Anda di halaman 1dari 20

RADIOLOGI EMERGENSI : TORAKS

A. Traumatik
1. Ruptur Aorta
Karakteristik
- 80-90% meninggal sebelum sampai ke rumah sakit.
- Kerap terjadi akibat trauma berat seperti jatuh dari ketinggian atau kecelakaan lalu
lintas.
- Aorta biasanya ruptur pada daerah istmus (88-95%). Sedikit distal dari awal arteri
subklavia kiri.
- Aneurysme aorta merupakan faktor predisposisi terhadap terjadinya ruptur aorta.
Aneurysme merupakan pembesaran pembuluh darah lebih dari 50% ukuran
normal. Penyebab aneurysme antara lain atherosklerosis, hipertensi, sindroma
marfan, dan sindroma Ehlers-Danlos.
Gambaran Klinis
- Ruptur aorta harus dicurigai dari mekanisme cedera
- Nyeri dada atau interskapula
- Perbedaan tekanan daraj brakial tau perbedaan isi nadi brakial dan femoral
merupakan pertanda
- Aneurysme aorta biasanya tidak memiliki gejala, walaupun jika besar dapat
memberikan gejala nyeri yang menjalar ke punggung (aneurisma aorta desendens)
Gambaran Radiologik
- Foto polos Thorax
Ruptur aorta memberikan gambaran
 Mediastinum yang melebar (>8cm pada posisi AP dengan posisi berbaring)
 Batas aortic yang kabur dengan hilangnya aortic knob
 Pleural cap di apeks kiri
 Bronkus kanan yang naik atau bronkus kiri yang turun
 Deviasi trakea ke kanan
 Selang nasogastrik yang terdorong ke kanan
Aneurysme aorta memberikan gambaran :
 Bayangan aorta asendens lebih kanan dari batas jantung kanan pada foto polos
toraks yang diambil simetris
 Aortic knob lebih besar 35 mm dari pinggir trakea
 Aorta desendens menjauh dari vertebra torakalis

1
AP portable view of the chest demonstrates a widened upper
mediastinum, with thickened paratracheal stripes. Note the
presence of a right apical “cap (arrow).

2. Ruptur Diafragma
Karakteristik
- Ruptur diafragma biasanya terjadi dari trauma tumpul atau trauma penetrasi ke
dada/perut.
- Ruptur diafragma sulit didiagnosa, komplikasi sering timbul akibat herniasi isi
abdomen ke rongga thorax. Herniasi viseral dapat menyebabkan iskemia, onstruksi
dan perforasi. Kompresi atau kolaps paru dapat terjadi.
- Ruptur diafragma sering melibatkan sisi kiri karena hati diduga meindungi
diafragma kanan.
- Robekan postero-lateral radial merupakan yang paling umum ditemukan pada
trauma tumpul
Gambaran Klinis
- Pada keadaan akut, gambaran klinis cenderung tertutup oleh cedera lain
- Pemeriksaan dapat memperlihatkan takipnea, hipotensi, hilangnya suara
pernapasan yang diganti oleh bising usus di rongga thorax.
- Dengan berjalannya waktu (bulan sampai tahun), gejala seringkali samar-samar
dengan rasa tidak enak di perut.
- Gejala dapat menyerupai ulkus peptikum, penyakit kandung empedu, sindrom usus
disfungsional dan bahkan penyakit jantung iskemik.
- Pada keadaan yang jarang, pasien dapat datang dengan tension viscero-thorax yang
menyerupai tension pneumothorax.
- Curiga pada pasien dengan obstruksi akut atau tanda-tanda yang tidak biasa di
thorax dengan riwayat trauma torako-abdominal sebelumnya.
Gambaran Radiologik
- Pada fase akut, kecuali jika terdapat herniasi viseral, sensitivitasnya kurang baik
untuk semua jenis modalitas pencitraan
- Foto polos thorax :

2
 Organ abdomen yang terisi udara atau yang terlhat solid, tampak diatas
diafragma. Hal ini mungkin hanya dikenali setelah pemasangan selang
nasogastrik
 Gambaran lain meliputi pergeseran mediastinum menjauh dari sis yang
teerkena, elevasi diafragma, penebalan pleura unilateral atau atelektasis
- Pada keadaan yang tidak akut, pemeriksaan dengan kontras dapat membantu

An indistinct and elevated diaphragm contour on the left along with gas collection
in the left chest. In the setting of trauma, these findings should be considered as
evidence of diaphragmatic rupture until otherwise proven with CT.

