kEBUTUHAN AIR PER ORG PDF
kEBUTUHAN AIR PER ORG PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memuat kumpulan teori, hasil penelitian, serta ketentuan yang
menunjung dan mengarah pada studi mengenai pola konsumsi air bersih rumah
tangga.
Secara kuantitas jumlah kebutuhan air untuk rumah tangga per kapita tidaklah
sama di setiap daerah. Untuk itu, Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen
Pekerjaan Umum juga membagi standar kebutuhan air minum berdasarkan lokasi
wilayah sebagai berikut:
• Pedesaan dengan kebutuhan 60 liter/kapita/hari.
• Kota Kecil dengan kebutuhan 90 liter/kapita/hari.
• Kota Sedang dengan kebutuhan 110 liter/kapita/hari.
• Kota Besar dengan kebutuhan 130 liter/kapita/hari.
• Kota Metropolitan dengan kebutuhan 150 liter/kapita/hari.
25
Hasil Lokakarya II Dasawarsa Air Bersih untuk tahun 1981-1990 juga telah
menetapkan target konsumsi air bersih berdasarkan lokasi wilayah sebagai berikut
(Sonny H. Kusuma, 1985:7 dalam Suhandri, 1996:20):
• Untuk kota metropolitan dengan jumlah penduduk lebih dari 1 juta jiwa, harus
diupayakan satandar pemenuhan air bersih sebesar 120 liter per jiwa per hari
• Untuk kota besar dengan penduduk 500.000 jiwa hingga 1 juta jiwa adalah
100 liter/jiwa per hari
• Untuk kota sedang yaitu kota-kota yang berpenduduk 100.000 jiwa hingga
500.000 jiwa, kebutuhan dasar air yang harus dipenuhi adalah 90 liter per jiwa
per hari.
• Untuk kota kecil yaitu kota-kota yang berpenduduk 20.000 jiwa hingga
100.000 jiwa, kebutuhan dasar air yang harus dipenuhi adalah 60 liter per jiwa
per hari
• Untuk kota semi urban yaitu ibu kota kecamatan dengan junlah penduduk
3000 jiwa hingga 20.000 jiwa, maka kebutuhan dasar air yang harus dipenuhi
adalah 45 liter per jiwa per hari.
Jadi dapat disimpulkan bahwa besar dan standar konsumsi air bersih untuk setiap
ukuran kota berbeda-beda.
Air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dapat berasal
dari air permukaan berupa air sungai, danau dan rawa, air tanah dan air hujan.
Selanjutnya dari sumber air tersebut penyediaan air rumah tangga dapat berupa air
sumur gali/bor/pompa dan air PDAM. Penyediaan air yang baik harus mampu
melayani kebutuhan air yang memadai baik dari segi kuantitas dan kualitas serta
mendapat respon serta dukungan yang positif dari masyarakat.
Penggunaan sistem individual, apalagi sistem individual dengan
menggunakan sumur perorangan, akan membawa dampak pada deplesi sumberdaya
alam. Hal ini disebabkan air yang masih terdapat di dalam tanah bersifat sumber daya
milik umum. Apalagi jika dilihat dari sudut penguasaannya, terdapat dua jenis
sumberdaya yaitu sumberdaya alam yang dapat dimiliki oleh perorangan (private
properly resources) dan sumber daya alam yang dimiliki oleh umum (common
properly resources) (Suparmoko, 1989 dalam Maryati, 1996:27). Kualitas air tidak
sama di semua tempat, sehingga dapat saja terjadi di dalam satu komplek perumahan,
terdapat warga yang sumber air tanahnya baik dan ada juga yang tidak. Hal ini tentu
saja bertentangan dengan prinsip keadilan, khususnya warga yang menggunakan
sumber daya air privat dengan menggunakan sumur gali/bor/pompa.
Secara kualitas, penyediaan air dengan menggunakan sistem publik lebih baik
dibandingkan dengan sistem individual, karena pada umumnya di dalam sistem
publik terdapat fasilitas pengolahan air bersih (Maryati, 1996:28). Selain itu,
pengambilan air tanah dapat dikendalikan sehingga tidak terjadi deplesi sumber daya.
