BAB II
STUDI PUSTAKA
BAB II
STUDI PUSTAKA
BAB II
STUDI PUSTAKA
Jalan Raya” SKBI 1.3.28.1987 Dirjen Bina Marga DPU. Di bawah ini akan di
bahas mengenai beban-beban yang berhubungan dengan perencanaan bangunan
atas jembatan yaitu :
BAB II
STUDI PUSTAKA
BAB II
STUDI PUSTAKA
275
kerb
0,25 Ms Ms Ms
b1 b2
a1
a2 275 cm
Gambar 2.1 Ketentuan beban “T” yang terjadi pada jembatan jalan raya
4. Beban “D”
BAB II
STUDI PUSTAKA
1 Jalur q
Gambar 2.2 Distribusi beban “D” yang bekerja pada jembatan jalan raya
1/2 p 1/2 q
p q
Gambar 2.3 Ketentuan penggunaan beban “D” pada jembatan jalan raya
10
BAB II
STUDI PUSTAKA
BAB II
STUDI PUSTAKA
BAB II
STUDI PUSTAKA
BAB II
STUDI PUSTAKA
BAB II
STUDI PUSTAKA
BAB II
STUDI PUSTAKA
BAB II
STUDI PUSTAKA
BAB II
STUDI PUSTAKA
BAB II
STUDI PUSTAKA
dikenal sebagai “Bridge Management System” (BMS) 1992, ada dua kategori aksi
berdasarkan lamanya beban bekerja :
a. Aksi tetap atau beban tetap
Merupakan aksi yang bekerja sepanjang waktu dan bersumber pada sifat
bahan, cara jembatan dibangun dan bangunan lain yang mungkin menempel pada
jembatan.
b. Aksi transien atau beban sementara
Merupakan aksi yang bekerja dengan jangka waktu yang pendek,
walaupun mungkin sering terjadi.
Menurut BMS 1992, beban dibedakan menjadi :
1. Beban Permanen :
a) Beban sendiri
b) Beban mati tambahan
2. Susut dan rangkak
3. Tekanan tanah
4. Beban lalu lintas
5. Beban lingkungan, dan lain-lain.
BAB II
STUDI PUSTAKA
BAB II
STUDI PUSTAKA
Hanya satu truk “T” yang boleh ditempatkan per spasi lajur lalu lintas
rencana.
Umumnya, pembebanan “D” akan menentukan untuk bentang sedang
sampai panjang dan pembebanan “T” akan menentukan untuk bentang
pendek dan sistem lantai.
2. Beban Lajur “D”
Beban lajur “D” terdiri dari :
a. Beban terbagi rata (UDL) dengan intensitas q kPa, dengan q tergantung
pada panjang yang dibebani total (L) sebagai berikut :
L ≤ 30 m q = 8,0 kPa
⎡ 15 ⎤
L ≥ 30 m q = 8,0 * ⎢0,5 + ⎥ kPa
⎣ L⎦
Beban UDL boleh ditempatkan dalam panjang terputus agar terjadi
pengaruh maksimum. Dalam hal ini, L adalah jumlah dari panjang
masing-masing beban terputus tersebut. Beban UDL ditempatkan tegak
lurus terhadap arah lalu lintas.
b. Beban garis (KEL) sebesar p kN/m, ditempatkan pada kedudukan
sembarang sepanjang jembatan dan tegak lurus pada arah lalu lintas.
Besar P = 44,0 kN/m. Pada bentang menerus, KEL ditempatkan dalam
kedudukan lateral sama yaitu tegak lurus arah lalu lintas pada dua
bentang agar momen lentur negatif menjadi maksimum.
b
100%
Intensitas beban
“b” kurang dari 5,5 m
b
5,5
100
50
21
BAB II
STUDI PUSTAKA
Intensitas beban
“b” lebih dari 5,5 m
5,5
Penempatan alternatif
Gambar 2.4 Skema Penyebaran Muatan “D”
kerb
50 kN 200 kN 200 kN
Selain untuk perhitungan sistim pelat lantai, beban “T” juga berpengaruh
pada gelagar memanjang dengan faktor distribusi sebagai berikut:
22
BAB II
STUDI PUSTAKA
Gelagar memanjang
Gelagar memanjang
α 22,5o
BAB II
STUDI PUSTAKA
sampai pondasi. Untuk truk “T” nilai DLA adalah 0,3, untuk “KEL” nilai DLA
diberikan dalam tabel berikut :
Tabel 2.5 Nilai Faktor Beban Dinamik
Bentang Ekivalen LE (m) DLA (untuk kedua keadaan batas)
LE ≤ 50 0,4
50 < LE < 90 0,525 – 0,0025 LE
LE ≥ 90 0,3
Catatan : 1. Untuk bentang sederhana LE = Panjang bentang aktual
BAB II
STUDI PUSTAKA
BAB II
STUDI PUSTAKA
BAB II
STUDI PUSTAKA
⎛b⎞ fy
kelangsingan kecil. λ = ⎜ ⎟ *
⎝t⎠ 250
dimana: b = lebar bersih dari elemen pelat tekan kearah luar dari permukaan
elemen pelat pendukung
t = tebal elemen
fy = tegangan leleh elemen
BAB II
STUDI PUSTAKA
BAB II
STUDI PUSTAKA
Ae
Kf = faktor bentuk = , untuk penampang kompak Kf =1
Ag
BAB II
STUDI PUSTAKA
2. Sandaran (Hand Raill), biasanya dari pipa besi, kayu dan beton
bertulang.
