Anda di halaman 1dari 13

Keterpurukan Sektor Pertanian

KETERPURUKAN SEKTOR PERTANIAN SEBAGAI POTRET


KEGAGALAN INDUSTRIALISASI DI INDONESIA

Grendi Hendrastomo 1

Abstract
Shifting agricultural era to the era of industrialization left many
problems, especially in the agricultural sector. Populist policies have on one
hand brought the country many industrial investments that force economic
growth, but on the other hand reduced the partisanship of country in
agricultural sector. Agriculture as the basis for mass production of most
Indonesian society has became casualties as part of the green revolution that is
full of developing countries‘s propaganda which brings benefit and lead to
dependency on developing countries. The downturn actors of agricultural field
increased in line with growth of food-estate program to attract foreign investors
to explore the agro sector. This article discusses on a critical review of
agriculture in Indonesia’s slump that began with the green revolution with their
panca usaha tani, starting from the decline of the agricultural sector, static
industrial situation until the solutions that might be applied to enhance the
economic growth and social dynamics of Indonesia.

Keywords: Industrialisation, Marginalization of Agriculture, Green Revolution

1
Pengajar di Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, UNY. Email:
ghendrastomo@yahoo.com

DIMENSIA, Volume 5, No. 1, Maret 2011 | 71


Grendi Hendrastomo

A. Pendahuluan lipat lebih besar dari nelayan


Berbicara tentang Indonesia tradisional kita. Tanah kita yang
tentu tidak terlepas dari laut dan subur ternyata tidak lagi menjadi
daratannya. Sumber daya alam kita kebanggaan kita, ketika di atas
yang luar biasa besarnya menjadi tanah-tanah subur tersebut
modal kita untuk memompa dibangun berbagai macam
pertumbuhan ekonomi dan infrastruktur yang lagi-lagi
menghasilkan devisa yang cukup merupakan salah satu bentuk
untuk kesejahteraan rakyatnya. penjajahan gaya baru (neo-
Kekayaan laut dengan beraneka kolonialisme) yang mengkooptasi
ragam jenis ikan dan kuantitas ikan pertanian kita dan digantikan
yang besar menjadi ladang subur dengan industri-industri dengan
bagi nelayan. Tanah kita yang mesin-mesin modern dan
subur, merupakan modal berharga kepentingan kapitalistik belaka.
negara ini untuk menjadi negara Indonesia sekedar menjadi pasar,
agraris. Sedikit gambaran di atas sasaran eksploitasi alam dan
merupakan gambaran kebanggaan sasaran eksploitasi tenaga kerja
kita akan sumber daya yang luar murah bagi kemajuan negara-
biasa yang terkandung di dalam negara kapitalis maju (Oktavianus,
bumi kita. Seharusnya bangsa kita 2008)
bisa maju dan menjadi ujung Pertumbuhan pesat sektor
tombak perekonomian dunia industri sedikit banyak telah
dengan melihat limpahan sumber mengubah paradigma masyarakat
daya alam yang luar biasa. Apabila dan negara dari agraris ke sektor
kita mau untuk mengolah, industri dan jasa. Tawaran industri
memanfaatkan dan yang mempromosikan modernitas,
menggunakannya dengan bijak, hidup sejahtera, jam kerja yang
kemungkinan besar hal tersebut teratur dengan penghasilan tetap,
bukan hanya utopia belaka. telah memunculkan perubahan
Ironisnya, apa yang radikal dalam tatanan sosial
terpampang di mata kita memang ekonomi kita. Sektor pertanian yang
benar-benar merupakan sebuah notabene menjadi basis
utopia. Ternyata kita justru menjadi perekonomian kita, sedikit demi
budak di negeri kita sendiri. Negeri sedikit diganti dengan
yang merdeka hanyalah sekedar industrialisasi. Ada usaha untuk
kata-kata karena ternyata sampai mengubah mata pencaharian pokok
saat ini pun kita masih dijajah. masyarakat dari sektor pertanian ke
Sumber daya minyak kita dikuasai sektor industri. Dengan asumsi
oleh perusahaan asing, yang justru bahwa sektor pertanian akan bisa
mendapatkan keuntungan lebih berjalan beriringan dengan sektor
besar dari apa yang mereka berikan industri. Kenyataannya, justru
pada negara. Nelayan kita dijajah sektor pertanian mengalami
oleh kapal-kapal berbendera asing kemunduran, sektor industri pun
yang dengan peralatan modernnya jalan ditempat, dan apa yang
mampu mengeruk ikan berkali-kali diharapkan bahwa kesejahteraan

