Anda di halaman 1dari 22

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat kumpulan teori, hasil penelitian, serta ketentuan yang
menunjung dan mengarah pada studi mengenai pola konsumsi air bersih rumah
tangga.

2.1 Standar Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga


Air merupakan kebutuhan pokok manusia dalam menunjang seluruh aktivitas
kehidupannya. Air yang diperlukan manusia harus cukup untuk seluruh kebutuhan
hidup khususnya kebutuhan untuk minum. Dalam lingkungan rumah tangga peranan
air mencakup tiga hal, yaitu konsumsi untuk air minum yang dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup secara fisik, higienis, dan kenyamanan. Untuk memperkirakan
jumlah kebutuhan air untuk rumah tangga dilakukan standar kebutuhan minimum
penduduk yang meliputi kebutuhan air untuk makan, minum, mandi, kebersihan
rumah dan menyiram tanaman (Suhandri, 1996:19).
TABEL II.1
STANDAR KEBUTUHAN AIR BERSIH DEPARTEMEN KESEHATAN
(liter/orang/hari)

Keperluan Air yang Dipakai


Minum 2,0
Memasak, kebersihan dapur 14,5
Mandi, kakus 20,0
Cuci Pakaian 13,0
Air Wudhu 15,0
Air Untuk Kebersihan rumah 32,0
Air Untuk Menyiram tanam-tanaman 11,0
Air untuk mencuci kendaraan 22,5
Air untuk keperluan lain-lain 20,0
Jumlah 150,0
Sumber: Wardhana, 1995:136
24

Jumlah air minum yang dibutuhkan manusia berdasarkan beberapa penelitian


dan standar berbeda-beda. Standar yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan dapat
dilihat pada tabel II.1. Standar yang digunakan dalam penyusunan rencana tata ruang
mengenai kebutuhan sarana prasarana termasuk kebutuhan akan air bersih adalah
standar yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Adapun standar
kebutuhan air bersih yang telah ditetapkan oleh PU ditunjukkan oleh tabel II.2.
TABEL II.2
(STANDAR KEBUTUHAN AIR DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM)
Keperluan Konsumsi
Mandi, cuci, kakus 12,0
Minum 2,0
Cuci Pakaian 10,7
Kebersihan Rumah 31,4
Taman 11,8
Cuci Kendaraan 21,1
Wudhu 16,2
Lain-lain 21,7
Jumlah 126,9
Sumber: Slamet, 1994:89

Secara kuantitas jumlah kebutuhan air untuk rumah tangga per kapita tidaklah
sama di setiap daerah. Untuk itu, Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen
Pekerjaan Umum juga membagi standar kebutuhan air minum berdasarkan lokasi
wilayah sebagai berikut:
• Pedesaan dengan kebutuhan 60 liter/kapita/hari.
• Kota Kecil dengan kebutuhan 90 liter/kapita/hari.
• Kota Sedang dengan kebutuhan 110 liter/kapita/hari.
• Kota Besar dengan kebutuhan 130 liter/kapita/hari.
• Kota Metropolitan dengan kebutuhan 150 liter/kapita/hari.
25

Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990 juga telah
menetapkan target konsumsi air bersih berdasarkan lokasi wilayah sebagai berikut
(Sonny H. Kusuma, 1985:7 dalam Suhandri, 1996:20):
• Untuk kota metropolitan dengan jumlah penduduk lebih dari 1 juta jiwa, harus
diupayakan satandar pemenuhan air bersih sebesar 120 liter per jiwa per hari
• Untuk kota besar dengan penduduk 500.000 jiwa hingga 1 juta jiwa adalah
100 liter/jiwa per hari
• Untuk kota sedang yaitu kota-kota yang berpenduduk 100.000 jiwa hingga
500.000 jiwa, kebutuhan dasar air yang harus dipenuhi adalah 90 liter per jiwa
per hari.
• Untuk kota kecil yaitu kota-kota yang berpenduduk 20.000 jiwa hingga
100.000 jiwa, kebutuhan dasar air yang harus dipenuhi adalah 60 liter per jiwa
per hari
• Untuk kota semi urban yaitu ibu kota kecamatan dengan junlah penduduk
3000 jiwa hingga 20.000 jiwa, maka kebutuhan dasar air yang harus dipenuhi
adalah 45 liter per jiwa per hari.
Jadi dapat disimpulkan bahwa besar dan standar konsumsi air bersih untuk setiap
ukuran kota berbeda-beda.

