PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Di dalam suatu kendaraan, sistem rem merupakan komponen yang sangat
penting dan ikut berperan dalam keamanan dan keselamatan berkendara. Tak luput
juga, banyak kecelakaan transportasi akibat salah penggunaan atau tidak berfungsinya
sistem rem ini secara optimal. Seiring berkembangan zaman yang semakin maju, sistem
rem juga mengalami kemajuan yang sangat pesat pada teknologinya. Dari yang dulunya
seba manual sekarang sudah serba otomatis dengan dilengkapi sensor – sensor yang
semakin menunjang performa sistem rem. Merk kendaraan di dunia pun berlomba –
lomba untuk menciptakan teknologi pada sistem rem yang paling aman di dunia demi
mengurangi angka kematian akibat kecelakaan transportasi.
Walaupun sistem rem ini sangat penting keberadaanya dalam sebuah kendaraan,
namun masih banyak di antara masyarakat umum yang belum mengetahuinya. Oleh
karena itu, penulis membuat makalah ini dengan tujuan untuk memperkenalkan seluk
beluk sistem rem kepada masyarakat umum. Dengan adanya makalah ini, diharapkan
masyarakat dapat memahami tentang sistem rem
2. Rumusan masalah
Beberapa permasalah yang diangkat dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Apa fungsi dari sistem rem ?
2. Apa syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam sistem rem ?
3. Bagaimana konsep dasar dari pengereman ?
4. Apa saja jenis – jenis sistem rem, komponen-komponennya, serta cara kerjanya ?
5. Apa saja permasalahan yang sering terjadi pada sistem rem dan bagaimana
mengatasinya ?
3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Mengetahui fungsi dari sistem rem.
2. Mengetahui syarat – syarat sistem rem.
3. Mengetahui konsep dasar pengereman.
4. Mengetahui jenis – jenis sistem rem.
5. Mengetahui kerusakan yang sering terjadi pada sistem rem dan cara
memperbaikinya.
BAB II
DASAR TEORI
1. Sistem Rem
Sistem rem merupakan sebuah sistem yang sangat penting keberadaannya di
dalam sebuah kendaraan. Sistem rem berfungsi untuk mengontrol kecepatan kendaraan,
menghindari kecelakaan, dan sebagai alat pengaman yang berguna untuk
memperlambat dan menghentikan kendaraan. Untuk memenuhi kebutuhan di atas,
maka rem dipasang pada keempat roda. Syarat – syarat yang harus dipenuhi pada sistem
rem, adalah sebagai berikut :
a. Dapat bekerja dengan baik dan cepat
b. Apabila muatan pada roda – roda sama besar, maka gaya pengeremannya
harus sama besar pula. Jika tidak harus sebanding dengan muatan yang
diterima oleh roda – roda tersebut.
c. Mempunyai daya tekan yang tinggi.
d. Mudah dalam pemeriksaan dan penyetelan.
Dasar kerja pengereman yaitu rem bekerja dengan dasar pemanfaatan gaya
gesek, tenaga gerak putaran roda diubah oleh proses gesekan menjadi tenaga panas dan
tenaga panas itu segera dibuang ke udara luar. Kendaraan akan berjalan, walaupun
mesin telah dimatikan hal ini disebabkan oleh adanya tenaga dinamik yang terkandung
pada mobil itu sendiri. Dalam hal ini tenaga dinamik akan dirubah menjadi energi lain
yang dapat menghentikan mobil. Mesin ialah suatu bagian yang merubah tenaga panas
ke tenaga dinamik, tetapi rem adalah bagian yang membuat suatu perubahan dinamik
menjadi tenaga panas. Pengereman pada roda dilakukan dengan cara menekan sepatu
rem yang tidak berputar terhadap tromol (brake drum) yang berputar bersama roda
sehingga menghasilkan gesekan. Tenaga gerak kendaraan akan dilawan oleh tenaga
gesek ini sehingga kendaraan dapat berhenti.
