehingga memudahkan siswa dalam

belajar. Quantum teaching merupakan suatu proses pembelajaran

dengan menyediakan latar belakang dan strategi untuk meningkatkan

proses belajar mengajar dan membuat proses tersebut menjadi lebih

menyenangkan. Cara ini memberikan sebuah gaya mengajar yang

memberdayakan siswa untuk berprestasi dimana dalam hal ini harus

diciptakan cara belajar yang aktif bukan pasif.

Quantum teaching mencakup petunjuk spesifik untuk

menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum,

menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Quantum

teaching juga menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses

belajar lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang

terarah. Dengan demikian, quantum teaching sangat baik untuk


21

diterapkan setiap mata pelajaran termasuk fisika. Sehingga

pembelajaran fisika tidak menjadi pembelajaran yang sulit dan

membosankan bagi siswa tetapi akan menggairahkan proses belajar

mengajar fisika untuk mencapai hasil yang maksimal.

1) Asas Utama Quantum Teaching

Quantum teaching bersandar pada asas bawalah dunia

mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Hal

ini berarti bahwa langkah pertama seorang guru dalam kegiatan PBM

adalah memahami atau memasuki dunia siswa, sebagai bagian

kegiatan pembelajaran. Tindakan ini akan memberi peluang/izin

pada guru untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan kegiatan

siswa dalam PBM. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengaitkan

apa yang akan diajarkan guru dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau

perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik,

seni, rekreasi atau akademis siswa (De Porter, dkk., 2010). Setelah

kaitan itu terbentuk, siswa dapat dibawa ke dunia guru, dan memberi

siswa pemahaman tentang isi pembelajaran. Pada tahap ini rincian isi

pembelajaran dijabarkan.

Apabila seorang guru telah memahami dunia siswa, maka

siswa telah merasa diperlakukan sesuai dengan tingkat

perkembangan mereka, sehingga pembelajaran akan menjadi


22

harmonis seperti sebuah orkestrasi yang saling bertautan dan saling

mengisi. Sebuah pepatah mengatakan, ajarilah, tuntun, fasilitasi dan

bimbinglah anak didik kalian sesuai dengan tingkat kebutuhan dan

daya pikirnya. Jadi, seorang guru harus memasuki dunia siswa

karena tindakan ini akan memberi izin untuk memimpin dan

memudahkan siswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang lebih

luas. Akhirnya, dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan

yang lebih mendalam, siswa dapat membawa apa yang mereka

pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi

baru. Bawalah dunia mereka ke dunia kita, antarkan dunia kita ke

dunia mereka.

2) Prinsip-Prinsip Quantum Teaching

Menurut De Porter, dkk., dalam Riyanto (2010) model

pembelajaran quantum teaching ini memiliki lima prinsip, yaitu :

(a) Segalanya berbicara, maksudnya bahwa seluruh lingkungan


kelas hendaknya dirancang untuk dapat membawa pesan
belajar yang diterima oleh siswa, ini berarti rancangan
kurikulum dan rancangan pembelajaran guru, informasi,
bahasa tubuh, kata-kata, tindakan, gerakan, dan seluruh
kondisi lingkungan haruslah dapat berbicara membawa
pesan-pesan belajar bagi siswa.
(b) Segalanya bertujuan, maksudnya semua penggubahan
pembelajaran tanpa terkecuali harus mempunyai tujuan-
tujuan yang jelas dan terkontrol. Sumber dan fasilitas yang
terlibat dalam setiap pembelajaran pada prisipnya untuk
membantu perubahan perilaku kognitif, afektif dan
psikomotor.
23

(c) Pengalaman sebelum pemberian nama, maksudnya sebelum


siswa belajar memberi nama (mendefenisikan,
mengkonseptualisasi, membedakan, mengkategorikan)
hendaknya telah memilki pengalaman informasi yang terkait
dengan upaya pemberian nama tersebut.
(d) Akui setiap usaha, maksudnya semua usaha belajar yang
telah dilakukan siswa harus memperoleh pengakuan dari guru
dan siswa lainnya. Pengakuan ini penting agar siswa selalu
berani melangkah ke bagian berikutnya dalam pembelajaran.
(e) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan, maksudnya
setiap usaha dan hasil yang diperoleh dalam pembelajaran
pantas dirayakan. Perayaan ini diharapkan memberi umpan
balik dan motivasi untuk kemajuan peningkatan hasil belajar
berikutnya. Beberapa bentuk perayaan yang menyenangkan
yaitu tepuk tangan, jentikan jari, pujian.

3) Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum Teaching

Kerangka rancangan pembelajaran quantum teaching dikenal

dengan singkatan TANDUR yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai,

Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan. Adapun komponen TANDUR

adalah sebagai berikut:

(a) Tumbuhkan
Tumbuhkan mengandung makna bahwa pada awal kegiatan
pembelajaran pengajar harus berusaha menumbuhkan minat
siswa untuk belajar. Dengan tumbuhnya minat, siswa akan
sadar manfaat kegiatan pembelajaran bagi dirinya atau bagi
kehidupannya.
(b) Alami
Alami mengandung makna bahwa proses pembelajaran akan
lebih bermakna jika siswa mengalami secara langsung atau
nyata materi yang diajarkan. Pengalaman langsung akan
meningkatkan dan mempermudah pemahaman siswa
terhadap isi pembelajaran. Demikian pula pengalaman-
pengalaman siswa sebelumnya akan bermakna bagi guru
dalam mengajarkan konsep-konsep yang berkaitan.
Pengalaman dapat menciptakan ikatan emosional,
menciptakan peluang untuk pemberian makna, dan
24

pengalaman dapat membangkitkan serta membangun rasa


ingin tahu siswa.
(c) Namai
Namai mengandung makna bahwa penamaan adalah saatnya
untuk mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan
strategi belajar. Penamaan mampu memuaskan hasrat alami
otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan
mendefenisikan. Penamaan dibangun diatas pengetahuan dan
keingintahuan siswa saat itu. Guru melakukan strategi
menggunakan susunan gambar, warna, alat bantu,kertas tulis,
dan poster di dinding. Siswa dapat mengetahui informasi,
fakta, rumus, pemikiran, berdasarkan pengalaman agar
pengetahuan tersebut berarti.
(d) Demonstrasikan
Demonstrasi berarti memberi peluang pada siswa untuk
menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka
kedalam pembelajaran lain atau kedalam kehidupan mereka.
Kegiatan ini akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari. Hal ini yang
mendorong dan memotivasi siswa untuk lebih tahu dan
memahami apa yang telah mereka pelajari, dengan kata lain
siswa membutuhkan kesempatan untuk membuat kaitan,
permainan, mengadakan interaksi, dan sandiwara.
(e) Ulangi
Agar siswa lebih tahu dan memahami pelajaran yang telah
dipelajari maka dalam hal ini guru menunjukkan kepada
siswa cara-cara mengulang dan mendemonstrasikan materi
yang belum mereka pahami, serta memotivasi siswa untuk
menegaskan aku tahu bahwa aku memang tahu. Strategi yang
dilakukan adalah memberikan pengetahuan baru mereka
kepada orang lain dan memotivasi siswa merangkum
pelajaran serta meminta siswa mengulanginya secara
serentak.
(f) Rayakan
Rayakan mengandung makna pemberian penghormatan pada
siswa atas usaha, ketekunan, dan kesuksesannya. Dengan
kata lain, perayaan berarti pemberian umpan balik positif
pada siswa atas keberhasilannya, baik berupa pujian,
pemberian hadiah atau bentuk lainnya. Akui setiap usaha
siswa karena belajar mengandung resiko untuk berbuat salah.
Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan untuk
tidak berbuat salah. Pada saat siswa mengambil langkah ini,
sepantasnyalah mereka mendapatkan pengakuan atas
kepercayaan mereka. Oleh karena itu guru harus memberikan
siswa pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi,
25

pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Strategi


yang dilakukan adalah tepuk tangan, pujian, jentikan jari,
membuat poster umum (misalnya, kelas XI IPA is the best).
Dengan demikian, pembelajaran quantum teaching
merupakan pembelajaran yang menyenangkan yang
menjamin siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap
pelajaran. Pembelajaran quantum teaching memastikan
bahwa siswa mengalami pembelajaran, berlatih, menjadikan
isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri, dan mencapai sukses.

b) Model Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah salah satu model

pembelajaran yang hanya memusatkan pada metode pembelajaran

ceramah. Pada model pembelajaran ini, siswa diharuskan untuk

menghafal materi yang diberikan oleh guru dan tidak untuk

menghubungkan materi tersebut dengan keadaan sekarang

(kontekstual). Dalam pembelajaran konvensional, kegiatan utama guru

adalah memberikan penjelasan di depan kelas, mengadakan tanya

jawab dan memberikan contoh penyelesaian masalah. Hubungan

antara guru dengan siswa sangat kaku, sebab guru dianggap sebagai

tokoh yang harus ditiru dalam segalanya. Pembelajaran konvensional

mengarahkan siswa dengan interaksi yang diinginkan oleh guru.