Namun tidak semua warga menggunakan sistem publik atau berlangganan air PDAM
untuk memperoleh air bersih, karena keterbatasan warga untuk membayar
pemasangan jaringan dan iuran per bulannya. Dengan menggunakan sumber daya air
pribadi, warga dengan bebas mengkonsumsi air tanpa memikirkan iuran yang harus
dibayarkan. Selain itu, penduduk yang menggunakan sumber air pribadi cenderung
berperilaku boros dalam mengkonsumsi air bersih.
27
TABEL II.3
STANDAR KRITERIA MUTU AIR BERSIH
No. Parameter Satuan Gol. A Gol. B Gol. C
FISIKA
0
1 Temperatur C Suhu Udara Suhu Udara Suhu Udara
2 Warna Unit Pt-Co 0–5 5 - 50 > 50
3 Kekeruhan NTU 0–5 5 - 23 > 25
4 Residu Terlarut Mg/l 1000 1000 1000
5 Daya Hantar Listrik Mg/l - - -
KIMIA
6 pH - 6,5 – 8,5 5-9 <5&>9
7 Kalsium (Ca) Mg/l 0 - 75 75 - 200 > 200
8 Magnesium Mg/l 0 - 30 30 - 150 > 150
0
9 Kesadahan D 0 - 10 10 - 20 > 20
10 Natrium (Na) Mg/l 200 - -
11 Besi Mg/l 0 - 0,1 0,1 - 1 >1
12 mangan (Mn) Mg/l 0,1 0,5 0,1
13 Seng (Zn) Mg/l 0–1 1 - 15 > 15
14 Krom VI (Cr) Mg/l 0 - 0,01 0,01 - 0,5 > 0,5
15 Kadmium (Cd) Mg/l 0 - 0,01 0,01 - 0,1 > 0,1
16 Timbal (Pb) Mg/l 0 - 0,01 0,01 - 0,1 > 0,1
17 Klorida (Cl) Mg/l 0 - 200 200 - 600 > 600
18 Sulfat (SO4) Mg/l 0 - 200 200 - 400 > 400
19 Nitrat (NO3-N) Mg/l 5 - 10 10 - 20 20
20 Nitrit (NO2-N) Mg/l 0–1 1,0 1,0
mg/l
21 Alkaliti CaCO3 - - -
Senyawa aktif
22 birumetilen Mg/l 0,5 0,5 -
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/1X/1990, Dep. Kesehatan RI
Keterangan:
Golongan A = Air baku yang dapat digunakan untuk air bersih, tanpa pengolahan
Golongan B = Air baku yang dapat digunakan untuk air bersih, dengan pengolahan sederhana
Golongan A = Air baku yang dapat digunakan untuk air bersih, memerlukan pengolahan
yang intensif
Sistem penyediaan air bersih harus aman, higienis, tidak berbau, tidak
berwarna, dan tidak mengandung zat-zat berbahaya agar dapat dikonsumsi. Untuk itu,
29
air yang dapat dikonsumsi harus memenuhi persyaratan kualitas air bersih yang
terdiri dari:
1. Persyaratan Fisis
Kualitas fisis yang harus dipenuhi perlu dilihat dari segi kesehatan,
kenyamanan, estetika, dan penerimaan masyarakat. Adapun batasan kualitas
fisis air bersih antara lain:
Tidak berbau dan tidak berasa
Temperatur 10-250C
Tidak berwarna
Rasa segar dan tidak memberikan rasa lain
Kekeruhan turbidity 1 mg/I SiO2
2. Persyaratan Kimiawi
Kandungan unsur kimia di dalam air haruslah mempunyai kadar dan tingkat
konsentrasi tertentu yang tidak mengandung unsur-unsur yang bersifat racun
sehingga dapat mengganggu kesehatan, menimbulkan gangguan pada
aktivitas manusia dan merupakan indikator pengotoran.
