Anda di halaman 1dari 23

Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka 1

Otonomi Daerah

penyelenggaraan pemerintahan yang


diatur oleh Pusat (BKKSI, 2006)
PENINGKATAN PEMBERDAYAAN
Meskipun otonomi daerah telah
DAN KEMANDIRIAN DESA DALAM
dilaksanakan secara serentak di seluruh
RANGKA OTONOMI DAERAH
Indonesia, namun sejauh ini masih
Oleh:
banyak persoalan-persoalan yang timbul
DWI IRIANI MARGAYANINGSIH
ke permukaan, belum jelas ke arah
mana dan bagaimana bentuk otonomi
daerah yang akan ditetapkan menurut
A. LATAR BELAKANG
UU No. 32 Tahun 2004. Karena di
Lahirnya kebijakan Otonomi
daerah masih banyak timbul persoalan-
Daerah berdasarkan Undang-Undang
persoalan menyangkut penataan
Nomor 22 Tahun 1999 tentang
birokrasi, ketidakjelasan besaran
Pemerintahan Daerah yang telah
anggaran rutin dan pembangunan yang
diamendemen dan diperbaruhi dengan
akan diterima, ketidakjelasan bidang
Undang-Undang No. 32 tahun 2004
apa sajayang tidak dapat dilaksanakan
merupakan jawaban atas tuntutan
kabupaten atau kota,
reformasi politik dan demokratisasi serta
bagaimanahubungan propinsi dan
pemberdayaan masyarakat daerah.
kabupaten untuk bidang-bidang yang
Setelah selama hamper seperempat
masih dilaksanakan propinsi dan
abad kebijaksanaan Otonomi Daerah di
segudang permasalahan yang tidak
Indonesia mengacu kepada Undang-
dapat dituntaskan hanya dengan
Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang
mengandalkan kepada kemampuan
Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah,
daerah.
pelaksanaan Otonomi Daerah tersebut
Kalau difokuskan pada desa maka
membawa beberapa dampak bagi
tidak akan lepas dari sejarah
penyelenggaraan Pemerintahan
perkembangan desa yang ada di
Daerah. Di antaranya yang paling
Indonesia sejak kemerdekaan
menonjol selama ini adalah dominasi
Indonesia. Kondisi ini dimulai dari
Pusat terhadap Daerah yang
terbitnya Undang-Undang Nomor 18
menimbulkan besarnya ketergantungan
Tahun 1965 tentang Desa Praja, namun
Daerah terhadap Pusat. Pemerintah
peraturan ini tidak pernah diberlakukan,
Daerah tidak mempunyai keleluasaan
sehingga dalam pengaturan desa masih
dalam menetapkan program-program
tetap menggunakan aturan yang dibuat
pembangunan di daerahnya. Demikian
oleh Bangsa Belanda. Bangsa
juga dengan sumber keuangan
2 Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka
Otonomi Daerah

Indonesia baru dapat membuat serta tidak sesuainya dengan


peraturan tentang Desa pada tanggal 1 perkembangan keadaan,
Desember 1979 yaitu Undang-Undang ketatanegaraan, dan tuntutan
Nomor 5 Tahun 1979 tentang penyelenggaraan otonomi daerah maka
Pemerintahan Desa. Dalam Undang- pada tanggal 15 Oktober 2004, Undang-
Undang ini desa merupakan organisasi Undang Nomor 22 Tahun 1999 diganti
pemerintahan terendah langsung dengan Undang-Undang Nomor 32
dibawah camat. Selain itu muncul Tahun 2004 tentang Pemerintahan
adanya lembaga musyawarah desa Daerah yang didalamnya juga mengatur
(LMD) dan Lembaga Ketahanan tentang desa. Sistem penyelenggaraan
Masyarakat Desa (LKMD) sebagai mitra pemerintahan desa ditata ulang, dimana
kerja pemerintah desa. Bentuk desa kewenangan sedikit dikurangi guna
dilakukan penyeragaman di seluruh terjadi kestabilan penyelenggaraan
Indonesia dan dominasi peran birokrasi pemerintahan desa seperti : Badan
sangat kuat, sehingga aktivitas Perwakilan Desa diganti nama dengan
penyelenggaraan pemerintahan, Badan Permusyawaratan Desa tidak
pelaksanaan pembangunan, dan dipilih tetapi dibentuk dengan cara
pembinaan masyarakat menjadi lebih musyawarah mufakat dan kepala desa
besar berasal dari pemerintah. tidak bertanggung jawab kepada bupati
Sejalan dengan proses reformasi melalui camat. Dari perkembangan
politik maka terbitlah Undang-Undang peraturan mengenai desa yang pernah
Nomor 22 Tahun 1999 tentang diberlakukan di negara kita, fokus utama
pemerintahan daerah yang di dalamnya dalam penelitian ini yaitu kondisi
juga mengatur tentang desa. System pemerintahan yang ada di Kabupaten
penyelenggaraan pemerintahan desa Tulungagung.
ditata ulang sesuai dengan peraturan Pada masa berlakunya Undang-
perundang-undangan yang berlaku yang Undang Nomor 5 Tahun 1976 segala
lebih mengedepankan keanekaragaman aturan atau peraturan penyelenggaraan
dengan pengembalian pada otonomi asli pemerintahan desa dibuat oleh
desa. pemerintah. Dalam pelaksanaan
Selanjutnya dalam rangka pembangunan di desa dengan melalui
menindaklanjuti perubahan Undang- dana subsidi desa, dimana sasarannya
Undang Dasar Republik Indonesia adalah untuk memotivasi dan
Tahun 1945, efisiensi dan efektivitas mendorong partisipasi masyarakat dan
penyelenggaraan pemerintahan desa melalui program-programnya lain yang
Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka 3
Otonomi Daerah

sifat perencanaannya berasal dari akhirnya diperoleh suatu kondisi


pemerintah. masyarakat yang mampu memenuhi
Sejalan dengan perkembangan kebutuhannya sendiri. Kalau kita
situasi dan kondisi, Pemerintah evaluasi terhadap program-program
Kabupaten Tulungagung yang telah kita luncurkan pada desa
menindaklanjuti dengan Peraturan maka berbagai penilaian dapat kita
Daerah Nomor 7 Tahun 2000 dan telah peroleh baik positif maupun negative
diperbaharuhi dengan Peraturan Daerah
Nomor 6 Tahun 2006 yang mengatur B. PEMBERDAYAAN
mengenai desa. Hal ini merupakan 1. Pengertian Pemberdayaan
manfaat dan komitmen pemerintah Pada dasarnya pemberdayaan
Kabupaten Tulungagung dalam merupakan suatu proses perubahan
perbaikan dan penyempurnaan yang menempatkan suatu kreativitas
penyelenggaraan pemerintahan desa, dan prakarsa masyarakat (Suharto,
diantaranya : (1) Adanya kewenangan diakses pada tanggal 25 Mei 2007).
yang diberikan kepada desa dalam Dari pengertian tersebut dapat
penyelenggaraan pemilihan kepala desa dikatakan bahwa element penting
dan pengangkatan serta pemberhentian dari pemberdayaan adalah
perangkat desa. (2) Adanya program partisipasi. Partisipasi merupakan
stimulant pembangunan desa atau proses aktif, inisiatif diambil oleh
kelurahan. (3) Adanya program bantuan masyarakat sendiri, dibimbing oleh
stimulant khusus bagi desa atau cara berfikir mereka sendiri dengan
kelurahan. (4) Dan masih banyak lagi menggunakan sarana dan proses
program-program yang lain. (5) Dari (lembaga dan mekanisme) mereka
kewenangan dan program diatas adalah dapat menegaskan control secara
merupakan suatu upaya pemerintah efektif. Terdapat berbagai macam
Kabupaten Tulungagung untuk definisi pemberdayaan, antara lain :
meningkatkan pemberdayaan dan a. Tujuan pemberdayaan untuk
kemandirian desa. Misalnya saja dana meningkatkan kekuasaan orang-
stimulant desa diberikan kepada desa orang yang lemah atau tidak
dengan pelaksanaan mulai dari beruntung (Ife, 1995:56)
perencanaan sampai dengan evaluasi b. Pemberdayaan menunjuk pada
diserahkan kepada desa. Hal ini usaha pengalokasian kembali
dimaksudkan masyarakat desa dapat kekuasaan melalui pengubahan
berproses untuk secara mandiri yang
4 Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka
Otonomi Daerah

