Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Efektivitas
IPAL RSUD Dr. R. Koesma Tuban dalam Menurunkan Kandungan Bakteri
Escherichia coli” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan program Diploma IV Teknik Pengolahan Limbah Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
Selama mengikuti pendidikan Diploma IV Teknik Pengolahan Limbah
sampai dengan proses penyelesaian Tugas Akhir, berbagai pihak telah
memberikan semangat, bantuan, membina dan membimbing penulis untuk itu
khususnya kepada :
1. Bapak Ir. Eko Julianto. M.Sc., MRINA. selaku direktur Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya.
2. Bapak George Endri K., ST, MSc selaku ketua jurusan Teknik Permesinan
Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
3. Ibu Ardhya Wahyu Handayani, S.KM selaku kepala Instalasi Penyehatan
Lingkungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban.
4. Ibu Faizah Yamini, A.Md selaku penanggung jawab pemeriksaan dan
pemantauan sanitasi RSUD Dr. R. Koesma Tuban.
5. Bapak Agustinus Arif Budiantoro, AMd.KL selaku penanggung jawab
pengelolaan dan pengendalian sanitasi RSUD Dr. R. Koesma Tuban.
6. Rekan-rekan operator Instalasi Pengolahan Air Limbah RSUD Dr. R. Koesma
Tuban Mas Bagus, Mas Andik, Mas Arifin dan Mas Avib yang sudah
membantu dan memberi semangat kepada penulis.

Penulis menyadari, Tugas Akhir ini masih banyak kelemahan dan kekurangannya.
Karena itu kritik dan saran yang membangun akan diterima dengan senang hati.
Mudah-mudahan dengan adanya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan kita semua.
Surabaya,
Mega Sidhi Nugrayanti
ANALISIS EFEKTIVITAS IPAL RSUD DR. R. KOESMA
TUBAN DALAM MENURUNKAN KANDUNGAN BAKTERI
ESCHERICHIA COLI

