Anda di halaman 1dari 66

Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

MINYAK DAN GAS BUMI


1. Minyak Bumi dan Gas
Minyak (petroleum) berasal dari kata-kata: Petro = rock (batu) dan leaum = oil
(minyak) Minyak dan gas sebagian besar terdiri dari campuran molekul carbon dan
hydrogen yang disebut dengan hydrocarbons. Minyak dan gas terbentuk dari siklus
alami yang dimulai dari sedimentasi sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang
terperangkap selama jutaan tahun. Pada umumnya terjadi jauh dibawah dasar lautan.
Material-material organik tersebut berubah menjadi minyak dan gas akibat efek
combinasi temperatur dan tekanan di dalam kerak bumi. Kumpulan dari minyak dan gas
tersebut membentuk reservoir-reservoir minyak dan gas.

Kebutuhan akan bahan bakar minyak tersebut semakin meningkat setiap tahun
sehingga memicu perkembangan ilmu pengetahuan untuk mencari minyak dan gas
bumi tersebut. Minyak bumi dan gas biasa terdapat jauh dibawah dasar laut. Pemetaan
geologi dan survey seismic digunakan untuk mendeteksi keberadaannya, namun hanya
dengan pengeboran kita baru dapat memastikannya.

2. Perkembangan Industri Minyak Bumi


Minyak bumi telah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu, tetapi melalui penemuan-
penemuan pada abad ini yang memicu perkembangannya menjadi seperti sekarang.
a. Zaman dahulu kala : Penggunaannya yg terbatas. Masyarakat Yunani Kuno
menumpah minyak ke lautan untuk membakar kapal-kapal perang musuh.
b. Masyarakat Indian Amerika menggunakan minyak bumi mentah untuk
mencegah air merembes ke dalam perahu-perahu buatan mereka, dan juga
digunakan sebagai campuran cat-cat perang dan obat-obatan.
c. Awal tahun 1800-an, minyak ikan paus banyak digunakan untuk penerangan,
pupuk untuk pertanian dan kegunaan lain yang bersifat lux. Gas bumi lebih
banyak digunakan untuk penerangan. Kemudian material baru untuk
penerangan ditemukan - kerosin. Minyak juga berfungsi sebagai alat pelumas
yang efektif saat itu.

1
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

d. 1859: Sumur Minyak Pertama di Gali.


Manusia mulai berusaha untuk menemukan sumber minyak di dalam bumi.
Di Pennsylvania, Colonel Edwin Drake mengebor sedalam 69 kaki dan
berhasil menemukan cadangan minyak. Sejak itu pengeboran menjadi salah
satu cara untuk mendapatkan minyak bumi. Perang saudara di Amerika
semakkin memacu proses pencarian dan pengeboran minyak dengan
meningkatnya kebutuhan untuk pelumas, minyak lampu untuk perang.

e. 1901
Penemuan Minyak permukaan Anthony Lucas, seorang engineer tambang
dari Louisiana, mempunyai teori bahwa minyak bumi dapat ditemukan pada
kubah-kubah garam di kerak bumi. Tahun 1902 dia berhasil membuktikan
teori tersebut dengan menemukan sumber minyak di Spindletop, dekat
Beaumont, Texashe. Itu berupakan penemuan pertama yang melahirkan
metode pengeboran berputar (rotary drilling) pertama.
f. 1901-1920
Kebutuhan meningkat penemuan produksi besar-besaran dibidang otomotif
dan pemanas ruangan yang menggunakan gas dan minyak menyebabkan
terjadinya peningkatan kebutuhan akan minyak bumi. Perang Dunia I
menyebabkan permintaan akan produk-produk minyakpun semakin
meningkat termasuk jenis-jenis baru yang digunakan untuk bahan bakar
pesawat. Hal tersebut diatas sudah jelas menimbulkan peningkatan
kebutuhan sumber minyak baru, proses penyulingan dan sistem
transportasinya.
g. 1920-1940
Metode penyulingan baru Untuk dapat memenuhi peningkatan permintaan
akan kebutuhan minyak, para ahli mengembangkan metode-metode baru
untuk meningkatkan jumlah bahan bakar minyak dan produk lainnya yang
dapat diperoleh dari satu barrel minyak bumi mentah. Proses-proses dan
metode baru tersebut akhirnya menghasilkan berbagai produk baru dari
minyak bumi.
h. Saat ini
Bidang petrochemicals telah berkembang sedemikian rupa sehingga
menjadikan minyak sebagai salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan
manusia saat ini
3. Sejarah Perkembangan Minyak di Indonesia

Kepulauan Indonesia terkenal semenjak dahulu kala karena kekayaannya akan rempah-
rempah yang banyak di cari oleh para pedagang dari Jepang, Cina, pedagang Islam dari
Timur Tengah bahkan para penjelajah dan pedagang dari Eropa. Namun kekayaan
Indonesia terbesar yang tidak tersentuh hingga akhir abad 19 ada dibawah permukaan
bumi - Minyak bumi dan gas.

a. Tahun 1885 : Pengeboran sumur minyak pertama di Indonesia


Sumur minyak pertama di Indonesia adalah sumur Telaga Tunggal No. 1,
yang di gali pada bulan Juni 1885. Perusahaan yang dibentuk untuk
mengambil dan mengolah minyak bumi dari sumur tersebut dinamakan Royal
Dutch atau Shell Group.