struktur sosial (Swift dan Levin dan (b) berpartisipasi dalam


(1987:xiii). proses pembangunan dan
c. Pemberdayaan adalah suatu keputusan-keputusan yang
cara dengan nama rakyat, mempengaruhi mereka.
organisasi, dan komunitas Beragam definisi
diarahkan agar mampu pemberdayaan menjelaskan bahwa
menguasai (atau berkuasa atas) pemberdayaan adalah sebuah
kehidupannya (Rappaport, proses dan tujuan. Sebagai proses,
1984:3) pemberdayaan adalah serangkaian
d. Pemberdayaan adalah sebuah kegiatan untuk memperkuat
proses dengan mana orang kekuasaan atau keberdayaan
menjadi cukup kuat untuk kelompok lemah dalam masyarakat,
berpartisipasi dalam, berbagi termasuk individu-individu yang
pengontrolan atas, dan mengalami masalah kemiskinan.
mempengaruhi terhadap, Sebagai tujuan, maka pemberdayaan
kejadian-kejadian serta lembaga- menunjuk pada keadaan atau hasil
lembaga yang mempengaruhi yang ingin dicapai oleh sebuah
kehidupannya. Pemberdayaan perubahan sosial; yaitu masyarakat
menekankan bahwa orang miskin yang berdaya, memiliki
memperoleh keterampilan, kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan, dan kekuasaan pengetahuan dan kemampuan dalam
yang cukup untuk mempengaruhi memenuhi kebutuhan hidupnya baik
kehidupannya dan kehidupan yang bersifat fisik, ekonomi, maupun
orang lain yang menjadi sosial seperti memiliki kepercayaan
perhatiannya (Parsons, et al., diri, mampu menyampaikan aspirasi,
1994:106). mempunyai mata pencaharian,
e. Pemberdayaan menunjuk pada berpartisipasi dalam kegiatan sosial,
kemampuan orang, khususnya dan mandiri dalam melaksanakan
kelompok rentan dan lemah, untuk tugas-tugas kehidupannya.
(a) memiliki akses terhadap Pengertian pemberdayaan sebagai
sumber-sumber produktif yang tujuan seringkali digunakan sebagai
memungkinkan mereka dapat indikator keberhasilan pemberdayaan
meningkatkan pendapatannya dan sebagai sebuah proses.
memperoleh barang-barang dan 2. Pemberdayaan Desa
jasa-jasa yang mereka perlukan;
Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka 5
Otonomi Daerah

Tujuan utama dari otonomi masyarakat desa, partisipasi


masyarakat harus dibuka luas dan
pembangunan yang dilaksanakan
disesuaikan dengan minat dan
oleh pemerintah adalah untuk kemampuannya. Anggota
masyarakat yang berminat dan
meningkatkan taraf hidup
berbakat sebagai pemimpin
masyarakatnya. Beragam usaha dari menyalurkan partisipasinya dalam
pemerintahan desa atau
berbagai sektor terus dikembangkan
kelembagaan masyarakat yang
dalam usaha pencapaian hal tumbuh di desa. Sedangkan anggota
masyarakat yang berminat dan
tersebut. Namun seringkali terjadi
berbakat sebagai pengelola
kegagalan dalam pelaksanaannya, keuangan dapat mewujudkan
partisipasinya melalui kelembagaan
yaitu tidak meratanya pelaksanaan
keuangan desa. (4) Pemberdayaan
tujuan tersebut terutama pada masyarakat, otonomi masyarakat
berintikan kemampuan masyarkat
masyarakat desa. Hal tersebut terjadi
untuk melaksanakan kewenangan
dikarenakan pendekatan utama yang mereka pernah miliki bukan
bersumber dari kekuasaan supra
dalam pembangunan yang
desa. Mengacu pada UU No. 32
dilaksanakan justru dilakukan pada Tahun 2004 pemberdayaan berarti
pengikutsertaan masyarakat dalam
masyarakat yang marginal dan
perencanaan, pelaksanaan dan
masyarakat desa. Perencanaan kepemilikan. Dengan demikian
pemberdayaan bukan sekedar
pembangunannya bersifat dari atas
peningkatan partisipasi juga dalam
ke bawah (top down planning). kepemilikan. (5) Persamaan
kesempatan, dalam pelaksanaan
Tujuan utama dari prinsip dasar
otonomi, masyarakat desa dihargai
pemberdayaan desa menurut Saragi dan dihormati masyarakat sebagai
unit yang mampu mengatur dirinya
(2004 h.245) antara lain sebagai
sendiri. Oleh karena itu, tiap
berikut : komponen masyarakat hendaknya
memberikan peluang yang sama
(1) Demokratisasi kehidupan desa,
untuk memperoleh kesempatan
prinsip dari, oleh, dan untuk
dalam mengembangkan potensinya.
masyarakat adalah landasan
(6) Kebhinekaan, masyarakat terdiri
pelaksanaan demokrasi,yaitu
dari beragam etnis yang berarti
kedaulatan berada di tangan
mempunyai beragam budaya dan
masyarakat. Pengambilan keputusan
adat istiadat yang dapat berimplikasi
senantiasa dilandaskan pada
pada penyusunan model otonomi
musyawarah untuk mufakat dengan
masyarakat desa menjadi tidak
menghargai adanya perbedaan dan
seragam.
kebhinekaan yang terdapat pada
(2)
masyarakat tersebut. (2) Bersumber
Penekanan kata masyarakat
dari kearifan lokal, otonomi
masyarakat desa mengacu kepada dalam istilah otonomi desa menjadi
nilai-nilai yang berlaku di desa
otonomi masyarakat desa
setempat. Di samping itu sebutan
desa antara lokasi yang satu berbeda dimaksudkan untuk menegaskan
dari lainnya. (3) Partisipasi
bahwa kedaulatan adalah milik
masyarakat, dalam mengembangkan
6 Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka
Otonomi Daerah

