II. TANGGAL : 16 Oktober 2015 III. TUJUAN : Untuk mengetahui titik isoelektrik dan kelarutan protein IV. DASAR TEORI Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada ujung–ujung rantai molekul protein, menyebabkan protein mempunyai banyak muatan (polielektrolit) dan bersifat amphoter (yang dapat bereaksi dengan asam atau basa) (Anonim, 2015). Daya reaksi berbagai jenis protein terhadap asam dan basa tidak sama tergantung dari jumlah dan letak gugus amino dan karboksil dalam molekul. Dalam larutan asam gugus amino bereaksi dengan H sehingga protein bermuatan positif. Bila kondisi ini dilakukan elektrolisis maka molekul protein akan bergerak kearah asam atau muatan negatif sehingga protein akan bergerak kearah anoda (Anonim, 2015). Pada pH tertentu yang disebut titik isoelektrik (PI), muatan gugus amino dan karboksil bebas akan saling menetralkan sehingga molekul bermuatan nol, dan tiap jenis protein mempunyai titik isoelektrik yang berlainan (Anonim, 2015). Protein (protos yang berarti ”paling utama") adalah senyawa organik kompleks yang mempuyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Peptida dan protein merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000, biasanya digolongkan sebagai polipeptida (Anonim, 2015). Protein banyak terkandung di dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia. Seperti pada tempe, tahu, ikan dan lain sebagainya. Secara umum, sumber dari protein adalah dari sumber nabati dan hewani. Protein sangat penting bagi kehidupan organisme pada umumnya, karena ia berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Maka, penting bagi kita untuk mengetahui tentang protein dan hal-hal yang berkaitan dengannya (Robinson, 1995). Protein berasal dari protos dan proteos yang berarti pertama atau utama. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Oleh karena itu sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh (Anshory, 1996). Protein memegang peranan yang penting. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Disamping itu hemoglobin dalam butir-butir darah merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru - paru keseluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein (Anshory, 1996). Protein yang tersusun melalui dari asam - asam amino disebut protein sederhana. Ada juga protein terkonjugasi, yang selain mengandung asam – asam amino juga mengandung gugus lain, misalnya glikoprotein (berikatan dengan karbohidrat), lipoprotein (dengan lemak), hemoprotein (dengan kompleks besi), nucleoprotein (dengan asam nukleat) dan sebagainya (David, 1989). V. ALAT DAN BAHAN A. Alat 1. Tabung reaksi : 9 buah 2. Rak tabung reaksi : 1 buah 3. Propipet : 1 buah 4. Gelas piala : 1 buah 5. Gelas arloji : 1 buah 6. Timbangan analitik : 1 unit 7. Pipet ukur 10 mL : 1 buah 8. Labu takar 50 mL : 1 buah 9. Pipet tetes : 1 buah 10. Vortex : 1 unit 11. Stopwatch : 1 unit B. Bahan 1. Kasein : 0,25 gram 2. Aquadest : 106,9 mL 3. NaOH 1 N : 5 mL 4. CH3COOH 1 N : 1,6 mL 5. CH3COOH 0,1 N : 15,75 mL 6. CH3COOH 0,01 N : 1,85 mL VI. CARA KERJA A. Teoritis 1. Membuat larutan kasein dalam Na-asetat 0,1 N dengan cara memasukkan kedalam labu takar 50 mL sejumlah 0,25 gram kasein murni. Menambahkan 20 mL aquadest dan 5 mL NaOH 1 N. Bila pelarutan telah sempurna menambahkan 5 mL asam asetat kemudian mengencerkan dengan aquadest sampai 50 mL dan menggojog sampai homogen. 2. Mengisi 9 tabung reaksi bersih dengan bahan : Bahan yang Tabung reaksi diisi (mL) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Air suling 8,5 7,75 8,75 8,5 8 7 5 1 7,4 Asam asetat 0,6 1,25 - - - - - - - 0,01 N Asam asetat - - 0,25 0,5 1 2 4 8 - 0,1 N Asam asetat - - - - - - - - 1,6 1N 3. Menambahkan 1 mL larutan kasein Na-asetat kedalam setiap tabung dan segera melakukan penggojogan. 4. Mencatat adanya keruhan setelah 10 menit dan 20 menit. 5. Mengambil tabung yang isinya paling keruh atau yang endapannya paling banyak, kemudian mengukur pH-nya dengan pH meter. 6. Membuat pembahasan dan kesimpulan. B. Skematis No Gambar kerja Kegiatan 1. Dibuat larutan kasein dalam Na- asetat 0,1 N.
2. Disiapkan 9 tabung reaksi
dan diisi sesuai dengan bahan sesuai tabel.