1) Rem Mekanik
Pada tipe rem mekanik ini, gaya pengereman dihasilkan dengan
mengoperasikan pedal rem atau brake lever. Gaya pengereman ini terjadi pada
sepatu rem untuk menahan rem tromol dengan menggunakan kabel. Pada
umumnya tipe ini dipakai sebagai sistem rem parkir (parking brake). Fungsi
rem mekanik ini adalah untuk menjaga posisi kendaraan pada saat diam atau
sedang dalam posisi parkir agar tidak meluncur, terutama pada tempat – tempat
yang tidak rata atau menurun.
(b) Kelebihan :
- Saat terjadi kebocoran sistem tidak akan kotor dengan fluida.
- Harganya murah.
- Tidak akan terjadi Vapor lock pada sistem.
(c) Kekurangan :
- Gaya pengereman yang dihasilkan tidak sama pada setiap roda.
- Saat pengoperasiannya memerlukan tenaga yang besar.
- Harus rajin dalam merawatnya.
- Berisik/menimbulkan suara.
2) Rem Hidrolik
Sistem rem hidrolik adalah sistem rem yang mekanisme pemindahan tenaga
dari pengemudi menggunakan media fluida (cairan/minyak). Pada hidrolik rem,
pengoperasiannya dilakukan pada rem pedal yang mengirimnya ke hidrolik
unit. Kemudian, tekanan hidrolik dihasilkan dengan berpedoman pada prinsip
hukum pascal untuk pengereman. Ketika gaya pengereman dikirimkan ke setiap
roda sama, maka gaya pengereman pada setiap roda pun akan sama dan sistem
akan bekerja dengan baik walaupun hanya dengan sedikit usaha. Meskipun,
fungsi pengereman akan benar – benar hilang ketika sistem hidroliknya rusak.
o Tipe Plunger
Gambar 10. Master Silinder Tipe Plunger
Cara Kerja :
Bila pedal rem ditekan, maka batang pendorong akan
mendorong piston sehingga piston bergerak maju
mendorong minyak. Minyak dikembalikan ke tangki melalui
lubang pada tempat spacer, sampai lubang balik dari piston
melewati piston cap. Bila piston bergerak maju terus sesuai
dengan injakan pedal rem, maka tekanan fluida akan
bertambah, tekanan fluida ini disalurkan ke silinder roda,
sehingga silinder roda bekerja.
Bila pedal rem dibebaskan, piston kembali ke posisi
semula dengan adanya pegas pembalik. Karena kentalnya
minyak rem di dalam sistem rem, maka terjadi penurunan
tekanan pada bagian depan piston. Akibatnya terjadi
kevakuman sehingga minyak di sekeliling piston akan
terhisap. Dengan adanya pegas pembalik, maka piston
silinder roda akan kembali ke posisi semula dan minyak rem
akan kembali ke tangki melalui rerturn port.
o Tipe Portless
Cara Kerja :
Bila pedal rem ditekan, maka piston akan bergerak maju.
Akibatnya minyak rem akan mengalir ke tangki melalui
saluran di silinder master. Karena dorongan piston maka
tekanan minyak akan maik, sehingga mendorong katup inlet
sampai menutup saluran ke tangki. Akibatnya tekanan
minyak di dalam silinder master akan semakin besar dan
akhirnya minyak menuju silinder roda melewati katup
pengecek.
Bila pedal rem dibebaskan, maka piston akan kembali ke
posisi semula karena adanya tegangan pegas. Karena adanya
kekentalan pada minyak rem di dalam pipa rem, maka akan
terjadi penurunan tekanan pada bagian depan piston dan
terjadi kevakuman, sehingga minyak akan terhisap. Bila
piston kembali seluruhnya, maka batang pendorong akan
tertarik dan katup inlet akan membuka sehingga minyak
kembali menuju tangki.
o Tipe Piston
Cara kerja :
Bila pedal rem ditekan, maka piston akan bergerak maju
ke depan, maka daya tekan minyak akan bertambah. Katup
outlet didorong untuk membuka dan tekanan ke setiap
silinder roda akan bertambah pula.