DIMENSIA, Volume 5, No. 1, Maret 2011 | 72


Keterpurukan Sektor Pertanian

masyarakat akan meningkat yang emas bagi masyarakat. Kondisi ini


terjadi justru sebaliknya. Kemudian, diperparah dengan kebijakan dan
siapa yang diuntungkan dengan rencana pembangunan yang berat
keadaan ini? Ada kecenderungan sebelah. Alih-alih menjadikan
tumbuhnya sektor industri justru pertanian sebagai fondasi
diikuti dengan kenaikan pola pembangunan, justru dimasukkan
konsumsi masyarakat dimana industri-industri modern dan
konsumtivisme dipaksakan menjadi berteknologi tinggi yang padat
budaya dominan sehingga modal dan memerlukan biaya
pengangguran semakin banyak, investasi yang besar. Lompatan luar
munculnya masalah sosial dan biasa dalam tatanan kehidupan
kantong kemiskinan di perkotaan sosial ekonomi inilah yang
hingga hancurnya sektor pertanian. dibanggakan sebagai keberhasilan
Industrialisasi yang kita pembangunan.
banggakan hanyalah industrialisasi Hingga saat ini
semu, yang mana industri yang ada pembangunan di Indonesia banyak
di Indonesia hanyalah pengalihan bertumpu pada sektor industri dan
produksi dari negara maju. Kita jasa, yang dianggap memiliki nilai
bangga banyak investor masuk dan tambah untuk memacu
membuka usaha di negara kita, pertumbuhan ekonomi.
tetapi semua bahan produksinya Pembangunan yang berbasis pada
ternyata bukan berasal dari negara industri murni kemudian bertolak
kita. Kita hanya sekedar pada banyak agenda yang dibangun
menyediakan tempat dan sumber oleh negara-negara barat, dimana
daya manusia yang murah, tanpa kemajuan dan perubahan
pernah bisa mengembangkan diri, masyarakat akan lebih cepat ketika
menyerap ilmu dan teknologi maju kehidupan sosial ekonomi kita
hingga mengembangkan industri berbasis pada sektor industri.
yang berbasis pada lokalitas. Selama orde baru hingga saat ini,
Industrialisasi yang setengah- terlihat ada pergeseran struktur
setengah justru menghadirkan ekonomi kita yang pada mulanya
malapetaka lain di sektor pertanian, berbasis pada sektor pertanian,
banyak lahan dialih fungsikan lambat laun berganti dengan
sebagai pabrik-pabrik, pemuda desa industri dan jasa. Pergeseran
diiming-imingi gaji tetap dan tersebut ditandai dengan semakin
modernitas, hingga akhirnya sektor merosotnya peranan sektor
pertanian yang selama ini menjadi pertanian dan meningkatnya
fondasi perekonomian kita peranan sektor industri dan jasa.
mengalami kemunduran. Pertanian Perubahan dinamika
kita semakin tertinggal dari kehidupan ini lambat laun juga
Thailand, petani kita semakin diikuti dengan perubahan sosial
miskin dan akhirnya sektor masyarakatnya. Di era tahun 80-an
pertanian tidak lagi menjadi ladang sangat mudah kita temukan banyak

DIMENSIA, Volume 5, No. 1, Maret 2011 | 73


Grendi Hendrastomo

sentra-sentra produksi pertanian walaupun masih berbasis pada


yang masyarakatnya hidup pertanian, tetapi mulai
sejahtera. Dimana-mana sektor diperkenalkan teknologi yang
pertanian tumbuh dan berkembang dipergunakan sebagai rekayasa
seiring kebutuhan dan politik alam, sehingga pertanian tradisional
pangan yang kondusif. Selama yang umumnya bergantung pada
tahun-tahun itulah kita dibawa alam, dibantu dengan munculnya
pada swasembada beras yang bisa teknologi. Fase inilah yang akan
dilihat dari dua sisi. Pertama, bisa mengantarkan perkembangan
dilihat sebagai prestasi emas yang masyarakat ke arah industri.
patut dibanggakan. Kedua, menjadi Fase perkembangan
titik tolak terpuruknya sektor masyarakat yang berkaca pada
pertanian, yang kemudian nantinya negara maju ketika kita tempatkan
akan sedikit banyak dibahas dalam dalam konteks Indonesia,
analisis tulisan ini untuk melihat memunculkan sesuatu yang
keruntuhan sektor pertanian yang menarik. Ada sedikit lompatan
kemudian digantikan dengan dimana fondasi kita pada fase
industri. agricultural belum kokoh benar
tetapi langsung diperkenalkan
B. Menuju Masyarakat Industri dengan industri. Percepatan
Perkembangan masyarakat perkembangan inilah yang
Indonesia merupakan perubahan dikemudian hari justru
yang kompleks dalam tatanan memunculkan banyak persoalan
kehidupan sosial ekonomi. Ada dalam masyarakat. Perkembangan
lompatan pola perkembangan yang industri yang ada sekarang tidak
mungkin tidak ditemukan di pernah lepas dari campur tangan
negara-negara maju dan menjadi negara maju. Ada kecenderungan
karakteristik dari negara-negara banyak negara-negara dunia ketiga
dunia ketiga. Perkembangan yang ingin mengikuti jejak negara
masyarakat menurut Malinowski maju yang industrinya mampu
(Laeyendecker, 1983) mengikuti menopang kesejahteraan rakyatnya.
pola perkembangan yang umumnya Belajar dari pengalaman
terjadi di masyarakat dunia yaitu pembangunan di negara-negara
hunting & gathering, hortikultura & maju, muncul keyakinan di banyak
pastoral, agricultural, industrial dan negara sedang berkembang bahwa
post industrial. Lompatan besar industri dipandang sebagai jalan
yang disebut sebagai revolusi pintas untuk meningkatkan
kebudayaan justru berada pada fase kesejahteraan masyarakat dan
agricultural dimana fase ini justru mengejar ketinggalan dari negara
menjadi landasan bagi maju. Di satu sisi, industri dapat
perkembangan masyarakat ke arah mengikis keterbelakangan,
Industri. Pada fase ini terjadi kemiskinan dan mempercepat
perubahan sosial politik, ekonomi proses modernisasi, sehingga
kapitalistik, perkembangan iptek industri ditempatkan sebagai
dan modernisasi. Pada fase ini, variabel tunggal dalam strategi