masyarakat. Kata otonomi desa menjadi mengutamakan


sesungguhnya telah mencakup hal kebersamaan dan elitis menjadi
tersebut sebab pengertian desa yang partisipatif. Pembaharuan desa erat
dianut dalam UU No. 32 Tahun 2004 kaitannya dengan pemberdayaan
adalah suatu kesatuan masyarakat masyarkat. Menurut Saragi (2004
hokum. Namun kata masyarakat h.239), pemberdayaan masyarakat
dalam otonomi desa perlu disisipkan ditekankan pada aspek: (1)
sehingga pengertian tersebut Pemberdayaan politik, diawali
ditegaskan secara eksplisit oleh dengan merumuskan kembali
Saragih sebagai berikut : hubungan antar pemerintah,
Masyarakat sebagai pemilik kabupaten, kecamatan dan desa,
kedaulatan menyerahkan sebagian mengembalikan kewenangan desa,
dari kedaulatan tersebut pada orang meningkatkan kualitas kepemimpinan
yang dipilihnya untuk menjalankan di desa. Diikuti dengan kegiatan
pemerintah desa yaitu kepala desa. pemberdayaan perempuan,
Selanjutnya kepala desa terpilih peningkatan pelayanan masyarakat
membangun organisasi pemerintah dan demokratisasi desa. (2)
desa sesuai dengan kewenangan Pemberdayaan sosial termasuk
yang dimiliki oleh desa dalam bidang membangun organisasi modern di
pemerintahan. Demikian juga halnya, desa. Membangun organisasi
masyarakat memilih wakil-wakilnya modern berarti merubah modus
dalam BPD untuk mengawasi orientasi Lembaga Kemasyarakatan
pelaksanaan pemerintahan desa. dari tradisional ke modern.
Hanya saja pendelegasian sebagian Organisasi modern yaitu organisasi
dari kedaulatan ini kebablasan yang memiliki tujuan visi, misi,
sehingga tidak ada mekanisme bagi strategi dan nilai-nilai (rencana
masyarakat untuk mengontrol strategik) yang dituangkan ke dalam
pelaksanaan mandate tersebut dari struktur organisasi, program,
para wakilnya di BPD. kegiatan, uraian pekerjaan. (3)
Pembaharuan desa diartikan Pemberdayaan psikologis, dilakukan
sebagai upaya merubah governance dengan reinternalisasi nilai-nilai
desa yang apatis menjadi dinamis, anarkisme dan alturisme, sikap
tergantung pada birokrat diatas desa kemandirian yang dapat
menjadi mandiri, dominan terhadap meningkatkan kepercayaan sehingga
elemen governance desa lainnya jaringan kerja yang tersedia dapat
Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka 7
Otonomi Daerah

dimanfaatkan secara optimal. (4) dipengaruhi oleh kekuatan relasi


Pemberdayaan ekonomi, yang terbentuk diantaranya.
dimaksudkan untuk mewujudkan Kekuatan relasi tersebut dapat
otonomi masyarakat desa di bidang berubah sesuai dengan kandungan
keuangan. Hal ini dapat dilakukan kapital yang dimiliki dan nilai-nilai
dengan cara membangun sistem yang mengatur proses interaksi.
akumulasi kapital internal dan Sementara itu, pemerintahan desa
distribusi capital eksternal terutama sangat tergantung pada birokrat
perimbangan keuangan kabupaten desa. Ketergantungan tersebut
dan desa. Diikuti dengan dicerminkan dengan sikap menunggu
pengembangan usaha masyarakat instruksi dari atas desa disbanding
yang mengiduk pada Badan Usaha menggalang potensi desa untuk
Milik Desa, sehingga Badan Usaha mengatur urusan-urusan desa. Yang
Milik Desa berfungsi sebagai paling kentara misalnya dalam hal
alternatif pengentasa kemiskinan. keuangan. Belum lagi
Kegiatan pemberdayaan ketergantungan pemerintah desa
diarahkan untuk meningkatkan dalam penyusunan perencanaan
kapital governance desa. pembangunan di desa. Kebutuhan
Pemberdayaan di ke empat aspek di pembangunan dijabarkan untuk
atas sesungguhnya dilandasi oleh mengalokasikan dana perimbangan
keinginan untuk merekatkan kembali yang masuk ke desa bukan
hubungan-hubungan yang telah ada sebaliknya. Artinya, sesungguhnya
di berbagai tingkatan. Hubungan- desa tidak punya rencana kerja yang
hubungan tersebut dilandasi oleh ada adalah daftar kegiatan yang
nilai-nilai, seperti kebersamaan, disusun untuk mengantisipasi
kejujuran, keterbukaan dan kesetiaan penggunaan dana perimbangan.
yang akan menciptakan Akibatnya desa tidak pernah mandiri
kepercayaan. Sedangkan interaksi untuk mengatur dirinya sendiri.
diantara tiga element governance Widjaya (2003, h.85), dalam
desa belum seimbang. Kandungan rangka pemberdayaan pemerintah
Kapital Pemerintahan Desa lebih desa, maka diharapkan dapat
tinggi disbanding kandungan kapital terwujud kondisi pemerintahan desa
Pelaku Ekonomi dan Civil Society. yang kuat dan mandiri. Guna
Interaksi diantara ketiga element mewujudkan pemberdayaan desa
governance tersebut sangat tersebut, maka perlu dikembangkan
8 Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka
Otonomi Daerah

agar mencapai kondisi desa yang itu, pihak luar dpat memfasilitasi
kuat dan mandiri dengan cara: pelatihan-pelatihan peningkatan
a. Penataan dan pengembangan keterampilan mereka di bidang
desa, kerjasama antar desa dan tersebut. Kemudian bersama-sama
lembaga adat; pemerintah desa, menyusun
b. Penataan dan pengembangan anggaran yang dibutuhkan untuk
lembaga pemerintahan desa dan melaksanakan agenda bersama
paguyuban pemerintahan desa; tersebut baik dari sumber internal
c. Peningkatan kapasitas aparatur desa maupun eksternal desa.
pemerintahan desa; 3. Pemberdayaan Masyarakat
d. Penataan dan pengembangan Hingga saat ini terdapat
pendapatan kekayaan daerah dan berbagai macam perspektif yang
keuangan desa; berbeda mengenai pemberdayaan
e. Meningkatkan ketahanan masyarakat. Menurut Prasojo ada
masyarakat; beberapa hal penting dalam
f. Pemantapan nilai-nilai budaya memahami dan membuat sebuah
setempat (adat setempat yang definisi operasional dari
bersifat lokalitas); pemberdayaan masyarakat yaitu :
g. Pengembangan usaha ekonomi (1) Pemberdayaan pada dasarnya
masyarakat; adalah memberikan kekuatan
h. Peningkatan sumber daya alam kepada pihak yang kurang atau
yang berwawasan lingkungan; tidak berdaya (powerless) agar
i. Peningkatan pemanfaatan dapat memiliki kekuatan yang
teknologi tepat guna sesuai menjadi modal dasar aktualisasi
kebutuhan masyarakat. diri. Aktualisasi diri merupakan
Menurut Saragih selain cara salah satu kebutuhan mendasar
tersebut diatas : manusia. Pemberdayaan yang
Terdapat pula upaya yang dapat dimaksud tidak hanya mengarah
dilakukan untuk meningkatan sikap pada individu semata, tetapi juga
kemandirian governance desa kolektif (Harry Hikmat, 2001 : 46-
dimulai dengan meningkatkan 48)
kepekaan mereka atas (2) Menurut Pranarka dan
permasalahan, kebutuhan dan Vindhayanika, terdapat dua
pemecahan masalah yang kecenderungan yang saling
dirumuskan bersama-sama. Untuk terkait dalam pencapaian
Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka 9
Otonomi Daerah