2
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

b. Awal Abad 19 : Shell, Caltex dan Stanvac beroperasi di Indonesia


Di awal abad 19 Shell menjadi produsen minyak utama yang beroperasi di
kepulauan Indonesia yang pada saat itu disebut Netherlands East Indies.
Pada Perang Dunia ke II, Caltex dan Stanvac mulai beroperasi di Indonesia.
Pada tahun 1940 Indonesia menjadi negara penghasil minyak terbesar di
kawasan Timur Jauh dengan produksi sebesar 63 juta barrel per tahun.
c. Zaman pendudukan Jepang
Pada zaman pendudukan Jepang, operasi pengolahan dan penambangan
minyak bumi berada di bawah supervisi Komandan Militer Regional Jepang.
Selama masa pendudukan tersebut, Jepang berhasil menemukan ladang
minyak di Minas. Untuk mengelola industri minyak tersebut pihak Jepang
mendirikan dua sekolah untuk melatih tenaga-tenaga lokal menjadi pekerja
di ladang-ladang minyak tersebut.
d. Zaman Kemerdekaan
Setelah merdeka dan menjadi negara yang berdaulat, industri perminyakan
Indonesia harus melalui perjuangan yang panjang. Shell, Stanvac dan Caltex
bekerja sama dengan pihak Indonesia untuk mengatur explorasi dan
ekploitasi minyak di Indonesia, yang lambat laun di lepaskan sepenuhnya
kepada pihak Indonesia.
4. Proses Produksi Minyak dan Teknologinya

BBM terdiri dari berbagai jenis hydrocarbons yang berasal dari minyak bumi, dan sering
pula terdiri dari campuran-campuran lain. Sifat mudah menguap di dalam mesin
menentukan jenis hydrocarbons dan campuran yang digunakan pada BBM. Sifat mudah
menguap tersebut disebut dengan volatility. Karena minyak bumi mentah mempunyai
kadar volatility yang lebih rendah dan tinggi dari BBM, maka BBM harus dipisahkan dari
minyak bumi mentah melalui proses destilasi, namun karena dengan proses tersebut
jumlah BBM yang diperoleh sangat sedikit maka minyakk bumi mentah harus melalui
proses penyulingan yang lebih komplek. Penyulingan minyak bumi mentah tersebut
akan mengubah kadar volatility hydrocarbons yang lebih rendah atau lebih tinggi dari
BBM menjadi sama dengan BBM.BBM yang dihasilkan merupakan campuran dari
hydrocarbon-hydrocarbon dengan kadar volatility yg sama.

Komposisi dan sifat dari BBM ditentukan dari jenis dan kandungan minyak bumi mentah
asalnya, metode penyulingan yang digunakan dan tergantung dari sifat zat-zat
campuran yang ditambahkan untuk meningkatkan mutu BBM.

3
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

Tabel 1:

Proses Penyulingan BBM


Alkylation:
Proses konversi dari hydrocarbon berupa molekul gas menjadi molekul yang lebih besar
(liquid
Catalytic Cracking:
Proses konversi hydrocarbon dengan molekul yang lebih besar menjadi hydrocarbon
dengan molekul yang lebih kecil dan mempunyai kadar volatility yang lebih.

Hydrocracking:
Proses penguraian katalis dari hydrogen di atmosfir
lsomerization:
Konversi low-octane hydrocarbons menjadi high octane.
Re-forming:
Proses katalis untuk merubah struktur hydrocarbon ke bentuk yang lebih diinginkan
(high octane).

Beberapa penjelasan tentang bahan bakar minyak (BBM) dan pelumas akan diuraikan
pada bab selanjutnya.