DIMENSIA, Volume 5, No. 1, Maret 2011 | 74


Keterpurukan Sektor Pertanian

pembangunan (Effendy, 1995). dengan mutiara yang diolah, lain


Inilah yang kemudian memacu halnya apaila dijadikan perhiasan
banyak negara dunia ketiga untuk yang akan meningkatkan nilai jual
mengadopsi model industrialisasi di produksi. Dari keadaan tersebut
negara maju untuk diterapkan dapat kita lihat bahwa perubahan
dinegara dunia ketiga tak terkecuali budaya memang kemudian
di Indonesia. bertumpu pada etos, prinsip yang
Industrialisasi adalah proses dibangun dan yang sudah ada di
perubahan ekonomi dari ekonomi masyarakat.
berbasis pertanian ke ekonomi Merujuk pada Weber (2006)
berbasis industri. Tetapi, ada juga dalam etika protestan dan spirit
beberapa ilmuwan yang menggaris kapitalisme, industri di Eropa
bawahi bahwa industrialisasi tidak berkembang pesat karena budaya
semata-mata berkaca pada sisi dan etos kerja orang Eropa yang
ekonomi saja, melainakan proses menggangap bahwa kapitalisme
perubahan sosial dan ekonomi, bukanlah penindasan pada yang
dimana masyarakat orang lain. Kapitalisme tidak
ditransformasikan dari tahap atau dipandang sebagai mencari
keadaan pra industri ketika keuntungan sebesar-besarnya,
akumulasi modal perkapita rendah kapitalisme merupakan sebuah
ke tahap industrialisasi (Daeng, budaya, sistem ekonomi yang
2009). Dengan demikian, dikembangkan yang menjadi ruh
industrialisasi bukan hanya dari industrialisasi yang
transformasi dalam bidang ekonomi berkembang di Eropa pada waktu
tetapi juga transformasi sosial. itu. Semangat kapitalisme adalah
Budaya memegang peran semangat penyelamatan, bagaimana
penting dalam keberhasilan sektor menyelamatkan manusia lain dari
industri. Perkembangan industri di memupuk keuntungan materi dan
banyak negara maju berhasil membangun basis produksi besar
dilakukan dikarenakan ada untuk menyelamatkan dan
perubahan budaya masyarakat yang memakmurkan orang lain. Kondisi
mampu menopang terbentuknya inilah yang menjadi landasan
budaya industri. Dalam hal ini, berkembangnya industrialisasi di
budaya industri merupakan Eropa. Artinya semangat, etos orang
pengejawantahan dari menjadikan bukan lagi menjual sesuatu tetapi
barang, baik barang jadi maupun bagaimana mendayagunakan bahan
barang mentah menjadi sesuatu mentah untuk diolah,
yang mempunyai nilai tambah yang dikembangkan dan disebarluaskan
ketika diproduksi justru nilai demi kepentingan bersama.
jualnya akan meningkat. Sebagai Industrialisasi yang dibangun dari
contoh, kerang mutiara ketika dijual bawah inilah yang kemudian
langsung harganya akan cenderung memunculkan modernisasi, yang
murah apabila dibandingkan kemudian akan berefek pada

