Anda di halaman 1dari 16

RESUME LAPORAN TAHUNAN PT.

PERTAMINA TAHUN 2016

Oleh

Nama : Nurul Desfajaya

NPM : 1215041033

Matkul : Teknologi Minyak Bumi

Dosen : Heri Rustamaji, S.T., M.T.


1

A. Prioritas Strategis Pertamina

Terpuruknya harga minyak mentah dunia sejak awal tahun 2015 memberikan tantangan
berat bagi perusahaanperusahaan di sektor migas tidak terkecuali Pertamina. Untuk menopang
stabilitas perusahaan di tengah kondisi tersebut, Pertamina mencanangkan program 5 prioritas
strategis yang terdiri dari pengembangan sektor hulu, efisiensi di semua lini, peningkatan
kapasitas kilang dan petrokimia, pengembangan infrastruktur dan marketing, serta perbaikan
struktur keuangan.

1. Pengembangan Sektor Hulu


 Pengambilalihan dan pengembangan blok utama Indonesia: Mahakam, Cepu, ONWJ
 Pengembangan internasional: Algeria, M&A Internasional lain
 Akselerasi pengembangan Geothermal & EBT
 Operations Excellence (Pemboran, EOR, Efisiensi)
 Eksplorasi
2. Efisiensi di Semua Lini
 Reformasi pengadaan minyak mentah dan produk minyak melalui ISC yang berkelas dunia.
 Penekanan losses di semua lini operasi, hulu, kilang, transportasi laut & darat
 Streamlining fungsi-fungsi korporasi
 Sentralisasi pengadaan
 Sentralisasi marketing
3. Peningkatan Kapasitas Kilang dan Petrokimia
 Upgrade kilang (Refinery
 Development Master Plan)
 Kilang baru (Grass Root Refinery Project)
 Revitalisasi & integrasi kilang swasta
4. Pengembangan Infrastruktur dan Marketing
 Peningkatan kapasitas storage & terminal
 Pengembangan jaringan SPBU & pemasaran bertaraf internasional
 Pengembangan infrastruktur receiving & regasifikasi LNG serta SPBG
 Marketing Operation Excellence Go International
2

5. Perbaikan Struktur Keuangan


 Penyelesaian piutang ke negara
 Penyelarasan strategi pembiayaan jangka pendek dan panjang
 Pengelolaan perencanaan & evaluasi investasi

B. Pencapaian Berdasarkan Prioritas Strategis Pertamina


1. Hingga Desember 2016 Pertamina telah menjadi pemegang 24,53% saham di Maurel &
Prom SA (M&P).
2. Perpanjangan kontrak pengelolaan blok ONWJ.
3. Penambahan cadangan migas 2C tahun 2016 lebih tinggi 10% dari 2015.
4. Efisiensi biaya operasi hulu sebesar USD1,2 miliar.
5. Biaya pokok produksi kilang turun menjadi 97,1% MOPS dibandingkan 98,2% MOPS
pada 2015.
6. Yield Valuable Product meningkat dari 75,52% menjadi 77,67%.
7. Efisiensi pengadaan minyak mentah dan produk minyak oleh Integrated Supply Chain
(ISC) senilai USD315,4 juta.
8. Penurunan total losses menjadi 0,13% dengan nilai efisiensi sebesar USD143 juta.
9. Efisiensi dari sentralisasi procurement non-hydrocarbon mencapai USD280 juta.
10. Pengembangan kilang existing:
a. Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) di kilang Cilacap,
b. Refinery Development Master Plan (RDMP) di kilang Balikpapan, kilang Cilacap,
kilang Dumai dan kilang Balongan.
11. Rencana pembangunan kilang baru:
a. GRR (Grass Root Refinery) East di Bontang
b. GRR West 1 dan 2 di Tuban.
12. Rencana pengembangan infrastruktur:
a. Pembangunan LPG Refrigerated di Jawa Barat
b. Pembangunan pipa transmisi gas di Pulau Jawa (Trans Java
Pipeline).
13. Program Marketing Go International dengan strategi market entry ke negara Thailand.
14. Pembangunan 8 unit kapal tanker tipe GP 17.500 DWT buatan dalam negeri.
3

15. Peningkatan jumlah free cash yang digunakan untuk mempercepat pelunasan pinjaman.
16. Penurunan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang yang berdampak pada
penurunan beban bunga.
17. Rasio liabilitas jangka panjang terhadap total aset semakin baik.