4
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

BAHAN BAKAR MINYAK

Minyak batu bara dan minyak alam (sperm oil) adalah bahan bakar yang digunakan
pada waktu minyak bumi belum diketemukan. Pabrik penyulingan batu bara sebanyak
60 buah didirikan sejak tahun 1852-1859, menghasilkan bahan bakar yang digunakan
untuk aktivitas roda perekonomian. Permintaan bahan bakar yang meningkat
mendorong perusahaan-perusahaan mencari sumber minyak dan mengebornya. Sekitar
daerah Pensilvania banyak sekali sumur yang dibor untuk mendapatkan minyak.
Penemuan minyak bumi pertama di Amerika terjadi tahun 1859 oleh Edwin L.Drake
seorang pensiunan pegawai Kereta Api, ini merupakan pengeboran minyak yang
berhasil pertama kali. Kemudian (didirikan Kilang penyulingan minyak pertama di
Titusville, Pensilvania pada tahun 1960 olell William Barnsdall dan William A. Abbott.
Namun ternyata di Rusia telah ada pengilangan minyak sejak tahun 1735, meskipun
prosesnya tidak jelas benar.
Pada mulanya distilasi (penyulingan) dilaksanakan secara ombyokan (batch), artinya
umpan minyak yang akan didistilasi dipanasi, kalau sudah habis baru mengambil
ombyok berikutnva. Teknologi Proses distilasi berjalan cepat namun baru tahun 1912
didirikan kilang distilasi minyak secara kontinyu. Perkembangan teknologi terus berlaniut
bahkan teknologi bidang minyak menjadi pelopor kecuali prosesnya lebih efisien
ditentukan juga proses yang lain, sehingga produk minyak bumi makin luas
penggunaannya.
Produksi minyak suling antara tahun 1860 - 1885 hanya kerosene atau minyak bakar
yang sebenarnya bercampur dengan naphta, yang titik nyalanya rendah. Kemudian
karena banyak terjadi kebakaran, maka dibatasi titik nyalanya. Kemudian antara tahun
1885 - 1900 minyak pelumas mineral mulai dikenal, pada saat itu orang masih
beranggapan bahwa minyak pelumas tumbuh-tumbuhan dan hewan yang terbaik.
Secara pesat pelumas mineral dari jenis minyak paraffin, menguasai perdagangan dan
minyak tumbuh-tumbuhan dan hewan mulal ditinggalkan. Tahun 1900 - 1914 bensin
(premium) mulai diminati dan menjadi produk andalan kilang minyak. Bersamaan
dengan itu penemuan ladang minyak baru makin banyak, demikian juga penelitian dan
penemuan teknologi minyak berjalan pesat diantaranya perbaikan sifa-sifat bensin.
Kemudian tahun 1914 -- 1925 kebutuhan bensin makin bertambah, pada saat itu
ditemukan pula fraksi-fraksi lain minyak bumi. Proses perengkahan panas (thermal
cracking) mulai di tingkatkan, diikuti oleh proses yang lain.
Tahun 1920 industri listrik mulai menggunakan fraksi minyak bumi dan kebutuhannya
meningkat terus sampai saat ini. Periode 1925 - 1929 industri minyak berkembang dan
menggunakan praktisi kimia teknik dan juga tenaga muda ahli bidang kimia teknik
untuk bekerja menangani dan mengembangkan industri minyak. Pada saat itu mulai
dikembangkan memperbaiki kualitas bahan bakar (treating process technology)
misalnya proses Adeleanu untuk memperbaiki smoke point kerosene. Pada tahun 1929 -
1935 permintaan premium dengan angka oktan tinggi (high octant number gasoline)
meningkat dengan tajam. Perkembangan proses sekunder meningkat diantaranya unit
perengkahan bentuk gas (vapor-phase cracking unit). Unit Reforming, dan hydrogenasi
process. Pada saat ini pula ditemukan methode solvent-dewaxing sehingga mulai
diproduksi minyak pelumas dengan indek kekentalan yang tinggi.
Penggunaan tetraethyl-lead, mulai digunakan untuk meningkatkan angka oktan. Tahun
1935 1941 perkembangan proses perengkahan menimbulkan masalah terbentuknya
karet (gum) dari senyawa tidak jenuh yang mengganggu mesin kendaraan. Masyarakat

5
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

mulai dikenalkan bensin berwarna dan minyak pelumas yang memiliki sifat-sifat unggul
karena ditambah additives. Tahun 1941 - 1947 produksi minyak pelumas yang ditambah
additives makin membanjiri pasar, dan mulai dikembangkan pembuatan bahan baku
pelumas dari non minyak. Perang Dunia II, meningkatkan permintaan solar atau minyak
diesel. Pada saat yang sarna dikenalkan pembuatan microcrystalline waxes dan ban dari
fraksi minyak. Perkembangan mesin kendaraan diimbangi diproduksinya bensin dengan
angka oktan 100 setelah perang dunia II selesai, permintaan meningkat dengan pesat.
Petro kimia baru berkembang tahun 1941 - 1957.

