PENDAHULUAN
Anak yang terlahir dengan profil ideal, dan dapat tumbuh berkembang
dengan sempurna adalah harapan dari setiap orangtua, sehingga mereka memiliki
kebanggaan serta tuntutan yang sesuai dengan harapannya di masa depan. Namun
pada kenyataan hidup, adakalanya harapan-harapan itu tidak terwujud. Dan setiap
orang akan memiliki sikap yang dapat mereka tampilkan bila menyadari sesuatu
yang tidak diharapkan terjadi pada diri mereka. Sehingga berbagai sikap dapat
terjadi pada setiap orang tua yang menyadari bahwa anak tercintanya menyandang
biasanya yang dikehendaki adalah anak akan dapat tumbuh dan kembali normal
sama seperti anak lainnya. Semakin besar penolakan pada kondisi yang ada,
semakin lama proses ini dapat diatasi oleh orang tua. Bagaimanapun juga peran
mengingat sampai saat ini penyebab Autisme adalah multifaktorial, dan sampai
saat ini penyebab autis masih misterius dan menjadi bahan perdebatan diantara
spektrum autisma atau orang awam biasa menyebutnya sebagai anak autis, membawa
dampak buruk bagi anak autis juga keluarga, terutama orangtuanya. Pemulihan anak
autis menjadi terkendala karena banyak orang yang tidak mengerti dan menerima
Meski kesadaran masyarakat mulai tumbuh terkait keberadaan anak autis, rupanya
pengertian dan penerimaan terhadap anak autis masih rendah. Kesadaran tentang
keberadaan anak autis sudah tumbuh, namun masyarakat belum mengerti dan menerima
anak autis yang memang sangat membingungkan dari proses berpikir dan perilakunya.
Stigma ini terus berkembang dalam lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah
dimana tempat para anak-anak autis belajar. Penerimaan anak autis punya peran penting
terhadap keberhasilan pemulihan anak autis yang unik. Tanpa penerimaan dari
lingkungannya, anak autis tidak memiliki kepercayaan diri dan akan terus menjadi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku,
komunikasi dan interaksi sosial. Autism hingga saat ini masih belum jelas penyebabnya.
Dari berbagai penelitian klinis hingga saat ini masih belum terungkap dengan pasti
penyebab autisme. Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa Autisme adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh muktifaktorial dengan banyak ditemukan kelainan pada tubuh
biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa.
Terdapat juga pendapat seorang ahli bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi
makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang
mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah
diperberat oleh banyak hal, salah satunya karena manifestasi alergi. Renzoni A dkk
tahun 1995 melaporkan autism berkaitan erat dengan alergi. Menage P tahun 1992
gfejala autisme tampak membaik secara bermakna. Hal ini dapat juga dibuktikan dalam
beberapa penelitian yang menunjukkan adanya perbaikan gejala pada anak autism yang
menderita alergi, setelah dilakukan penanganan elimnasi diet alergi. Beberapa laporan
lain mengatakan bahwa gejala autism semakin buruk bila manifestasi alergi itu timbul.
a. Menurut Pendapat Lain Autisme Berasal Dari Kata Auto Yang Berarti Sendiri.
1) Autisme diartikan oleh Lei Kanner dalam penelitiannya pada tahun 1943 adalah
2) Autisme infatil adalah salah satu kelainan psikosis (istilah umu yang dipakai untuk
menjelasakan suatu perilaku aneh dan tak dapat diprediksi berlanjut) yang berarti
penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas atau orang lain yang terjadi
3) Autisme adalah ketidakmampuan anak untuk mengerti perilaku, apa yang mereka
lihat, dengan yang mengakibatkan masalah yang cukup berat dalam hubungan
sosialnya.
adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku minatdan
luas yang ada pada anak. Bahkan ada seorang ahli yang mengatakan bahwa
tahun.
2) Atypical autisme yaitu kelainan pertumbuhan pada anak sesudah usia 3 tahun.
6) Asperges Syndrom.