C. Rencana Jangka Panjang Perusahaan


1. Strategi Sektor Hulu Menetapkan sasaran produksi minyak dan gas sebesar 1.039,4
MBOEPD pada tahun 2019 dengan pertumbuhan produksi minyak dan gas rata-rata Compound
Annual Growth Rate (CAGR) dari tahun 2015 ke 2019 sebesar 15% dengan strategi sebagai
berikut:
a) Meningkatkan cadangan dan produksi migas secara organik melalui kegiatan eksplorasi dan
pengembangan, EOR, serta optimasi produksi.
b) Meningkatkan cadangan dan produksi migas secara organik dan anorganik melalui
akuisisi lapangan produksi, lapangan pengembangan dan lapangan eksplorasi baik domestik
maupun luar negeri.
c) Mengembangkan proyek investasi yang memberikan keuntungan yang maksimal
d) pada periode lima tahun mendatang (20152019).
e) Selain tiga strategi utama, RJPP didukung oleh strategi-strategi penunjang yang meliputi:
Menerapkan prinsip-prinsip HSE excellence dalam setiap kegiatan perusahaan.
f) Menerapkan strategi Integrated Supply Chain (ISC) untuk menjamin pengadaan stok nasional.
g) Menyusun risk appetite dan risk tolerance dalam Corporate Top Risk Profile.
h) Meningkatkan kinerja korporasi, unit bisnis dan Anak Perusahaan melalui penerapan
performance management system yang lebih baik.
i) Menyusun corporate portfolio optimization secara terintegrasi dan komprehensif.
j) Mengoptimalkan Sistem Informasi Sumber Daya Manusia (HRIS) berbasis ERP untuk
seluruh siklus pengelolaan SDM.

2. Strategi Sektor Gas, Energi Baru dan Terbarukan Obyektif utama dari bisnis gas, energi
baru dan terbarukan adalah untuk menangkap peluang yang datang dari seluruh mata rantai
bisnis gas, mengembangkan dan mengintegrasikan portofolio bisnis gas Pertamina dari hulu
4

sampai hilir serta mengembangkan bisnis energi baru dan terbarukan di Indonesia melalui
strategi sebagai berikut:
a) Memperluas sumber pasokan (sourcing dan trading) domestik dan global untuk penguasaan
bisnis gas di pasar domestik.
b) Mengembangkan sumber energi baru dan terbarukan dengan memanfaatkan insentif
pemerintah dan kebijakan yang menguntungkan lainnya.
c) Mengembangkan infrastruktur LNG, LPG, CNG, jaringan pipa gas industri (transmisi dan
distribusi) dan jaringan gas kota (city gas), untuk memenuhi kebutuhan gas dan penguasaan
pasar domestik.
d) Mengembangkan portofolio bisnis hilir secara agresif dan berorientasi bisnis untuk CNG,
LNG (industri, pertambangan, transportasi dan maritim), niaga gas dan transmisi dan distribusi
gas guna menguasai bisnis gas di sepanjang value chain dan menciptakan nilai tambah bagi
pemangku kepentingan.
3. Strategi Sektor Hilir (Pengolahan dan Pemasaran dan Niaga) Tema strategi bisnis sektor
bisnis Hilir adalah profitable downstream, yaitu peningkatkan keuntungan melalui peningkatan
daya saing, efisiensi serta optimasi operasional kilang terhadap produk yang bernilai jual, melalui
strategi sebagai berikut:
a) Memenuhi kebutuhan produk hilir domestik dengan supply chain yang kompetitif.
b) Meningkatkan marjin hilir melalui peningkatan efisiensi operasional dan produk bernilai
tinggi.
c) Meningkatkan kapabilitas dan daya saing kilang kelas dunia beserta infrastruktur
pendukungnya melalui investasi proyekproyek strategis dalam kurun waktu 5 tahun mendatang
(2016-2020).
d) Fokus pada pelanggan untuk mewujudkan kapabilitas pelayanan kelas dunia terhadap
customer.
e) Operational excellence dan cost leadership.
f) Menjalin kemitraan strategis untuk bersinergi dalam menghadapi persaingan.
g) Membangun kapabilitas kelas dunia melalui pembangunan kapabilitas organisasi
kelas dunia baik dari sisi aspek fisik (pembangunan infrastruktur), sumber daya manusia maupun
kesisteman. Proses bisnis terus disempurnakan agar mencapai lean operation untuk mendukung
para tenaga penjualan sebagai ujung tombak penjualan M&T.
5