hs
ls ls
b l
b
BAB II
STUDI PUSTAKA
D
τ = ≤τ dimana : τ = tegagan geser yang terjadi
Aw
τ = tegangan geser ijin = 0,58* σ
D = gaya lintang
Aw = luas pada badan penampang
6. Cek kekakuan (lendutan)
L
∆= >∆ dimana: ∆ = lendutan yang terjadi
500
∆ = lendutan ijin
5* q *l4
∆= l = bentang
384 * E * I
q = beban merata
E = modulus elastisitas bahan
I = momen Inersia
2.4.1.2 BMS 1992
Menurut BMS 1992 sandaran untuk pejalan kaki harus direncanakan
untuk dua pembebanan rencana daya layan yaitu q=0,75 kN/m, yang bekerja
secara bersamaan dalam arah menyilang dan vertikal pada sandaran. Adapun
langkah-langkah perencanaannya adalah:
1. Menghitung panjang sandaran yang menumpu pada rangka jembatan:
idem
2. Menentukan mutu dan profil sandaran (pipa baja)
3. Menghitung dua pembebanan arah V dan H (q=0,75 kN/m *faktor
beban)
4. Menghitung resultante dari dua beban V dan H (R=
[quV/cosα]+[quH/cosα]+berat profil)
5. Analisa struktur (momen dan gaya lintang)
Mu = 1/8*qu*l2 Vu =(qu*l)/2
6. Cek kapasitas
¾ Kapasitas momen lentur nominal
Mu ≤ Ø* Mn dimana: Mu = momen terfaktor
31
BAB II
STUDI PUSTAKA
BAB II
STUDI PUSTAKA
dimana :
d = tinggi efektif trotoir M = momen
h = tebal trotoir ρ = rasio tulangan
p = tebal selimut beton As = Luas tulangan analisa
b = lebar trotoir per meter Ast = Luas tulangan terpakai
b. Tulangan pembagi/ susut (arah y)
Menurut SKSNI T15-1991-03 dalam arah tegak lurus terhadap tulangan
utama harus disediakan tulangan pembagi sebesar:
Untuk fy=240 Mpa : As=25%*b*h
Untuk fy=400 mpa : As=18%*b*h
BAB II
STUDI PUSTAKA
Yt GN
hr:10cm
Yb
BAB II
STUDI PUSTAKA
BAB II
STUDI PUSTAKA
1. Menentukan mutu beton (fc) dan mutu tulangan (fy) yang dipakai
2. Menentukan tebal plat yang direncanakan (tebal total + tebal ekivalen)
3. Menghitung pembebanan
a. Beban mati, berupa beban perkerasan dan beban trotoar (*faktor beban)
b. Beban hidup, berupa beban truk “T” (*faktor beban dan beban dinamik)
dan beban air hujan (*faktor beban)
c. Beban angin pada kendaraan (dikonversikan ke beban truk “T”) *faktor
beban
4. Analisa struktur (momen), perencanaan pelat dua arah seperti pada buku
beton bertulang Ir.Gideon Kusuma dkk (metode amplop dan koefisien
momen)
5. Memilih momen yang menentukan (terbesar) antara kombinasi
(1,2DD+1,6LL) atau (1,2DD+0,5LL+1,3WL)
6. Menghitung tulangan dua arah pada daerah serat atas/tekan saja (idem)
BAB II
STUDI PUSTAKA
Ly
o 1/2Lx
45
Lx
a. Beban mati, berupa beban sendiri profil, beban perkerasan, beban pelat
lantai dan beban metal dek
b. Beban hidup, berupa beban “D” dan beban air hujan (analisa dan
penyebarannya terhadap gelagar memanjang seperti pada penjelasan
awal pada PPPJJR 1987)
c. Perataan beban (mencari h’) pada beban trapesium
h
h’
RA P1 P2 P2 P1
2/3h
L
P1 = 1/2*h*h = 1/2h2