3. Fraktur Costa dan Flail Chest


- Fraktur costa biasanya terjadi setelah trauma langsung, dapat pula terjadi secara
patologis.
- Fraktur costa dapat dicurigai dari adanya nyeri yang terlokalisir dan nyeri tekan
yang semakin nyeri jika inspirasi dalam atau batuk
- Cedera yang dapat menyertai :
1. Fraktur clavicula, costa ke-1 dam ke-2 mengindikasikan akibat kekuatan yang
besar, sering kali disertai cedera pembuluh darah besar, trakeo-bronkial atau
medula spinalis
2. Dislokasi sterno-klavikula, posterior (lebih jarang (berhubungan dengan
ppeningkatan kerusakan organ dalam
3. Cedera sternum dapat berhubungan dengan kontusio miokardium
4. Fraktur costa bagian bawah dapat disertai dengan cedera organ dalam
abdoomen seperti hati limpa atau ginjal
- Flail chest adalah hilangnya kontinuitas suatu segmen dinding dada. Dikatakan
flail chest apabila fraktur terjadi pada 3 atau lebih costa yang berturutan dengan
sedikitnya 2 daerah fraktur pada masing-masing costa yang menyebabkan adanya
bagian yang mengapung (free-floating segment) dari dinding dada.
- Biasanya flail chest berhubungan cedera intrathoraks. Dapat terlihat gerakan
paradoksal dinding dada.
- Kombinasi nyeri, gerakan dinding yang menurun atau paradoksal, dan kontusio
paru berkontribusi pada hipoksia yang dialami oleh pasien

3
Gambaran Klinis
- Fraktur costa dapat dicurigai dengan adanya riwayat trauma langsung pada dada
dan adanya nyeri yang diperberat oleh pergerakan, inspirasi, bersin, batuk dan
palpasi pada daerah yang terkena trauma
- Berdasarkan besarnya kekuatan trauma, fraktur costa dapat terjadi dengan atau
tanpa adanya cedera organ dibawahnya.
Gambaran Radiologi
- Foto polos toraks atau lateral sternal view dilakukan untuk menilai komplikasi
maupun mengidentifikasi fraktur yang mendasari
- Tanda-tanda komplikasi sekunder dapat terlihat yaitu pneumotoraks, hemotoraks,
kontusio paru
- Pada flail chest tampak multipel fraktur costa, pemisahan costochondral mungkin
tidak terlihat

Subtle Rib Fracture. Oblique image of the right thorax demonstrates a


minimally displaced fifth anterolateral rib fracture. Note the slight
amount of extrapleural soft tissue thickening accompanying this acute
injury (arrow).

Very wide separation and displacement at the acriomioclavicular joint


with separation of the scapula from the chest wall.

4
Flail Chest. Multiple right rib fractures at contiguous levels. Many of
the rib fractures are segmental. Large right hemotoraks and lung
.opacity compatible with contusion and atelectasis are also present

4. Hemotoraks
Karakteristik
- Hemotoraks adalah akumulasi darah dalam rongga pleura setelah trauma tumpul
atau penetrasi.
- Biasanya berasosiasi dengan pneumothoraks dan cedera ekstratorakal lain.
- Pendarahan biasanya lebih sering berasal dari parenkim paru dan seringkali
sembuh sendiri.
- Pembuluh darah intercostal dan mamaria interna lebih sering terkena daripada
pembuluh darah hilus atau pembuluh darah besar.
Gambaran Klinis
- Gejala yang tampak pada minor hemotoraks hanya nyeri dada ringan atau sesak
ringan tertapi bisa memburuk menjadi sesak nafas hebat dan syok hipovolemik
yang disebabkan oleh kehilangan darah jumlah besar.
- Suara nafas dapat berkurang dan atau hilang dan suara perkusi yang redup pada
pemeriksaan fisis
Gambaran Radiologi
- Pemeriksaan foto toraks tegak lebih sensitive dibandingkan foto berbaring.
- Penumpulan sudut kostofrenikus terlihat pada volume darah ±250cc.
- Opasifikasi yang menyeluruh pada hemitoraks tampak pada foto berbaring yang
disebabkan oleh darah melapisi bagian belakang dada.
- Cedera yang berhubungan seperti fraktur costa, kontusio pulmonal dan
pneumotoraks dapat terjadi bersama-sama dengan hemotoraks

5
Hemothorax. AP view of the chest in patient with penetrating knife
injury to the posterior left thorax. The site of injury is marked by a
paperclip. Hazy opacity on the left, with associated volume loss in the
left lung, is indicative of posteriorly layering hemothorax and
atelectatic change.