Nama Mahasiswa : Mega Sidhi Nugrayanti

NRP : 1014040016

Jurusan : Teknik Permesinan Kapal

Program Studi : Teknik Pengolahan Limbah

ABSTRAK

Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit dapat mengakibatkan


dampak negatif bagi lingkungan maupun rumah sakit tersebut.Rumah sakit
kelas B menghasilkan air limbah non medis yang berasal dari kamar
pasien, kegiatan dapur dari instalasi gizi dan kegiatan laundry. Sedangkan
untuk limbah medisberasal dari ruang operasi, radiologi dan laboratorium.
Analisa ini mengambil studi kasus pada salah satu kegiatan rumah
sakit kelas B di Kota Tuban.Lokasi penelitian di RSUD Dr. R. Koesma
Tuban.Waktu penelitian dilakukan pada bulan November-Desember
2017.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kandungan bakteri
Escherichia Colilimbah cair RSUD Dr. R. Koesma Tuban dengan
membandingkan effluent terhadap baku mutu PERGUB Jatim Nomor 72
Tahun 2013.
Metode penelitian ini bersifat observasional dengan desain studi
cross-sectional. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini
sebanyak ……………
Berdasarkan hasil analisa, diperoleh hasil ….
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah
sakit dinyatakan bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan,
tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi
tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran
lingkungan dan gangguan kesehatan (Depkes, RI 2004).
Rumah sakit umum daerah adalah salah satu instansi milik pemerintah
yang dalam proses kegiatannya menghasilkan limbah cair dan nantinya akan
dibuang ke saluran pembuangan air limbah atau saluran air perkotaan. Perlu
dilakukan penanganan khusus terhadap limbah cair yang dihasilkan oleh
instansi tersebut agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan
perairan disekitarnya baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, serta dapat
menularkan penyakit yang terbawa melalui air. Apabila air limbah merembes
ke dalam tanah yang dekat sumur maka air sumur tidak dapat dimanfaatkan,
apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan
menimbulkan gangguan kesehatan khususnya yang berkaitan dengan air yang
kotor dan sanitasi lingkungan yang tidak baik.
Karakteristik limbah cair rumah sakit pada umumnya tidak berbeda
jauh dengan karakteristik limbah cair domestik yang mengandung bahan
organik maupun anorganik. Tingkat kandungan pencemar dapat dilakukan uji
laboratorium dengan cara menguji kandungan BOD, COD, TSS dan
parameter lainnya pada air limbah tersebut. Namun pada umumnya sifat air
limbah rumah sakit bersifat infeksius, oleh sebab itu air limbah yang
dihasilkan oleh rumah sakit harus dikelola dengan baik dan dalam tahap
pengolahannya harus sesuai dengan standar operasional yang ada supaya air
limbah yang dihasilkan benar-benar memenuhi baku mutu untuk dibuang ke
saluran perkotaan.
RSUD Dr. R. Koesma Tuban adalah rumah sakit kelas B yang
merupakan rumah sakit rujukan bagi rumah sakit swasta dan pemerintah di
wilayah Tuban dan sekitarnya. Hal ini menuntut agar RSUD Dr. R. Koesma
Tuban dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau bagi
masyarakat, sehingga dapat mendekatkan pelayanan kesehatan untuk
masyarakat.
Salah satu upaya untuk mendukung tercapainya tujuan dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat adalah dengan menjaga
kesehatan lingkungan rumah sakit, terutama tempat-tempat yang berpotensi
terkena dampak dan resiko terpapar dari limbah yang dihasilkan rumah sakit,
yaitu salah satunya adalah Instalasi Pengolahan Air Limbah. Meskipun letak
Instalasi Pengolahan Air Limbah berada di daerah paling belakang rumah
sakit, tetapi dengan kandungan limbah rumah sakit yang bersifat infeksius
maka dapat membawa berbagai resiko bagi pekerja maupun pasien yang
dirawat pada rumah sakit tersebut terutama bagi paviliun yang letaknya
berdekatan dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah. Dalam banyak kasus, air
limbah rumah sakit dianggap sebagai effluent dengan kualitas yang sama
dengan air limbah kota, namun karena aktivitas yang berlangsung di dalam
rumah sakit tersebut memungkinkan mengandung berbagai komponen yang
berpotensi berbahaya termasuk mikroorganisme patogen, senyawa kimia
berbahaya, obat-obatan dan lainnya.
Pentingnya pengelolan air limbah dalam melindungi masyarakat
terhadap pencemaran lingkungan rumah sakit yaitu dengan cara menangani
air limbah dengan benar dan mengoperasikan Instalasi Pengolahan Air
Limbah sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan.
Apabila penanganan dan pengoperasian sudah sesuai, limbah yang dihasilkan
juga akan sesuai dengan baku mutu yang digunakan serta efektivitas Instalasi
Pengolahan Air Limbah dalam meremoval parameter yang terkandung
khususnya kandungan bakteri Escherichia coli dapat sesuai dengan baku
mutu yang ada.
Kandungan parameter pada air limbah yang dapat menyebabkan
permasalahan tidak hanya BOD, COD dan TSS saja, tetapi kandungan bakteri
Escherichia coli juga perlu diperhatikan. Bahaya yang selalu mengancam
melalui media air adalah bakteri Escherichia coli, bakteri yang sangat identik
dengan pencemaran tinja. Mikroorganisme patogen yang terkandung dalam
tinja dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia, dalam 1
gram tinja dapat mengandung 1 milyar partikel virus infektif, yang mampu
bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10 derajat
celcius. Terdapat 4 mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja
yaitu : virus, protozoa, cacing dan bakteri yang umumnya diwakili oleh jenis
Escherichia coli.
Sistem pengolahan limbah yang tepat dapat mengurangi kandungan
parameter pencemar yang ada, seperti BOD, partikel tercampur, organisme
patogen termasuk tingginya kandungan Escherichia coli, dan lainnya. Selain
itu juga dibutuhkan bahan tambahan untuk mengurangi komponen beracun
yang tidak bisa di degredasi agar konsentrasi yang ada menjadi rendah.
Menurut catatan Badan Kesehatan dunia (WHO), air limbah domestic
yang belum diolah memiliki kandungan virus sebesar 100.000 partikel virus
infektif setiap liternya, lebih dari 120 jenis virus patogen yang terkandung
dalam air seni dan tinja. Sebagian besar virus patogen ini tidak memberikan
gejala yang jelas sehingga sulit dilacak penyebabnya. Bakteri penghuni usus
manusia dan hewan berdarah panas ini telah mengkontaminasi hampir
keseluruhan air baku air minum, sungai, dan sumur.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah setiap unit pengolahan Instalasi Pengolahan Air Limbah telah
memenuhi target perbaikan kualitas air seperti yang direncanakan terutama
perbaikan kualitas air limbah untuk parameter Bakteri Escherichia coli ?
2. Apakah seluruh unit Instalasi Pengolahan Air Limbah RSUD Dr. R
Koesma Tuban sudah efektif dalam menurunkan bakteri Escherichia coli?
3. Apakah operasional Instalasi Pengolahan Air Limbah sudah sesuai dengan
standar operasional prosedur yang ada ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Apakah setiap unit pengolahan Instalasi Pengolahan Air
Limbah telah memenuhi target perbaikan kualitas air seperti yang
direncanakan terutama perbaikan kualitas air limbah untuk parameter
bakteri Escherichia coli.
2. Mengetahui seberapa besar efektivitas seluruh unit Instalasi Pengolahan
Air Limbah terhadap penurunan bakteri Escherichia coli.
3. Mengetahui kondisi operasional Instalasi Pengolahan Air Limbah apakah
sesuai dengan standar operasional prosedur.

1.4 Manfaat Tugas Akhir


1. Bagi Peneliti
a. Diketahuinya efektivitas Instalasi Pengolahan Air Limbah domestik
baik secara keseluruhan maupun pada masing-masing unit IPAL.
b. Merumuskan rekomendasi-rekomendasi yang lebih efektif untuk
penyempurnaan dan peningkatan kinerja Instalasi Pengolahan Air
Limbah.
2. Bagi Perusahaan
Dapat digunakan sebagai referensi untuk mengetahui kualitas air limbah
serta efektifitas dari Instalasi Pengolahan Air Limbah yang sedang
dioperasikan supaya tidak terjadi masalah untuk kedepannya.