2.2 Sistem Penyediaan Air Bersih Rumah Tangga


Secara umum terdapat lima sumber air yang dapat dimanfaatkan bagi
kebutuhan kegiatan perkotaan, yaitu (Nace, 1976:29 dalam Suhandri, 1996:15):
• Air hujan, air hasil kondensasi uap air yang jatuh ke tanah
• Air tanah, yaitu air yang mengalir dari mata air, sumur artesis atau diambil
melalui sumur buatan
• Air permukaan, yaitu air sungai dan danau
• Desalinasi air laut, atau air tanah payau/asin
• Hasil pengolahan air buangan
26

Air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dapat berasal
dari air permukaan berupa air sungai, danau dan rawa, air tanah dan air hujan.
Selanjutnya dari sumber air tersebut penyediaan air rumah tangga dapat berupa air
sumur gali/bor/pompa dan air PDAM. Penyediaan air yang baik harus mampu
melayani kebutuhan air yang memadai baik dari segi kuantitas dan kualitas serta
mendapat respon serta dukungan yang positif dari masyarakat.
Penggunaan sistem individual, apalagi sistem individual dengan
menggunakan sumur perorangan, akan membawa dampak pada deplesi sumberdaya
alam. Hal ini disebabkan air yang masih terdapat di dalam tanah bersifat sumber daya
milik umum. Apalagi jika dilihat dari sudut penguasaannya, terdapat dua jenis
sumberdaya yaitu sumberdaya alam yang dapat dimiliki oleh perorangan (private
properly resources) dan sumber daya alam yang dimiliki oleh umum (common
properly resources) (Suparmoko, 1989 dalam Maryati, 1996:27). Kualitas air tidak
sama di semua tempat, sehingga dapat saja terjadi di dalam satu komplek perumahan,
terdapat warga yang sumber air tanahnya baik dan ada juga yang tidak. Hal ini tentu
saja bertentangan dengan prinsip keadilan, khususnya warga yang menggunakan
sumber daya air privat dengan menggunakan sumur gali/bor/pompa.
Secara kualitas, penyediaan air dengan menggunakan sistem publik lebih baik
dibandingkan dengan sistem individual, karena pada umumnya di dalam sistem
publik terdapat fasilitas pengolahan air bersih (Maryati, 1996:28). Selain itu,
pengambilan air tanah dapat dikendalikan sehingga tidak terjadi deplesi sumber daya.
Namun tidak semua warga menggunakan sistem publik atau berlangganan air PDAM
untuk memperoleh air bersih, karena keterbatasan warga untuk membayar
pemasangan jaringan dan iuran per bulannya. Dengan menggunakan sumber daya air
pribadi, warga dengan bebas mengkonsumsi air tanpa memikirkan iuran yang harus
dibayarkan. Selain itu, penduduk yang menggunakan sumber air pribadi cenderung
berperilaku boros dalam mengkonsumsi air bersih.
27

2.3 Perilaku Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga


Perilaku konsumsi air bersih rumah tangga berbeda-beda baik jumlah maupun
jenis kegiatannya. Rumah tangga mengkonsumsi air bersih untuk keperluan internal
dan eksternal (Holland 1995; Prasifka 1988:26 dalam Kusuma, 2001:15). Konsumsi
internal merupakan konsumsi air bersih untuk kegiatan yang dilakukan di dalam
rumah, baik yang bersifat individual maupun kolektif. Konsumsi internal yang
bersifat individual meliputi minum, MCK (mandi, cuci, kakus), dan wudhu.
Sedangkan konsumsi yang bersifat kolektif meliputi memasak, mencuci pakaian,
kebersihan rumah, kebersihan dapur, dan sebagainya. Konsumsi Eksternal
merupakan konsumsi air bersih yang meliputi kegiatan yang dilakukan di luar rumah,
seperti menyiram tanaman dan mencuci kendaraan (Holland 1995, dalam Kusuma,
2001:16).
Kebutuhan air rumah tangga atau air domestik menurut Darmanto (1994)
(Utomo, 1997) mengandung dua hal pokok yaitu air yang dapat digunakan untuk
kegiatan mandi, mencuci, memasak, membersihkan rumah atau halaman dan
sebagainya, dan harus memenuhi persyaratan kualitas air bersih. Peraturan yang
mengatur persyaratan kualitas air dalam PERMENKES RI No.
416/Men/Kes/Per/IX/1990, dari hasil kaji ulang penyesuaian nilai parameter
(Direktorat Penyehatan Air Dirjen PDMD & PLP Depkes, 1996).

2.4 Standar Kriteria Mutu Air Bersih


Persyaratan kualitas air bersih yang berlaku di Indonesia didasarkan pada
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/1X/1990. Standar kriteria mutu
air ini diharapkan dapat menjamin kualitas air bagi pemakainya. Standar mutu air
tersebut dapat dilihat pada tabel II.3 yang tertera dibawah ini.
28