Jumlah anak yang terkena autisme makin betambah. Di Canada dan Jepang
pertambahan ini mencapai 40% sejak tahun 1980. Di California pada tahun 2002
Badan Pusat Statistik mencatat, saat ini 1,5 juta anak di Indonesia yang
mengalami autis. Namun, karena terbatasnya sarana pendidikan luar biasa, baru sekitar
50.000 anak
yang mengenyam pendidikan.
tahun 1980-an, dari hanya 4-5 anak yang autis per 10.000 kelahiran naik
menjadi 15-20 per 10.000 kelahiran pda tahun 1990-an. Pada tahun 2000-
an, sudah mencapai 60 per 10.000 kelahiran. Dari prevalensi ini sudah
II. ETIOLOGI
1. Faktor Genetika
Beberapa teori terakhir mengatakan bahwa factor genetika
(17-58%) dan sindrom fragile X (20-34%). Bayi kembar satu telur akan
ditemukan beberapa anak dalam satu keluarga atau dalam satu keluarga
· Aberasi Kromosom
kromosom 15 (15q11-q13).
kromosom 15 dan empat kasus tersebut kelainannya berasal dari ibunya. Bentuk
17p11.
Dan akhir-akhir ini dilaporkan juga bahwa Sindrom Turner, wanita
X dari ibu (maternal) ternyata mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk
pada autisme.
2. Komplikasi Obstetrik
pertumbuhan sel otak yang dpat menyebabkan fungsi otak bayi yang
interaksi.
3. Gangguan Pencernaan
Makanan tersebut berupa susu sapi (casein) dan tepung terigu (gluten)
yang tidak tercerna dengan sempurna. Protein dari kedua makanan ini
tidak semua berubah menjadi asam amino yang seharusnya dibuang lewat
urine 3. Vaksinasi
Perdebatan yang terjadi akhir-akhir ini berkisar pada kemungkinan
Namun teori ini telah dibantah oleh berbagai pihak. Dan telah disimpulkan
bahwa imunisasi MMR tidak mengakibatkan Autisme, bila anak sehat dan
perilaku pada anak yang sudah mempunyai bakat autisme secara genetik
sejak lahir. Sangatlah bijaksana untuk lebih waspada bila anak sudah
ditemukan bakat kelainan Autisme sejak dini atau beresiko untuk menjadi
yang baru pada anak. Dengan menghindari imunisasi maka akan timbul
terutama bila anak terkena infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi..
Stigma
Pendidikan adalah hak semua warga negara sehingga semua warga negara harus
ASD juga memiliki hak dan derajat yang sama dengan anak lainnya, mereka juga
mempunyai bakat dan potensi. Potensi tersebut masih terpendam dan menunggu
untuk dikeluarkan agar dapat diasah secara optimal sehingga mereka dapat
luas.
seseorang tidak terkecuali bagi anak autis. Sebagai sebuah hak yang
bangsa.
Selain itu, hak atas pendidikan juga diatur dalam pasal 31 UUD
pendidikan. 4
Pasal ini bermakna bahwa negara berkewajiban memenuhi hak atas
Hal inilah yang menjadi dasar bahwa anak autis juga memiliki hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang layak dan berhak untuk
mendapatkan pendidikan.
kelas selama jangka waktu yang cukup lama, dapat mengikuti aturan,
autis juga memiliki intelegensi tinggi yang sama dengan anak umum
lainnya, bahkan tak sedikit mereka yang telah mengikuti terapi bisa
berprestasi di sekolah
umum.6
layanan terapi dan pendidikan masih sedikit. Hal ini disebabkan oleh
dikelola oleh pihak swasta, dengan biaya yang cukup tinggi, sehingga
khusus orang tua yang memiliki anak usia balita tentang deteksi awal
kasus autis tidak hanya terjadi pada masyarakat menengah ke atas saja
Karena itulah beberapa tahun terakhir ini muncul istilah ASD (Autistic
Spectrum Disorder).
Anak autisme perlu penanganan dini yang terpadu yang
dimulai sejak usia dini akan memberikan hasil yang positif, yaitu
sehingga orang tua harus berpindah dari satu tempat terapi ke tempat
hari, dibutuhkan 300 sampai 400 ribu rupiah. Dan jika dihitung satu
bulan dengan frekuensi pertemuan hampir tiap hari, maka orang tua
Pendidikan Dasar dimulai pada tahun 2012 telah membangun Pusat Layanan
Autis (PLA) di 28 Provinsi seluruh Indonesia, salah satunya PLA Kota Malang.
BAB III
PENUTUP
secara verbal.
DAFTAR PUSTAKA
Handojo. 2003. Auits. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1998. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
Infomedika.