h) Mengembangkan Corporate University sebagai vehicle dalam menyiapkan sumber daya


manusia pada jenjang teknis, operasional, strategik dan visioner.
i) Implementasi modul business planning and consolidation (BPC)MySAP di PT Pertamina
(Persero).
j) Mengembangkan sistem SAP Business Object-CFO Dashboard, untuk mendukung kecepatan
dan ketersediaan informasi yang terstandarisasi bagi pengambil keputusan yang mobile.
k) Mengembangkan office center yang smart, green dan iconic
l) Mengimplementasi program Internal Control over Financial Reporting (ICoFR) untuk
mendorong penerapan pengendalian internal di Pertamina sesuai dengan IFRS (International
Financial Reporting Standard).
m) Mendorong perubahan berbasis Information Communication dan Technology (ICT) dan
shared services.
n) Pemenuhan kebutuhan barang dan jasa berbasis Supply Chain Management.

D. Peran dalam Mendukung Kemandirian Energi dan Perekonomian Indonesia


1. Menjaga Pasokan BBM
Upaya yang dilakukan dalam menjaga pasokan BBM seiring peningkatan kebutuhan BBM di
Indonesia dari tahun ke tahun antara lain:
 Peningkatan kapasitas storage dan upgrading fasilitas terminal BBM (TBBM).
 Otomatisasi suplai dan logistik secara menyeluruh (End-to-end data automation).
 Optimalisasi master program dan pola suplai BBM.
 Menyewakan storage domestik ke pasar internasional.
 Menerapkan standar PROPER dan Pertamina Operation & Service Excellence (POSE) di
setiap TBBM.
 Menerapkan BBM satu harga di seluruh wilayah Indonesia.
2. Menjamin Distribusi BBM
Dalam menjamin distribusi BBM ke seluruh pelosok Indonesia,
Pertamina menjalankan fungsi selaku logistic provider bagi lini bisnisnya, mulai dari
penerimaan, pengelolaan dan penyimpanan hingga penyaluran produk untuk memenuhi
kebutuhan konsumen, melalui pengoperasian dan pengelolaan infrastruktur seperti 116 terminal
BBM, 64 depot pengisian pesawat udara, 5407 jaringan SPBU, 59 unit tanker dan 160 tanker
6