Bila pedal rem dibebaskan, piston akan segera kembali
ke posisi semula dengan adanya pegas pembalik. Dengan
adanya kekentalan minyak rem, maka akan terjadi
keterlambatan kembalinya minyak rem yang ada di pipa –
pipa saluran. Oleh karena itu, tekanan di depan piston akan
menurun dan mengakibatkan kevakuman sehingga minyak
disekeliling piston akan terhisap. Dengan adanya tegangan
pegas dari pegas pembalik sepatu rem, maka minyak akan
menekan dudukan katup outlet, mengatasi tekanan pegas,
sehingga minyak kembali ke master silinder melalui lubang
balik, kemudian kembali ke tangki. Pada saat tekanan
minyak di dalam pipa rem seimbang, maka dudukan tertutup
dan terjadi tekanan sisa sehingga mencegah udara masuk.
Cara kerja :
(1) Keadaan normal, pedal rem belum ditekan
Pada posisi ini, piston cup dari piston no. 1 berada
sedemikian rupa sehingga inlet port compensating port
selalu berhubungan dengan tangki master silinder. Piston
no. 2 berada pada posisi baut penyetop (stopper bolt) dan
posisi cup-nya sama dengan piston no. 1.
Cara kerja :
Bila pedal rem ditekan, maka piston akan bergerak ke
dapan, akibatnya minyak rem kembali ke tangki hingga
katup inlet menutup saluran masuk. Jika tidak ada gaya yang
menekan katup inlet, connecting rod saluran masuk akan
tertutup oleh katup inlet melalui conical spring. Sehingga
minyak rem dapat menimbulkan tekanan. Pada saat piston
bergerak, maka akan menimbulkan tekanan dan bersamaan
dengan itu juga timbul tekanan pada piston no. 2 sehingga
akan menyebabkan tekanan fluida timbul pada sistem rem
belakang. Naiknya tekanan fluida pada piston no. 2
menyebabkan batang pendorong bergerak turun untuk
menutup saluran minyak ke tangki minyak rem sehingga
tekanan akan dipindahkan ke sistem roda belakang melalui
katup outlet.
Gambar 23. Silinder Roda Dengan Satu Piston dan Dua Piston
Cara Kerja :
3) Rem Pneumatik
Supaya saat pengereman tidak mengeluarkan tenaga yang besar, maka
dibuatlah suatu sistem pengereman yang memakai tenaga tekanan udara, sistem
ini disebut sistem rem tekanan udara atau lebih dikenal rem udara atau rem
pneumatik. Sistem rem udara dilengkapi dengan sebuah kompresor, yang
berfungsi untuk menghasilkan udara kompresi. Kompresor itu digerakkan oleh
mesin kendaraan. Tiap-tiap roda dilengkapi dengan pesawat rem mekanik.
Poros kunci-kunci rem dilengkapi dengan tuas yang berhubungan dengan
batang torak dari silinder - silinder udara. Di dalam silinder udara tidak
diperkenankan ada kebocoran karena kebocoran udara dapat mengakibatkan
berkurangnya daya pengereman.
Rem udara pada dasarnya memiliki prinsip kerja yang sama dengan rem
hidrolik, udara bertekanan dikumpulkan dalam reservoir atau silinder. Ketika
sebuah tombol ditekan, udara yang dipaksa keluar dari reservoir dan ini
mendorong piston yang menekan sepatu rem ke roda atau as roda. Sama seperti
rem lainnya, sebenarnya apa yang menyebabkan kendaraan untuk berhenti
adalah gesekan antara sepatu rem dan roda. Satu-satunya hal yang membedakan
rem udara dari rem hidrolik atau mekanik adalah gaya yang mendorong sepatu
rem.