DIMENSIA, Volume 5, No. 1, Maret 2011 | 75


Grendi Hendrastomo

pertumbuhan ekonomi dan sendiri. Akibat industrialisasi yang


pendapatan, kesejahteraan berbasis pada teknologi maju dan
masyarakat yang semakin modern, justru pola konsumsi yang
meningkat. berubah dan industri menjadikan
Konsep Weber tentang masyarakat sebagai bagian dari
penjelasan perkembangan budaya industri “seutuhnya”, dalam artian
industri di Eropa tersebut di atas selain menjadi pelaku industri juga
yang tampaknya mampu menjawab menjadi konsumen produk-produk
mengapa industrialisasi di industri.
Indonesia tidak berjalan layaknya di Merujuk pada negara Eropa,
negara maju. Etos dan spirit industri perkembangan masyarakat yang
di masyarakat kita belum tampak, alamiah membentuk masyarakat
ada kecenderungan bangsa ini industri untuk kemudian
beretos pedagang dimana memunculkan modernisasi.
karakteristiknya adalah menjual Berkebalikan dengan di Indonesia,
sesuatu dengan cepat dan karena perkembangan masyarakat
mendapatkan keuntungan yang dipengaruhi oleh kolonialisasi dan
besar dari barang tersebut. Inilah imperalisme, maka perkembangan
yang kemudian menjadi alasan logis masyarakatnya pun tidak mengikuti
mengapa sumberdaya alam kita pola modernisasi yang alamiah.
yang melimpah tidak mampu Masyarakat modern dulu, baru
mensejahterakan rakyatnya, menapak pada industrialisasi, yang
sebaliknya justru menjadi beban, mengakibatkan proses
karena kebijakan pemerintah bukan industrialisasi tidak pernah bisa
berkaca pada industrialisasi tetapi tercapai karena masyarakatnya
lebih pada etos dagang; mengapa sudah modern dan menjadi
harus susah-susah mengolah ketika penikmat dan peniru modernisasi
tanpa diolahpun bisa menghasilkan. yang sudah dulu ada di negara
Cara pandang yang sama maju. Di satu sisi, industrialisasi
juga berlaku ketika melihat gagal dilaksanakan, disisi lain
industrialisasi di Indonesia. sektor pertanian yang seharusnya
Industrialisasi di Indonesia selama dikembangkan justru semakin
ini tidak berlandaskan pada sektor terpinggirkan.
pertanian yang notabene secara C. Keterpurukan Sektor Pertanian
kultur dan budaya merupakan Di banyak negara, sektor
sektor yang paling mungkin pertanian yang berhasil merupakan
dikembangkan dan menjadi prasyarat bagi pembangunan sektor
landasan bagi industri lainnya. industri dan jasa. Sehingga pada
Sehingga akibat industrialisasi yang awalnya rencana pembangunan
dipaksakan justru yang ideal menitik beratkan pada
masyarakatnyalah yang tidak siap pembangunan sektor pertanian.
dalam menyongsong industrialisasi. Pada tahap pertama, pembangunan
Perkembangan masyarakat dititikberatkan pada pembangunan
mengalami percepatan tanpa sektor pertanian dan industri
mampu diikuti oleh masyarakatnya penghasil sarana produksi

DIMENSIA, Volume 5, No. 1, Maret 2011 | 76


Keterpurukan Sektor Pertanian

pertanian. Tahap kedua, Sukarno. Dalam perspektif Andre


pembangunan dititikberatkan pada Gunder Frank, (Budiman, 2000)
industri pengolahan penunjang ketergantungan yang dialami
sektor pertanian (agroindustry) yang negara-negara dunia ketiga
selanjutnya secara bertahap merupakan akibat keterbelanganan
dialihkan pada pembangunan yang banyak mendominasi negara-
industri mesin dan logam negara tersebut. Untuk memompa
(Suhendra, 2004). Struktur industri dan mempercepat pembangunan
yang demikian akan membentuk maka diperlukan bantuan modal
struktur perekonomian yang asing yang banyak disokong oleh
tangguh dan mampu menghadapi negara-negara maju, sehingga tidak
tantangan global. heran apabila banyak kebijakan
Konsep ideal industrialisasi yang ada di negara dunia ketiga
tersebut tenyata sulit untuk merupakan perpanjangan tangan
diwujudkan di Indonesia, yang dari negara maju. Industrialisasi
terjadi justru perubahan strategi yang terjadi kemudian diarahkan
pembangunan dari industri berbasis untuk kepentingan negara-negara
pertanian “melompat” ke maju, dan efek ketergantungan ini
industrialisasi berspektrum luas semakin tampak ketika konsep-
(broad base industry strategy) dan konsep liberalisasi mulai
industri canggih (hi-tech industry) diperkenalkan di negara-negara
yang banyak menyandarkan diri dunia ketiga.
pada bahan baku impor. Industri Perubahan strategi
canggih semacam ini sangat rentan pembangunan itu secara pelan tapi
terhadap gejolak kurs rupiah, pasti terus meminggirkan sektor
memboroskan cadangan devisa dan pertanian dan petani. Bahkan, boleh
memperbesar ketergantungan dikatakan nyaris melupakannya.
Indonesia pada negara lain Nasib para petani yang selama ini
(Noertjahyo, 2005). akrab dengan kesengsaraan tidak
Kekhawatiran ketergantung- jua beranjak dari lembah
an pada negara lain ini terbukti kemiskinan. Padahal, merekalah
ketika seluruh industri termaju di ujung tombak penyedia bahan
Indonesia saat ini tidak berdiri di makanan. Penetrasi padat modal
atas kebutuhan ekonomi dalam dalam industri teknologi dan
negeri, melainkan atas permintaan manufaktur, menjadikan sektor
dan kebutuhan ekspansi modal pertanian sebagai sasaran ekploitasi
asing (Oktavianus, 2008). Bila kota terhadap desa. Saat industri
dibandingkan, sistem yang berjalan manufaktur tumbuh pesat, tenaga
sekarang hanyalah kelanjutan dari produktif pertanian sama sekali
sistem ekonomi kolonial, yang tidak berkembang. Industri hanya
sempat terinterupsi sejenak di masa menyentuh sektor pertanian sebagai
revolusi kemerdekaan dan separuh pasar, sehingga proyek-proyek
masa pemerintahan nasionalis pedesaan pun dilakukan semata-