pemberdayaan masyarakat. melengkapi (James William Ife,


Pertama, kecenderungan primer. 1995: 132: Rukminto Adi, 2002:
Pada kecenderungan primer ini 163-165)
proses pemberdayaan (4) Pemberdayaan masyarakat
ditekankan pada proses dapat dilihat sebagai program
pemberian atau pengalihan maupun proses. Sebagai
sebagai kekuasaan, kekuatan program, pemberdayaan dilihat
dan kemampuan kepada sebagai tahapan-tahapan
masyarakat atau individu agar kegiatan yang biasanya telah
menjadi lebih berdaya. Kedua, ditentikan jangka waktu
kecenderungan sekunder. pencapaiannya.
Kecenderungan ini menekankan (5) Pemberdayaan yang
pada proses pemberian sepenuhnya melibatkan
stimulan, dorongan atau motivasi partisipasi masyarakat atau
agar individu atau masyarakat masyarakat menjadi pilihan yang
mempunyai kemampuan paling menguntungkan di masa
menentukan kebutuhan yang akan datang.
hidupnya melalui proses dialog. (6) Konsep pemberdayaan
(3) Pemberdayaan masyarakat tidak masyarakat mencakup
hanya menyangkut aspek pengertian pembangunan
ekonomi. Ada berbagai macam masyarakat (community based
pemberdayaan, antara lain : development). Kartasasmiata
pemberdayaan bidang politik, (1996) menjelaskan bahwa
bidang ekonomi, bidang hokum, pemberdayaan masyarakat
bidang social, bidang budaya, terkait erat dengan keberdayaan
bidang ekologi, dan masyarakat, yaitu kemampuan
pemberdayaan bidang spiritual. individu yang bersenyawa dalam
Meskipun tujuan dari masing- masyarakat dan membangun
masing pemberdayaan mungkin keberdayaan masyarakat yang
berbeda, namun untuk bersangkutan.
keberhasilan pemberdayaan Dari berbagai macam
yang menyuluruh, berbagai pengertian mengenai pemberdayaan
macam bentuk pemberdayaan di atas, maka dapat disimpulkan
tersebut seharusnya dapat bahwa pemberdayaan masyarakat
dipadukan dan saling adalah upaya meningkatkan
10 Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka
Otonomi Daerah

kemampuan dan potensi yang dimiliki melalui kelompok, bukan secara


masyarakat, sehingga masyarakat individual. Hal ini untuk
dapat mewujudkan jati diri, harkat menghindarkan individu yang
dan martabatnya secara maksimal berpotensi besar untuk berkembang
untuk bertahan dan mengembangkan sksn maju sendiri dan meninggalkan
diri secara mandiri baik di bidang anggota masyarakat lain.
ekonomi, social, budaya dan agama. Pemberdayaan masyarakat
Penekanan dalam karenanya terkait secara erat dengan
pemberdayaan masyarakat menurut tiga hal pokok, yaitu kearifan lokal
Chalid (2005, h.82) meliputi beberapa (local wisdom), institusi dan individu.
hal, pertama, adanya kemampuan Ketiga komponen ini harus saling
menyeluruh dari masyarakat dalam mendukung dan melengkapi. Apabila
mempengaruhi lingkungan mereka, satu dari ketiganya timpang, maka
dan hal ini dapat dicapai jika proses pemberdayaan sulit berhasil. Tujuan
pengembangan kemandirian mereka. dari pemberdayaan masyarakat yaitu
Kedua, peningkatan pendapatan membangun individu yang mandiri
sebagai akibat peningkatan dan kelompok yang solid, serasi
kemampuan menguasai lingkungan dengan pendekatan dan penguatan
tidak terbatas pada kelompok kelompok, dan tidak terlepas dari
masyarakat tertentu saja atau social setting masyarakat yang akan
kelompok masyarakat yang kuat, diberdayakan. Untuk itulah nilai-nilai
melainkan harus marata ditiap lokal menjadi pedoman dalam
penduduk. Kedua faktor tersebut mengembangkan kemampuan dan
mengarah pada upaya memaksimalkan potensi masyarakat.
menghindarkan penduduk perdesaan Berdasarkan hubungan ketiga
dari hambatan-hambatan dari luar komponen tersebut, maka skema
yang mengurangi potensi mereka pemberdayaan masyarakat dapat
serta membatasi keikutsertaan diilustrasikan sebagai berikut.
masyarakat dalam proses Pemberdayaan masyarakat juga
pengambilan keputusan setempat. terkait dengan Negara sebagai
Upaya pemberdayaan ini diharapkan sistem yang lebih luas yang berfungsi
dapat meningkatkan kualitas hidup menjamin kesejahteraan rakyatnya.
masyarakat secara individual dan Selain itu, struktur masyarakat
keluarga. Dalam rangka ini Indonesia yang paternalistik
pendekatan yang paling efektif menempatkan tokoh masyarakat
Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka 11
Otonomi Daerah

dalam posisi yang penting. Untuk itu, Pemberdayaan masyarakat


keterllibatan tokoh masyarakat terutama di pedesaan tidak cukup
menjadi faktor yang cukup hanya dengan upaya meningkatkan
menentukan dalam proses produktivitas, memberikan
pemberdayaan. Sehingga dapat kesempatan usaha yang sama atau
digambarkan sebagai berikut: member modal saja, tetapi harus
Skema Pemberdayaan diikuti pula dengan perubahan
Masyarakat
struktur sosial ekonomi masyarakat,
mendukung berkembangnya potensi
Institusi
masyarakat melalui peningkatan
peran, produktivitas dan efisiensi
lokal wisdom individu
serta perbaikan empat akses yaitu :
(1) akses terhadap sumber daya, (2)
Sumber: Chalid, 2005 akses terhadap teknologi, (3) akses
terhadap pasar, dan (4) akses
Paradigma pemberdayaan terhadap sumber pembiayaan.
masyarakat hingga saat ini masih Keempat akses tersebut, di samping
didominasi persepsi bahwa upaya menjadi tanggung jawab pemerintah
peningkatan taraf hidup masyarakat untuk memfasilitasinya, juga
dilakukan dengan cara memberikan diperlukan peran aktif dari kelompok-
sejumlah dana sebagai modal. kelompok masyarakat di desa dan
Padahal, pendekatan tersebut tidak kelurahan untuk membentuk usaha
selalu tepat, karena masyarakat bersama atas kepentingan bersama
belum tentu membutuhkan dana. Ada pula yang diselenggarakan secara
yang memiliki sumber daya alam kekeluargaan, yaitu koperasi.
yang melimpah, tetapi tidak Dalam hal pendekatan
mengetahui bagaimana pembangunan, tuntutan akan
mengelolanya. Ada pula masyarakat partisipasi telah mengubah paradigm
yang memiliki kemampuan mengolah mengenai posisi masyarakat dalam
sumber daya alam yang mereka proses pembangunan. Masyarakat
miliki, tetapi tidak dapat mengakses tidak lagi ditempatkan sebagai objek,
pasar, jadi permasalahan tetapi mulai ikut terlibat dalam
memberdayakan masyarakat tidak perencanaan, pengawasan, hingga
dapat disamakan, harus dilihat kasus pertanggungjawabannnya.
per kasus dan wilayah per wilayah. Pendekatan ini menyadari betapa
12 Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka
Otonomi Daerah