3. Ditambahkan 1 mL larutan kasein Na – asetat 0,1 N kedalam masing – masing tabung kemudian digojog.
4. Dicatat adanya kekeruhan
setelah 10 menit dan 20 menit dan diambil tabung yang isinya paling keruh atau banyak endapan, kemudian pH diukur dengan pH meter. 5. Dibuat pembahasan dan kesimpulan. VII. HASIL PENGAMATAN Kekeruhan/ Tabung nomor Presipitasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Setelah 0 0 * * * + + + * pencampuran Setelah 0 0 * + * * + + * 10 menit Setelah 0 0 * + + + + + * 20 menit pH 5,9 5,6 5,3 5,0 4,7 4,4 4,1 3,8 3,5 (diperhitungkan) Keterangan : 0 = Tidak ada kekeruhan + = Keruh * = Presipitasi (Kekeruhan sedang) VIII. PEMBAHASAN Kelarutan protein di dalam suatu cairan, sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, pH, suhu, kekuatan ionik dan konstanta dielektrik pelarutnya. Protein seperti asam amino bebas memiliki titik isoelektrik yang berbeda-beda. Titik Isoelektrik (TI) adalah daerah pH tertentu dimana protein tidak mempunyai selisih muatan atau jumlah muatan positif dan negatifnya sama, sehingga tidak bergerak ketika diletakkan dalam medan listrik. Pada pH isoelektrik (PI), suatu protein sangat mudah diendapkan karena pada saat itu muatan listriknya nol (Robinson, 1995). Titik Isoelektrik adalah derajat keasaman atau pH ketika suatu makromolekul bermuatan nol akibat bertambahnya proton atau kehilangan muatan oleh reaksi asam-basa. Pada koloid, jika pH sama dengan titik isoelektrik, maka sebagian atau semua muatan pada partikelnya akan hilang selama proses ionisasi terjadi. Jika pH berada pada kondisi di bawah titik isoelektrik, maka muatan partikel koloid akan bermuatan positif. Sebaliknya jika pH berada di atas titik isoelektrik maka muatan koloid akan berubah menjadi netral atau bahkan menjadi negative. Percobaan praktikum ini menggunakan bahan yang berupa kasein. Kasein ini merupakan jenis protein yang terdapat didalam susu yang berbentuk bulat dan kompak (disebut juga protein konjugasi), serta kasein ini akan menggumpal bila diasamkan. Bahan lain yang mendukungnya adalah asam asetat dalam berbagai konsentrasi yaitu 0,1 N; 0,01 N dan 1 N. Menurut Winarno (1984), tiap jenis protein mempunyai titik isoelektrik yang berbeda-beda dengan netralnya molekul protein berarti hilangnya gaya tolak menolak antara protein, sehingga protein akan mengendap dan pengendapan tersebut disebabkan oleh pengaruh asam. Oleh sebab itu, dalam percobaan ini akan dilihat titik isoelektrik kasein yang akan menimbulkan gaya tolak-menolak antar molekul protein. Percobaan ini menggunakan 9 tabung reaksi yang berisi kasein dan ditambahkan dengan asam asetat sesuai dengan konsentrasinya. Untuk menentukan titik isoelektrik kasein sediakan 9 tabung reaksi dengan tabung. Hasil dari pengamatan yang dilakukan 10 menit pertama tabung 1 tidak ada kekeruhan, tabung 2 tidak ada kekeruhan, tabung 3 kekeruhan sedang, tabung 4 ada kekeruhan, tabung 5 kekeruhan sedang, tabung 6 kekeruhan sedang, tabung 7 ada kekeruhan, tabung 8 ada kekeruhan, tabung 9 kekeruhan sedang. Waktu 20 menit tabung 1 dan 2 tidak ada kekeruhan, tabung 3 dan 8 kekeruhan sedang dan tabung 4,5,6,7,8 ada kekeruhan. Semakin tinggi knsentrasi asam asetat maka semakin eat terjadi koagulasi dalam protein. Menurut Soeharsono (1984), kisaran pH isoelektris protein berkisar antara 4,3-6,8 dimana pada pH ini kelarutan protein adalah paling kecil dan pengendapan protein terjadi paling cepat. Kekeruhan tersebut terjadi karena konsentrasi asam asetat tinggi sehingga menyebabkan terjadinya denaturasi, dan terjadinya pemisahan dari pelarutnya. Pada larutan yang bersifat basa (pH tinggi), molekul protein akan bergerak kearah anoda. Sehingga, protein (kasein) mendekati titik isoelektrik yang menyebabkan protein tersebut mengendap. IX. KESIMPULAN Menurut hasil percobaan tersebut, maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : 1. Kasein merupakan protein yang berbentuk bulat dan kompak yang dapat digolongakan kedalam protein konjugasi. 2. Protein yang mengendap dan terdapat kekeruhan ini disebabkan oleh pengaruh asam. 3. Titik isoelektrik pada protein ditandai dengan adanya endapan dan pH asam. 4. Hasil dari pengamatan yang dilakukan 10 menit pertama tabung 1 tidak ada kekeruhan, tabung 2 tidak ada kekeruhan, tabung 3 kekeruhan sedang, tabung 4 ada kekeruhan, tabung 5 kekeruhan sedang, tabung 6 kekeruhan sedang, tabung 7 ada kekeruhan, tabung 8 ada kekeruhan, tabung 9 kekeruhan sedang. 5. Waktu 20 menit tabung 1 dan 2 tidak ada kekeruhan, tabung 3 dan 8 kekeruhan sedang dan tabung 4,5,6,7,8 ada kekeruhan. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Hasil Pertanian. Institut
Pertanian STIPER. Yogjakarta. Anshory Irfan. 1996. Buku Kimia SMU. Penerbit Erlangga. Jakarta. Page, David S. 1989. Prinsip – prinsip Biokimia. Penerbit Erlangga. Jakarta. Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB. Bandung Soeharsono, 1984. Biokimia Jilid I. Universitas Gajah Mada. Jogjakarta Winarno. F, G.. 1986. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.