5. Ruptur Esofagus
- Ruptur esophagus merupakan robekan pada dinding esophagus yang menyebabkan
bocornya udara dan isi dari orogastic ke mediastinum.
- Ruptur esophagus dapat terjadi setelah muntah-muntah yang hebat (boerhaave
syndrome).
- Penyebab yang lebih umum adalah trauma iatrogenic, trauma penetrasi/tumpul,
cedera kimiawi, perforasi akibat benda asing, rupture spontan dan kerusakan pasca
operasi.
- Esophagus tidak memiliki lapisan serosa sehingga jika terjadi perforasi langsung
tembus ke mediastinum.
- Perforasi esophagus bagian atas (servikal) berhubungan dengan retrofraring
sedangkan perforasi esophagus bagian bawah/tenah cenderung masuk langsung ke
mediastinum
Gambaran Klinis
- Nyeri retrosternal umum yang fiperparah dengan menelan atau gerakan menunduk.
Nyerinya menjalar ke interskapula. Nyeri bisanya progresif dan dapat terlokalisir
seiring waktu
- Tanda-tanda jarang, bisanya lambat dan berhubungan dengan udara di mediastinum
dan kontaminasi peura. Tanda-tanda ini mencakup emfisema subkutan dan suara
gemerisik pada auskultasi jantung yang dikenal dengan hamman’s crunch
- Tanda lain yang sekunder akibat hydrothorax atau empyema dapat ditemukan
- Pneumomediastinum spontan dapat menyerupai rupture esophagus,, namun ini
cenderung terjadi pada kelompok usia yang muda dan seringkali setelah maneuver
valsava yang ekstrim
- Dengan proses inflamasi yang terus berlangsung . kondisi pasien akan terus
menurun dengan tanda-tanda septik dan kolaps kardiopulmonal
Gambaran Radiologi

6
- Foto polos toraks : tanda-tanda klasik adalah emfisema subkutan,
pneumomediastinum, efusi pleura kiri, hidropneumothorax dan pelebaran
mediastinum
- Tulang servikal : proyeksi lateral dapat memperlihatkan udara retrofiring
- Efusi pleura, infiltrate pulmonal dan true mediastinal air fluid level biasanya tidak
terlihat pada pneumomediastinum spontan
- Pemeriksaan dengan kontras yang larut air bermanfaat untuk menggambarkan
perforasi. Jika tidak terdapat perforasi, barium meal akan memperlihatkan detil
mukosa yang lebih baik. Pemeriksaan ini dapat diulang.

The frontal radiograph demonstrate air in the soft tissues of the right neck
in this patient with severe epigastric pain. Esophageal rupture was suspected
and an upper GI was performed with water soluble contrast. UGI images
demonstrate extraluminal contrast leak from the distal esophagus,
consistent with rupture (arrows).

6. Pneumotoraks
- Pneumotoraks adalah terkumpulnya udara didalam cavum pleura yang
menyebabkan peningkatan tekanan di dalam cavum pleura sehinggga menjadi
lebih tinggi dari alveolar. Keadaan ini menyebabkan kolaps paru.
- Pleura parietal tetap melekat pada dinding dada namun pleura visceral tertarik
kearah hilus akibatt kolapsnya paru.
- Pleura visceral ini yang akan tampak sebagai garis tipis putih akibat adanya udara
pada kedua sisi pleura visceralis yang disebut visceral pleural white line
- Pneumotoraks merupakan komplikasi umum dari trauma toraks
- Pneumotoraks dibagi menjadi :
 Simple pneumotoraks : tidak terdapat hubungan dengan udara luar atau
mediastinum, tidak ada mediastinum shift ke sisi yang sehat
 Komunikans : berhubungan dengan defek pada dinding dada