pentingnya kapasitas masyarakat didasarkan pada Surat


Keputusan (SK), Petunjuk
untuk meningkatkan kemandirian dan
Pelaksanaan (Juklak), Petunjuk
kemampuan internalnya atas segala Teknis (Juknis), juga sistem
penganggaran dapat menjadi
sumber daya yang dimilikinya. Model
penghambat dalam
semacam ini sangat menekankan pemberdayaan masyarakat.
Keenam, indikator yang tidak
pentingnya pemberdayaan
tepat, pemberdayaan
(empowerment) dan inisiatif rakyat masyarakat selama ini selalu
diukur dalam bentuk fisik,
sebagai inti dari sumber daya
komoditas dengan berorientasi
pembangunan. Ada beberapa hal pada input dan kualitatif
daripada non-fisik dengan
yang menjadi permasalahan untuk
ukuran keberhasilan dari
mengimplementasikannya dalam dampak dan proses.
tataran praktis.
Di kebanyakan Negara,
Beberapa permasalah yang
kegagalan proses dan hasil
terkait dengan pemberdayaan
pembangunan disebabkan oleh
masyarakat menurut Prasojo (2004 h.
orientasi yang berlebihan pada
11) ada enam, yaitu :
Negara dan pemerintah. Sebaliknya,
Pertama, diskontinuitas dan
masyarakat dan manusia sebagai
diskoordinasi, yaitu
keselurahan program objek pembangunan seringkali
pemberdayaan masyarakat
dilupakan. Atas dasar itu,
dilaksanakan tidak
dikoordinasikan dengan baik pemberdayaan masyarakat sebagai
dan dilaksanakan secara
salah satu pilar pembangunan harus
sporadis. Kedua, disinformasi
program, yaitu pemberdayaan meletakkan fokus pembangunan
masyarakat yang dijalankan
pada manusia (people centered
dengan bantuan para konsultan
terkadang tidak difahami oleh development). Penyelenggaraan
masyarakat. Ketiga,
pembangunan difokuskan kepada
disorientasi, yaitu
pemberdayaan masyarakat pemenuhan kebutuhan dan
dengan pendekatan proses
kepentingan setiap warga
biasanya memerlukan waktu
yang cukup lama. Keempat, masyarakat di segala bidang
generalisasi, yaitu diferensiasi
poleksosbudhankam (fisik-non fisik),
sosial, politik, dan budaya yang
ada di Indonesia merupakan dengan memposisikan masyarakat
kekayaan yang tidak ternilai.
sebagai “subjek dan pemanfaat
Kelima, rentang birokrasi dan
tingginya biaya operasinal, (objek)” pembangunan bagi
yaitu berbagai peraturan
peningkatan masyarakat secara
hukum dan Undang-Undang
pembangunan dan menyeluruh, adil, dan merata.
pemberdayaan masyarakat
yang kaku, yang hanya
Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka 13
Otonomi Daerah

Pemberdayaan masyarakat yaitu : Pertama, memberdayakan


masyarakat dengan
merupakan suatu rangkaian tindakan
“mensosialisasikan” peran
yang sistematis dan melibatkan masyarakat sebagai subjek, baik
sebagai pemeran utama dan atau
berbagai komponen orgasisasi formal
ambil bagian/membantu ataupun
dan non formal. Pemberdayaan sebagai sasaran/pemanfaat objek
secara tepat. Kedua,
masyarakat adalah suatu pergerakan
mendayagunakan “mekanisme”
(movement) untuk menghimpun penyelenggaraan
pembangunan/pemberdayaan
kekuatan dan kemampuan
masyarakat secara lebih
masyarakat beserta lingkungannya. aspiratif/demokratis, efektifdan
efisien, sesuai dengan
Strategi pemberdayaan masyarakat
ketatanegaraan/pemerintahan dan
tidak dapat diimplementasikan jika kemasyarakatan yang baku.
Ketiga, mobilisasi “sumber daya”
tidak disertai dengan sejumlah
manusia seperti tenaga, pikiran,
sumber-sumber kewenangan, dan kemampuan sesuai dengan
profesionalismenya, termasuk
manajemen, program, dan
mobilisasi uang dan barang dan
pembiayaan. Dalam kaitan tersebut, lain-lain baik secara lokal
kelurahan ataupun luar kelurahan
pemberdayaan masyarakat harus
dan pihak lainnya seoptimal
didasarkan pada asumsi bahwa mungkin, tanpa menimbulkan
gejolak di masyarakat. Keempat,
masyarakat adalah pemilik
memaksimalkan peran
kewenangan sekaligus aktor yang pemerintah, khususnya
“Pemerintahan Kelurahan” dalam
menentukan kebutuhan dan strategi
memfasilitasi, mengatur atau
untuk mencapai kebutuhan tersebut. legalisasi dan memberi bantuan
dana/teknis, guna kelancaran
Untuk mengefektifkan
penyelenggaraan pembangunan
pelaksanaan kegiatan pemberdayaan atau pemberdayaan masyarakat.
masyarakat, maka diperlukan
C. PEMERINTAHAN DAN
identifikasi hal-hal terkait seperti
OTONOMI DAERAH
(Prasojo, Jurnal 2004 h. 23):
Undang-Undang Nomor 32
(1) Kerjasama kelompok
pelaku dalam penyelenggaraan Tahun 2004 tentang Pemerintahan
kegiatan pemberdayaan, (2)
Daerah memuat pengertian tentang
Klasifikasi lapisan kelompok
pemanfaat/sasaran baik secara Pemerintah Daerah dalam Pasal 1 pada
ekonomi, social budaya, dan
ketentuan umum disebuutkan sebagai
politik. Demikian pula kegiatan
pemberdayaan harus meliputi berkut :
seluruh bidang politik, ekonomi,
“ Pemerintah Daerah adalah
social, dan budaya yang mana
penyelenggaraan urusan
terdapat empat strategi yang
pemerintahan oleh pemerintah
ditawarkan oleh Prasojo (2004 h.
daerah dan DPRD menurut asas
23-24) dalam memberdayakan
otonomi dan tugas pembantuan
masyarakat di tingkat kelurahan,
14 Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka
Otonomi Daerah

dengan prinsip otonomi selluas- asas dengan mencakup DPRD (Dewan


luasnya dalam sistem dan prinsip
Kota) dan Kepala Daerah (Walikota).
Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud Akan tetapi, pada Undang-Undang
dalam Undang-Undang Dasar
tersebut istilah Pemerintah Daerah
Negara Republik Indonesia Tahun
1945” hanya diperuntukkan bagi Kepala
Daerah berserta perangkat daerah dan
Undang-Undang tersebut diatas
tidak mencakup DPRD yang disebut
mengatakan bahwa penduluk
sebagai Badan Legislatif Daerah (Muluk,
kekuasaan bergeser kembali menjauh
2006). Kondisi ini disebut sebagai tidak
dari DPRD menuju keseimbangan
taat asas oleh Hoessin (2002) dan
kekuasaan antara DPRD dan Kepala
Atmosudirdjo (2002) dalam (Muluk,
Daerah. Kepala Daerah dipilih secara
2006) karena hanya DPR yang
langsung oleh masyarakat dan tidak
mempunyai fungsi legislative dan
dapat diberhentikan oleh DPRD, namun
menjadi bagian dari badan legislatif
DPRD tetap memiliki tiga fungsi yang
bersama Presiden dalam tata hokum
cukup kuat yakni legislasi, anggaran,
kita. Dalam masa reformasi, melalui UU
dan pengawasan. Dengan demikian,
No. 22 Tahun 1999 pendulum beralih
tampaknya pendulum kekuasaan
arah kembali menuju lebih kuatnya
memang sedang bergerak ke tengah
peran DPRD daripada kepala daerah
pada titik equilibrium antara dua
dalam pemerintahan daerah (Muluk,
kekuatan (Muluk, 2006). Para pembuat
2006)
UU No.32 Tahun 2004 menghilangkan
1. Otonomi Daerah
penggunaan istilah badan ekskutif
Salah satu kebijakan publik
daerah bagi pemerintah daerah dan
yang paling ramai dibahas setelah
badan legislatif daerah bagi DPRD.
berakhirnya orde baru adalah
Meskipun demikian, istilah pemerintah
kebijakan otonomi daerah. Otonomi
daerah tetap menunjuk pada kepala
daerah merupakan suatu “kondisi
daerah dan perangkat daerah. Kini
antara” untuk memungkinkan
DPRD dan pemerintah daerah disebut
terwujudnya suatu idealitas tertentu
sebagai penyelenggara pemerintahan
(Purwo Santoso, dalam jurnal).
daerah sebagai terjemah dari local
Dengan demikian otonomi
government (Muluk, 2006).
merupakan jembatan dalam
Sedangkan dalam UU No. 22
mencapai tujuan akhir yaitu dapat
Tahun 1999 pemerintah daerah
terciptanya penyelenggaraan
(government) sebagai organ pelaksana
pemerintahan dengan baik. Dalam
pemerintahan di daerah selalu tepat
Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka 15
Otonomi Daerah