TABEL II.3
STANDAR KRITERIA MUTU AIR BERSIH
No. Parameter Satuan Gol. A Gol. B Gol. C
FISIKA
0
1 Temperatur C Suhu Udara Suhu Udara Suhu Udara
2 Warna Unit Pt-Co 0–5 5 - 50 > 50
3 Kekeruhan NTU 0–5 5 - 23 > 25
4 Residu Terlarut Mg/l 1000 1000 1000
5 Daya Hantar Listrik Mg/l - - -
KIMIA
6 pH - 6,5 – 8,5 5-9 <5&>9
7 Kalsium (Ca) Mg/l 0 - 75 75 - 200 > 200
8 Magnesium Mg/l 0 - 30 30 - 150 > 150
0
9 Kesadahan D 0 - 10 10 - 20 > 20
10 Natrium (Na) Mg/l 200 - -
11 Besi Mg/l 0 - 0,1 0,1 - 1 >1
12 mangan (Mn) Mg/l 0,1 0,5 0,1
13 Seng (Zn) Mg/l 0–1 1 - 15 > 15
14 Krom VI (Cr) Mg/l 0 - 0,01 0,01 - 0,5 > 0,5
15 Kadmium (Cd) Mg/l 0 - 0,01 0,01 - 0,1 > 0,1
16 Timbal (Pb) Mg/l 0 - 0,01 0,01 - 0,1 > 0,1
17 Klorida (Cl) Mg/l 0 - 200 200 - 600 > 600
18 Sulfat (SO4) Mg/l 0 - 200 200 - 400 > 400
19 Nitrat (NO3-N) Mg/l 5 - 10 10 - 20 20
20 Nitrit (NO2-N) Mg/l 0–1 1,0 1,0
mg/l
21 Alkaliti CaCO3 - - -
Senyawa aktif
22 birumetilen Mg/l 0,5 0,5 -
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/1X/1990, Dep. Kesehatan RI
Keterangan:
Golongan A = Air baku yang dapat digunakan untuk air bersih, tanpa pengolahan
Golongan B = Air baku yang dapat digunakan untuk air bersih, dengan pengolahan sederhana
Golongan A = Air baku yang dapat digunakan untuk air bersih, memerlukan pengolahan
yang intensif

Sistem penyediaan air bersih harus aman, higienis, tidak berbau, tidak
berwarna, dan tidak mengandung zat-zat berbahaya agar dapat dikonsumsi. Untuk itu,
29

air yang dapat dikonsumsi harus memenuhi persyaratan kualitas air bersih yang
terdiri dari:
1. Persyaratan Fisis
Kualitas fisis yang harus dipenuhi perlu dilihat dari segi kesehatan,
kenyamanan, estetika, dan penerimaan masyarakat. Adapun batasan kualitas
fisis air bersih antara lain:
ƒ Tidak berbau dan tidak berasa
ƒ Temperatur 10-250C
ƒ Tidak berwarna
ƒ Rasa segar dan tidak memberikan rasa lain
ƒ Kekeruhan turbidity 1 mg/I SiO2
2. Persyaratan Kimiawi
Kandungan unsur kimia di dalam air haruslah mempunyai kadar dan tingkat
konsentrasi tertentu yang tidak mengandung unsur-unsur yang bersifat racun
sehingga dapat mengganggu kesehatan, menimbulkan gangguan pada
aktivitas manusia dan merupakan indikator pengotoran.
3. Persyaratan Bakteriologis
Dalam persyaratan ini ditentukan batasan tentang jumlah bakteri dan kuman-
kuman penyakit atau bakteri golongan coli yang masih bisa ditolelir
kandungannya dalam air.

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Konsumsi Air Bersih Rumah


Tangga
Perbedaan jumlah penggunaan air tergantung dari faktor sumberdaya air,
kondisi sosial ekonomi penduduk dan lingkungan (Linsley, et al, 1992; Al Layla,
1980; dalam Pusposutardjo dan Sutanto, 1993). Selain itu, besarnya jumlah air
didasarkan atas jenis dan waktu pemanfaatannya (Mislan, 1999). Menurut Kammerer
tingkat permintaan/penggunaan air bersih di perkotaan dipengaruhi oleh faktor-faktor
berikut (Kammerer, 1976:75 dalam Suhandri, 1996:18):
30

a. Jenis dan besar lingkungan


b. Standar hidup
c. Iklim
d. Kualitas air
e. Tekanan aliran air
f. Ketersediaan meter penggunaan air
g. Umur lingkungan
h. Peraturan pembatasan lingkungan air
i. Ongkos/tarif air
Sedangkan menurut Ray K. Linsley, penggunaan air bersih di perkotaan
dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut (Ray K. Linsley, 1989:82 dalam Suhandri,
1996:92) :
a. Iklim
Kebutuhan air pada daerah beriklim hangat akan lebih besar daripada daerah
beriklim lembab.
b. Ciri-ciri penduduk
Pemakaian perkapita di daerah-daerah miskin jauh lebih rendah daripada di
daerah-daerah kaya/maju.
c. Industri dan Perdagangan
Kota yang memiliki aktivitas industri dan perdagangan akan mengkomsumsi
air dalam jumlah yang banyak. Karena proses pabrikasi membutuhkan air
yang tidak sedikit seperti untuk tujuan penyulingan, pendinginan, dan lain-
lain.
d. Ukuran Kota
Kota besar yang benyak memiliki perindustrian, taman-taman, fasilitas-
fasilitas umum akan banyak membutuhkan air.
Pada umumnya konsumsi air bersih untuk keperluan internal tidak
dipengaruhi iklim tetapi dipengaruhi oleh ukuran rumah tangga. Seringkali konsumsi
air bersih untuk keperluan internal diasumsikan konstan, artinya fluktuasi total
31