charter, 6 ship to ship transfer, 107 terminal khusus, 167 dermaga, 13 single point mooring, 10
central buoy mooring, 126 kapal kecil ringan, 2 bitumen plant, dan 2 chemical storage plant.
3. Pengembangan Gas dan Energi Terbarukan
Pertamina bertekad untuk menjadi pemain gas dan energi baru terbarukan (GEBT) yang
terkemuka dan terdepan di seluruh value chain. Dalam mengembangkan energi baru terbarukan
(EBT), Pertamina bekerja sama dengan beberapa mitra bisnis untuk melakukan kajian
implementasi teknologi di bidang EBT antara lain solar PV, mikrohidro, Greendiesel, Bio LNG
dan lainnya. Kegiatan yang dilakukan Pertamina di Sektor GEBT adalah:
 Menyediakan gas dan energi baru terbarukan secara selektif dan efisien.
 Mengembangkan keandalan infrastruktur dan operational excellence.
 Menyelaraskan dan membangun sinergi dengan direktorat dan anak perusahaan lainnya.
 Technology Competitive Advantage.
4. Kontribusi bagi Penerimaan Negara dan Stabilitas Moneter
Pada tahun 2016,Pertamina menyetor dividen dan pajak kepada negara masingmasing
sebesar Rp6,8 triliun dan Rp68,65 triliun. Pertamina turut menerapkan Peraturan Bank Indonesia
(PBI) nomor: 16/21/PBI/2014 perihal Penerapan Prinsip Kehatihatian Dalam Pengelolaan Utang
Luar Negeri Korporasi Non Bank,dengan melaksanakan transaksi lindung nilai valuta asing sejak
akhir Triwulan II - 2015 dalam rangka mendukung program pemerintah untuk menjaga stabilitas
nilai tukar rupiah dan memperdalam pasar finansial domestik.

E. Ikhtisar Kinerja Operasional


1. Produksi minyak mentah tahun 2016, meningkat 11,9% dibandingkan produksi tahun
2015 sebesar 278,37 MBOPD.
2. Produksi gas bumi tahun 2016, meningkat 3,1% dibandingkan produksi tahun 2015
sebesar 1.902,27 MMSCD.
3. Dampak finansial efisiensi di segala lini sepanjang tahun 2016, atau 125% dari target
sebesar USD2,13 miliar.
4. Pertumbuhan laba bersih tahun 2016 dari USD1,42 miliar pada tahun 2015 menjadi
USD3,15 miliar.
5. Pertumbuhan aset tahun 2016 dari USD45,52 miliar pada tahun 2015 menjadi USD47,23
miliar.
7

6. Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup periode


2015-2016 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI..

F. Struktur Grup Perusahaan

1. Upstream
a) Pertamina EP : Pertamina 99,99%
PT.PDV 0,01 %
b) Pertamina EP Cepu : Pertamina 99%
PT.PDV 1%
c) Pertamina Hulu Energi : Pertamina 98,72 %
PT.PDV 1,28%
d) Pertamina Geothermal Energy : Pertamina 90,06%
PT.PDV 9,94%
e) Pertamina Drilling : Pertamina 99,98%
PT PHE 0,11%
f) Pertamina E&P Libya : Pertamina 100%
g) Pertamina East Natuna : Pertamina 99,9%
PT.PDV 0,1%
h) Pertamina EP Cepu : Pertamina 99%
PT.PDV 1%
i) Pertamina International : Pertamina 99,999997%
PT.PDV 0,000003%
j) Chonoco Phillips : Pertamina 100%
k) Elnusa : Pertamina 41,10%
DP Pertamina 14,90%
Public < 5% sebesar 44%
l) Pertamina Hulu Indonesia : Pertamina 99,93%
PT.PHE 0,07%
2. Down Stream
a) Pertamina Patra Niaga : Pertamina 99,904%
PT.PTK 0,096 %
8

b) Pertamina Trans Kontinental : Pertamina 99,999%


PT.PTC 0,001%
c) Pertamina Retail : Pertamina 99,9994%
PT.PTK 0,0006%
d) Pertamina Lubricants : Pertamina 99,95%
PT.PDV 0,05%
e) Pertamina Energy Trading Ltd : Pertamina 100%