DIMENSIA, Volume 5, No. 1, Maret 2011 | 77


Grendi Hendrastomo

mata untuk memuluskan tujuan karya dilakukan untuk membangun


tersebut. Apabila dilihat sekilas, infrastruktur demi untuk
pembangunan infrastruktur jalan, meningkatkan pertumbuhan
bendungan, pengenalan terhadap industri. Proyek pembangunan
bibit dan pupuk jenis baru, infrastruktur tersebut tentu saja
tampaknya menguntungkan petani. memerlukan lahan, yang lagi-lagi
Namun, karena tujuannya bukan kemudian terbukti sebagian besar
untuk memajukan pertanian maka tanah yang digunakan untuk
dampak yang dihasilkan pun justru pembangunan adalah tanah yang
merugikan petani dalam jangka semula dikuasai/dimiliki petani.
panjang. Konversi lahan pertanian yang
Industri yang dibangun diikuti berdirinya banyak pabrik
dengan ketergantungan pada baru dan real estate yang menjamur
negara maju, mulai menerima dimana-mana, memunculkan
kehancuran saat diintegrasikan ke masalah baru mengenai sumber
dalam ekonomi global. Banyak daya air. Dimana-mana air menjadi
tenaga produktif yang tersia-siakan rebutan, sungai tidak mampu
atau bahkan sengaja dipinggirkan. menyediakan lagi kebutuhan
Pabrik-pabrik di tutup, pengairan bagi pertanian pada
pengangguran meningkat, lahan musim kemarau.
pertanian produktif dirampas untuk Masalah-masalah yang
industri yang sama sekali tidak muncul merupakan akibat dari
menopang sektor pertanian, semakin sempitnya lahan pertanian.
sementara sektor jasa terutama Lebih menyedihkan lagi bahwa
pemasaran merebak melampaui tanah yang dialihfungsikan
sektor industri. Ironisnya, umumnya dilokasi strategis, subur
merebaknya industri pemasaran dan sangat produktif. Seharusnya
bukan disebabkan oleh petani yang memiliki tanah yang
meningkatnya produksi dalam dialih fungsikan mendapatkan ganti
negeri, melainkan dampak dari rugi yang sesuai, tetapi
dibukanya keran impor dalam kenyataannya justru dengan dalih
perdagangan bebas. Liberalisasi pembangunan dan pertumbuhan
perdagangan internasional akan industri, ganti rugi yang didapatkan
memaksa para petani di negara justru jauh dibawah harga pasar.
yang sedang berkembang untuk Hal ini bukti bahwa selama ini
bersaing dengan petani dari negara petani dipinggirkan dan tidak
industri yang memiliki sistem pernah mendapat perhatian dari
pertanian yang lebih efisien. pemerintah.
Ketidakberpihakan industry-
alisasi pada sektor pertanian D. Revolusi Hijau dan Industri
diperparah dengan dilakukannya Pertanian
kebijakan alih fungsi lahan untuk Sebenarnya sektor pertanian
pembangunan pabrik-pabrik demi sudah pernah menikmati
percepatan industri manufaktur. industrialisasi. Industrialisasi
Berbagai macam proyek padat pertanian dimulai pada tahun 70-an