1. Komposisi Minyak Bumi


Berdasarkan suatu teori yang dapat dipercaya minyak bumi terbentuk dari binatang dan
tumbuhan laut yang tenggelam didasar laut, dan dilapisi lumpur. Proses demikian itu
berjalan dari waktu ke waktu mengalami tekanan dan panas serta gonjangan bumi
selama jutaan tahun. Secara pelahan berubah rnenjadi lapisan batuan sedimen.
Binatang dan tumbuhan ditranformasikan menjadi minyak (petroleum) dan gas (gas
alam). Secara jelas proses transformasi tersebut dapat diuraikan karena perbedaan
pendapat para ahli.
Minyak bumi sebagian besar terdiri dari senyawa hidrogen dan karbon yang disebut
hidrokarbon, senyawa yang lain diantaranya belerang (S), oksigen(O 2) dan nitrogen (N)
yang jumlahnya sangat sedikit. Kadang-kadang, dibeberapa tempat mengandung
mineral yang jumlahnya sangat kecil (ppm) misalnya besi, nikel, vanadium, arsen dan
sebagainya. Kelak senyawa-senyawa yang sedikit tadi merupakan racun bagi katalis
pada proses lanjutan. Komposisi minyak bumi sebagai berikut :

Carbon (C) : 83 - 67 % W Oksigen (O2) : 0 - 0.5 % W


Hidrogen (H) : 11 - 14 % W Nitrogen (N) : 0 - 1.0 % W
Sulfur(S) : 0 - 3.0 % W Metal : 0 - 0.2 % W

Minyak bumi terdiri dari bermacam-macam jenis hidrokarbon, namun hanya beberapa
jenis yang dominan antara lain :
a. Jenis Paraflin (CnH2n+2) mempunyai sifat sangat stabil, reaksi dengan gas chloor,
banyak terdapat hampir pada semua jenis minyak bumi. Paraffin wax (lilin)
adalah rangkaian yang lurus dan bercabang.
b. Jenis Olefin atau jenis Ethylene (CnH2n) terdiri dari senyawa tidak jenuh, mudah
bereaksi dengan gas chloor, asam chlorida dan asam sulfat. Olefin yang titik
didihnya rendah tidak terdapat dalam minyak bumi tetapi biasanya terdapat
pada minyak hasil perengkahan (cracking).
c. Jenis Naphthene (CnH2n) meskipun mempunyai tipe sama dengan Olefin, namun
memiliki sifat yang berbeda. Naphthene memiliki senyawa cincin (cyclic
compounds) yang jenuh, sedangkan Olefin senyawa lurus yang antara
karbonnya ada senyawa tak jenuh.
d. Jenis Aromatik (CnH2n-6) biasa disebut jenis benzene, jenis ini mudah bereaksi
dengan senyawa organik lain. Minyak bumi jarang yang mengandung senyawa
benzene atau toluene, tetapi minyak bumi dari Sumatra dan Kalimantan
mengandung senyawa aromatik.
e. Jenis Diolefin (CnH2n-2) sifatnya hampir sama dengan olefin tetapi lebill aktif,
bahkan dapat membentuk polimer dengan senyawa tidak jenuh lainnya menjadi

6
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

molekul yang besar semacam karet (gum). Jenis diolefin tidak ada dalam minyak
bumi, hanya ada pada hidrokarbon rengkahan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa minyak bumi hasil tambang mengandung
Paraffin, Naphyhene, dan Aromatik saja. Sedangkan bahan bakar minyak hasil olahan
minyak bumi mengandung Paraffin, Olefin, Naphtene, Aromatik dan Diolefin. Perlu
dipahami juga bahwa tidak ada minyak bumi yang hanya mengandung satu jenis
senyawa, tetapi selalu merupakan campuran semua jenis, yang membedakan hanya
persentase campurannya saja.

2. Pencarian dan Pengeboran Minyak Bumi


Selama ini untuk mendapatkan minyak selalu dilakukan pengeboran pada suatu ternpat
yang berdasarkan penelitian kemungkinan mendapatkan minyak. Kadan-kadang data
geologi yang diperoleh menunjukan deposit yang besar, namun setelah dilakukan
pengeboran kering. Perbandingan antara kemungkinan dapat minyak dan pengeboran
kering, lebih besar yang kering. Hal inilah yang menyebabkan biaya pencarian dan
pengeboran minyak sangat tinggi. Variabel biaya diantaranya penyiapan lokasi,
kedalaman pengeboran dan kekerasan batu-batuan yang akan ditembus. Pada
umumnya biayanya mencapai ratusan juta USD. Meskipun demikian bila pengeboran
berhasil maka dalam waktu singkat semua biaya akan kembali. Pencarian dan
pengeboran minyak memang seperti tebakan ilmiah dengan methode yang teruji.
Methode yang digunakankan pertama kali adalah yang disebut "cable tool drilling,
pahat diikat pada ujung kabel dijatuhkan pada lubang secara berulang-ulang, methode
ini digunakan sampai tahun 1920. Kemudian beralih ke methode "Rotary drilling mula-
mula dibuat landasan untuk menaikan dan menurunkan pipa bor, yang mata bornya
dibuat dari baja intan.