7
 Tension pneumotoraks : akumulasi udara yang progresif dengan tekanan dalam
rongga pleura; yang menyebabkan pergeseran mediastinum ke sisi yang sehat
dengan kompresi paru kontra-lateral dan pembuluh darah besar
Gambaran klinis
- Nyeri dada dan sesak
- Gejala dapat bervariasi dari yang sangat berat dengan sianosis dan takipnea sampai
relative tidak bergejala
- Tanda dan gejala tidak selalu hharus berkorelasi dengan derajat kolaps paru.
- Tanda-tanda tension pneumotoraks :
 Takikardia
 Distensi vena jugularis
 Tidak terdengar suara pernapasan
 Hipersonor pada perkusi
 Pergeseran trakea dan jantung menjauhi sisi yang terkena
 Kondisi pasien sangat buruk dengan tanda-tanda gangguan jantung paru
Gambaran Radiologi
- Batas pleura visceral terlihat
- Kurva konveks dari visceral wjite line yang parallel dengan kontur dinding dada
- Corakan broncovascular distal dari pleural white line tidak tampak
- Pada posisi supine tampak deep sulcus sign yang merupakan gambaran dari sulkus
kostofranikus yang tertekan kebawah dengan gambaran lusensi pada sulkus
tersebut

Visceral pleural line in a pneumothorax. You must see the visceral pleural
line to make the definitive diagnosis of a pneumothorax(solid white arrows).
The visceral and parietal pleurae are normally not visible, both normally lying
adjacent to the lateral chest wall. When air enters the pleural space, the visceral
pleura retracts toward the hilum along with the collapsing lung and becomes
visible as a very thin, white line with air outlining it on either side. Notice how
the contour of the pneumothorax parallels the curvature of the adjacent chest
wall.

8
Deep sulcus sign. In the supine position, air in a relatively large pneumothorax
may collect anteriorly and inferiorly in the thorax and manifest itself by
displacing the costophrenic sulcus inferiorly while, at the same time,
producing increased lucency of that sulcus (solid black arrow). This is called
the deep sulcus sign and is an indication of a pneumothorax on a supine
radiograph. Notice how much lower the left costophrenic sulcus appears than
the right sulcus (solid white arrow)

Tension Pneumothorax. There is a very large left sided


pneumothorax with deviation of the mediastinal
contents to the right (note the tracheal and cardiac
deviation).

9
Pneumothorax seen on CT. As the lung collapses, it tends to maintain its usual shape
so that the curve of the visceral pleural line (solid white arrows) parallels the curve
of the chest wall (dotted white arrows). This is important in differentiating a
pneumothorax from artifacts or other diseases that can mimic a pneumothorax. As it
collapses, the lung on the side of the pneumothorax also tends to remain lucent until
the lung loses almost all of its normal volume, at which point it appears opaque. This
patient also has subcutaneous emphysema—air in the soft tissues—of the
left lateral chest wall (white stars). The patient had suffered a stab wound.

Bullous disease on right; pneumothorax on left. This axial section from a chest CT
demonstrates the different appearances of bullous disease, seen on the right with its
border convex away from the chest wall (dotted white arrow), and a pneumothorax
seen here on the left with its border convex toward and paralleling the chest wall
(solid white arrow). This patient also has subcutaneous emphysema on the left (solid
black arrow)