DIMENSIA, Volume 5, No. 1, Maret 2011 | 78


Keterpurukan Sektor Pertanian

dengan bergulirnya revolusi hijau. Kritik tajam hingga gerakan


Pada waktu itu, revolusi hijau anti revolusi hijau kemudian
dianggap sebagai "juru selamat" bermunculan. Ongkos yang harus
bagi sektor pertanian, khususnya di dibayar oleh program revolusi hijau
negara berkembang. Oleh karena ini adalah hilangnya institusi lokal,
itu, tanpa revolusi hijau sulit musnahnya keanekaragaman
dibayangkan bagaimana produksi sumber daya hayati, menurunnya
pertanian akan mampu memberi kualitas tanah, serta menurunnya
makan bagi penduduk yang kualitas lingkungan secara
jumlahnya semakin meningkat. keseluruhan. Bahkan, meskipun
Implementasi revolusi hijau revolusi hijau telah berhasil
yang merupakan salah satu cara meningkatkan produktivitas dan
mengindustrialisasi sektor pertanian produksi pertanian secara
di Indonesia adalah dengan menakjubkan, akan tetapi gagal
program Panca Usaha Tani dalam meningkatkan kesejahteraan
(pengunaan bibit unggul, petani dan kemandirian pertanian.
pengolahan tanah, pemupukan, Inilah ongkos terbesar yang harus
pengendalian hama, pengairan atau dibayar karena pertanian di
irigasi). Menurut Loekman Sutrisno Indonesia menjadi sangat
(Noertjahyo, 2005), pelaksanaan bergantung pada industri raksasa
revolusi hijau telah berhasil pertanian dunia mulai dari
mengubah sikap petani, dari sikap pengadaan benih, pupuk, pestisida,
anti teknologi ke sikap yang mau hingga mesin-mesin pertanian.
memanfaatkan teknologi pertanian Apalagi, hampir semua proyek-
modern, misalnya pupuk kimia, proyek besar pertanian (seperti
bibit padi unggul. Perubahan sikap pembangunan irigasi, pembelian
petani tersebut sangat berpengaruh alat-alat pertanian, dll) harus
terhadap kenaikan produksi pangan dibayar dengan utang.
sehingga Indonesia mencapai Selintas revolusi hijau
swasembada pangan. Tetapi memang memajukan pertanian.
revolusi hijau juga menimbulkan Namun, jika ditelisik lebih jauh
berbagai masalah bagi petani. justru membuat petani semakin
Ketergantungan pada bibit unggul terdesak pada marginalitas,
yang seragam dan meninggalkan sehingga diperbudak oleh berbagai
bibit lokal yang dimiliki, subsektor rekayasa teknologi negara-negara
tanaman pangan rentan terhadap maju yang mahal harganya. Ekses
berbagai hama, petani menjadi negatif revolusi hijau dapat
bodoh dengan melupakan banyak dirasakan hingga saat ini. Karena
pengetahuan lokal dan hilangnya teknologi lokal,
menggantungkan diri pada paket- menyebabkan petani sangat
paket teknologi pertanian produk tergantung pada produk-produk
industri. pertanian buatan pabrik. Petani
selalu menggunakan pupuk,

DIMENSIA, Volume 5, No. 1, Maret 2011 | 79


Grendi Hendrastomo

pestisida untuk memberantas hama yang mendesak akan mendorong


dan bibit tanaman yang digadang- masyarakat untuk secepat mungkin
gadang unggul tetapi memerlukan memperoleh keuntungan dari
pupuk dalam jumlah banyak. apapun yang dimiliki dan bisa
Bencana bagi petani datang ketika diperjual belikan. Memunculkan
pupuk mulai susah ditemui, entah etos industri memerlukan waktu
karena tangan jahat atau akal-akalan yang relative lama, mulai dari
perusahaan penyedia pupuk untuk mengeksploitasi sumber daya alam
menaikkan harga. Petani yang yang dimiliki dalam bentuk bahan
sudah terlanjur tergantung akhirnya mentah, mengolahnya menjadi
menjadi semakin terpuruk. setengah jadi hingga mengemasnya
Beban akibat revolusi hijau dan menciptakan produk-produk
itu semakin melengkapi kendala yang siap pakai.
yang melekat pada para petani. Akselerasi sektor pertanian
Mulai kepemilikan tanah yang kiranya menjadi sangat penting
semakin sempit, akibat kekurangan untuk mengoptimalkan dan
modal dan tanggungan resiko gagal menjadikan sektor ini sebagai
panen, sulitnya memperoleh kredit, landasan bagi industrialisasi.
terbatasnya sarana dan prasarana Merujuk pada Simatupang
hingga terjadinya degradasi sumber (Suhendra, 2004:57-58), akselerasi
daya alam. sektor pertanian di Indonesia
menjadi sesuatu hal yang krusial
E. Membangun Ulang Industri karena:
Pertanian a. Sektor pertanian masih tetap
Tak bisa dipungkiri sektor sebagai penyerap tenaga
pertanian sudah menjadi urat nadi kerja, sehingga akselerasi
bangsa ini. Ketika industrialisasi pembangunan sektor
jalan ditempat, tidak salah kiranya pertanian akan membantu
untuk mencoba mereformulasikan mengatasi masalah
industrialisasi di negara ini. Sebagai penggangguran.
titik tolak perlu kiranya untuk b. Sektor pertanian merupakan
melihat anugerah yang dimiliki penopang utama
bangsa ini dengan tanahnya yang perekonomian desa dimana
subur untuk memulai industrialisasi sebagian besar penduduk
dari sektor pertanian. Sebuah berada. Oleh karena itu,
langkah yang tidak mudah, karena akselerasi pembangunan
tidak hanya mereformulasikan pertanian paling tepat untuk
industrialisasi dari segi ekonomi mendorong perekonomian
saja tetapi juga dari segi budaya dan desa dalam rangka
sosial. meningkatkan pendapatan
Merubah etos masyarakat sebagian besar penduduk
dari etos pedagang menjadi seorang Indonesia dan sekaligus
industriawan bukanlah semudah pengentasan kemiskinan.
membalikkan tangan. Himpitan c. Sektor pertanian sebagai
ekonomi dan kebutuhan sehari-hari penghasil makanan pokok