Sanjaya (2008:115) menyatakan bahwa, dalam pembelajaran

konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan

sebagai penerima informasi secara pasif, siswa lebih banyak belajar

dengan menerima, mencatat dan menghafal materi pelajaran, siswa


26

belajar didasarkan atas faktor dari luar dirinya misalnya takut hukuman

dari guru, guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam pembelajaran konvensional, guru menjadi

pusat pembelajaran dan sangat tidak memperhatikan perbedaan

kemampuan individu yang dimiliki siswa.

Dengan demikian, pembelajaran konvensional dinilai memiliki

banyak kelemahan, sebab semua kata-kata dan kegiatan guru dianggap

paling penting tanpa memperhatikan kondisi siswa yang memiliki

perbedaan kemampuan individual, sehingga hasil belajar yang

diperoleh siswa kurang maksimal.

3. Kajian Materi

a) Pengertian Momentum

Pengertian momentum dalam kehidupan sehari-hari berbeda

dengan pengertian momentum dalam fisika, misalnya akhir tahun

merupakan momentum yang tepat untuk introspeksi diri. Kata momentum

tersebut, berbeda dengan kalimat setiap benda yang bergerak memiliki

momentum.

Momentum dalam fisika didefinisikan sebagai hasil kali massa

benda dengan kecepatannya. Jika sebuah benda bermassa m bergerak

dengan kecepatan v, maka momentum benda tersebut adalah :

p = m.v ... (2.1)


27

Keterangan : p = momentum benda (kg.m/s= Ns)


m = massa benda (kg)
v = kecepatan benda (m/s)

b) Pengertian Impuls

Impuls didefinisikan sebagai hasil kali antara gaya dengan selang

waktu gaya tersebut bekerja pada benda.

I = F.t …(2.2)

Keterangan : I = impuls (N.s)


F = gaya (N)

t = selang waktu (s)

Gambar 10.1 Gaya impulsif

Seorang pemain sepak bola, yang menendang bolanya dengan gaya F

tertentu dengan waktu sentuh antara kaki pemain dan bola selama t akan

menimbulkan impuls pada benda.

c) Hubungan Impuls dan Momentum

Impuls juga didefinisikan sebagai besarnya perubahan

momentum. Jika sebuah benda yang bermassa m, mula-mula bergerak


28

dengan kecepatan v1, karena suatu gaya F, kecepatannya berubah menjadi

v2. Benda tersebut mengalami perubahan momentum p.

F v1 v2

Gambar 10.2 impuls merupakan perubahan momentum

Berdasarkan gambar di atas :

 Besar momentum pada saat kecepatannya v1 (momentum mula-

mula) adalah : p1 = m.v1 … (2.3)

 Besar momentum pada saat kecepatannya v2 (momentum akhir)

adalah : p2 = m.v2 …(2.4)

Maka besarnya impuls (perubahan momentum) benda adalah :

I = p = p2 – p1

I = p = m.(v2 – v1) …(2.5)

Keterangan: I = Impuls (kg.m/s)

p = perubahan momentum (kg.m/s)


p1 = momentum mula-mula (kg.m/s)
p2 = momentum akhir
v1 = kecepatan mula-mula (m/s)
v2 = kecepatan akhir
Impuls juga dapat ditentukan dengan cara grafis, yaitu :

Impuls = luas daerah dibawah grafik F-t …(2.6)


29

d) Hukum Kekekalan Momentum

Hukum kekekalan momentum menyatakan bahwa jika tidak ada gaya

luar yang bekerja pada suatu sistem, maka jumlah momentum sistem

tersebut adalah konstan (tetap), artinya jumlah momentum awal sama

dengan jumlah momentum akhir.