3. Finance and Service


a) PDV : Pertamina 99,93%
PT.Patra Niaga 0,07%
b) Patra Jasa : Pertamina 99,98%
PT.Patra Niaga 0,02%
c) PTC : Pertamina 91%
PT.PDV 9%
d) Pelita Air : Pertamina 99,997%
Pt.Patra Jasa 0,003%
e) Tugu : Pertamina 65%
PT.Sakti Laksana 35%
f) Pertamedika : Pertamina 99,98%
PT.PDV 0,02%
9

G. Pencapaian Kinerja Sektor Hulu

Tabel 1. Pencapaian Sektor Hulu


Keterangan Satuan A Target Realisasi
Unit (%) 2016 2016 2015 2014 2013
2/1 2/3 1 2 3 4 5
Crude Oil Temuan cadangan MMBO 75,9 6,1 131,6 99,9 94,1 129,3 102,0
Minyak dan 2 1 7 9 4
Kondensat
Produksi crude oil MMBO 95,3 12,2 119,6 114, 101, 98,6 73,55
1 03 60
Natural gas Temuan Cadangan BSCF 265,9 12,5 371 986, 876, 973,1 783,7
Gas Bumi 45 84 8 3
Produksi Gas Bumi BSCF 101,8 3,4 704,9 717, 694, 588,7 557,6
3 7 33 7
Panas Operasi Sendiri GWh 93,8 0,5 3245, 3042 3056 2831, 2961,
Bumi, Pertamina 45 ,83 ,82 4 85
produksi Kontrak Operasi GWh 101,2 10,6 6849, 6932 6268 6941, 6282,
Uap Bersama 18 ,51 ,68 59 94
Setara Total Produksi Uap GWh 98,8 7 10094 9975 9325 9772, 9244,
Listrik Setara Listrik ,63 ,34 ,5 99 79

H. Kinerja Sektor Gas, Energi Baru dan Terbarukan

Dalam mengelola sektor gas, Pertamina memiliki sejumlah infrastruktur yang dikelola
bersama dengan Anak Perusahaan dan perusahaan afiliasi, yaitu:
1. PT Pertamina Gas (Pertagas)
2. PT Nusantara Regas
3. PT Donggi Senoro (DS)
10

4. PT Badak NGL
5. Perta Arun Gas

Kilang LNG Arun dan Badak saat ini sedang memproses rencana pembangunan beberapa
fasilitas penerima LNG, baik di Jawa maupun Indonesia bagian Timur. Infrastruktur tersebut
akan melengkapi infrastruktur penerima LNG yang sudah ada, yaitu FSRU Jawa Barat
(dioperasikan oleh PT Nusantara Regas) dan Arun Regas (dioperasikan oleh PT Perta Arun Gas),
di mana modifikasi LNG Plant menjadi LNG Regasification di Arun juga merupakan yang
pertama di dunia.
Di tahun 2016 penjualan LNG Direktorat Gas dan NR mencapai 605.81 juta MMBTU atau
96% dari target, penjualan LPG mencapai 257 ribu MTon atau 110% dari target, penjualan Niaga
Gas mencapai 52 ribu BBTU atau 102% dari target dan penjualan LNG NR mencapai 79 juta
MMBTU atau 104% dari target.

I. Wilayah Kerja dan Infastruktur Gas

Pertamina memiliki dan mengoperasikan jaringan pipa transmisi dan distribusi gas di
Sumatera bagian Utara dan Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur dan Kalimantan Timur, fasilitas
regasifikasi di Sumatera dan Jawa Barat serta fasilitas CNG. Saat ini masih berlangsung proses
pembangunan FSRU Cilacap berkapasitas 1,2 juta ton per tahun (MTPA) atau 200 juta kaki
kubik per hari (MMSCFD) yang dijadwalkan mulai beroperasi pada tahun 2019.
11