Komponen-komponen dasar yang biasa digunakan pada sistem rem
udara truk dan bus, bekerja dengan cara yang sama seperti dalam gerbong
kereta. Pengoprasiannya menggunakan prinsip katup 3/2, di mana udara
bertekanan di dalam pipa-pipa rem atau jalur udara pada rangkaian sistem rem
diatur untuk pengoperasian rem. Hampir semua kendaraan yang dilengkapi
dengan roadgoing rem udara memiliki sistem kendali yang berfungsi untuk
menjaga peningkatan dan penurunan tekanan udara pada sistem rem.
Jadi, sistem rem pneumatik memanfaatkan udara untuk proses
pengereman, yang sering digunakan pada bis, truk, atau kereta api. Sistem
pneumatic ini dibuat untuk memudahkan pengereman karena gaya yang
dibutuhkan untuk melakukan pengereman cukup besar. Kalau kita misalkan
bahwa gaya yang diperlukan untuk melakukan pengereman sekitar 2000 N
(tergantung dari koefisien gesek dan kecepatan putar juga) maka perlu tenaga
kira-kira sebesar manusia yang beratnya 200 kg. Jelas hal ini sangat
menyulitkan. Oleh karena itu, dibuatlah sistem pneumatik yang memanfaatkan
udara ini agar gaya untuk pengereman kecil sehingga para supir bisa mengerem
dengan aman.
1) Rem Tromol
Rem tromol memberikan tenaga pada roda – roda belakang baik secara
hidrolik maupun mekanik. Pada rem tromol terdapat sepasang sepatu yang
menahan bagian dalam dari tromol yang berputar bersama – sama dengan roda,
yang akan menghentikan kendaraan. Walaupun terdapat berbagai cara
pengaturan sepatu rem, jenis leading dan jenis trailing yang paling banyak
dipakai pada kendaraan penumpang maupun kendaraan komersial.
Rem tromol tahan lama karena adanya tempat gesekan yang lebar di
antara sepatu dan tromol, tetapi penyebaran panas agak lebih sulit dibanding
dengan rem piringan karena mekanismenya yang sedikit tertutup.
Cara Kerja :
Pada saat pedal rem ditekan, tekanan fluida dari master silinder akan
ditransfer ke silinder roda melalui pipa –pipa rem sehingga piston dari silinder
roda akan mendorong sepatu primer dan sekunder, akibatnya sepatu – sepatu
tersebut akan membentang keluar sedangkan tromol dalam keadaan berputar.
Dalam hal ini akan terjadi dua peristiwa :
(1) Sepatu yang sebelah kiri (sepatu primer) akan terseret dengan putaran
tromol sehingga menimbulkan dan menambah gaya gesekan. Penyeretan
sepatu yang menambah gaya gesekan disebut dengan Self Energizing Effect
dan sepatu yang menerima efek disebut Leading Shoe (Sepatu Leading).
(2) Sepatu yang sebelah kanan (sepatu sekunder) akan bekerja sebagai gaya
balik sehingga akan mengurangi gaya dorong pada sepatu rem. Pada sepatu
sekunder yang tidak menerima efek disebut dengan Trailing Shoe (Sepatu
Trailing)
Konstruksi rem model ini adalah pada bagian atas sepatu primer dan
sekunder dipasangkan sebuah silinder roda dengan penyetel sepatu rem,
demikian juga halnya pada bagian bawah sepatu primer dan sekunder.
Efek pengereman yang diperoleh pada saat kendaraan berjalan
(menurut arah panah) kedua sepatu menjadi leading bila tromol berputar
dalam arah yang sama dan sebaliknya bila tromol berputar berlawanan
arah maka kedua sepatu rem akan menjadi trailing dan ini akan
mengurangi tenaga pengereman. Oleh karena itu, selama kecepatan
maju gaya pengereman yang kuat akan tetap dihasilkan tetapi
sebaliknya selama mobil berjalan mundur akan mempunyai kerugian di
mana gay pengereman berkurang secara berlebihan, dan rem tipe ini
dipasang pada roda – roda bagian depan.