1.5 Batasan Masalah


Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka batasan
masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis kualitas air limbah yang dilakukan mulai dari inlet sampai outlet
limbah dengan pemeriksaan kualitas air terbatas pada parameter bakteri
Escherichia coli.
2. Penelitian dilaksanakan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah RSUD Dr.
R. Koesma Kabupaten Tuban.
3. Baku mutu yang digunakan adalah Peraturan Gubernur Jawa Timur
Nomor 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Industri
dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya pada Lampiran III Kegiatan Rumah
Sakit.
4. Pengujian jumlah kandungan bakteri Escherichia coli dilakukan di Balai
Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum tentang Rumah Sakit


Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, disebutkan bahwa :
a. Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya
orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan
penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan
gangguan kesehatan.
b. Bahwa untuk menghindari resiko dan gangguan kesehatan sebagai mana
yang dimaksud, maka perlu penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah
sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud, pelu
ditetapkan Kepmenkes tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit
Menurut UU Nomor 44 Tahun 2009 bahwa rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat.
Penyelenggaraan tugas rumah sakit untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan harus sesuai dengan fungsi rumah sakit. Tugas utama rumah sakit
adalah memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna,
sedangkan fungsi rumah sakit sesuai yang tercantum dalam UU Nomor 44
Tahun 2009 adalah sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.2 Tinjauan Air Limbah dan Limbah Cair Rumah Sakit


2.2.1 Pengertian Limbah Cair
Menurut Metcalf dan Eddy (2003), limbah cair merupakan
kombinasi dari cairan dan buangan cair yang dihasilkan dari kegiatan
pemukiman, perkantoran dan industri yang kadang-kadang bercampur
dengan air tanah, air permukaan atau air hujan.
Menurut Tchobanoglous (1985), pencemaran air adalah hadirnya
sejumlah kotoran dalam air yang bersifat merusak manfaat kegunaan air.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014, air limbah adalah sisa dari suatu
usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair.
2.2.2 Pengertian Limbah Cair Rumah Sakit
Menurut Kepmenkes Republik Indonesia No.
1204/Menkes/SK/X/2004 limbah cair rumah sakit artinya semua air
buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
Berdasarkan kegiatan yang ada di rumah sakit, limbah yag
dihasilkan meliputi :
1. Limbah medis
Limbah medis ini berasal dari kamar operasi, patologi, laboratorium
dan sebagainya. Kandungan karakteristik yang ada didalamnya sama
seperti limbah medis rumah sakit pada umumnya.
2. Limbah non medis
Limbah non medis ini berasal dari kegiatan administrasi umum,
administrasi medis, poliklinik dan sebagainya. Kandungan
karakteristiknya sama seperti limbah domestik lainnya yang berasal
dari lingkungan rumah tangga, perkantoran dan lain-lain.
2.2.3 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit
Karakteristik Limbah Cair Rumah Sakit
Parameter Range Satuan
COD 450-654 mg/l
BOD 220-345 mg/l
TSS 259-520 mg/l
TKN 81-120 mg/l
NH4-N 18-41 mg/l
NO2-N 0,03-0,3 mg/l
NO3-N 0,08-0,36 mg/l
N-organic 59-72 mg/l
TN 81,1-120,7 mg/l
TP 14-19 mg/l
Turbidity 50-71 NTU
pH 7,5-7,9 -
Alkalinity 376-509 mg/l
Sumber : Korean Journal of Chemical Engineering, July 2015
1. Karakteristik Fisik
Kandungan fisik yang terdapat pada air limbah bisa kita lihat
dengan melihat kotor atau tidaknya air limbah tersebut, serta melihat
kandungan zat padat, bau, warna dan temperaturenya, meskipun hanya
zat padat dan temperature yang sering dijadikan tolak ukur bagus atau
tidaknya limbah cair yang dihasilkan apabila dilihat dari karakteristik
fisiknya.
2. Karakteristik Kimia
Secara umum karakteristik kimia air limbah rumah sakit dibagi
menjadi :
a. Bahan Organik
- Minyak dan lemak
- Deterjen atau surfactant (surface active agent)
- BOD (Biochemical Oxygen Demand)
- COD (Chemical Oxygen Demand)
b. Kimia Inorganik
- pH
- Fosfor
- Nitrogen
- Senyawa-senyawa radioaktif
- Logam berat
3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi ini secara umum adalah kandungan
beberapa mikroorganisme penting dalam air limbah dan air
permukaan antara lain bakteri, jamur, protozoa dan algae. Mereka
berperan penting dalam proses dekomposisi atau stabilisasi bahan
organik.