Tabel 2. Infrastruktur dan Spesifikasi

NO Infrastruktur Spesifikasi

Capacity: 22.5 MTPA (design) 8 trains


1 Bontang LNG Plant • Production: 1977-now
• Operator: PT Badak NGL
Capacity: 2 MTPA
2 Donggi Senoro LNG Plant Production: August 2015
• Operator: PT Donggi Senoro LNG
Capacity: 3 MTPA (design)
Arun LNG Receiving and
3 • Production: February 2015-now
Regasification Plant
• Operator: PT Perta Arun Gas
Capacity: 17 BBTUD (desain)
4 Kilang CNG Tambak Lorok • Production: May 2014-Now
• Operator: PT Perta Daya Gas
Capacity: 710 MTon/d LPG + 2200bbl/d Kondensat
(Desain)
5 Kilang LPG Samtan
• Production: May 2014-Now
• Operator: PT Perta Samtan Gas
Capacity: 3 MTPA (design)
6 FSRU West Java • Production: 2012-now
• Operator: PT Nusantara Regas
Capacity: 7,920 MMSCFD
• Area: Aceh, North Sumatera, South Sumatera, West
7 Jaringan Pipa Gas
Java and Banten, East Java,• Production:
2012-now
Capacity: 7,920 MMSCFD
• Area: Aceh, North Sumatera, South Sumatera, West
8 SPBG
Java and Banten, East Java,• Production:
2012-now
Capacity: 1.2 MTPA
9 FSRU Cilacap • Production: 2018
• Operator: PT Pertamina (Persero)

J. Kinerja Sektor Pengolahan

Dalam kurun waktu 2015-2016 Pertamina telah melakukan akselerasi proyek dan program
inisiatif dengan nilai tambah sebesar USD174,11 juta per bulan yang diperoleh dari
pengoperasian Residual Fluid Catalytic Cracker (RFCC) Cilacap dan Kilang TPPI yang
berdampak pada pengurangan disebabkan tidak ada lagi impor HOMC yang sebelumnya
mencapai 400 ribu barel per bulan. Di sisi lain, Pertamina telah menghentikan ekspor LSWR dan
12

Naphta untuk diolah menjadi produk bernilai lebih tinggi di kilang dalam negeri, termasuk di
antaranya memproduksi HOMC, Solar, dan Propylene.

Tabel 3. Unit Pengolahan

RU II Dumai RU III Plaju RU IV Cilacap

Capacity: 170 MBCD Capacity: 118 MBCD Capacity: 348 MBCD


Unit Processes: Unit Processes: Unit Processes:
1 CDU 1 CDU 1 CDU
2 HVU 2 HVU 2 HVU
3 Platformer 3 FCCU 3 Platformer
4 Hydro Cracker Unit 4 Gas Plant 4 Naphtha Treater
5 Naphtha Treater 5 Gasoil Treater
6 Gasoil Treater 6 Lube Oil Complex
7 Delay Coker Unit 7 Paraxylene Complex
8 Calciner 8 Sulfur Recovery Unit
9 RFCC

RU V Balikpapan RU VI Balongan RU VII Kasim

Capacity: 260 MBCD Capacity: 125 MBCD Capacity: 10 MBCD


Unit Processes: Unit Processes: Unit Processes:
1 CDU 1 CDU 1 CDU
2 HVU 2 ARHDM 2 Platformer
3 Hydro Cracker Unit 3 RCC 3 Naphtha Treater
4 Platformer 4 Catalytic Cond. Unit
5 Naphtha Treater 5 Penex
6 Gasoil Treater 6 Kero Treater
7 LPG Recovery 7 Naphtha Treater
8 Gasoil Treater
9 OCU
10 PRU