konsumsi air bersih rumah tangga untuk keperluan internal tidak terlalu besar dan
tidak berubah (Prasifka, 1988 dalam Kusuma, 2001:16). Untuk negara berkembang,
penggunaan air untuk eksternal secara signifikan tidak dipengaruhi oleh perubahan
musim. Penggunaan air eksternal lebih dipengaruhi perilaku atau kebiasaan.
Penggunaan air bersih untuk keperluan eksternal berubah setiap saat karena bukan
termasuk harian rumah tangga, tidak seperti penggunaan air bersih untuk keperluan
internal yang cenderung konstan (Rangwala, 1975 dalam Kusuma, 2001:16).
Kebiasaan konsumsi air bersih untuk keperluan eksternal baik untuk menyiram
tanaman maupun mencuci mobil sangat berpengaruh terhadap perubahan total
konsumsi air bersih rumah tangga (Kusuma Sari, 2001:16).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi perumahan akan air bersih antara
lain (Kamen dan Darr, 1976:50):
• Ukuran keluarga
• Pendapatan per kapita
• Ukuran kota
• Kota asal penduduk
• Tipe meteran
• Pendidikan responden
• Kepadatan ruang
Dan faktor utama yang berpengaruh terhadap besarnya konsumsi air bersih rumah
tangga adalah: ukuran keluarga dan pendapatan per kapita.
Permintaan air bersih bervariasi tergantung faktor yang mempengaruhi
konsumsi air bersih (California Department of Water Resources 1994). Beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi air bersih rumah tangga adalah (Prasifta
1988:10):
• Variasi permintaan air bersih untuk menyiram tanaman
• Variasi ukuran keluarga
• Variasi pendapatan
32

• Intensitas bangunan
• Program konservasi
Semakin besar ukuran rumah yang ditempati semakin besar konsumsi air
kolektif rumah tangga tersebut, semakin tinggi standar hidup rumah tangga semakin
besar konsumsi air per individu, dan konsumsi eksternal tidak dipengaruhi oleh
ukuran rumah yang ditempati karena kebutuhan air eksternal bukan kebutuhan dasar
(Kusuma Sari, 200:16).
Berdasarkan literatur dan penelitian sebelumnya, terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi jumlah konsumsi air bersih rumah tangga, namun dalam studi ini
tidak semua faktor diteliti, karena beberapa alasan antara lain:
• Jenis dan besar lingkungan
Jenis lingkungan wilayah penelitian relatif sama karena besar lingkungan
yang tidak terlalu luas hanya mencakup satu kelurahan.
• Iklim
Iklim di wilayah studi sama.
• Tekanan aliran air
Tekanan air di wilayah studi cukup sulit untuk diidentifikasi.
• Ketersediaan meter penggunaan air/ atau tipe meteran
Tidak semua penduduk menggunakan meteran karena sebagian besar
penduduk menggunakan sumber air pribadi.
• Umur lingkungan
Umur lingkungan di wilayah studi sama.
• Peraturan pembatasan lingkungan air
Tidak ada peraturan pembatasan air di seluruh wilayah studi.
• Ongkos/tarif air
Tidak semua penduduk mengeluarkan biaya untuk mendapatkan air bersih,
karena sebagian besar menggunakan sumur pribadi berupa sumur timba.
33

TABEL II.4
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH
TANGGA

Faktor yang mempengaruhi


Jumlah Konsumsi Air Bersih Kesimpulan Faktor yang Diteliti
Rumah Tangga
Menurut Kammerer, 1976 • Jenis dan besar • Ukuran keluarga
• Jenis dan besar lingkungan lingkungan • Pendidikan Responden
• Standar hidup • Standar hidup • Tingkat Penghasilan
• Iklim (pendapatan per • Kualitas Air
• Kualitas air kapita)
• Tekanan aliran air • Iklim Faktor yang Tidak
• Ketersediaan meter penggunaan • Kualitas air Diteliti
air • Tekanan aliran air • Jenis dan besar
• Umur lingkungan • Ketersediaan meter lingkungan
• Peraturan pembatasan penggunaan air • Iklim
lingkungan air • Umur lingkungan • Kualitas air
• Ongkos/tarif air • Peraturan • Tekanan aliran air
Menurut Ray K. Linsley, 1982 pembatasan • Ketersediaan meter
• Iklim lingkungan air penggunaan air
• Ciri-ciri penduduk (program • Umur lingkungan
• Industri dan perdagangan konservasi)
• Peraturan
• Ukuran kota • Ongkos/tarif air pembatasan
Menurut Kamen dan Darr, 1976 • Industri dan lingkungan air
• Ukuran keluarga perdagangan (program
• Pendapatan per kapita • Ukuran kota (ciri- konservasi)
• Ukuran kota ciri penduduk) • Ongkos/tarif air
• Kota asal penduduk • Ukuran keluarga • Industri dan
• Tipe meteran • Kota asal penduduk perdagangan
• Pendidikan responden • Tipe meteran • Ukuran kota (ciri-
• Kepadatan ruang • Pendidikan ciri penduduk)
responden • Kota asal penduduk
Prasifta, 1988
• Kepadatan ruang • Tipe meteran
• Variasi permintaan air bersih
untuk menyiram tanaman • Variasi permintaan • Kepadatan ruang
air bersih untuk • Variasi permintaan
• Variasi ukuran keluarga
menyiram tanaman
• Variasi pendapatan air bersih untuk
• Intensitas bangunan menyiram tanaman
• Program konservasi • Intensitas bangunan
34