Gb. Bagian oil rig

Pipa bor akan menembus batu-batuan, bila kedalaman sudah sedalam pipa maka pipa
disambung lagi. Pipa bor digerakkan dengan motor besar. Untuk mendinginkan pipa bor
dilumuri dengan lumpur bor, yang dibuat dari lempung spesial senyawa kimia dan air
didorong kebawah kedalam lubang. Apabila mata bor telah mencapai lapisan gas,
minyak dan air, maka ada reaksi balik dari tekanan lumpur yang didorong kebawah tadi.

7
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

Dengan suatu pengontrol yang baik maka lumpur akan menutup aliran gas, minyak dan
air keatas. Persiapan pemipaan minyak harus segera dilakukan dan juga tangki
penampungnya.

Photo courtesy California Department of Conservation: Division of Oil, Gas, & Geothermal
Resources
Gb. Pompa pada oil well

Tekanan alami biasanya mampu menaikkan minyak mengalir keatas, seandainya tidak
mampu terpaksa dipasang pompa. Minyak ini bercampur dengan gas dan air, maka
perlu dipisahkan dalam separator. Minyak yang murni dialirkan ke tanki produksi.

3. Transportasi Minyak Bumi


Produksi minyak setelah terkumpul di tanki-tanki lapangan, biasanya dialirkan ke tanki
pengumpul yang terletak dekat pelabuhan, siap untuk dibawa ke kilang-kilang minyak
yang membutuhkan. Transportasi minyak bumi dapat dilaksanakan melaiui darat
(jaringan pipa dan Kereta Api) dan dapat melalui air (Pemipaan dan pengapalan dengan
tanker). Pesatnya permintaan bahan bakar minyak (BBM) terutama dinegara-negara
industri menuntut negara tersebut mendirikan industri BBM (Pengolahan Minyak
Mentah), meskipun tidak memiliki sumber minyak mentah contohnya Jepang dan
Singapura. Sedangkan negara yang memiliki sumber minyak berada ribuan mil.
Industri pengolahan minyak cenderung mendekati pasar minyak, agar dapat menjamin
kebutuhan secara tepat dan cepat. Kapal tanker adalah alat transportasi minyak mentah
yang dapat mengarungi lautan dan samudra dengan muatan yang sangat besar dan
biaya yang murah. Kapal tanker memiliki tanki-tanki minyak yang banyaknya tergantung
dari ukuran kapal tanker dan dilengkapi dengan alat keselamatan yang sangat baik. Hal
ini sangat diperlukan mengingat yang dimuat minyak dan mudah terbakar.
Pengaliran minyak mentah melalui pipa banyak kita kenal, mulai dari mengeluarkan
minyak dari reservoir di perut bumi menuju ke "wellhead", kemudian disalurkan ke tanki
pengumpul dan selanjutnya ke tanki penyimpan. USA memiliki jaringan pipa minyak
ribuan kilometer panjangnya. Rusia memiliki juga namun tidak sebesar USA demikian
juga Canada yang memiliki pipa sepanjang 3.000 Km. Pipa minyak mentah juga
dibangun di Timur Tengah misalnya yang dibangun oleh Irak melalui padang pasir Siria
menuju ke Teluk Persia.

8
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

Pengangkutan minyak mentah dari negara produsen minyak bumi ke negara industri
pengolahan minyak yang jaraknya ribuan mil, hanya mungkin dengan menggunakan
jasa angkutan kapal tanker. Pengunaan transportasi jaringan pipa antar benua melalui
samudera membutuhkan biaya yang sangat tinggi, jadi penggunaan angkutan dengan
tanker adalah yang paling murah dengan kapasitas angkutan ribuan barrel. Jenis tanker
dibedakan menjadi :
Tanker minyak hitam mengangkut minyak mentah atau Residu atau BBM berat.
Tanker minyak putih mengangkut BBM premium, super, kerosene, solar atau
naptha,
Tanker gas mengangkut LNG atau LPG.
Tanker yang hanya mengangkut satu jenis minyak/gas disebut "single great",
sedangkan yang memuat lebih dari satu jenis disebut "multi great". Ukuran tanker
bermacam-macam, tergantung dari jumlah minyak yang diangkut. Mengingat
kemungkinan bahaya yang ditimbulkan maka untuk minyak menggunakan
pelabuhan/dermaga tersendiri, di Indonesia disebut pelabuhan khusus minyak yang
dikelola oleh PERTAMINA. Pada setiap pelabuhan minyak harus tersedia bermacam-
macam fasilitas diantaranya air, uap air, udara, instrumen, alat penanggulangan
pencemaran minyak dan lain-lain.