Kelebihan :
o Keausan kampas rem depan dan belakang simetris.
o Pengereman sedikit lebih pakem.
Kekurangan :
o Keausan kampas rem bagian atas tidak sama dengan
bagian bawah.
o Komponen lebih banyak.
(4) Model Dual Two Leading
Rem model ini dilengkapi dengan dua buah silinder roda yang
dipasang pada bagian atas dan bawah sepatu primer dan sepatu
sekunder. Pada mobil ini juga dilengkapi dengan penyetel sepatu rem.
Efek pengereman yang diperoleh untuk maju maupun mundur adalah
sama yaitu kedua sepatu menjadi leading. Rem model ini biasanya
dipasang pada roda – roda belakang kendaraan komersil.
Kelebihan :
o Pengereman lebih pakem.
o Keausan kampas rem simetris dan merata.
Kekurangan :
o Komponen lebih banyak.
(5) Model Uni Servo
Rem model ini dilengkapi dengan satu silinder roda (juga dengan
satu piston) pada bagian atas sepatu primer dan sepatu
sekunder,sedangkan dibagian bawah diajmin dengan penyetel sepatu
rem tipe mengambang (floating). Rem jenis ini dipasang pada roda
belakng.
Cara Kerja :
Bila pedal rem ditekan, tekanan fluida akan menggerakkan piston
silinder roda dan piston akan mendorong sepatu rem searah dengan
putaran tromol. Tenaga gesekan yang ditimbulkan antara tromol dengan
sepatu akan dipindahkan langsung melalui penyetel sepatu rem,
kemudian diteruskan ke sepatu sekunder. Gerakan sepatu trailing dijaga
dengan silinder roda, sehingga self energizing effect yang ditimbulkan
besar. Akibatnya tenaga pengereman menjadi semakin besar. Tetapi
apabila tromol berputar berlawanan arah, kedua sepatu akan menjadi
trailing dan tenaga pengereman yang ditimbulkan akan menjadi jelek.
Kelebihan :
o Pengereman lebih pakem.
Kekurangan :
o Komponen lebih banyak.
o Keausan kampas rem kurang simetris.
(6) Model Duo Servo
Rem model ini adalah kesempurnaan dari rem model tipe uni
servo. Pada model ini dilengkapi dengan sebuah silinder dengan dua
buah piston untuk mendorong kedua ujung sepatu primer dan sekunder
bagian atas, sedangkan di bagian bawah ditahan dengan penyetel sepatu
rem. Rem model ini menghasilkan self energizing effect yang besar, di
mana tekanan yang diberikan oleh silinder roda diterima dan dibalansir
oleh penyetel sepatu rem, sehingga distribusi tekanan sepatu rem
terhadap tromol merata dan sepatu rem tetap berfungsi sebagai leading,
meskipun arah kendaraan berjalan maju atau mundur. Rem model ini
dipasang pada roda – roda bagian belakang untuk kendaraan penumpang
atau semi komersil. Karena gaya pengereman yang diterima oleh roda –
roda belakang harus sama dengan muatan yang diterima oleh roda
belakang. Sedangkan luas permukaan sepatu primer dibuat lebih kecil
daripada sepatu sekunder karena self energizing effect yang diperoleh
akan dipindahkan ke sepatu sekunder, sehingga pembagian tekanan di
sepatu sekunder akan lebih besar.
Gambar 38. Pembagian Tekanan Pada Sepatu Duo Servo
Tipe I
Penyetelan otomatis menyetel renggang antara kampas rem
dengan tromol jika kampas rem sudah aus. Untuk melakukan penyetelan
harus dilakukan dengan menjalankan kendaraan mundur.