DIMENSIA, Volume 5, No. 1, Maret 2011 | 80


Keterpurukan Sektor Pertanian

penduduk, sehingga dengan sederhana dan tepat guna


akselerasi pembangunan merupakan poin mutlak yang harus
pertanian maka penyediaan diperbaiki dari awal. Pemberdayaan
pangan dapat terjamin. berbasis komunitas perlu
Langkah ini penting untuk digerakkan untuk memutus mata
mengurangi ketergantungan rantai ketergantungan pada produk-
pangan pada pasar dunia. produk pendukung pertanian yang
d. Harga produk pertanian berasal dari negara lain. Merujuk
memiliki bobot yang besar pada tren dunia akan makanan
dalam indeks harga yang sehat, maka perlu digalakkan
konsumen sehingga pertanian organic dimana
dinamikanya amat penanaman tanpa menggunakan
berpengaruh terhadap laju bahan-bahan kimia, artinya disatu
inflasi. Oleh karena itu, sisi, memutus mata rantai
akselerasi pembangunan ketergantungan pada pupuk kimia,
pertanian akan membantu disisi lain harga panen akan lebih
menjaga stabilitas tinggi daripada produk non organic.
perekonomian Indonesia. Keterlibatan pemerintah
e. Akselerasi pembangunan perlu diintesifkan, kebijakan harga
pertanian sangatlah penting dasar bagi produk pertanian bisa
dalam rangka mendorong dipertahankan tetapi ceiling price
ekspor dan mengurangi (harga atas) harus dihilangkan
impor produk pertanian, untuk memberi kesempatan petani
sehingga dalam hal ini dapat menikmati keuntungan dari harga
membantu menjaga yang tinggi. Mempermudah
keseimbangan neraca pemberian pinjaman dengan
pembayaran. jaminan pemerintah dan bunga
f. Akselerasi pembangunan rendah; melindungi lahan
pertanian mampu persawahan dari degradasi
meningkatkan kinerja sektor lingkungan; mobilisasi potensi
industri. Hal ini karena seluruh lembaga riset pertanian
terdapat keterkaitan yang untuk mengembangkan teknologi
erat antara sektor pertanian pertanian yang sesuai dengan
dengan sektor industri yang karakter geografis dan sosial
meliputi keterkaitan produk, budaya Indonesia. Pengembangan
konsumsi dan investasi. tersebut meliputi masalah
Tentunya akselerasi tersebut pembibitan, mekanisasi proses
juga harus didukung dengan tanam dan panen, pengairan, listrik;
berbagai kebijakan yang pro mendorong terbangunya pertanian
pertanian, mempermudah akses kolektif dengan pengolahan lahan
bibit murah, pupuk yang tak bersama serta penerapan teknologi
terbatas, perbaikan sarana irigasi yang lebih maju yang melibatkan
dan penggunaan teknologi petani dalam mengambil