pemberian hak otonomi kepada untuk mengidentifikasikan,


merumuskan, dan
daerah, pemerintah harus
memecahkan persoalan,
memperhatikan karakteristik khusus kecuali untuk persoalan-
persoalan yang tidak mungkin
atau kekhasan suatu daerah.
diselesaikan oleh daerah itu
Otonomi daerah tidak dapat sendiri dalam perspektif
keutuhan Negara bangsa.
disamakan antar daerah satu dengan
Kedua, seluruh persoalan pada
daerah yang lain, dan oleh karena dasarnya harus diserahkan
kepada pemerintah pusat
kekhususan dan kekhasan suatu
kecuali untuk persoalan-
daerah harus menjadi pertimbangan persoalan tertentu yang telah
ditangani oleh daerah. Yang
bagi pemerintah pusat dalam
pertama disebut sebagai
memberikan format otonomi daerah pendekatan federalistik,
sedangkan yang kedua
yang sesuai bagi daerah tersebut.
sebagai pendekatan unitaristik.
Dalam Undang-Undang Nomor
Pada dasarnya, otonomi
32 Tahun 2004 terdapat pengertian
daerah bertujuan untuk membangun
Otonomi Daerah yang tercantum
partisipasi yang seluas-luasnya agar
dalam Pasal 1 dalam Ketentuan
potensi yang ada dapat berkembang
Umum yang isinya sebagai berikut :
secara optimal. Hanya saja, otonomi
“ Otonomi Daerah adalah hak,
wewenang dan kewajiban harus dibarengi dengan perbaikan-
daerah otonom untuk mengatur
perbaikan yang mendasar, terutama
dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan pada sumber daya manusianya.
masyarakat setempat sesuai
Masyarakat dari berbagai level pada
dengan peraturan perundang-
undangan” umumnya telah terbiasa pada system
yang serba pasif dan hanya
Otonomi daerah merupakan
menunggu keputusan dari
sistem yang memungkinkan daerah
pemerintah pusat saja. Kebiasaan-
untuk memiliki kemampuan
kebiasaan yang dibangun sistem
mengoptimalisasi potensi terbaik
sentralistik yang telah mendarah-
yang dimilikinya dan mendorong
daging dalam masyarakat inilah yang
daerah untuk berkembang sesuai
merupakan tantangan terbesar dalam
dengan karakteristik ekonomi,
pelaksanaan otonomi daerah.
geografis, dan social budayanya.
Menurut Muluk :
Menurut Chalid dalam perkembangan
Kewenangan daerah
daerah ada dua proporsi :
mencakup seluruh urusan
Pertama, pada dasarnya pemerintahan, kecuali urusan
segala persoalan sepatutnya yang telah ditetapkan menjadi
diserahkan kepada daerah kewenangan pemerintah pusat.
16 Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka
Otonomi Daerah

Ini berarti pembagian urusan merupakan konsekuensi logis


dalam pemerintahan daerah di dari kebijakan desentralisasi.
Indonesia menganut prinsip Pembentukan daerah otonom
open-end arrangement atau sesuai dengan Undang-
general competence. Urusan Undang di atas dilakukan
pemerintah pusat kini meliputi berdasarkan pertimbangan
politik luar negeri, pertahanan kemampuan ekonomi, potensi
keamanan, yustisi, moneter daerah, sosial budaya, social
dan fiscal nasional, agama. politik, jumlah penduduk, luas
Pembagian urusan antar daerah dan pertimbangan
susunan pemerintahan lainnya. Pembentukan daerah,
dilakukan dengan nama batas, dan ibukota
mempertimbangkan criteria ditetapkan dengan Undang-
eksternalitas, akuntabilitas, dan Undang (created by law bukan
efisiensi dengan acknowledged by law).
memperhatikan keserasian Perubahan batas yang tidak
hubungan antar susunan mengakibatkan penghapusan
pemerintahan. suatu daerah, perubahan nama
daerah, serta perubahan nama
Setiap daerah otonom memiliki dan pemindahan ibu kota
daerah ditetapkan denga
hak dan kewajiban masing-masing
Peraturan Pemerintah. Daerah
serta memiliki urusan yang dapat yang tidak mampu
menyelenggarakan otonomi
dibagi dua, yakni urusan wajib dan
daerah dapat dihapus dan atau
urusan pilihan. Urusan pilihan digabung dengan daerah lain.
Selain itu, daerah dapat
merupakan urusan pemerintahan
dimekarkan menjadi lebih dari
yang secara nyata ada dan satu daerah.
berpotensi untuk meningkatkan
Pemberian otonomi yang
kesejahteraan masyarakat sesuai
diwujudkan dalam Undang-Undang
dengan kondisi masing-masing.
No. 32 Tahun 2004 merupakan
Urusan wajib merupakan urusan
perwujudan dari proses
yang harus dijalankan oleh daerah
pemberdayaan rakyat dalam
otonom sebagai bentuk kewajibannya
kerangka demokrasi dimana daerah
untuk memberikan pelayanan dasar
Kabupaten/Kota yang merupakan
dan menciptakan standardisasi
unit pemerintahan terdekat dengan
pelayanan public diseluruh Indonesia.
rakyat diberikan keleluasaan untuk
Selanjutnya ditegaskan oleh Muluk :
berekspresi menyangkut kebutuhan
Daerah otonom adalah daerah
daerahnya sendiri guna
yang mandiri dengan tingkat
kemandirian yang diturunkan memperlancar pembangunan daerah.
dari tingkat desentralisasi yang
Otonomi daerah merupakan
diselenggarakan. Semakin
tinggi desentralisasi semakin perwujudan pelaksanaan asas
tinggi tingkat otonomi daerah.
desentralisasi dalam
Daerah otonom itu sendiri
Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka 17
Otonomi Daerah