2.3 Dampak Limbah Cair Rumah Sakit Terhadap Kesehatan


Komponen limbah cair yang dihasilkan dari rumah sakit adalah sebagian
besar adalah limbah cair pada umumnya dan sebagian lainnya terdiri dari limbah
berbahaya atau limbah infeksius.Paparan limbah cair yang berbahaya dapat
menyebabkan penyakit atau cedera. Komponen berbahaya dari limbah cair
rumah sakit dapat disebabkan oleh satu atau beberapa karakteristik berikut :
1. Infeksius.
2. Radioaktif.
3. Genotoksik.
4. Mengandung bahan kimia berbahaya atau obat-obatan berbahaya.
5. Berisi benda tajam.
Seluruh individu yang terpapar limbah cair rumah sakit akan berpotensi
mengalami resiko, termasuk pada ruang perawatan kesehatan yang
menghasilkan limbah berbahaya, serta tempat lainnya yang menangani limbah
tersebut atau mungkin telah terkena dampak sebagai konsekuensi manajemen
yang ceroboh. Kelompok utama yang beresiko adalah sebagai berikut :
1. Dokter medis, perawat, petugas kesehatan serta petugas perawatan sarana
rumah sakit.
2. Pasien di tempat perawatan kesehatan atau yang menerima perawatan
dirumah.
3. Pengunjung ke tempat perawatan kesehatan.
4. Pegawai rumah sakit pada instalasi pendukung rumah sakit, seperti pada
instalasi laundry, penanganan limbah serta sarana transportasi.
5. Pegawai pada tempat pembuangan limbah seperti IPAL serta Incenerator.
Bahaya yang terkait dengan limbah berbahaya yang dihasilkan harus
diberi penanganan dengan tepat dan tidak boleh diabaikan.
Jenis Infeksi Organisme Penyebab Sarana Penularan
Enterobacteria, misalnya Feses atau muntah
Infeksi gastroenteritis Salmonella, Shigella spp, Vibrio
cholerae, cacing parasit
Mycobacterium tuberculosis, Sekresi yang terhirup, air
Infeksi pernafasan virus campak, streptococcus liur
pneumonia
Infeksi okuler Virus herpes Sekresi mata
Neisseria gonorrhoeae, virus Sekresi kelamin
Infeksi kelamin
herpes
Infeksi kulit Streptococcus spp Nanah
Anthrax Bacillus anthracis Sekresi kulit
Meningitis Neisseria meningitides Cairan serebrospinal
Acquired Human immunodeficiency virus Darah, sekresi seksual
immunodeficiency (HIV)
syndrome (AIDS)
Virus junin, Lassa, Ebola, and Seluruh keluaran darah dan
Demam berdarah
Marburg sekresi
Keracunan darah Staphylococcus spp Darah
Coagulase-negative Darah
Staphylococcus spp,
Bakteremia Staphylococcus aureus,
Enterobacter, Enterococcus,
Klebsiella and Streptococcus spp
Candidaemia Candida albicans Darah
Hepatitis A Virus hepatitis A Feses
Hepatitis B Virus hepatitis B Darah dan cairan tubuh
Sumber : Safe management of wastes from health-care activities-World Health
Organization, 2014

2.4 Pengolahan Limbah


Tujuan utama dari dilakukan pengolahan limbah adalah untuk
menghasilkan limbah atau hasil buangan yang aman serta dapat dilakukan
penggunaan kembali oleh badan lingkungan.
Pengolahan air limbah berkaitan erat dengan standar yang telah
ditetapkan untuk kualitas limbah tersebut. Sehingga proses pengolahan air
limbah dirancang untuk mencapai perbaikan kualitas air limbah.
Secara garis besar pengolahan limbah cair terbagi menjadi 6 kegiatan,
yaitu :
1. Pengolahan Pendahuluan (Preliminary Treatment)
Pengolahan pendahuluan yang digunakan untuk menghilangkan material-
material yang dapat mengganggu masalah operasional, sehingga tidak
mengganggu pada pengolahan selanjutnya. Pada proses ini bisa meremoval
pasir dan material padat lainnya yang ikut mengalir bersama air limbah.
2. Pengolahan Pertama (Primary Treatment)
Pengolahan primer ini untuk memisahkan padatan-padatan tersuspensi dari
air limbah dengan proses pengendapan. Air limbah ditahan di dalam tangki
selama beberapa jam sehingga partikel padatan bisa mengendap dan akan
disalurkan untuk pengolahan lebih lanjut sebagai lumpur, sedangkan air
limbah dapat dialirkan ke tahap berikutnya.
3. Pengolahan Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan sekunder adalah proses pengolahan biologis yang digunakan
untuk menghilangkan bahan organik terlarut dalam air
limbah.Mikroorganisme limbah dibudidayakan dan ditambahkan ke dalam
air limbah.Mikroorganisme menggunakan bahan organik dari limbah
sebagai persediaan makanannya. Proses ini menyebabkan terjadinya
dekomposisi atau biodegredasi limbah organik.
4. Pengolahan Ketiga (Tertiary Treatment)
Pengolahan tertiary ini adalah pengolahan lanjutan dari pengolahan
sebelumnya.Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk mengolah kembali air
limbah apabila pada pengolahan pertama dan kedua masih terdapat zat-zat
tertentu yang tidak diinginkan. Proses pengolahan yang biasa digunakan
adalah saringan pasir, vacuum filter, perubahan C N dan osmosis bolak
balik.
5. Proses Desinfeksi
Proses desinfeksi digunakan untuk mengurangi atau membunuh
mikroorganisme pathogen yang terkandung didalam air limbah. Mekanisme
pembunuhan harus memperhatikan kondisi mikroorganisme yang ada.
Pemilihan bahan kimia yang akan digunakan harus melihat daya racun zat
kimia tersebut, waktu kontak yang diperlukan, efektivitas, dosis yang ada,
tidak berbahaya terhadap manusia dan hewan dan biayanya murah untuk
pemakaian jangka panjang.
6. Pengolahan Lanjut (Ultimate Disposal)
Pengolahan lanjut ini digunakan untuk mengolah kembali lumpur yang
dihasilkan dari proses pengolahan air limbah. Proses tahapan pengolahan
lumpur yang biasa digunakan adalah proses pemekatan, penstabilan,
pengaturan, pengurangan air, pengeringan dan pembuangan.