Gambar dibawah ini menunjukkan peristiwa tumbukan dua buah

benda berikut :

* Sebelum tumbukan ;

m1 v1 v2 m2

* Setelah tumbukan ;

v1’ m1 m2 v2’

Gambar 10.3 Skema tumbukan elastis

Sesuai dengan hukum kekekalan momentum

“Jumlah momentum sebelum tumbukan sama dengan jumlah momentum

setelah tumbukan”

p1 + p2 = p1’ + p2

m1.v1 + m2.v2 = m1.v1’ + m2.v2’ …(2.7)

Keterangan :
p1 = momentum benda 1 sebelum tumbukan
30

p2 = momentum benda 2 sebelum tumbukan


p1’ = momentum benda 1 setelah tumbukan
p2’ = momentum benda 2 setelah tumbukan
v1 = kecepatan benda 1 sebelum tumbukan
v2 = kecepatan benda 2 sebelum tumbukan
v1’ = kecepatan benda 1 setelah tumbukan
v2’ = kecepatan benda 2 setelah tumbukan
m1 = massa benda 1
m2 = massa benda 2

e) Tumbukan Sentral Lurus

Benda dikatakan bertumbukan sentral lurus jika dalam geraknya

benda mengalami persinggungan dengan benda lain sehingga saling

memberikan gaya, serta arah gerak dan kecepatannya berimpit dengan

garis penghubung titik berat kedua benda. Ada tiga jenis tumbukan sentral

lurus, yaitu :

1) Tumbukan lenting sempurna

Pada tumbukan ini berlaku :

(a) Hukum kekekalan momentum

m1.v1 + m2.v2 = m1.v1’ + m2.v2’ ….(2.8)

(b) Hukum kekekalan energi kinetik

½m1.v12+½m2.v22=½m1.v1’2+½m2.v2’2 ...(2.9)
31

(c) Nilai koefisien restitusi (e=1)

(v1  v 2)
' '

e= 
v1  v2 …(2.10)

2) Tumbukan lenting sebagian

Pada tumbukan ini berlaku:

(a) hukum kekekalan momentum

(b) kehilangan energi kinetik

(c) nilai koefisien restitusi (0 < e < 1)

3) Tumbukan tidak lenting sama sekali

Pada tumbukan ini berlaku:

(a) hukum kekekalan momentum


(b) kehilangan energi kinetik
(c) nilai koefisien restitusi (e = 0)
(d) setelah bertumbukan kedua benda bergabung menjadi satu,
sehingga v1’ = v2’

f) Penerapan Momentum, Impuls dan Tumbukan

1) Benda jatuh

Benda yang dijatuhkan dari ketinggian h akan menumbuk

tanah, dan akan dipantulkan kembali setinggi h’. Jenis tumbukan

antara bola dengan lantai (tanah) adalah tumbukan lenting sebagian.

Pada tumbukan ini muncul koefisien restitusi (e), yaitu nilai negatif
32

dari perbandingan beda kecepatan antara dua benda sesudah dan

sebelum tumbukan.

h h’

Gambar 10.3 bola jatuh mengenai lantai dan terpental, dimana h>h’

 kecepatan lantai sebelum dan sesudah tumbukan = nol (lantai

diam), sehingga: vl = vl’ = 0 …(2.11)

 kecepatan bola saat mengenai lantai (sebelum tumbukan dengan

lantai) : vb = 2.g.h ke bawah …(2.12)

 kecepatan bola setelah bertumbukan dengan lantai :

vb’ = - 2.g .h ' ke atas …(2.13)

 besarnya koefisien restitusi bola jatuh dan memantul lagi adalah :

(vb  vl )
' '

e= 
vb  vl

'

e= v b 2.g .h'
=
vb 2.g .h

h'
e= …(2.14)
h
33

Keterangan : h = tinggi bola dijatuhkan


h’ = tinggi pantulan bola
vl = kecepatan lantai sebelum tumbukan
vl’ = kecepatan lantai setelah tumbukan
vb = kecepatan bola sebelum tumbukan
vb’ = kecepatan bola setelah tumbukan
e = koefisien restitusi

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan mengenai pembelajaran quantum

teaching adalah :

1. Ernawati dan Leasa (2012) dengan hasil penelitian: Penerapan model

quantum teaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MIN 1

Batu Merah Ambon, dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa

kelas V MIN 1 Batu Merah Ambon pada konsep gaya gesek dengan

menggunakan model pembelajaran quantum teaching. Kesimpulan dari

hasil penelitian ini adalah bahwa adanya pengaruh model quantum teaching

terhadap hasil belajar siswa dengan peningkatan hasil belajar mencapai

17,99% yang diterapkan pada siswa SD kelas V pada materi gaya gesek.