4. Pengolahan Minyak Bumi


Minyak bumi yang dihasilkan oleh lapangan minyak perlu diolah (refined) agar dapat
digunakan secara aman. Pengolahan minyak dilakukan dalam kilang minyak (oil
refinery) dengan beberapa macam proses untuk mendapatkan BBM yang sesuai dengan
keinginan, kilang minyak yanng besar dapat menghasilkan bermacarn-macam BBM dan
senyawa petrokimia yang digunakan pula oleh industri obat-obatan, kimia, cat, plastik
dan lain sebagainya.
Minyak bumi terdiri dari bermacam-macam senyawa hidrokarbon (CH) perbedaan asal
sumber, menyebabkan perbedaan sifat-sifat fisika yang dimiliki. Hal ini berpengaruh
terhadap kondisi operasi proses dan hasil (yield) yang didapat, dan tentu saja
berpengaruh pada harga. Misalnya minyak bumi dari Sumatera Utara menghasilkan
residu lebih sedikit dari pada dari Duri - Riau.
Kilang minyak (oil refinery) merupakan industri teknologi kimia yang besar bukan hanya
dilihat dari jumlah investasi dan luas lahannya, tetapi juga jumlah dan jenis produk yang
dihasilkan. Proses dasar yang digunakan adalah penyulingan atau distilasi (distillation)
dan perengkahan (cracking). Proses distilasi yang digunakan sangat komplek, karena
dalam minyak bumi ada fraksi yang menguap pada suhu kamar (25 oC), tetapi ada juga
yang menguap pada suhu 315oC dan bahkan ada yang lebilh tinggi lagi.
Pada saat ini proses distilasi yang digunakan adalah "continuous-process type" artinya
pemberian umpan secara berkesinambungan (ajeg), tidak putus-putus. Demikian juga
proses perengkahan saat ini juga menggunakan "continous-process". Proses distilasi
adalah sebagai berikut (lihat gambar dibawah ini) Umpan minyak yang berada dalam
Tanki dipompa melalui penukar panas, memanfaatkan panas produk. Produk yang
masuk kedalam dapur dipanaskan sampai titik nyala (flashing point). Dapur (heater)
minyak terdiri dari kelompok pipa (tube) yang dilalui minyak, sedangkan api
memanaskan pipanya sampai minyak mencapai flashing point.
Kemudian minyak panas yang berupa campuran gas-cairan masuk kedalam kolom
dislilasi yang bertekanan satu atmosfer, yang berbentuk gas naik keatas yang berbentuk
cair turun kebawah. Kolom distilasi disebut juga kolom fraksinasi tingginya sekitar 30 -

9
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

50 meter, diameternya mencapai 1 3 meter, didalamnya disekat-sekat dengan dulang-


dulang (trays) yang berlubang agar gas menerobos naik, bertemu cairan yang turun
kebawah. Jumlah dulang bisa mencapai 30-an, suhunya diatur berbeda-beda, makin
keatas makin kecil suhunya. Jadi makin keatas fraksi minyak bumi titik didihnya semakin
rendah atau dengan kata lain makin keatas fraksinya makin ringan.