• Industri dan perdagangan


Aktivitas perdagangan di wilayah studi tergolong sama dan tidak ada aktivitas
industri di wilayah studi sehingga tidak dapat dibandingkan.
• Ukuran kota
Studi hanya dilakukan di satu wilayah yang tergolong sebagai kota besar.
• Kota asal penduduk
Mayoritas penduduk yang tinggal di wilayah penelitian adalah penduduk asli
wilayah tersebut.
• Kepadatan ruang
Wilayah studi tergolong tidak terlalu luas dan sulit untuk dibagi menjadi
wilayah yang lebih kecil.
• Variansi Permintaan untuk Menyiram Tanaman
Tidak semua penduduk di wilayah studi memiliki tanaman.
Faktor yang akan diteliti dalam studi ini antara lain: ukuran keluarga,
pendapatan per kapita, pendidikan responden dan kualitas air. Dalam studi ini tidak
dilakukan analisis apakah kualitas air mempengaruhi jumlah konsumsi air bersih atau
tidak, karena kualitas air baik dari sumber pribadi maupun sumur publik relatif sama.
Dan kualitas air yang diteliti dalam studi ini dilihat dari segi fisis yang dapat
dirasakan dan dilihat oleh responden. Segi fisis yang diidentifikasi antara lain: rasa,
bau, dan warna air. Selain itu, dalam studi ini pun akan diteliti faktor sumber air,
yang dibedakan menjadi sumur pribadi dan sumur publik. Hal ini dilakukan karena
penduduk yang menggunakan sumber air pribadi cenderung mengkonsumsi air lebih
tinggi dibandingkan penduduk yang menggunakan sumber air pribadi.

2.6 Konservasi Air Bersih


Konservasi diartikan sebagai pelestarian atau penghematan, dan maknanya
dapat diperluas menjadi perlindungan dan pengawetan. Dalam arti yang lebih luas
35

dan populer, konservasi diartikan sebagai penghematan terhadap sumber daya agar
dapat digunakan selama mungkin dan seefisien mungkin.
Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.1451
K/10/Mem/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di
Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah menyatakan bahwa konservasi air bawah
tanah adalah pengelolaan air bawah tanah untuk menjamin pemanfaatannya secara
bijaksana dan menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara
serta mempertahankan mutunya. Dan berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian No.14 tahun 2001 tentang Arahan Kebijakan Nasional
Sumberdaya Air, konservasi sumberdaya air adalah upaya memelihara keberadaan,
keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumberdaya air agar senantiasa tersedia
dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan mahluk
hidup baik pada waktu sekarang maupun pada generasi yang akan datang.
Arah kebijakan konservasi sumber daya air berdasarkan Keputusan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian No. 14 tahun 2001 tentang Arahan Kebijakan
Nasional Sumberdaya Air adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan dan memulihkan ketersediaan air untuk kemanfaatan bagi
generasi sekarang maupun akan datang.
b. Meningkatkan dan memulihkan kualitas air untuk memenuhi kebutuhan baik
bagi generasi sekarang maupun akan datang.
c. Memulihkan dan mempertahankan daya dukung lingkungan sumberdaya air
untuk menjamin ketersediaan air guna memenuhi kebutuhan generasi
sekarang maupun akan datang.
Dan kebijakan konservasi sumberdaya air meliputi :
a. Melaksanakan pelestarian sumberdaya air guna mewujudkan keberlanjutan
ketersediaan air sehingga dapat memberikan manfaat bagi generasi sekarang
maupun akan datang.
b. Meningkatkan pengawasan atas pengambilan air dan penggunaannya agar
tetap mempertimbangkan kepentingan konservasi.
36

c. Menerapkan sistem insentif dan disinsentif untuk mendorong upaya


konservasi sumberdaya air.
d. Meningkatkan kesadaran/kepedulian masyarakat terhadap masalah air.
e. Mendorong penerapan prinsip pencemar membayar.
f. Mengendalikan penggunaan air tanah untuk pengeboran baru terutama pada
daerah kritis air tanah.
g. Mendorong upaya-upaya penambahan air tanah.
h. Meningkatkan upaya pengendalian pencemaran air akibat pembuangan
limbah.
i. Menetapkan kebijakan pengendalian pembuangan limbah domestik.
j. Mengelola kualitas air melalui pemeliharaan dan perbaikan lingkungan
ekosistem sumberdaya air.
k. Mendorong pengembangan teknologi tepat guna untuk pengendalian kualitas
air.
l. Mendorong upaya pelestarian daerah resapan air antara lain melalui
penerapan ketentuan penggunaan lahan sesuai peruntukannya.
m. Mengupayakan keterpaduan rencana tata ruang dengan potensi dan
pengembangan sumberdaya air.
n. Mengupayakan keterpaduan konservasi lahan basah dan
pengembangan/reklamasi rawa dengan mendorong upaya pengembangan
rawa berdasar prinsip konservasi lahan basah.
Konservasi air merupakan upaya komprehensif dalam mengamankan,
melestarikan air dan sumber daya air, lingkungan ekosistem terkait, serta usaha-usaha
penghematan konsumsi air. Namun demikian, usaha strategis itu akan selalu
berbenturan dengan berbagai kendala dan permasalahan yang diakibatkan masih
rendahnya kesadaran, kepedulian, dan partisipasi masyarakat secara integral (Eddy,
2005). Pola hidup boros merupakan salah satu perilaku yang bertentangan dengan
konservasi karena dampaknya akan merugikan ketersediaan sumber daya di masa
mendatang. Untuk itu diperlukan upaya agar sumber daya air tetap berkelanjutan.
37