3. Persyaratan Bakteriologis
Dalam persyaratan ini ditentukan batasan tentang jumlah bakteri dan kuman-
kuman penyakit atau bakteri golongan coli yang masih bisa ditolelir
kandungannya dalam air.
konsumsi air bersih rumah tangga untuk keperluan internal tidak terlalu besar dan
tidak berubah (Prasifka, 1988 dalam Kusuma, 2001:16). Untuk negara berkembang,
penggunaan air untuk eksternal secara signifikan tidak dipengaruhi oleh perubahan
musim. Penggunaan air eksternal lebih dipengaruhi perilaku atau kebiasaan.
Penggunaan air bersih untuk keperluan eksternal berubah setiap saat karena bukan
termasuk harian rumah tangga, tidak seperti penggunaan air bersih untuk keperluan
internal yang cenderung konstan (Rangwala, 1975 dalam Kusuma, 2001:16).
Kebiasaan konsumsi air bersih untuk keperluan eksternal baik untuk menyiram
tanaman maupun mencuci mobil sangat berpengaruh terhadap perubahan total
konsumsi air bersih rumah tangga (Kusuma Sari, 2001:16).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi perumahan akan air bersih antara
lain (Kamen dan Darr, 1976:50):
• Ukuran keluarga
• Pendapatan per kapita
• Ukuran kota
• Kota asal penduduk
• Tipe meteran
• Pendidikan responden
• Kepadatan ruang
Dan faktor utama yang berpengaruh terhadap besarnya konsumsi air bersih rumah
tangga adalah: ukuran keluarga dan pendapatan per kapita.
Permintaan air bersih bervariasi tergantung faktor yang mempengaruhi
konsumsi air bersih (California Department of Water Resources 1994). Beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi air bersih rumah tangga adalah (Prasifta
1988:10):
• Variasi permintaan air bersih untuk menyiram tanaman
• Variasi ukuran keluarga
• Variasi pendapatan
32
• Intensitas bangunan
• Program konservasi
Semakin besar ukuran rumah yang ditempati semakin besar konsumsi air
kolektif rumah tangga tersebut, semakin tinggi standar hidup rumah tangga semakin
besar konsumsi air per individu, dan konsumsi eksternal tidak dipengaruhi oleh
ukuran rumah yang ditempati karena kebutuhan air eksternal bukan kebutuhan dasar
(Kusuma Sari, 200:16).
Berdasarkan literatur dan penelitian sebelumnya, terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi jumlah konsumsi air bersih rumah tangga, namun dalam studi ini
tidak semua faktor diteliti, karena beberapa alasan antara lain:
• Jenis dan besar lingkungan
Jenis lingkungan wilayah penelitian relatif sama karena besar lingkungan
yang tidak terlalu luas hanya mencakup satu kelurahan.
• Iklim
Iklim di wilayah studi sama.
• Tekanan aliran air
Tekanan air di wilayah studi cukup sulit untuk diidentifikasi.
• Ketersediaan meter penggunaan air/ atau tipe meteran
Tidak semua penduduk menggunakan meteran karena sebagian besar
penduduk menggunakan sumber air pribadi.
• Umur lingkungan
Umur lingkungan di wilayah studi sama.
• Peraturan pembatasan lingkungan air
Tidak ada peraturan pembatasan air di seluruh wilayah studi.
• Ongkos/tarif air
Tidak semua penduduk mengeluarkan biaya untuk mendapatkan air bersih,
karena sebagian besar menggunakan sumur pribadi berupa sumur timba.
33
TABEL II.4
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH
TANGGA
dan populer, konservasi diartikan sebagai penghematan terhadap sumber daya agar
dapat digunakan selama mungkin dan seefisien mungkin.
Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.1451
K/10/Mem/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di
Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah menyatakan bahwa konservasi air bawah
tanah adalah pengelolaan air bawah tanah untuk menjamin pemanfaatannya secara
bijaksana dan menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara
serta mempertahankan mutunya. Dan berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian No.14 tahun 2001 tentang Arahan Kebijakan Nasional
Sumberdaya Air, konservasi sumberdaya air adalah upaya memelihara keberadaan,
keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumberdaya air agar senantiasa tersedia
dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan mahluk
hidup baik pada waktu sekarang maupun pada generasi yang akan datang.
