Anda di halaman 1dari 2

konsep civil society adalah konsep yang berasal dari pergolakan politik dan sejarah

masyarakat di Eropa Barat yang sedang mengalami perubahan dari polsa kehidupan foedal menuju
masyarakat industri. Jika diliat lebih jauh, konsep civil society sudah ada sejak zaman Yunani Kuno,
pada masa Aristoteles (384-322 SM) bernama koinoniah politike yang dipahami sebagai sistem
kenegaraan yaitu sebuah komunitas politik tempat warga dapat terlibat langsung dalam percaturan
politik dan ekonomi dan pengambilan keputusan. Konsep ini terus di kembangkan oleh beberapa
tokoh di berbagai negara.

Di Indonesia, masyarakat madani sebagai terjemahan dari civil society diperkenalkan


pertama kali oleh Anwar Ibrahim (ketika itu Menteri Keuangan dan Timbalan Perdana
Menteri Malaysia) dalam ceramah Simposium Nasional dalam rangka Forum Ilmiah pada
Festival Istiqlal, 26 September 1995 Jakarta. Istilah itu diterjemahkan dari bahasa Arab
mujtama’ madani, yang diperkenalkan oleh Prof. Naquib Attas, seorang ahli sejarah dan
peradaban Islam dari Malaysia, pendiri ISTAC. Kata “madani” berarti civil atau civilized
(beradab). Madani berarti juga peradaban, sebagaimana kata Arab lainnya seperti hadlari,
tsaqafi atau tamaddun. Konsep madani bagi orang Arab memang mengacu pada hal-hal yang
ideal dalam kehidupan.K onsep masyarakat madani bersifat universal dan memerlukan
adaptasi untuk diwujudkan di Negara Indonesia mengingat dasar konsep masyarakat madani
yang tidak memiliki latar belakang yang sama dengan keadaan sosial-budaya masyarakat
Indonesia.

Pancasila merupakan platform bersama, sebanding dengan Piagam Madina karena Pancasila
dan Piagam Madinah memiliki kesamaan tujuan, Secara teks, Piagam Madinah memang berbeda
dengan Pancasila. Namun secara substansi terdapat banyak kemiripan atau bahkan kesamaan.
Sebagai sebuah ikatan perjanjian politis antar umat beragama, Piagam Madinah memiliki
beberapa kesamaan substansi dengan Pancasila.

Pertama, Piagam Madinah dan Pancasila dibangun berdasarkan kesatuan masyarakat,


yang menghuni suatu tempat tertentu. Kesatuan didasari oleh kesamaan senasib-
sepenanggungan untuk membela tanah air. Itulah satu umat, satu kesatuan masyarakat yang
saling mempertahankan dan melindungi bila ada musuh yang datang menyerang. Perjanjian
dalam piagam itu dapat berjalan beberapa waktu sampai kelompok Yahudi berkhianat, justru
di saat genting ketika Muslimin akan menghadapi serbuan Quraisy. Pasca dibukanya jalan
demokrasi, muncul beberapa kalangan yang menolak Pancasila karena Pancasila lahir dan
tinggal di Indonesia.
Kedua, Piagam Madinah dan Pancasila sama-sama memberi hak sepenuhnya kepada
tiap umat beragama untuk menjalankan ibadah sesuai kepercayaan masing-masing. Konsep
“lakum dinukum waliyadin” menjadi dasar yang utama terciptanya toleransi dalam beragama.
Dan perihal ini sudah diatur bahkan tertuang secara tertulis di dalam Piagam Madinah dan
Pancasila. Begitupun di dalam Undang-Undang Dasar 1945 kita sudah tegas mengatur
kebabasan setiap agama untuk beribadah menurut keyakinannya masing-masing.
Ketiga, Piagam Madinah dan Pancasila dibangun denga prinsip Demokrasi, tanpa
mendahulukan atau mengutakan satu kelompok di atas kelompok yang lain. Setiap kelompok
memiliki hak dan kewajiban yang sama di atas hukum yang dibangun secara bersama-sama.
Prinsip demokrasi yang dimaksudkan di sini adalah prinsip “Syura”, musyawarah untuk
mufakat yang tentunya dipimpin oleh Rasulullah sendiri selaku kepala “Negara”. Yang
terpenting, Piagam Madinah mengakomodir semua golongan, justru dengan tanpa
mencantumkan secara eksplisit “syariat Islam” ke dalam body-text-nya. Spirit yang diperoleh
dari piagam ini adalah, bahwa tidak ada golongan yang mendapakan hak lebih sebagai warga
negara dibanding golongan yang lain. Kesamaan derajat di hadapan konstitusi inilah yang
kemudian mendasari kelahiran Pancasila.
Keempat, perlindungan diberikan kepada mereka yang tidak berbuat zalim (la
‘udwana illa ‘ala azh-zhalimin). Zalim adalah lawan dari adil, siapa yang tidak melakukan
kewajibannya dan melanggar hak orang lain. Maka dia akan diberi sanksi sesuai
kezalimannya, tanpa memandang pada etnis atau latar belakang agamanya.

tinjauan Islam terhadap hak asasi manusia HAM ada dalam Islam yang menunjukan bahwa
Islam sebagai agama telah menempatkan manusia sebagai makhluk terhormat dan mulia. Oleh
karena itu, perlindungan dan penghormatan terhadap manusia merupakan tuntutan ajaran itu
sendiri yang wajib dilaksanakan oleh umatnya terhadap sesama manusia tanpa terkecuali. Hak-hak
yang diberikan Allah itu bersifat permanent, kekal dan abadi, tidak boleh dirubah atau dimodifikasi
(Abu A’la Almaududi, 1998).
konsep Islam tentang HAM berpijak pada ajaran tauhid. Konsep tauhid mengandung ide
persamaan dan persaudaraan manusia. Konsep tauhid juga mencakup ide persamaan dan persatuan
semua makhluk yang oleh Harun Nasution dan Bahtiar Effendi disebut dengan ide perikemakhlukan.
Islam datang secara inheren membawa ajaran tentang HAM, ajaran islam tentang HAM dapat
dijumpai dalam sumber utama ajaran islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits yang merupakan sumber
ajaran normative, juga terdapat praktek kehidupan umat islam.
Dilihat dari tingkatannya, ada 3 bentuk HAM dalam Islam, pertama, Hak Darury (hak dasar).
Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar, bukan hanya membuat manusia
sengsara, tetapi juga eksistensinya bahkan hilang harkat kemanusiaannya. Sebagai misal, bila hak
hidup dilanggar maka berarti orang itu mati. Kedua, hak sekunder (hajy) yakni hak-hak yang bila tidak
dipenuhi akan berakibat hilangnya hak-hak elementer misalnya, hak seseorang untuk memperoleh
sandang pangan yang layak maka akan mengakibatkan hilangnya hak hidup. Ketiga hak
tersier (tahsiny) yakni hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan sekunder (Masdar F.
Mas’udi, 2002)

Anda mungkin juga menyukai