2.7 Manajemen Kebutuhan Air Bersih


Water demand manajemen adalah kebijakan sektor air yang ditekankan pada
penggunaan supply air dengan lebih baik daripada mengembangkan supply yang baru
(G. Lichtenthaler dan A.R. Turton). Manajemen kebutuhan air bersih dalam studi ini
adalah pengaturan dan pengendalian kebutuhan air bersih dalam rangka menjaga
kelestarian dan mengkonservasi air sumber daya air bersih agar ketersediaannya tetap
berkelanjutan. Berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
No.14 tahun 2001 tentang Arahan Kebijakan Nasional Sumberdaya Air,
pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat, swasta, dan pemerintah dalam
pengelolaan sumber daya air antara lain:
1. Memberikan hak yang lebih luas kepada masyarakat disertai dengan
pemberdayaan untuk meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan
sumberdaya air;
2. Memberikan pengakuan hukum atas hak masyarakat tradisional dalam
pengelolaan sumberdaya air pada wilayahnya;
3. Menetapkan dan memberlakukan hak guna air dalam peraturan perundangan
di bidang sumberdaya air;
4. Mengintegrasikan pemberdayaan dan peran masyarakat dalam proses
pengelolaan sumberdaya air;
5. Menciptakan kepastian hukum bagi swasta untuk berperan dalam pengelolaan
sumberdaya air;
6. Memperkuat institusi publik bagi peran swasta dalam pengelolaan
sumberdaya air;
7. Menyiapkan mekanisme untuk pembagian manfaat antar wilayah dalam
pengusahaan sumberdaya air oleh swasta;
8. Menyiapkan kelembagaan dan aparat pemerintah untuk pelaksanaan
desentralisasi pembangunan;
9. Menyiapkan kelembagaan dan aparat pemerintah untuk menghadapi proses
peningkatan demokratisasi dalam pengelolaan sumberdaya air; dan
38

10. Menyiapkan kelembagaan dan aparat pemerintah untuk menghadapi proses


swastanisasi dalam pengelolaan sumberdaya air.
Contoh manajemen kebutuhan air di beberapa negara adalah sebagai berikut:
• Bahrain
Mengimplementasikan program kesadaran publik dengan memperbaharui
undang-undang air bawah tanah untuk mengurangi konsumsi dan menetapkan
tarif air bawah tanah
• Jordan
Mempersiapkan strategi manajemen kebutuhan air pada tahun 1977 dengan
memperbaharuhi undang-undang air, merevisi tarif air, manajemen kontrak
dengan pihak swasta, dan mengimplementasikan program kesadaran publik.
• Di West Bank dan Gaza Strip
Membuat manajemen sumber air yang tergantung pada situasi politik, dan
politik air berorientasi pada manajemen kebutuhan. Tarif air mencakup tarif
real dan pencemar harus membayar kerusakan lingkungan sesuai asas yang
telah diimplementasikan.
• Saudi Arabia
Membangun kementrian air dan meninjau ulang tarif air serta mengukur
pengurangan penggunaan air untuk pertanian.
• Yaman
Memformasikan kebijakan dan strategi air, undang-undang air yang baru, dan
mendirikan National Water Resources Authority untuk mengatur sumber daya
air dan membentuk kembali tarif air (G. Lichtenthaler dan A.R. Turton).
• negara-negara di Eropa
Membuat penampungan dan penggunaan air hujan, waste water recyling,
struktur tarif dan kebijakan harga air, kesepakatan secara sukarela untuk
mengurangi konsumsi air, community education, detecting and controlling
39

system leakage (Illustrative Water Demand Management Plan and Guide for
Preparation, 2001).
• Timur Tengah seperti Tunisia, Mesir, dan Israel
Menggunakan kembali air bekas (wastewater) untuk pertanian (Ali Ghezawi,
2003).
• Indonesia
Penerapan tarif air PDAM yang progresif.
Dari contoh penerapan manajemen kebutuhan air, dapat diketahui bahwa
beberapa negara menerapkan sistem tarif dan perundang-undangan dalam manajemen
kebutuhan air.