Arah kebijakan konservasi sumber daya air berdasarkan Keputusan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian No. 14 tahun 2001 tentang Arahan Kebijakan
Nasional Sumberdaya Air adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan dan memulihkan ketersediaan air untuk kemanfaatan bagi
generasi sekarang maupun akan datang.
b. Meningkatkan dan memulihkan kualitas air untuk memenuhi kebutuhan baik
bagi generasi sekarang maupun akan datang.
c. Memulihkan dan mempertahankan daya dukung lingkungan sumberdaya air
untuk menjamin ketersediaan air guna memenuhi kebutuhan generasi
sekarang maupun akan datang.
Dan kebijakan konservasi sumberdaya air meliputi :
a. Melaksanakan pelestarian sumberdaya air guna mewujudkan keberlanjutan
ketersediaan air sehingga dapat memberikan manfaat bagi generasi sekarang
maupun akan datang.
b. Meningkatkan pengawasan atas pengambilan air dan penggunaannya agar
tetap mempertimbangkan kepentingan konservasi.
36
system leakage (Illustrative Water Demand Management Plan and Guide for
Preparation, 2001).
• Timur Tengah seperti Tunisia, Mesir, dan Israel
Menggunakan kembali air bekas (wastewater) untuk pertanian (Ali Ghezawi,
2003).
• Indonesia
Penerapan tarif air PDAM yang progresif.
Dari contoh penerapan manajemen kebutuhan air, dapat diketahui bahwa
beberapa negara menerapkan sistem tarif dan perundang-undangan dalam manajemen
kebutuhan air.
Penghematan air harus dilakukan oleh setiap jenis kegiatan. Namun karena jumlah
rumah tangga jauh lebih banyak daripada industri maka penghematan air dalam
rumah tangga akan memberikan kontribusi yang sangat signifikan. Untuk
memecahkan masalah terbatasnya penyediaan air rumah tangga, gerakan hemat air
yang merupakan upaya mempengaruhi jumlah konsumsi air ke arah penggunaan yang
tepat dan efisien harus berhasil dilaksanakan. Hal tersebut dapat dicapai jika persepsi
masyarakat dalam mengkonsumsi air rumah tangga sudah tepat (Syme dan
Nancarrow, 1996 dalam Mislan 1999). Persepsi masyarakat yang menganggap air
merupakan benda bebas dan dapat dimanfaatkan terus menerus dalam jumlah yang
sesuai dengan yang diinginkan harus diubah, dan diarahkan ke anggapan sebaliknya
yaitu air sebagai benda ekonomis, yang nilainya dapat terbatas dan oleh karenanya
harus dijaga dan dimanfaatkan seefisien mungkin (Mislan 1999).
Beberapa petunjuk penghematan air bagi masyarakat antara lain:
1. di rumah tangga
• mengurangi pencucian secara berulang (pembilasan).
• pemanfaatan air secara bertahap (prioritas)
9 air bekas cucian sayur dipakai untuk mencuci perabot dapur yang kotor.
9 air bekas mandi untuk pembilas/penggelontor WC
9 air cucian dapur untuk siram tanaman
• penggunaan ulang air (yang telah dianggap limbah dan masih layak) seperti
untuk sanitasi.
• gunakan air secukupnya dan jangan berlebihan
• isi bak mandi secara penuh setiap habis digunakan dan isi bak penampungan
air setiap malam
• matikan kran sebelum meninggalkan kamar mandi
• bagi yang memiliki mobil:
9 tampung air cucian pakaian untuk mencuci mobil
9 jangan menggunakan air bersih melalui kran untuk mencuci mobil
41
Source: http://www.rainharvesting.co.uk/images/pie.gif
• Berdasarkan penelitian Mislan, jenis pemanfaatan air terbesar adalah MCK, yaitu
di perkotaan rata-rata 40,9 liter/kapita/hari, pinggiran 37,4 liter/kapita/hari dan
43
jumlah Sl (liter/hari/org)
1A 131 2 358,90 179,45 35,89
1B 53.0831 2.122 1.454.331,51 685,36 137,07
1C 1.440.006 11.211 3.945.221,92 351,91 70,38
Rata-rata Konsumsi Air Bersih 81,11
Sumber: PDAM Kota Cimahi
44