2. Simarmata (2012) dengan hasil penelitian: Implementasi model

pembelajaran quantum teaching dalam peningkatan hasil belajar fisika

materi pokok fluida di kelas XI IPA-3 SMA Negeri 1 Hamparan Perak,

dengan tujuan : a) untuk melihat apakah aktivitas belajar siswa meningkat


34

setelah diterapkan model pembelajaran quantum teaching selama kegiatan

belajar mengajar di kelas XI IPA-3 SMA Negeri 1 Hamparan Perak; b)

untuk melihat apakah hasil belajar siswa meningkat setelah diterakan model

pembelajaran quantum teaching selama kegiatan belajar mengajar di kelas

XI IPA-3 SMA Negeri 1 Hamparan Perak. Kesimpulan dari hasil penelitian

ini adalah bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa, yaitu sebesar

42,8% yang diterapkan pada siswa SMA kelas XI IPA pada materi fluida.

3. Mirgoni, dkk (2014) dengan hasil penelitian: Implementasi model

pembelajaran quantum dengan meode diskusi untuk meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar fisika siswa SMPN 2 Lingsar Tahun Ajaran 2014/2015,

dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa

melalui implementasi model pembelajaran quantum dengan metode

diskusi pada kelas VIII-5 SMP Negeri 2 Lingsar tahun ajaran 2014/2015.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa adanya pengaruh model

quantum teaching terhadap hasil belajar siswa dengan besar peningkatan

hasil belajar mencapi 10,24% yang diterapkan pada siswa SMP kelas VIII

pada materi indera penglihatan dan alat optik.

C. Kerangka Konseptual

Pada hakekatnya semua yang diperoleh peserta didik melalui belajar

adalah hasil belajar yang menunjukkan adanya perubahan tingkah laku peserta

didik itu sendiri. Hasil belajar yang dicapai peserta didik tidaklah sama,

keberhasilan siswa dalam pembelajaran tergantung bagaimana mereka dapat


35

mempelajari materi pokok dengan baik dan juga kemampuan guru dalam

menyampaikan materi pokok tersebut.

Hasil belajar siswa yang rendah khususnya bidang studi fisika dipengaruhi

oleh banyak faktor, antara lain siswa menganggap pelajaran fisika adalah

pelajaran yang sulit dan membosankan, rasa ingin tahu terhadap fisika rendah

karena siswa menganggap hanya ada rumus-rumus yang harus dihafal dalam

pelajaran fisika serta kemampuan matematis siswa yang rendah sehingga

menyulitkan siswa dalam menyelesaikan soal perhitungan fisika. Bukan hanya

dari faktor siswa tetapi juga dari guru sendiri yang cenderung menggunakan

metode ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian tugas kepada siswa

sehingga mengakibatkan pembelajaran yang tidak bermakna.

Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang menyenangkan

sehingga proses pembelajaran lebih membangkitkan minat siswa yaitu model

pembelajaran yang berpusat pada siswa yang melibatkan siswa dalam kegiatan

pembelajaran sehingga pengetahuan yang diperoleh dengan siswa mengalami

langsung akan disimpan dalam jangka panjang dan siswa tidak sekedar

menghafal pelajaran tetapi dapat mengenal langsung materi pelajaran dengan

adanya proses TANDUR pada model pembelajaran Quantum Teaching yang

terdiri dari : 1) tumbuhkan, 2) alami, 3) namai, 4) demonstrasikan, 5) ulangi, 6)

rayakan yang bisa menciptakan lingkungan belajar yang dinamis untuk

mencapai kesuksesan siswa dalam belajar, sehingga hasil belajar siswa lebih

optimal.
36

Dalam hal ini peneliti mencoba menerapkan pembelajaran quantum

teaching pada materi impuls dan momentum dengan harapan dapat

menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Melalui

penerapan quantum teaching dalam pelajaran fisika, peneliti juga mengharapkan

hasil belajar fisika siswa dapat meningkat khususnya siswa kelas XI IPA di

SMA Negeri 1 Dolok Panribuan.

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak ada pengaruh model pembelajaran quantum teaching terhadap hasil

belajar siswa pada materi impuls dan momentum di kelas XI IPA Semester

1 SMA Negeri 1 Dolok Panribuan T.P. 2016/2017.

Ha : Ada pengaruh model pembelajaran quantum teaching terhadap hasil

belajar siswa pada materi impuls dan momentum di kelas XI IPA Semester

1 SMA Negeri 1 Dolok Panribuan T.P. 2016/2017.

Anda mungkin juga menyukai