Untuk mengeluarkan produknnya dibuat lubang pipa pada dinding kolom, sehingga
cairan dari beberapa dulang akan mengalir jadi sat produk. Pada umumnya pipa produk
ada 6 buah dinataranya adalah (1) produk Gas (fraksi yang paling ringan) diambil dari
puncak kolom, (2) produk Naphtha fraksi ini calon untuk membuat Premium, (3) produk
kerosene fraksi ini untuk BBM rumah tangga, (4) produk solar untuk otomotif
(Automotive Diesel Oil =ADO). (5) produk solar untuk Industri (Industrial Diesel
Oil=IDO), dan yang (6) produk residu keluar dari dasar kolom.
Produk terakhir ini disebut "Long Residue" kelak akan diproses lagi dalam kolom distilasi
yang tekanannya lebih rendah dari suhu atmosfir yang disebut distilasi vacum. Hal ini
dilakukan agar fraksi berat mendidih pada suhu lebih rendah, sehingga tidak terjadi
perengkahan.
Produk (1) yang keluar dari kolom distilasi masih panas dan berupa gas maka perlu
dikondensasikan melalui alat yang disebut kondensor, dengan pendingin air, sehingga
dapat dipompa masuk tanki yang akan diproses menjadi BBM pesawat terbang. Produk
yang lain masih panas perlu didinginkan dengan alat yang disebut cooler, dengan media
pendingin air. Ada kalanya panas produk tersebut masih tinggi terutama residu,
dimanfaatkan oleh umpan minyak lainya disebut penukar panas (heat exchanger).
Proses distilasi atmosfer (tekanan dislilasi 1 atm) disebut proses primer, sedangkan
proses lanjutan disebut proses sekunder.
Vacum distilasi adalah meredistilasi long residu untuk mendapatkan bermacam-macam
produk antara lain, lilin, bahan baku minyak pelumas, aspal, dan mempersiapkan umpan
untuk perengkahan yang, kandungan karbonnya sedikit. Pada dasarnya operasinya
hampir sama dengan distilasi atmosferik, hanya tekanan dalam kolom distilasinya lebih
rendah. Kolom yang dipakai lebih besar. Cara membuat vacum dengan menarik gas
dengan vacum jet. Hasil distilasi vacum sebagian besar adalah fraksi yang lebih berat
dari pada IDO, ialah Light Vacum Gas Oil (LGO), Heavy Gas oil (HGO) dan vacum residu
(Short Residue). Hasil-hasil dari distilasi atmosfer yang langsung dapat dipakai oleh
konsumen adalah Kerosene, solar untuk mobil dan untuk industri, sedang yang lain
perlu diproses lebih lanjut.

10
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

Hasil gas untuk menghasilkan elpiji (LPG = liquid Pressure Gas) harus melalui proses
sitabiliser. Hasil naptha belum dapat digunakan untuk BBM mobil karena angka
oktannya yang rendah (kurang dari angka oktan standard Premium 87), untuk
meningkatkan angka oktan perlu proses yang disebut feforming, yang terdiri dari
beberapa macam yaitu (1) thermal reforming dan (2) catalitic reforming (platforming),
hasilnya bukan saja gasoline yang angka oktannya tinggi tetapi juga gas. Hasil gas oil
(LGO dan HGO) belum dapat langsung dipakai oleh konsumen perlu diproses lagi untuk
mendapatkan produk yang sesuai spesifikasi yang diinginkan, melalui proses
perengkahan (cracking).
Proses ini ada dua macam yaitu (1) thermal cracking dan (2) catalytic cracking. Proses
perengkahan selmula hanya untuk memenuhi kebutuhan gasoline untuk motor bakar,
tetapi saat ini sudah berkembang untuk BBM yang lain. Prinsip proses perengkahan
adalah memecah senyawa fraksi berat (rantai panjang) menjadi fraksi yang lebih ringan
(rantai pendek). Produk perengkahan lalu diredistilasi untuk mendapatkan produk yang
sesuai spesifikasi yang ditentukan.

Perengkahan memecah rantai karbon menjadi lebih kecil.

Pada proses perengkahan panas (thermal cracking), terjadi pemecahan rantai ikatan
antar karbon karena tenaga panas. Proses ini dikembangkan sejak tahun 1912 dan
masih ada yang mengoperasikannya di beberapa kilang minyak. Proses perengkahan
yang banyak dioperasikan saat ini menggunakan catalisator, suatu senyawa kimia yang
mempercepat reaksi kimia tetapi tidak memberi pengaruh pada kualitas produk.
Penggunaan jenis jenis dart jumlahnya sangat tergantung kepada hasil yang
diharapkan. Dalam perdagangan nama katalisator tidak merujuk pada unsur kimia yang
dikandung, tetapi pada kemauan pabriknya. Sehingga pemilihan catalisator sangat
tergantung kepada lisensi proses yang dipilih.
Proses perengkahan catalisator (catalytic cracking) terjadi dalam suatu reaktor (tempat
bercampurnya uap minyak dengan catalisator) yang bertekanan dan bersuhu tinggi,
akibatnya uap minyak berat dipecah menjadi minyak ringan. Dalam waktu tertentu
keaktifan katalisator akan menurun sehingga biaya produksi tidak ekonomis lagi,
sehingga katalisator perlu diregenerasi. Tujuannya untuk memulihkan keaktifan
katalisator dengan membersihkan karbon yang menutupi pori-pori katalisator.