DIMENSIA, Volume 5, No. 1, Maret 2011 | 81


Grendi Hendrastomo

keputusan; mengembangkan justru ditopang oleh sektor


industri pengolahan hasil pertanian pertanian yang digunakan sebagai
sesuai dengan komoditi pertanian pijakan untuk masuk ketahap
(Oktavianus, 2008). industrialisasi yang sesungguhnya.
Petani kita selama ini sering Pengembangan sektor pertanian
merana akibat masuknya produk akan menyeret perkembangan
pertanian dari luar baik yang legal sektor sosial dan budaya yang
maupun ilegal. Negara perlu untuk menjadi landasan dasar suksesnya
memproteksi petani dengan jalan industrialisasi. Salah satu syarat
mengehentikan produk pertanian untuk mengejar ketertinggalan dari
impor atau dengan mengenakan negara maju adalah kemampuan
pajak yang besar pada produk sosial yang cukup, dimana
pertanian impor. Kebijakan ini perlu masyarakatnya harus cukup maju
dilakukan bukan karena kualitas untuk menyesuaikan teknologi dari
produksi pertanian kita kalah, tetapi negara-negara maju. Investasi SDM
oleh harga produk impor yang juga merupakan salah satu bagian
relatif lebih murah dari produk penting terutama ketika dikaitkan
lokal. Mendayagunakan produk- antara pendidikan dengan industri.
produk pertanian, tidak hanya Membangun industrialisasi
produk mentahnya saja tetapi kembali (re-industrialisation) mutlak
mencoba menjual produk-produk memerlukan campur tangan yang
pertanian olahan, perbaikan besar dari negara. Peran negara
kemasan hingga system distribusi disini tidak sama dengan
dan penjualan yang menyerahkan ekonomi pada
disempurnakan. mekanisme pasar, pasar justru akan
menjadi jebakan bagi industrialisasi
F. Kesimpulan jika tidak ada pengaturan.
Industrialisasi adalah sebuah Intervensi negara diperlukan untuk
proses jangka panjang. Proses mengoreksi kegagalan pasar,
tersebut tidak bisa dilakukan secara diantaranya negara harus menjamin
melompat. Suatu kesalahan besar tersedianya sumber energi yang
dalam industrialisasi adalah ketika memadai untuk seluruh jenis
pemerintahan over optimistime, industri; kebijakan strategi industri
yang melompat jauh membangun harus menghasilkan pembangunan
industri yang esbenarnya tidak industri pengolahan bahan baku
dapat mendukung industri tersebut menjadi bahan setengah jadi;
secara ekonomi dan sosial, seperti menjamin tersedianya pasar bagi
pendidikan, keterampilan, nilai-nilai industri yang masih membutuhkan
yang berkembang. Kalau proteksi dengan pengenaan pajak
pembangunan industri semacam ini atau cukai yang tinggi terhadap
dipaksakan, maka industri ini harus komoditi sejenis yang diimpor dari
terus menerus dilindungi dan tidak luar negeri; dan menyediakan
bisa menjadi kuat. sumber daya manusia yang
Keberhasilan banyak negara berkualitas.
dalam melakukan industrialisasi

DIMENSIA, Volume 5, No. 1, Maret 2011 | 82


Keterpurukan Sektor Pertanian

Daftar Pustaka Oktavianus, Dominggus, 2008.,


Industrialisasi Nasional dan Cita-cita
Budiman, Arief, 2000., Teori Kemakmuran [online] tersedia pada
Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta: URL:
Gramedia <http://pijarapi.multiply.com/jour
nal/item/24> [diakses pada 26
Daeng, Salamuddin, 2009., Januari 2009]
Industrialisasi: “Apa dan Bagaimana
Indonesia” [online] tersedia pada Prabowo, Hermas, 2008., Menuju
URL: Negara Pertanian Termaju di Dunia
<http://www.globaljust.org/index. [online] tersedia pada URL:
php?option=com_content&task=vie <http://www.kompas.com/read/x
w&id=178&Itemid=131&lang=id> ml/2008/12/09/08535413/menuju.
[diakses pada 26 Januari 2009] negara.pertanian.termaju.di.dunia>
[diakses pada 26 Januari 2009]
Effendi, Tadjuddin, 1995., Sumber
Daya Manusia Peluang Kerja dan Sanderson, Stephen, 2003., Makro
Kemiskinan, Yogyakarta: Tiara Sosiologi, Jakarta: Rajawali Press
Wacana
Suhendra, Susi, Analisis Struktur
Irham, 2006., Mungkinkah terjadi Sektor Pertanian Indonesia: Analisis
Revolusi Hijau Babak II [online] Mode Input-Output, Jurnal Ekonomi
tersedia pada URL: & Bisnis, Vol. 9, No.2, 2004, pp. 55-
<http://nasih.staff.ugm.ac.id/a/pe 65
rt/2006915 mu.htm> [diakses pada
28 Januari 2009] Weber, Max, 2006., Etika Protestan
dan Spirit Kapitalisme, Yogyakarta:
Laeyendecker, 1983., Tata Perubahan Pustaka Pelajar
dan Ketimpangan: Suatu Pengantar
Sejarah Sosiologi, Jakarta: Gramedia Weiss, John, 2002., Industrialisation
and Globalisation: Theory and Evidence
Noertjahyo, 2005., Dari Ladang from Developing Countries, London:
sampai Kabinet, Menggugat Nasib Routledge
Petani, Jakarta: Kompas

DIMENSIA, Volume 5, No. 1, Maret 2011 | 83

Anda mungkin juga menyukai