2.5 Tinjauan Tentang Bakteri Escherichia Coli dan Fecal Coliform


2.5.1 Indikator Kualitas Mikrobiologi Air
Pemantauan kualitas air untuk penilaian kualitas kandungan
mikroba dalam air adalah penting karena dapat mencegah penualaran
penyakit melalui air. Organisme patogen umumnya terkandung sangat
rendah dalam air dan tes analisis yang dibutuhkan cukup mahal dan sulit,
sedangkan tingkat bakteri fecal coliform sering digunakan sebagai
indikator mikrobiologi untuk kualitas air, bukan pemantauan spesifik
organisme penyebab penyakit.
Kehadiran bakteri fecal coliform memiliki implikasi terhadap
kesehatan masyarakat. Bakteri koliform tinja dalam sampel air dianggap
sebagai indikator potensi kontaminasi oleh kotoran manusia. Namun,
bakteri fecal coliform juga hadir secara alami di usus dan kotoran dari
banyak hewan berdarah panas.
Tingkat kandungan bakteri yang tinggi adalah alasan yang
mengharuskan untuk melindungi seluruh tubuh dari aktivitas yang
mengharuskan kontak dengan air yang akan dianalisa. Pada tahun 1994,
Michigan Department of Environmental Quality (MDEQ) mengubah
kelompok indikator kontaminan mikrobiologis menjadi Escherichia coli.
Escherichia coli adalah organisme coliform yang umum dikaitkan dengan
saluran usus manusia.
Analisa kualitas air harus memperhatikan berbagai kombinasi
parameter kimia, fisika, dan biologi digunakan. Dari sudut pandang
kesehatan masyarakat, kandungan bakteri patogen dalam air mengandung
risiko yang signifikan dan menurunkan kualitas air tersebut. Menurut
Heukelekian dan Faust (1961, hal 938), bakteri patogen yang ditularkan
melalui air meliputi :
a. Cholera vibrio
b. Bakteri typhoid dan paratyphoid (Salmonella)
c. Bakteri disentri (Shigella)
d. Disentri amuba (Entamoeba histolytica)
e. Bakteri tuberkolosis (Mycobacterium tuberculosis)
f. Virus yang menyebabkan hepatitis menular dan poliomyelitis
g. Cacing parasit
Dalam beberapa tahun terakhir, wabah Cryptosporidium dan Giardia
menjadi perhatian.
Jumlah bakteri patogen dan virus di perairan permukaan yang
tinggi mempersulit untuk pemantauan organisme ini. Metode analisa untuk
jumlah patogen belum tersedia, mahal, tidak tepat, dan menyita waktu.
Akibatnya, kualitas air bakteriologis umumnya dinilai dengan
menggunakan indikator organisme seperti bakteri coliform, bakteri
coliform tinja, streptococci tinja, Escherichia coli, Enterococcus, dan
Clostridium perfringens.
Indikator kualitas air yang ideal perlu dikaitkan dengan bahaya kesehatan
dari sumber pencemaran. Daftar ringkas persyaratan yang paling penting untuk
indikator kualitas air disarankan oleh Cabelli (1977) adalah :
1. Indikator harus secara konsisten dan eksklusif terkait dengan sumber
patogen.
2. Harus ada dalam jumlah yang cukup untuk memberikan perkiraan
kepadatan yang akurat kapan pun tingkat masing-masing patogen
sedemikian rupa sehingga risiko penyakit tidak dapat diterima.
3. Harus mengetahui hubungan antara disinfektan dan tekanan lingkungan,
termasuk bahan beracun yang tersimpan di dalamnya, dari patogen yang
paling tahan yang berpotensi hadir pada tingkat signifikan dalam
sumbernya.
4. Harus diukur dengan metode yang cukup mudah dan murah dan dengan
akurasi, presisi, dan spesifisitas yang cukup.
2.5.2 Indikator Umum Kualitas Air
Beberapa penelitian paling awal mengenai indikator kualitas air
adalah bahwa dari Escherich yang mengidentifikasi Bacillus coli (berganti
nama menjadi Escherichia coli) pada sampel tinja pada tahun 1885 (Mack,
1977). Kelompok coliform sebagai indikator kualitas air didiskusikan
sejak tahun 1895 (Smith, 1895). Smith berhipotesis bahwa semua bakteri
coliform berasal dari nyali hewan berdarah panas dan kehadiran mereka di
tempat lain menunjukkan adanya pencemaran tinja.
Tiga organisme utama membentuk kelompok organisme coliform
yang hadir dalam sampel tinja dan air yang tercemar oleh tinja adalah :
a. Escherichia
b. Aerobacter
c. Klebsiella.
Namun, lebih dari seratus spesies bakteri yang berbeda dapat
ditemukan pada tinja manusia (Farmer dan Brenner, 1977). Organisme
primer dan spesies pada kotoran manusia dewasa adalah :
a. Bacteroides
b. Lactobacillus
c. Escherichia coli
d. Enterococcus.
Organisme sekunder meliputi :
a. Citrobacter-Levinea
b. Klebsiella
c. Enterobacter
d. Clostridium
e. Staphlococcus
f. Bacillus
g. Ragi
h. Jamur (Leclerc et al., 1977)
Uji fecal coliform memilih Escherichia coli dan Klebsiella menjadi
mikroorganisme utama yang dianalisa. Bakteri fecal coliform pada kotoran
manusia 90-95% mengandung Escherichia coli, namun pada limbah hanya
mengandung 25-33% Escherichia coli (Dufour, 1977).
Pilihan standar (Escherichia coli atau fecal coliforms) bervariasi di
seluruh dunia. Negara-negara seperti Denmark, Belgia, Inggris, dan
Prancis telah menggunakan Escherichia coli sebagai indikator kualitas air,
sedangkan Amerika Serikat dan Kanada lebih memilih fecal coliform
sampai baru-baru ini ketika Escherichia coli telah diadopsi secara luas.