2.8 Penghematan Air


Partisipasi masyarakat secara aktif dalam menyelamatkan kehidupan di masa
mendatang, dapat memulai dengan penghematan pemakaian air, pembangunan
jebakan air/sumur resapan air di halaman rumah, penanaman pohon di
lingkungannya, minimalisasi pemakaian bahan kimia yang bersingguhan dengan
sumberdaya air dan yang paling penting adalah menanamkan rasa tanggung jawab
secara moral di setiap hatinya bahwa air yang ada sekarang merupakan titipan anak
cucu kita yang harus dipelihara (Menyelamatkan Kehidupan melalui Gerakan
Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GN-KPA).
Masyarakat berharap bahwa penyediaan air harus cukup baik saat kemarau
maupun hujan, pemanfaatan air tidak perlu dibatasi dan gerakan hemat air belum
perlu dilakukan demikian juga mengenai penjadwalan air. Kecenderungan bertidak
boros juga tampak dari kurangnya pengontrolan pemanfaatan air, perencanaan biaya
dan kepeduliaan terhadap mutu air, selain itu rendahnya pengaturan dan pengenaan
pajak dalam pengelolaan sumber daya air. (Mislan, 1999).
Ketersediaan air bersih yang terbatas menuntut masyarakat untuk melakukan
penghematan air. Hal ini dilakukan agar ketersediaan air tetap berkelanjutan.
40

Penghematan air harus dilakukan oleh setiap jenis kegiatan. Namun karena jumlah
rumah tangga jauh lebih banyak daripada industri maka penghematan air dalam
rumah tangga akan memberikan kontribusi yang sangat signifikan. Untuk
memecahkan masalah terbatasnya penyediaan air rumah tangga, gerakan hemat air
yang merupakan upaya mempengaruhi jumlah konsumsi air ke arah penggunaan yang
tepat dan efisien harus berhasil dilaksanakan. Hal tersebut dapat dicapai jika persepsi
masyarakat dalam mengkonsumsi air rumah tangga sudah tepat (Syme dan
Nancarrow, 1996 dalam Mislan 1999). Persepsi masyarakat yang menganggap air
merupakan benda bebas dan dapat dimanfaatkan terus menerus dalam jumlah yang
sesuai dengan yang diinginkan harus diubah, dan diarahkan ke anggapan sebaliknya
yaitu air sebagai benda ekonomis, yang nilainya dapat terbatas dan oleh karenanya
harus dijaga dan dimanfaatkan seefisien mungkin (Mislan 1999).
Beberapa petunjuk penghematan air bagi masyarakat antara lain:
1. di rumah tangga
• mengurangi pencucian secara berulang (pembilasan).
• pemanfaatan air secara bertahap (prioritas)
9 air bekas cucian sayur dipakai untuk mencuci perabot dapur yang kotor.
9 air bekas mandi untuk pembilas/penggelontor WC
9 air cucian dapur untuk siram tanaman
• penggunaan ulang air (yang telah dianggap limbah dan masih layak) seperti
untuk sanitasi.
• gunakan air secukupnya dan jangan berlebihan
• isi bak mandi secara penuh setiap habis digunakan dan isi bak penampungan
air setiap malam
• matikan kran sebelum meninggalkan kamar mandi
• bagi yang memiliki mobil:
9 tampung air cucian pakaian untuk mencuci mobil
9 jangan menggunakan air bersih melalui kran untuk mencuci mobil
41

9 mencuci mobil cukup dengan 2 ember


• usahakan setiap rumah tangga mempunyai sumur resapan
• rawat dengan baik peralatan saluran air, kran dan penampungan air dengan
baik dan hindari kebocoran
2. di lahan
• memilih tanaman yang tidak banyak membutuhkan air, seperti palawija, untuk
bercocok tanam.
• memanfaatkan air yang tidak layak dikonsumsi.
3. pembuatan tempat penampungan air hujan
Dalam periode musim kemarau, namun sesekali masih terjadi hujan perlu dibuat
tempat-tempat (bak) penampungan air hujan untuk menambah persediaan air.
4. melindungi sumber-sumber air yang ada dari pencemaran
Untuk menghindari kegiatan-kegiatan seperti pencucian dan penggembalaan
ternak di lokasi sumber-sumber air yang dapat mencemarkan air di sumber air
yang ada.
Penghematan yang dapat dilakukan menurut Christina adalah model mandi
yang menggunakan shower, penggunaan mesin cuci dengan kapasitas maksimal,
membersihkan kendaraan dengan cara mengelap saja (pembersihan total dilakukan
sekali waktu saja), menyiram tanaman dengan gembor (ember penyiram), dan
merawat keran-keran air agar tidak bocor.