1. Industri Petrokimia
Nilai pasar petrokimia Indonesia pada tahun 2018 diperkirakan akan mencapai USD30
miliar. Hingga saat ini, industri petrokimia dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan
tersebut. Pada bulan Agustus 2015, pemerintah telah menunjuk Pertamina untuk bertugas untuk
mengoperasikan kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban, Jawa Timur.
Pengoperasian Kilang TPPI yang diintegrasikan dengan kilang RFCC Cilacap, Jawa Tengah
13

menjadi langkah awal Pertamina untuk mengembangkan komplek industri petrokimia terbesar di
Indonesia untuk memasok kebutuhan industri dasar.
Potensi Kilang TPPI menjadi pusat pengembangan petrokimia sangat besar karena selain
mampu memproduksi premium, solar, elpiji dan High Octane Mogas Component (HOMC) 92
(pertamax 92), juga dapat menghasilkan produk aromatic seperti paraxylene, orthoxylene,
benzene, dan toluene yang dibutuhkan oleh industri. Sedangkan RFCC Cilacap, selain
memproduksi BBM, juga akan memproduksi petrokimia dengan peningkatan signifikan pada
produksi paraxylene dari 280.000 barel per hari (bph) menjadi 485.000 bph. RFCC Cilacap juga
sedang mengembangkan pabrik produksi polypropylene baru untuk menaikkan produksi
polypropylene menjadi 153.000 ton per tahun. Proyek ini ditargetkan selesai dan mulai
beroperasi pada tahun 2021.

2. Program Revitalisasi Kilang Eksisting

Kilang-kilang Pertamina yang dibangun antara tahun 1936 (Plaju) dan 1990 (Balongan)
dirancang untuk mengolah minyak mentah domestik yang umumnya berjenis light sweet crude.
Kilang-kilang eksisting tersebut menghasilkan produk yang disesuaikan dengan kebutuhan
konsumen Indonesia saat itu, yaitu premium, kerosene, dan solar. Minyak mentah jenis light
sweet crude ini harganya lebih mahal dengan kandungan sulfurnya rendah sekitar 0,2%. Kilang-
kilang tua tersebut menjadi kurang ekonomis untuk dioperasikan karena kapasitas produksi tidak
dapat dioptimalkan akibat usia kilang dan juga faktor ketersediaan minyak light sweet crude
yang terus berkurang. Di pasaran saat ini lebih banyak beredar jenis sour crude dengan harga
lebih murah meski kandungan sulfurnya tinggi, sekitar 2%. Untuk mengatasi berbagai kendala
seperti spesifikasi kilang eksisting, menurunnya efisiensi maupun fleksibilitas, maka Pertamina
melakukan upaya revitalisasi dan modernisasi kilang eksisting melalui: Proyek Residual Fuel
Catalytic Cracking (RFCC) Cilacap, Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) di kilang Cilacap, dan
Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) di kilang Balikpapan, kilang Cilacap, kilang
Dumai dan kilang Balongan.

3. Proyek Residual Fluid Catalyctic Cracking (RFCC) Cilacap

RFCC Cilacap memiliki nilai strategis untuk meningkatkan produksi premium RON 88
dari 61 menjadi 91 juta barel per hari sehingga tidak ada lagi impor HOMC RON 92,
14

meningkatkan produksi LPG dari 440 menjadi 950 TSD, menghasilkan Propylene sebesar 430
TPD serta meningkatkan kompleksitas kilang dari 5,4 menjadi 6. Dari produksi RFCC Cilacap
memberikan kontribusi tambahan produksi premium 730 ribu barel per bulan, HOMC 200 ribu
barel per bulan dan elpiji 31 ribu ton per bulan. Proyek RFCC Kilang Cilacap yang mulai ground
breaking pada 30 September 2011 dengan fase konstruksi selama 46 bulan telah menghasilkan
produk gasoline pertama (Drop Gasoline) pada tanggal 30 September 2015 dan operational
acceptance pada bulan November 2015. Tahun 2016, Kilang RFCC Cilacap menuju normal
operasi dan dalam proses pengumpulan data 1 tahun untuk pelaksanaan evaluasi Post Mortem
RFCC Cilacap pertama.

4. Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC)


Pembangunan PLBC fokus pada peningkatan kualitas produk kilang yaitu BBM dari dari
spesifikasi Gasoline RON 88 menjadi RON 92 (setara Pertamax). Proyek dimulai pada tahun
2015 dan ditargetkan rampung pada tahun 2018.

5. Refinery Development Master Plan (RDMP)


Program revitalisasi kilang existing melalui RDMP bertujuan untuk meningkatkan
fleksibilitas pengolahan minyak mentah dari kadar sulfur 0,4% menjadi sekitar 2%, meningkatan
NCI dari 5,4 menjadi 8,9, meningkatkan kapasitas operasional pengolahan hingga 1,4 kali, dari
kapasitas-kapasitas existing, meningkatkan produksi BBM, meningkatkan kualitas produksi dari
EURO II ke IV dan V, serta meningkatkan profitabilitas kilang pertamina dari USD3,00/barel
menjadi USD7,90/ barel. Kegiatan RDMP dilaksanakan dalam empat tahapan aktivitas yaitu 1)
Conceptual study, 2) Bankable Feasibility study, 3) BED/FEED, dan 4) EPC. RDMP kilang
Balikpapan fase 1 ditargetkan selesai tahun 2019 dan fase 2 selesai tahun 2020, RDMP kilang
Cilacap ditargetkan selesai tahun 2021, dan RDMP Balongan ditargetkan selesai akhir tahun
2020 dan RDMP Dumai ditargetkan selesai awal tahun 2025 sehingga akan mendongkrak
kapasitas pengolahan minyak mentah dari posisi saat ini sekitar 820 ribu barel per hari (bph)
menjadi 2 juta bph di tahun 2025.
15

6. Pembangunan Kilang Minyak Baru (Grass Root Refinery/GRR)


Selain revitalisasi kilang eksisting, Pertamina juga merencanakan untuk membangun
kilang pengolahan minyak mentah baru melalui proyek New GRR (Grass Root Refinery), yaitu
GRR East di Bontang dan GRR West 1 di Tuban (perkiraan selesai di tahun 2020) dan GRR
West 2 (perkiraan selesai di tahun 2024). Nilai masing-masing proyek GRR tersebut
diperkirakan mencapai USD10 miliar. Berdasarkan roadmap peningkatan kapasitas kilang yang
disusun Pertamina, target produksi BBM setelah seluruh proyek RDMP dan New GRR selesai
akan mencapai 2,3 juta bph di tahun 2025. Terealisasinya proyek ini akan membuat Indonesia
lepas dari ketergantungan impor BBM dan akan menghasilkan pendapatan yang signifikan dan
kontribusi dalam bentuk devisa kepada negara. Selain itu, pembangunan kilang minyak baru juga
berpotensi meningkatkan nilai tambah ekonomi melalui penciptaan nilai tambah di sektor hilir
dengan mengintegrasikan kilang minyak dengan petrokimia.

7. JV Calciner (Dumai)
Proyek ini pembangunan calciner dan fasilitas bending coke di Dumai melalui strategic
partnership dalam mengolah 300 kTA Green Petroleum Coke (GPC) Dumai menjadi Calcined
Petroleum Coke (CPC) anoda grade sebesar 225 kTA menggunakan teknologi Shaft Kiln.

8. JV Treated Destilate Aromatic Extract (TDAE) Cilacap


Pembangunan TDAE Plant 105.000 TPY feed di Kilang Cilacap bertujuan untuk
pemenuhan demand pasar terhadap produk RPO/Rubber Processing Oil yang berorientasi ramah
lingkungan dan peduli kesehatan (non-carcinogenic). Pengembangan bisnis ini direncanakan
melalui kerja sama strategis (Joint Venture) dengan potensi pasar dunia TDAE di industri karet
sintetis sebesar ± 420 ribu TPY.

Anda mungkin juga menyukai