Pembelaan fecal coliform sebagai indikator kualitas air diberikan dalam
studi Buffalo Lake di Kanada oleh Geldreich (1972).
Negara tropis memiliki masalah dengan Escherichia coli sebagai
indikator. Organisme ini tampaknya muncul secara alami di beberapa
daerah tropis. Kehadiran kedua bakteri di perairan alami yang murni
adalah indikasi keberadaannya secara alami ke lingkungan tropis dan
bakteri ini dapat bertahan tanpa batas waktu di air tawar tropis (Hazen et
al., 1987). Selain itu, banyak patogen telah terbukti memiliki tingkat
ketahanan hidup yang lebih pendek daripada Escherichia coli. Dengan
demikian, penggunaan bakteri coliform dan bahkan bakteri fecal coliform
sebagai indikator pencemaran tinja dapat menyesatkan bila diterapkan
pada negara-negara dengan iklim tropis (Hazen dan Toranzos, 1990).
Analisa indikator kualitas air yang memadai adalah analisa yang
dilakukan secara terus menerus. Indikator yang mungkin muncul dibagi
menjadi empat kelompok, yaitu :
1. Indikator tinja.
2. Patogen enterik yang sumbernya bersifat fecal secara eksklusif.
3. Patogen manusia yang sumbernya adalah lingkungan perairan dimana
mereka dapat berkembang biak.
4. Parameter lingkungan yang mungkin mengindeks kemampuan
patogen ini berkembang biak dalam air (Geldreich, 1979a, hal 14-5)
2.5.4 Definisi Bakteri Fecal Coliform
Definisi dasar bakteri coliform adalah bahwa mereka mencakup
semua batang anaerob dan aerobic fakultatif, gram negatif, non-spora yang
memfermentasi laktosa dengan produksi gas dalam 48 jam ± 3 jam pada
35 ° C (American Public Health Association, 1992). Bakteri fecal coliform
adalah sub-kelompok koliform.
Pada tahun 1904, Eijkman menyarankan bahwa bakteri fecal
coliform dapat dicirikan oleh produksi gas dari glukosa pada suhu 46° C
(Sloat dan Ziel, 1992). Bakteri koliform dari usus hewan berdarah panas
menghasilkan gas dari glukosa pada suhu 46° C, sedangkan tipe coliform
dari asal non fecal gagal tumbuh (Geldreich, 1965)
Menurut definisi saat ini, fecal coliforms adalah bakteri yang
memfermentasi laktosa dengan produksi gas pada 44,5 ± 0,5 ° C yang
merupakan kategori yang lebih inklusif dari pada penggunaan strain
spesifik Escherichia coli (Geldreich, Bordner, et al., 1962). Uji suhu tinggi
(44,5 ° C) membedakan antara koliform fecal dan non-fecai. Ini tidak
hanya mendeteksi E. coli tapi juga jenis coliform lainnya dari hewan
berdarah panas. Uji coliform fecal terutama memilih E. coli dan Klebsiella
Estimasi jumlah bakteri fecal coliform pada awalnya dilakukan
dengan menggunakan prosedur Most Probable Number. Beberapa
fermentasi tabung melibatkan inokulasi medium dengan pengenceran
sampel air yang diketahui, dan inkubasi untuk jangka waktu yang
ditentukan (44,5 ° C selama 24 jam). Jumlah tabung di mana produksi gas
diamati dilaporkan dan grafik digunakan untuk mengubah jumlah tabung
menjadi jumlah bakteri yang paling mungkin ditemukan dalam sampel.
Seluruh prosedur untuk analisa coliform membutuhkan waktu tiga hari.
2.5.4 Definisi Escherichia Coli
Escherichia Coli adalah sejenis bakteri pathogen dalam kelompok
coliform tinja. Berikut adalah fakta mengenai bakteri Escherichia Coli :
1. Bakteri ini dapat ditemukan pada feses manusia dan hewan berdarah
panas.
2. Menghasilkan respon total coliform positif.
3. Memiliki enzim yang disebut (ß-glucoronidase) yang melepaskan
fluorogen yang terdeteksi menggunakan lampu UV 365 nm.
Pada saat ini tidak hanya dilakukan uji Fecal Coliform, tetapi juga
uji kandungan Escherichia Coli karena beberapa alasan berikut :
1. Kita memerlukannya
2. Sebagai izin NPDES (National Pollutant Discharge Elimination
System) diperbarui E. coli akan ditambahkan. Perawatan fecal
coliform sedang dihapus dan batas E. coli serta persyaratan
pemantauan dimasukkan.
3. E. coli telah terbukti menjadi prediktor yang lebih baik mengenai
potensi dampak terhadap kesehatan manusia dari paparan limbah dan
air permukaan yang mengandung effluent limbah cair.
Selain itu, Escherichia Coli pada saat ini juga digunakan sebagai
indikator organisme karena beberapa alasan berikut :
1. Mengetahui kualitas sanitasi air
2. Tidak mungkin untuk menguji semua mikroorganisme patogen, jadi
uji organisme indikator yang mudah terdeteksi.
3. Ratusan jenis Escherichia Coli
- Sebagian besar bersifat non pathogen.
- Beberapa jenis bersifat pathogen.
4. Meskipun umumnya tidak pathogen, kehadiran mereka
mengindikasikan jalur pathogen manusia (contohnya virus, bakteri)
untuk masuk ke sumber air.
5. Indikator organisme ideal pengujian kontaminasi air untuk feses.
6. Kemampuan bertahan untuk jangka waktu singkat di luar tubuh.
7. Fecal coliform lainnya dapat timbul dari faktor lingkungan.
8. Indikator kontaminasi tinja yang lebih akurat daripada kelompok fecal
coliform.
9. Hubungan positif terjadi antara kepadatan E. coli di perairan dan
jumlah penyakit gastrointestinal yang diamati.
10. Kurangnya hubungan positif antara kelompok fecal coliform dan
penyakit gastrointestinal.