penyelenggaraan pemerintahan yang terhadap pusat yang terutama


terjadi pada masa
membagi kekuasaan secara vertikal.
pemerintahan Orde Baru. Pola-
Smith (dalam Muluk, 2006) pola lama seperti petunjuk
pelaksanaan (juklak) dan
mengungkapkan bahwa
petunjuk teknis (juknis) menjadi
desentralisasi itu mencakup kendala bagi pelaksanaan
otonomi daerah yang lebih
beberapa elemen yaitu :
menekankan pada partisipasi
(1) Desentralisasi memerlukan dari bawah (bottom up).
pembatasan area yang bisa Desentralisasi dan otonomi
didasarkan pada tiga hal yaitu daerah merupakan bentuk
(pola spasial kehidupan social sistem penyerahan urusan
ekonomi, rasa identitas politik, pemerintahan dan pelimpahan
dan efisiensi pelayanan public wewenang kepada daerah
yang bisa dilaksanakan); (2) yang berada di bawahnya.
desentralisasi yang meliputi Otonomi daerah adalah hak,
pula pendelegasian wewenang, wewenang, dan kewajiban
baik itu kewenangan politik daerah untuk mengatur dan
maupun kewenangan mengurus rumah tangganya
birokratis. sendiri sesuai dengan
peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pada
Asumsi dasar desentralisasi
tingkat yang terendah, otonomi
menurut Chalid adalah : berarti mengacu pada
perwujudan free will yang
Membangun sistem
melekat pada diri-diri manusia
pemerintahan yang
sebagai satu anugerah paling
berdasarkan pada kemauan
berharga dari Tuhan.
politik (polical will) untuk
menyerahkan pengelolaan
daerah kepada pemerintah 2. Pengertian Desa
lokal atau daerah yang lebih
Desa merupakan suatu
memahami persoalan-
persoalan, kebutuhan dan kesatuan hukum, yang di dalamnya
karakter masyarakat yang
terdapat tempat tinggal suatu
berada di daerah tersebut.
Upaya mendekatkan fungsi masyarakat yang berkuasa dan
pelayanan kepada masyarakat
mengadakan pemerintahan sendiri
yang dengan demikian
menghasilkan kebijakan- (Yuliati dan Mangku, 2003 h. 23).
kebijakan pro-rakyat
Desa terjadi bukan hanya dari satu
merupakan tujuan dari system
desentralisasi. Selain itu, tempat kediaman masyarakat saja,
pelaksanaan desentralisasi
namun terjadi dari satu induk desa
juga merupakan prasyarat yang
dibutuhkan untuk menyiapkan dan beberapa tempat kediaman.
daerah-daerah agar dapat
Sebagian dari mana hukum yang
berkompetisi di pasar global.
Pelaksanaan desentralisasi terpisah yang merupakan kesatuan
dalam praktek mengalami
tempat tinggal sendiri, kesatuan
berbagai kendala di antaranya
ketergantungan daerah mana pendukuhan, ampean,
18 Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka
Otonomi Daerah

kampong, cantilan, beserta tanah mengenal; kebanyakan yang


termasuk di dalamnya hidup
pertanian, tanah perikanan darat,
dari pertania, perikanan dan
tanah hutan dan tanah belukar sebagainya, usaha yang dapat
dipengaruhi oleh hukum dan
(Inayatullah, 1977 : Yuliati dan
kehendak alam. Dan dalam
Mangku, 2003 h.23). Kata “desa” tempat tinggal itu terdapat
banyak ikatan-ikatan keluarga
sendiri berasal dari bahasa India
yang rapat, ketaatan pada
yakni “swadesi” yang berarti tempat tradisi dan kaidah-kaidah
sosial.”
asal, tempat tinggal, negeri asal, atau
tanah leluhur yang merujuk pada satu Departemen Dalam Negeri
kesatuan hidup, dengan satu sebagaimana termaktub dalam Pola
kesatuan norma, serta memiliki batas Dasar dan Gerak Operasional
yang jelas (Soetardjo, 1984 : 15, Pembangunan Masyarakat Desa
Yuliati dan Mangku, 2003 : 23). (1969) dalam (Wasistiono dan Tahir,
Binatarto (dalam Wasistiono 2006 h.9) meninjau pengertian desa
dan Tahir, 2006) yang memandang dari segi hubungan denan
desa dari segi geografis penempatannya di dalam susunan
mendefinisikan desa sebagai : tertib pemerintahan, sebagai berikut:
“Suatu hasil dari perwujudan “Desa atau dengan nama
antara kegiatan sekelompok aslinya yang setingkat yang
manusia dengan merupakan kesatuan
lingkungannya. Hasil dari masyarakat hukum
perpaduan itu ialah suatu ujud berdasarkan susunan asli
atau penampakan di muka adalah suatu “badan hukum”
bumi yang ditimbulkan oleh dan adalah pula “Badan
unsure-unsur fisiografi, social Pemerintahan” yang
ekonomis, politis dan kultural merupakan bagian wilayah
yang saling berinteraksi antar kecamatan atau wilayah yang
unsur tersebut dan juga dalam melingkunginya.”
hubungannya dengan daerah
lain.”
Menurut ketentuan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004, desa
Namun pengertian desa dapat
diberi pengertian sebagai berikut :
juga dilihat dari segi pergaulan hidup,
“Desa atau yang disebut
seperti yang dikemukakan oleh
dengan nama lain, selanjutnya
Bouman (dalam Beratha, 1982 : 26) disebut desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang
dalam (Wasistiono dan Tahir, 2006 h.
memiliki batas-batas wilayah
8) yang mendefinisikan desa: yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus
“Sebagai salah satu bentuk
kepentingan masyarakat
kuno dari kehidupan bersama
setempat, berdasarkan asal-
sebanyak beberapa ribu orang,
usul dan adat istiadat setempat
hamper semuanya saling
Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka 19
Otonomi Daerah

yang diakui dan dihormati wilayah, jumlah penduduk, dan asal-us


dalam sistem Pemerintahan syarat-syarat lain yang akan
ditentukan lebih lanjut oleh
Negara Kesatuan Republik masyarakat desa.
Indonesia.” 4. Kewenangan Menyelenggarakan rumah - urusa
tangganya sendiri dan berdas
Jika dibandingkan dengan penyelenggara penanggung jawab - urus
utama bidang pemerintahan, kewen
Undang-Undang Nomor 5 Tahun pembangunan dan diserah
kemasyarakatan dalam rangka - tuga
1979 tentang Pemerintahan Desa, penyelenggaraan pemerintahan provins
desa, urusan pemerintahan desa, - urusa
maka Undang-Undang Nomor 32 termasuk pembinaan ketentraman peratur
dan ketertiban sesuai dengan diserah
Tahun 2004 tentang Pemerintahan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan menumbuhkan
Daerah yang mengatur beberapa
serta mengembangkan jiwa gotong
bagian tentang Desa memuat royong masyarakat sebagai sendi
utama pelaksanaan pemerintahan
beberapa pokok pikiran konsep desa.
5. Hak Dalam Nihil - Pemer
Desa. Secara umum beberapa Pelaksanaan ketiga
Pembangunan bagian
perbedaan dalam pemahaman permuk
mengik
konsep tentang desa antara UU Badan
Nomor 5 Tahun 1979 dan UU Nomor perenc
pengaw
32 Tahun 2004 tersebut antara lain 6. Sumber Sumber-sumber pendapatan desa: Sumbe
Penghasilan a. Penadapatan Asli a.
dapat dilihat pada tabel berikut : /Pendapat Desa;meliputi : me
1. Hasil tanah kas desa 1.
2. Hasil dari swadaya dan 2.
partisipasi masyarakat 3.
Tabel 3. Hasil dari gotong royong
masyarakat 4.
Perbandingan Konsep Desa 4. Lain-lain dari usaha desa 5.
menurut UU No. 5 Tahun 1979 b. Pendapatan yang berasal
Dan menurut UU No. 32 Tahun dari pemberian Pemerintah b.
2004 dan Pemerintah Daerah, ret
meliputi: c.
1. Sumbangan dan bantuan keu
Berdasarkan Pemerintah dite
No Materi
UU No. 5/1979 2. Sumbangan dan bantuan d.
1. Istilah Desa adalah suatu wilayah yang Pemerintah Daerah me
ditempati oleh sejumlah penduduk 3. Bagian dari pajak dan 1.
sebagai kesatuan masyarakat retribusi Daerah, yang 2.
hokum yang mempunyai diberikan kepada Desa. 3.
organisasi pemerintah terendah 4. Lain-lain pendapatan e.
langsusng dibawah camat dan yang sah. ket
berhak menyelenggarakan rumha
tangganya sendiri dalam ikatan
NKRI.
Sumber : Wasistiono & Tahir, 2006
2. Badan Lembaga Masyarakat Desa (LMD),
Perwakilan yang merupakan lembaga
permusyawaratan/pemufakatan
yang keanggotanya terdiri dari
Kepala-kepala Dusun, pemimpin Dalam Pasal (2)
lembaga-lembaga kemasyarakatan
dan pemuka-pemuka masyarakat PP No. 72 diebutkan
di desa yang bersangkutan
3. Pembentukan Desa dibentuk dengan Tahun 2005 bahwa
memperhatikan syarat-syarat luas
tentang Desa pembentuka
20 Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka
Otonomi Daerah