2.9 Tinjauan Studi Terdahulu


Penelitian mengenai pola pemakaian air bersih untuk keperluan domestik
telah banyak dilakukan dan memberikan hasil yang beragam dalam setiap penelitian.
Adapun hasil penelitian mengenai pola pemakaian air bersih antara lain:
• Berdasarkan penelitian Martopo (Utaya, 1993), kebutuhan air di Indonesia sekitar
103 liter/kapita/hari untuk perkotaan dan 68 liter/kapita/hari untuk Perdesaan.
Penelitian lainnya yaitu Kallau (1986) menyimpulkan jumlah konsumsi air
42

penduduk di Kupang sebesar 136,6 liter/kapita/hari, dan Utaya (1993) di Malang


yang memperoleh jumlah rata-rata konsumsi air sebesar 136,2 liter/kapita/hari.
(Mislan,1999:2).
• Penelitian Christina menghasilkan informasi bahwa persentase penggunaan air
rumah tangga adalah mandi dan buang air (lebih dari 60% kebutuhan air), bersih-
bersih (25%), sisa untuk keperluan lainya. Sedangkan berdasarkan penelitian
Mislan di Samarinda, besarnya konsumsi air rumah tangga dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jarak sumber air. Makin Tinggi
tingkat pendidikan, makin besar tingkat pendapatan, dan makin dekat sumber air
maka makin besar konsumsi air bersih.
• Berdasarkan United States Geological Survey, rata-rata penggunaan air bersih
penduduk Amerika adalah antara 80 hingga 100 gallon per hari atau sekitar 307,2
liter hingga 384 liter per hari. Adapun persentase konsumsi air bersih untuk tiap
keperluan dapat dilihat pada gambar 2.1.
GAMBAR 2.1

Source: http://www.rainharvesting.co.uk/images/pie.gif

• Berdasarkan penelitian Mislan, jenis pemanfaatan air terbesar adalah MCK, yaitu
di perkotaan rata-rata 40,9 liter/kapita/hari, pinggiran 37,4 liter/kapita/hari dan
43

perdesaan sebesar 32,5 liter/kapita/hari. Jenis pemanfaatan terkecil adalah cuci


mobil dan berlaku baik di perkotaan, pinggiran, maupun perdesaan. Hasil
penelitian lainnya menyimpulkan bahwa masyarakat cenderung bertindak boros
dalam mengkonsumsi air bersih. Ditinjau dari penyediaan air, persepsi
masyarakat yang cenderung bertindak boros di perkotaan adalah masyarakat yang
memiliki penyedia air utama dari PAM ditambah penyediaan alternatif lainnya,
dan berlaku juga untuk wilayah pinggiran. Ditinjau dari jenis pekerjaan ternyata
di perkotaan kelompok yang mengkonsumsi air rumah tangga paling tinggi adalah
pedagang/pengusaha, sedangkan di pinggiran dan perdesaan adalah
PNS/ABRI/Pensiunan. Jika dibandingkan antar mintakat untuk kelompok jenis
pekerjaan yang sama, besarnya konsumsi air di perkotaan lebih besar
dibandingkan dengan pinggiran dan perdesaan, dan di pinggiran lebih besar
dibandingkan dengan perdesaan.

2.10 Tinjauan Rencana


Kebutuhan air bersih di Kota Cimahi dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota
Cimahi tahun 2007 adalah sebesar 97.726.986 liter/detik dan tahun 2012 adalah
sebesar 112.665.021 liter/detik dengan mengasumsikan 1 jiwa membutuhkan 150
liter/detik.
TABEL II.5
PERHITUNGAN JUMLAH KONSUMSI AIR BERSIH KOTA CIMAHI
Jumlah Asumsi 1 KK =
Jumlah
Jumlah Jumlah (liter) per 5 org maka
Golongan M3 Per
Sl (liter/hari) hari x konsumsi
Tahun
KP 6

jumlah Sl (liter/hari/org)
1A 131 2 358,90 179,45 35,89
1B 53.0831 2.122 1.454.331,51 685,36 137,07
1C 1.440.006 11.211 3.945.221,92 351,91 70,38
Rata-rata Konsumsi Air Bersih 81,11
Sumber: PDAM Kota Cimahi
44

Sedangkan PDAM Kota Cimahi mengasumsikan rata-rata kebutuhan air bersih


penduduk adalah sekitar 81,11 liter per orang per hari. PDAM mengolongkan
kebutuhan air bersih sesuai dengan golongan rumah tangga yang didasari Perda No.
XIV Tahun 1983. Golongan pelanggan tersebut antara lain:
1. Rumahtangga Golongan IA (sederhana)
• Perumnas
• Rumah tidak permanen yang terletak di jalan kecil/kampung/gang
2. Rumahtangga Golongan IB (menengah)
• Rumah semi permanen dan permanen yang terletak di jalan
kecil/kampung/gang
• Rumah semi permanen dan permanen yang terletak di jalan besar bukan
protokol
3. Rumahtangga Golongan IC (mewah)
• Rumah semi permanen dan permanen yang terletak di jalan protokol
• Rumah tempat peristirahatan, villa, bungalow yang tidak dikomersilkan.
Berdasarkan tabel II.4, kebutuhan air bersih tiap golongan adalah pelanggan
golongan 1A kebutuhannya sebesar 35,89 liter per orang per hari, pelanggan
golongan 1B sebesar 137,07 liter per orang per hari, dan golongan 1C sebesar 70,38
liter per orang per hari. Jadi kebutuhan air bersih yang diasumsukan PDAM berbeda-
beda untuk setiap golongan pelanggan rumah tangga.

Anda mungkin juga menyukai