2.6 Tinjauan tentang RSUD Dr. R. Koesma Tuban

2.6.1 Karakteristik RSUD Dr. R. Koesma Tuban

2.6.2 Kondisi IPAL RSUD Dr. R Koesma Tuban


Pengolahan limbah cair di RSUD Dr. R. Koesma Tuban
2.6.3

2.7 Efektivitas
Instalasi pengolahan air limbah dapat dikatakan efektif apabila
kandungan parameter pencemar berada dibawah baku mutu, terutama kandungan
bakteri pathogen yang terkandung pada air limbah yaitu kandungan Escherichia
Coli.
Sesuai dengan Pergub Jatim Nomor 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu
Air Limbah Bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya bahwa kadar MPN-
kuman golongan coli/100 ml batas maksimumnya adalah 10000 mg/l ----
biomassa.
BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang tahap penelitian. Tahapan yang berada pada
bab ini akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang telah ditetapkan.

3.1 Metode Penelitian


Metode penelitian ini bersifat observasional dengan tujuan untuk
mengetahui efektivitas instalasi pengolahan air limbah rumah sakit di Rumah
Sakit Umum Daerah Tuban terhadap penurunan jumlah bakteri Escherichia
Coli.
Menurut waktunya, menggunakan metode cross-sectional (potong
lintang) yaitu sesaat, baik data primer maupun data sekunder dikumpulkan dan
diteliti pada saat yang bersamaan yaitu pada bulan Januari sampai dengan
Februari 2017.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini yaitu :
a. Variabel bebas pada penelitian ini adalah Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL)
b. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kandungan bakteri Escherichia
Coli pada inlet dan outlet IPAL.
c. Variabel pengganggu adalah variabel luar terkendali yaitu kondisi alat
pengolahan, sedangkan variabel luar tidak terkendali yaitu tingkat hunian
rumah sakit, debit air yang digunakan, penggunakan antiseptik, serta
penggunaan desinfektan.

3.3 Studi Literatur


Studi literatur dilakukan untuk mencari, mengumpulkan dan memahami
referensi yang dibutuhkan selama melakukan penelitian. Referensi untuk
penelitian ini meliputi pengetahuan tentang studi literatur limbah dan baku mutu
limbah cair rumah sakit, gambaran umum pengoperasian IPAL rumah sakit Type
W1 Korea dan desinfektan yang digunakan untuk mengurangi kandungan
bakteri pathogen pada air limbah, serta teori dan metode pengambilan serta
pengujian sampel air limbah untuk pengujian kandungan Escherichia Coli.