Bila rem digunakan sewaktu berjalan mundur, sepatu rem no 2
keluar dari anchor pin, sehingga kabel penghantar menjauhi anchor pin
dan menarik kabel. Dari kabel melalui pegas, menarik tuas penyetel ke
atas (adjust lever) menyebabkan penyetel sepatu (shoe adjuster)
berputar. Jika pedal rem ditekan lebih lanjut, tekanan sepatu bertambah
dan pada penyetel sepatu tekanannya menjadi besar, sehingga tegangan
pegas kabel tidak dapat memutar penyetel sepatu (penyetel sepatu
berhenti).
Catatan :
Tipe III
Cara kerja :
1. Jika rem tangan digunakan, tuas sepatu rem saling menggigit dengan
tuas penyetel.
2. Tuas penyetel naik melewati gigi penyetel.
3. Bila tuas rem parkir dikembalikan, tuas penyetel turun memutar
penyetel dan akan menyetel renggang sepatu.
4. Bila renggang sepatu sedikit, tuas bergerak naik sedikit ke atas
hingga tuas penyetel tidak dapat melewati gigi penyetel.
Cara Kerja :
Cara Kerja :
Ketika tekanan hidrolik bekerja, maka piston akan bergerak
dengan arah yang ditunjukan dengan arah panah A dan selanjutnya
piston akan menekan pad rem terhadap piringan. Dalam saat yang
bersamaan akan bekerja suatu tekanan yang sama besarnya pada bagian
silinder untuk mendorong kaliper dalam arah yang diperlihatkan oleh
tanda panah B sehingga kaliper menekan pad rem terhadap piringan dari
bagian sisi yang lain.
Ketika tekanan di dalam dilinder dibebaskan, maka karet ring
yang menempel pada piston akan mengembalikan piston pada
kedudukan semula, kerja dari ring karet ini ditunjukkan oleh tanda
panah. Ring karet ini menjaga agar jarak antara pad rem dengan piringan
tetap pada spesifikasi yang tepat.
Cara kerja :
Pada saat terjadi tekanan hidrolik di dalam kaliper, tekanan
selanjutnya akan mendorong piston dan piston akan mendorong pad rem
sehingga menjepit pad rem. Bersamaan dengan itu, piston juga akan
menyeret ring karet sehingga berubah bentuk.
Bila tekanan hidrolik hilang, posisi piston akan kembali dengan
adanya tenaga reaksi dari ring karet sehingga akan kembali ke semula,
akibatnya kerenggangan antara pad rem dan piringan akan selalu terjaga.
Kelebihan :
Kekurangan :
Jenis rem piringan pada akhir – akhir ini sudah mempunyai self
energizing effect untuk memperoleh gaya pengereman yang lebih besar dengan
tekanan yang kecil pada pedal rem. Pada jenis ini piston hidrolik dan pad rem
diposisikan untuk bekerja pada sudut tertentu terhadap putaran piringan agar
dihasilkan efek menyeret dari pad rem.
Mekanisme Penyetelan :
3) Rem bergetar.
Disebabkan oleh sepatu rem yang sudah keras dan kena oli atau gemuk. Tromol
rem yang oval dan piring rotor disc brake rusak juga bisa menjadi penyebabnya.
Penyebabnya sepatu rem ada gemuk/oli atau silinder roda macet. Pada
kendaraan yang dilengkapi dengan booster rem kemungkinan pecahnya slang atau
diaphragma booster sobek. Pipa-pipa rem yang tergenjat dan pipa flexible roda
depan yang sudah lama akan menghambat tekanan minyak rem ke silinder roda
sehingga walaupun pedal rem sudah ditekan dengan kuat tetapi rem tidak pakem.
Kalau bunyi dari roda depan disebabkan oleh bergesernya indikator ketebalan
brake pad. Bunyi dari roda belakang dapat disebabkan karena habisnya sepatu rem.
Suara ketukan disebabkan oleh pegas penahan sepatu rem yang lepas atau kendor.
Sepatu rem itu beradu dengan becking plate atau silinder roda.