10
7. Kontusio dan Laserasi Paru
Karakteristik
- Komplikasi tersering dari trauma tumpul toraks
- Merupakan perdarahan intra-alveolar dan interstitial, biasanya pada lokasi
benturan
- Dapat disertai edema dan mikroatelektasis
- Kelainan ini lebih sering ditemukan pada pasien usia muda, oleh karena dinding
toraks lebih komplians sehingga lebih banyak kekuatan impaksi yang dihantarkan
pada jaringan paru
Gambaran klinis
- Riwayat trauma merupakan informasi yang sangat penting oleh karena gambaran
kontusio paru sulit dibedakan dengan penyakit airspace lain (pneumonia, aspirasi)
- Sesak napas
- Demam ringan
- Hemoptisis
Gambaran radiologi
- Perbercakan cenderung terdapat di bagian perifer dan terletak pada titik dengan
benturan yang maksimal
- Batas kurang tegas, tidak mengikuti pola anatomis seperti fisura atau
bronkovaskular
- Air bronchogram biasanya tidak terdapat oleh karena darah selain mengisi alveoli
juga mengisi bronki
- Biasanya muncul 6 jam setelah trauma. Resolusi kontusio bisa komplit dalam 24-
48 jam dan gambaran tersebut akan menghilang dalam 72 jam
- Jika gambaran menetap lebih dari 72 jam, maka kelainan lain harus dicurigai
(pneumonia aspirasi atau laserasi paru)
- Laserasi paru sulit didiagnosis pada beberapa hari pertama karena tertutup
gambaran kontusio paru
- Laserasi paru memiliki gambaran :
 Massa ovoid jika terisi darah secara sempurna
 Air fluid level jika terisi sebagian oleh udara dan sebagian oleh darah
 Seperti kista jika seluruhnya terisi oleh udara
- Pada CT scan, laserasi paru memiliki gambaran lusen yang dikelilingi oleh
parenkim paru. Diklasifikasi menjadi 4 tipe (pada CT scan) :
 Tipe 1 : Cavitas berisi udara intraparenkim
 Tipe 2 : Cavitas berisi udara pada parenkim paravertebralis
 Tipe 3 : Garis lusen yang terlihat dekat dengan fraktur costa
 Tipe 4 : Adhesi pleuropulmonal
- Gambaran laserasi paru memerlukan waktu berminggu-minggu atau berbulan-
bulan untuk bersih sempurna

11
A B
Laserasi paru. Gambar A memperlihatkan massa di lapangan
tengah paru kanan beserta fragmen-fragmen peluru. Gambar B
merupakan foto yang diambil 72 jam berikutnya yang
memperlihatkan kavitasi yang menandakan adanya laserasi paru.

8. Fraktur Sternum
Karakteristik
- Biasanya setelah trauma langsung (60-90% kecelakaan lalu lintas), dapat pula
bersifat patologis
- Curiga pada nyeri yang terlokalisir dan nyeri tekan yang semakin nyeri jika
inspirasi atau batuk
- Dapat disertai cedera lain, seperti
 Dislokasi sterno-klavikula, posterior (lebih jarang) berhubungan dengan
peningkatan risiko kerusakan organ dalam
 Cedera sternum dapat berhubungan dengan kontusio miokardium, perdarahan
mediastinum, cedera aorta, flail chest, pneumotoraks atau hemotoraks, kontusi
dan laserasi paru, dan fraktur kompresi pada costa dan vertebra torakal.

12
Gambaran Klinis
- Nyeri dengan keterbatasan inspirasi
- Seringkali berhubungan dengan komplikasi dari cedera yang dialami, misalnya
disritmia kordis
Gambaran Radiologi
- Foto polos toraks atau lateral sternal view dilakukan untuk menilai komplikasi
maupun mengidentifikasi fraktur yang mendasari
- Tanda-tanda komplikasi sekunder dapat terlihat

9. Pneumomediastinum
Gambaran Klinis
- Pneumomediastinum terjadi pada 10% pasien setelah trauma tumpul. Penyebab
timbulnya pneumomediastinum akibat trauma tumpul dipikirkan sebagai akibat
dari efek Macklin, dimana peningkatan tekanan alveolar yang menyebabkan ruptur
alveolus, diseksi
- Udara dapat masuk ke mediastinum melalui beberapa sumber seperti esofagus atau
cedera retroperitoneal. Namun pneumomediastinum akibat trauma paling sering
diakibatkan oleh terperangkapnya udara akibat cedera bronkial sepanjang cabang
bronkus.
- Meskipun tidak ada trauma, pneumomediastinum bisa terjadi setelah batuk,
inhalasi atau ekshalasi yang kuat atau ruptur esofagus
- Udara dalam mediastinum jarang menyebabkan komplikasi, namun menandakan
adanya cedera yang lebih serius pada trakeobronkial
- atau esofagus
- Cedera akibat penetrasi mediastinum, terutama tembakan peluru, biasanya
meninggalkan jejak fragmen logam, tulang, darah, dan udara yang menyebabkan
struktur yang cedera lebih mudah diidentifikasi