n desa harus pembentuka i modal aan


memenuhi n desa-desa dasar pemeri
syarat antara baru. Hal ini dan ntahan.
lain : jumlah disebabkan potensi Pembe
penduduk, karena ekono ntukan desa-
luas wilayah, variable mi, (2) desa
bagian pembentuka Aspek tersebut
wilayah n desa hanya social diarahkan
kerja, menekankan politik, sebagai
perangkat, pada aspek termas antisipasi
serta sarana administrasi uk pembentuka
dan pemerintaha aspiras n Daerah
prasarana n saja. i Otonom III
pemerintaha Padahal masyar sebagaimana
n. pembentuka akat amanat TAP
Persyaratan n desa baru dan MPR No.
ini lebih menurut persetu IV/MPR/2000
mudah jika Wasistiono juan . Adapun
dibandingkan dan Tahir BPD, kerangka
dengan (2006; h.30) serta pikir
persyaratan sedikitnya (3) pembentuka
pembentuka harus Aspek n dan
n desa yang memperhatik pemeri pengembang
termuat pada an tiga ntahan an desa ke
PP No. 76 aspek, yaitu: meliput depan dapat
Tahun 2001 (1) A i, dilihat
sebelumnya. spek kapasit sebagaimana
Keringanan ekono as diagram
persyaratan mi penyel berikut:
pembentuka yang enggar
n desa meliput
tersebut, i Bagan
Alur Pikir Pembentukan Desa
membawa kondisi
sebagai Cikal Bakal Daerah Otonom
implikasi factual III
mudahnya sebaga
Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka 21
Otonomi Daerah

Tap MPR tidak secara bahwa


Kecamatan eksplisit Kepala Desa
No. IV/2000
dihapus disebutkan pada
dalam dasarnya
Undang- bertanggung
dampak Undang No. jawab
Otonomi Tk. III
32 Tahun kepada
2004, namun masyarakat
secara desa yang
Desa-desa yang ada Parameter
Proses Desa sebagai implicit dapat prosedur
Sekarang desa yang disimpulkan pertanggungj
amalgamasi DO Tk. III
Akan datang : melalui awabannya
(penggabungan) dengan materi yang disampaikan
parameter
- Jawa diatur pada kepada
baru pasal 126 Bupati atau
- Luar Jawa
ayat (3), Walikota
yakni tugas melalui
Kelurahan Parameter
Camat Camat.
Proses Kelurahan
dengan menyelengga Kepala
Yang ada kelurahan yang
rakan tugas Badan
amalgamasi parameter baru
Sekarang akan datang: umum Permusyawa
(penggabungan)
pemerintaha ratan Desa,
- Jawa
- Luar Jawa n, antara lain Kepala Desa
dalam butir wajib
dampak
(f) memberikan
disebutkan : keterangan

dihapus membina laporan


penyelengga pertanggungj
sumber : Wasistiono dan Tahir (2006, h. raan awaban dan
29-30) pemerintaha kepada
3. Hubung Pemerintah n desa dan / rakyat
an Desa atau menyampaik
Pemerintah Kedud kelurahan. an informasi
Daerah ukan desa Pada butir 10 pokok
dengan sebenarnya dijelaskan pertanggungj
22 Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka
Otonomi Daerah

awabannya, keterangan
namun tetap lebih lanjut Menuru Kabupate
member hal-hal yang t Wasistiono n.
peluang bertalian dan Tahir b. Hubung
kepada dengan (2006, h.38- an kerja
masyarakat pertanggungj 39) dalam koordinatif
melalui awaban rangka : Camat
Badan tersebut melaksanaka mengkoor
Permusyawa diatas, dapat ntugas dinasikan
ratan Desa digambarkan pembinaan kegiatan
untuk sebagai penyelengga (baik rutin
menanyakan berikut : raan maupun
dan/atau Pemerintaha pembangu
meminta n Desa, nan) bagi
dikembangka desa-desa
Bagan
Model Pertanggungjawaban n pola yang ada
Kepala Desa Menurut UU No. 32 hubungan di
Tahun 2004
kerja antara wilayahny
BUPATI/ Camat a agar
WALIKOTA
Laporan dengan memenuhi
Pertanggungjawaban Kades Kepala Desa, asas
antara lain : sinkronos
CAMAT Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Kades a. Hubung asi dan
an kerja integrasi,
fasilitatif : hasilnya
KEPALA DESA
BADAN Camat disampaik
PERMUSYAWARATAN menjadi an kepada
DESA penghubu Bupati.
Informasi Pokok-
pokok ng antara c. Hubung

Pertanggungjawaban Kades Desa an


MASYARAKAT dengan kerjasama
kebijakan : Camat
Sumber : Wasistiono dan Tahir (2006, dari yang
h.33) Pemerinta memimpin
h satuan
Dwi Iriani Margayaningsih, Peningkatan Pemberdayaan dan Kemandirian Desa Dalam Rangka 23
Otonomi Daerah

unit Terjadi Keca


matan
pemerinta apabila
han memperoleh
bekerja delegasi
Kelurahan
sama kewenangan Desa
dengan dari Bupati,
kepala Camat dapat : garis koordinasi
: garis pembinaan dan
desa yang melaksanaka
pengawasan
d. memimp n fungsi Sumber : Wasistiono dan Tahir (2006,
h.38-39).
in satu pembinaan
unit dan
pemerinta pengawasan
han dalam terhadap
keduduka jalannya
n setara pemerintaha
untuk n desa,
mencapai termasuk
tujuan mengatasi
bersama. konflik intra
Hubun dan antar
gan pemerintah
pembinaan desa.
dan
kerjasama :
Bagan
Kedudukan Desa Menurut UU No. 32
Tahun 2004

Pemerintah Pusat

Propinsi

Kabu
paten/Kota

Anda mungkin juga menyukai