P2 = (1/2L-h)*h = (1/2Lh-h2)
RA = P1+ P2 = 1/2h2 + (1/2Lh-h2) = (1/2Lh-1/2h2)
M = RA*1/2L – P1*(1/2L-2/3h) – P2*(1/2L-h)*1/2
= (1/2Lh-h2)*1/2L - 1/2h2*(1/2L-2/3h - (1/2Lh-h2)* (1/4L-1/2h)
= 1/4L2h– 1/4Lh2– 1/4Lh2+ 1/3h3– 1/8L2h– 1/4Lh2+ 1/4Lh2– 1/2h3
= 1/8L2h – 1/6h3
M = 1/8h’L2
1/8h’L2 = 1/8L2h – 1/6h3
1 / 8 L2 h − 1 / 6h3 ⎛ 4h 3 ⎞ ⎛ 4h 3 ⎞
h' = = ⎜
⎜ h − ⎟ = h ⎜⎜1 − 2 ⎟⎟
1 / 8 L2 ⎝ 3L2 ⎟⎠ ⎝ 3L ⎠
37
BAB II
STUDI PUSTAKA
⎛ 4h 3 ⎞
h' = h⎜⎜1 − 2 ⎟⎟
⎝ 3L ⎠
3. Analisa struktur (momen dan gaya lintang) yang paling menentukan/
terbesar
Mmax = (1/8*q*l2)+(1/4*p*l) D = (q*l)/2 + (p)
4. Cek kekompakan penampang (seperti penjelasan awal pada SNI 2002)
5. Cek kekuatan (tegangan)
a. Pada serat atas
σts = (Mmax*Yt)/ Is < 0,66*σy
b. Pada serat bawah
σbs = (Mmax*Yb)/ Is < 0,66*σy
6. Cek kekakuan (lendutan) idem
BAB II
STUDI PUSTAKA
h’ h’
RA P 1/6L P RA 1/3L P
L L
BAB II
STUDI PUSTAKA
c. Ukuran-ukuran komposit :
40
BAB II
STUDI PUSTAKA
Ybk =
( Ac * Yd ) + ( As * Yb)
Ac + As
be
Ac = luas beton efektif = * tb
n
tb = tebal pelat beton
As = luas profil
Is = momen inersia profil
Yd = jarak titik berat pelat beton terhadap serat terbawah
Yb = jarak titik berat profil terhadap serat terbawah
Ytk = jarak garis netral bagian atas penampang komposit
Ik = momen inersia komposit
be 3
= Is + (As*es2)+(Ac*ec2)+(1/12* *tb )
n
5. Cek kekompakan penampang (seperti penjelasan pada SNI 2002)
6. Cek kekuatan (tegangan)
¾ Tegangan lentur:
a. Pada saat prakomposit
- Pada serat atas
σts = (MD*Yt)/Is < 0,66*σy
- Pada serat bawah
σbs = (MD*Yb)/Is < 0,66*σy
b. Pada saat postkomposit
- Pada serat atas
σtc = (MD+L*Yc)/(n*Ik) < 0,45*fc
σbc = (MD+L*Ys)/(n*Ik) < 0,45*fc
σts = (MD+L*Ys)/Ik < 0,66*σy
- Pada serat bawah
σbs = (MD+L*Ybk)/Ik < 0,66*σy
41
BAB II
STUDI PUSTAKA
Ytk Yc tb
ec σts≤ 0,66*σy
GN Ys
Yt es Yd
Ybk
Yb
σbs≤ 0,66*σy
¾ Tegangan geser:
Menghitung statis momen terhadap sumbu komposit (GN)
- Pada plat beton Sx1 = tb*(be/n)*ec
- Pada profil baja Sx2 = As*es
Sx = Sx1+ Sx2
D D + L * Sx
τ= < 0,58* σ
tw * Ik
7. Cek kekakuan (lendutan) idem
BAB II
STUDI PUSTAKA
Yt d3
Py
Ybk
Yb
σts=fy
BAB II
STUDI PUSTAKA
0,0005 * As * fc * Ec
Qn = kN
SF
Untuk perencanaan struktur komposit penuh, maka gaya geser horisontal
ditentukan oleh kapasitas tekan beton (Vhc) atau kapasitas tarik baja (Vhs),
diambil yang terkecil:
0,85 * fc * be * tb
Vhc =
SF
As * fy
Vhs =
SF
Karena metal dek tidak direncanakan sebagai komposit (hr = 100 mm,
terlalu tinggi dari yang ditetapkan AISC, maks 3’= 76 mm), maka dalam
perhitungan penghubung geser maupun struktur komposit pada gelagar melintang,
Vh
pengaruhnya tidak diperhitungkan, sehingga jumlah paku n = .
Qn
Pemasangan paku : memanjang s ≥ 6*d
melintang s ≥ 4*d
BAB II
STUDI PUSTAKA
BAB II
STUDI PUSTAKA
BAB II
STUDI PUSTAKA