13
Gambaran Radiologi
- Udara pada mediastinum terlihat sebagai garis lusen yang tipis yang pada lokasi
tersebut terletak struktur dengan bayangan solid seperti jantung, pembuluh darah
besar dan esofagus, dan disertai emfisema subkutis
- Garis lusen ini terlihat sangat jelas mengikuti kontur jantung kiri
- Foto toraks posisi lateral biasanya lebih sensitif.
- Gambaran CT-scan lebih sensitif untuk mendeteksi adanya pneumomediastinum
dibandingkan foto konvensional
- Udara dapat berlokasi dimana saja namun lebih sering dekat dengan aorta dan vena
pulmonalis

10. Ruptur Trakeobronkial


Gambaran Klinis
- Cedera trakeobronkial biasanya jarang dan terjadi kurang dari 5% pada pasien
trauma tumpul dan kurang dari 10% pada pasien dengan trauma tajam
- Struktur mediastinum terlindungi oleh sternum dan vertebra torakal, begitu juga
dengan pembuluh darah besar dan esofagus.
- Karena lokasi cedera yang berada di sentral, trauma menyebabkan ruptur pada
trakea dan bronkus, dan disertai dengan trauma kepala dan cedera pada aorta, paru-
paru, dinding toraks, abdomen, dan medula spinalis.
- Pada trauma tumpul, bronkus utama kanan lebih sering terkena dibandingkan yang
kiri, karena organ mediastinum yang melindungi bronkus lebih banyak di sebelah
kiri
- Trakea lebih sering ruptur secara transversal dibandingkan longitudinal
- Bronkoskopi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan kecurigaan adanya cedera
pada trakeobronkial untuk diagnosis dan terapi definitif
Gambaran Radiologis
- 10% pasien dengan cedera trakeobronkial tidak menunjukkan adanya kelainan
radiologik, dan hampir 30% kasus luput didiagnosis pada evaluasi awal

14
- Foto polos toraks dapat memberikan manifestasi yang tidak spesifik seperti
emfisema subkutis, pneumothorax, atau pneumomediastinum (paling sensitif untuk
ruptur saluran napas pada foto polos toraks), namun ruptur trakeobronkial lebih
sering terlihat pada CT scan.
- Sekitar 85% lokasi laserasi trakea pada 2 cm di atas carina. Cedera trakea yang
lebih kecil bisa memberikan gambaran pneumomediastinum yang tidak sengaja
ditemukan pada CT scan
- Petunjuk lain adanya ruptur trakeobronkial adalah pneumotoraks. Pneumotoraks
lebih sering terjadi pada sisi kanan karena bronkus utama kanan memasuki pleura
dengan jarak yang lebih pendek dari asalnya dibandingkan bronkus utama kiri.
- Jika cedera trakeobronkial tidak didiagnosis pada evaluasi awal, emfisema subkutis
yang persisten dapat menjadi petunjuk adanya cedera
- Jika diintubasi, CT scan toraks dapat memeprlihat adanya deviasi dari ETT,
deformitas dari endotracheal balloon cuff, atau protrusi balloon melewati laserasi
trakea
- Cedera trakea yang isolated tidak menyebabkan pneumotoraks namun dapat
menyebabkan emfisema pada fascia cervical (dapat terlihat radiolusen pada
anterior vertebra pada foto polos leher lateral)
- Jika ruptur bronkial komplit terjadi, paru yang terkena menjadi atelektasis dan akan
“jatuh” dan memberikan gambaran fallen lung sign.

15
Foto toraks AP setelah trauma dada menunjukkan pneumotoraks kanan dengan
atelektasis paru kanan yang “jatuh” dari mediastinum akibat laserasi main bronkus
kanan, memberikan gambaran “fallen lung sign”