3.4 Observasi Awal Masalah


Observasi awal dilakukan untuk mencari informasi secara lengkap
mengenai gambaran objek yang akan diteliti, meliputi lokasi dan kondisi IPAL
pada tiap-tiap unit pengolahan RSUD Dr. R. Koesma Tuban, kondisi limbah
didalamnya, hasil analisa kandungan Escherichia Coli terdahulu, serta baku
mutu yang digunakan sebagai pembanding hasil analisa terdahulu.

3.5 Identifikasi Masalah


Pada tahap ini dilakukan peninjauan awal mengenai permasalahan yang
terjadi dalam instansi tersebut, terutama yang memiliki resiko tinggi terjadinya
pencemaran lingkungan, khususnya pencemaran air perkotaan.Identifikasi
masalah ini digunakan untuk menentukan rumusan masalah dan tujuan dari
penelitian yang dilakukan, adapun rumusan masalah telah dijabarkan pada BAB
I.

3.6 Penetapan Tujuan


Pada tahap ini dilakukan pengembangan dari tahapan identifikasi
masalah.Penulis menentukan tujuan yang ingin dicapai dengan melihat kondisi
dan data yang ada di lapangan. Tahap ini menjadi acuan untuk melakukan
pengumpulan data supaya peneliti bisa mendapatkan target serta dapat fokus
pada penelitian yang dilakukan.

3.7 Teknik Pengumpulan Data


a. Observasi
Melakukan pengumpulan data mengenai sumber limbah cair rumah sakit,
unit IPAL rumah sakit, saluran pembuangan akhir limbah cair rumah
sakit dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan.
b. Wawancara
Melakukan tanya jawab dengan penanggung jawab rumah sakit
khususnya pada bagian IPAL rumah sakit mengenai proses pengolahan
limbah cair, standar operasional yang digunakan, dan lain-lain yang
masih berhubungan dengan IPAL rumah sakit.
c. Pengukuran Parameter di Laboratorium
Pengukuran terhadap parameter mikrobiologi khususnya kandungan
bakteri Escherichia Coli untuk mengetahui data mengenai jumlah
kandungan bakteri Escherichia Coli yang terkandung pada air limbah
rumah sakit.

3.8 Pengumpulan Data


a. Data Primer
Pengumpulan data ini dilakukan dengan peninjauan secara langsung ke
objek penelitian, yaitu :
1. Proses pengolahan limbah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Tuban.
2. Hasil pemeriksaan laboratorium berupa parameter mikrobiologi
khususnya kandungan bakteri Escherichia Coli pada air limbah
rumah sakit sebelum dan sesudah dilakukan pengolahan.
b. Data Sekunder
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara kepada Petugas
Penanggung Jawab IPAL Rumah Sakit Umum Daerah Tuban, berupa :
1. Gambaran umum rumah sakit.
2. Sumber dan karakteristik limbah cair rumah sakit.
3. Laporan-laporan yang ada hubungannya dengan data pendukung.

3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.9.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Tuban dan pemeriksaan jumlah bakteri Escherichia Coli
dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya.
3.9.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Februari 2017

3.10 Populasi dan Sampel Penelitian


3.10.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah air limbah yang dihasilkan dari
seluruh kegiatan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Tuban.
3.10.2 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah air limbah dari bak penampungan
inlet sebelum dilakukan pengolahan dan pada bak outlet setelah
dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke saluran pembuangan atau
saluran kota.

3.11 Pelaksanaan Penelitian


1. Persiapan Penelitian
Berikut merupakan daftar alat dan bahan yang digunakan untuk
penelitian :
a.
b.
c. Dst,
2. Pengambilan Sampel Air Limbah
3. Pelaksanaan Penelitian Uji Mikrobiologi pada Air Limbah
4. Pengambilan Data
5. Analisa Data

3.12 Kesimpulan dan Saran

3.13 Flowchart Penelitian

Mulai

Studi Literatur :
- Limbah dan baku mutu limbah.
- Gambaran umum pengoperasian IPAL
Rumah Sakit Type W1 Korea.
- Escherichia Coli dan metode
pengambilan sampel serta
pengukurannya.

Observasi Awal

Identifikasi dan Perumusan Masalah


Penetapan Tujuan

Pengumpulan Data

Data Primer : Data Sekunder :


1. Proses pengolahan limbah cair 1. Gambaran umum rumah sakit.
RSUD Dr. R. Koesma Tuban 2. Sumber dan karakteristik limbah
1. Nilai pengujian kandungan cair rumah sakit.
bakteri Escherichia Coli pada 3. Data-data pendukung
outlet dan inlet IPAL

Pelaksanaan Penelitian :
1. Persiapan Penelitian
2. Penelitian Pendahuluan
3. Pengujian Uji Mikrobiologi pada
Air Limbah
4. Pengambilan Data

Pengolahan dan Analisis Data :


1. Analisa Efisiensi Penurunan
Kandungan Escherichia Coli
2. Analisis kesesuaian dengan baku
mutu
3. Analisis kesesuaian operasional
IPAL dengan SOP yang ada.

Kesimpulan dan Saran

Anda mungkin juga menyukai