B. Non traumatik
1. Inhalasi Benda Asing
Karakteristik
- Biasanya pada anak-anak
- Merupakan keadaan emergensi karena dapat menyebabkan obstruksi jalan napas
total
Gambaran klinis
- Spektrum luas mulai dari yang berat jika terdapat obstruksi total (distress, agitasi,
dan tersedak yang mengarah ke penurunan kesadaran sampai kematian) atau yang
ringan (asimptomatis atau batuk-batuk ringan)
- Auskultasi rongga dada bisa normal. Mengi monofonik karakteristik untuk
obstruksi saluran pernapasan besar. Waspada terhadap hilangnya suara pernapasan
yang lokal
Gambaran Radiologi
- Benda asing yang radio-opak dapat terlihat atau tidak terlihat
- Aspirasi benda asing yang radioopaque membutuhkan foto dengan 2 posisi untuk
menentukan letaknya
- Aspirasi benda asing yang non-radio-opak lebih sulit untuk ditentukan. Foto pada
saat inspirasi dan ekspirasi dilakukan untuk mengevaluasi apakah diafragma
melengkung setelah ekspirasi atau adanya ekspansi paru unilateral yang persisten
akibat obstruksi jalan napas. Pada anak-anak yang kurang kooperatif dengan foto
saat inspirasi dan ekspirasi ini, foto dekubitus bilateral mungkin dapat membantu
diagnosis.
- Cari tanda-tanda sekunder seperti penurunan volume, kolaps segmental,
konsolidasi atau hiperinflasi jika benda asing berperan seperti katup

16
Efek ball valve akibat inhalasi benda asing. Air trapping tampak
lebih jelas pada pemeriksaan ekspirasi

17
2. Benda Asing yang Tertelan
Karakteristik
- Benda asing yang tertelan cenderung untuk tersangkut pada lokasi penyempitan
anatomis. Ini adalah pada lokasi setinggi krikofaringeus, setinggi arkus aorta dan
bronkus utama kiri, serta pada perbatasan gastroesofageal
- Pada anak-anak, krikofaringeus merupakan tempat yang paling sering untuk terjadi
impaksi. Setelah melewati bagian ini, benda cenderung turun tanpa halangan.
Impaksi distal dari lokasi ini harus dicurigai adanya penyempitan yang patologis
seperti striktur
- Pada orang dewasa, penelanan benda asing bisa terjadi secara sengaja, kecelakaan
(tulang ikan atau ayam) atau sebagai akibat penurunan refleks tersedak
- Komplikasi berasal dari trauma langsung oleh benda asing, nekrosis akibat
penekanan atau saat pengangkatan
Gambaran Klinis
- Perasaan adanya benda asing
- Manifestasi yang sesuai dengan komplikasi, misalnya perforasi esofagus
Gambaran Radiologi
- Radiografi jaringan lunak leher proyeksi lateral dapat memperlihatkan benda asing
yang radio-opak
- Bengkak jaringan lunak dapat merupakan satu-satunya indikator adanya benda
asing yang radiolusen
- Pemeriksaan dengan kontras dapat memperlihatkan benda asing intralumen atau
menggambarkan komplikasi

18
19
DAFTAR PUSTAKA

Block J, Jordanov MI, Stack LB. Traumatic Conditions of The Chest. In: The Atlas of
Emergency Radiology. New York: Mc Graw Hill. p.142,150,158,160

Block J, Jordanov MI, Stack LB. Atraumatic Conditions of The Chest. In: The Atlas of
Emergency Radiology. New York: Mc Graw Hill. p.246

Christenson RD, Abbott GF, Jimenez SM. Trauma Airways and Lung. In: Diagnostic Imaging
Chest 2nd ed. Kansas: Amyrsis. p.1182

Heir MK, Valdhyanath R. 2013. Chest and vascular disease: Foreign Bodies. In: Emergency
Imaging Pocket Tutor. London: JP Medical. p.111

Herring W.2012. Recognizing Pneumothorax, Pneumomediastinum, Pneumopericardium,


and Subcutaneous Emphysema. In: Learning Radiology 2nd ed. Philadelphia: Elsevier. p.59-
60.

Karthikeyan D, Chegu D. 2007. Traumatic Chest Injury In: Jaypee Gold Standard Mini Atlas
Series Emergency Imaging. New Delhi: Jaypee Brothers. p.41

Murtala B. TraumaToraks. Dalam: Radiologi Trauma dan Emergensi. Makassar: Hasanuddin


University. hal.50-53

Soetikno RD. 2011. Toraks. Dalam: Radiologi Emergensi. Bandung: Refika Aditama. hal.73-
77, 93-103, 108-112

20

Anda mungkin juga menyukai