11
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

5. Produk yang Berasal dari Minyak Bumi


Ribuan sampai beribu-ribu barang produk misalnya dari plastik, kosmetik, obat-obatan
dan lainya kalau diurai umumnya bahan bakunya baik langsung maupun tidak langsung
berasal dari turunan minyak bumi. Produk tersebut tersebar keseluruh penjuru dunia,
makin hari makin bertambah banyak karena berkembangnya teknologi. Namun yang
banyak dikenal dan banyak dibutuhkan orang adalah BBM dan pelumas mineral.
Beberapa hasil pengolahan minyak bumi diantaranya adalah :

a. Elpiji (liquid pressure gas) adalah bahan bakar gas yang dipakai dirumah tangga,
restoran dan kantor. Merupakan bahan bakar yang bersih dan praktis, sejenis
bahan bakar gas yang juga digunakan untuk kendaraan disebut BBG dan ada
juga yang digunakan sebagai bahan baku berbagai produk disebut LNG (liquid
natural gas).
b. Gasoline adalah BBM yang banyak dibutuhkan, hampir 45% total produk minyak
bumi diupayakan menjadi BBM ini. Produk ini kebanyakkan berasal dari proses
sekunder karena disaratkan angka oktannya harus tinggi. BBM ini di Indonesia
disebut Premium, Super dan atau benzole. Penggunaannya untuk kendaraan
penumpang, motor dan pesawat terbang yang tidak bermesin jet.
c. Kerosene adalah fraksi lebih berat dari pada gasoline, dan mudah menguap.
Kebutuhan BBM ini lebih rendah dari pada gasoline. Sebelumnya kerosene ini
digunakan untuk lampu penerangan sehingga sering disebut minyak lampu. Saat
ini digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan kegiatan pertanian.
Pemakaian kerosene dinegara-negara berkembang sangat tinggi. Saat ini
dugunakan juga untuk BBM pesawat terbang yang menggunakan mesin jet
disebut DPK (double purpose kerosine)
d. Minyak diesel (Solar), pemakaian BBM ini terus-menerus meningkat, karena
makin pesatnya laju ekonomi. Penggunaan BBM ini untuk transportasi darat, laut
dan mesin-mesin pembangkit tenaga listrik. Kendaraan penumpang, saat ini juga
banyak yang menggunakan solar, karena harga BBM ini relatif lebih murah.
e. Industrial diesel oil (IDO), BBM ini khusus untuk keperluan industri lebih berat
dari pada solar (ADO), namun di Indonesia tidak dibedakan. Disamping itu
digunakan untuk mencairkan BBM yang lebih berat (Residual fuel oil).
f. Residual fuel oil fraksi ini lebih berat dari pada IDO, dalam perdagangan disebut
minyak bakar atau residu, atau minyak bakar hitam. BBM jenis ini digunakan
untuk ketel uap dan dapur di pabrik dengan desain khusus untuk burnernya.
Harganya lebih murah dari pada IDO.
g. Minyak pelumas merupakan sebagian kecil dari produk minyak bumi. Namun
merupakan produk yang paling penting karena diperlukan untuk melumasi
permukaan bagian mesin yang saling, bergesekan dan bergerak untuk
mencegah keausan. Misalnya silinder motor bakar, turbin, gear-box dan
sebagainya.
h. Gemuk (greases) merupakan pelumas yang berbentuk padat, digunakan untuk
bantalan (bearing) yang beroperasi pada suhu tinggi, dan untuk bearing yang
tidak boleh bocor.
i. Lilin (wax) merupakan hasil samping dari kilang minyak pelumas. Penggunaan
lilin untuk packing agar menjadi "water proof atau "vapor proof untuk
kontainer. Kotak roti dan atau makanan yang dibekukan, juga digunakan untuk

12
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

membuat cetakan (mold) bagian mesin dan juga untuk upacara-upacara


tradisional.
j. Aspal, dihasilkan dari residu minyak bumi jenis tertentu, digunakan untuk jalan
dan untuk campuran industi atap bangunan.
k. Kokas (petroleum coke disebut juga green coke) hasil samping produk proses
perengkahan residu, berbentuk padat. Kokas digunakan juga untuk bahan bakar,
dan juga untuk melelehkan metal pada industri pengecoran logam. Beberapa
pabrik menggunakan untuk membuat elektroda batang las dan blasting logam,
kompound (ampelas) dan bahan yang tahan suhu tinggi.
l. Carbon black adalah hasil samping produksi proses perengkahan,
penggunaannya untuk pabrik ban kendaraan, industri karet, industri tinta cetak,
pabrik cat, pabrik piring dan sebagainya.
m. Produk Petrokimia (petrochemical) ini merupakan nama umum dari produk
minyak bumi seperti ethylene, propylene, butylene, isobutylene, cyclohexane,
dan phenol yang merupakan senyawa organik, sedangkan yang anorganik
seperti amonia dan hidrogen peroksida.
n. Produk Petrokimia lanjutan (Secondary petroleum product) merupakan produk
yang setiap tahun selalu bertambah, karena penemuan baru. Misainya berjenis-
jenis detergen untuk bahan pencuci, bermacam-macam karet sintetik, dan
bermacam-macam fibre-glass. nylon, dacron, orion, dynel dan acrilan. Produk ini
termasuk beberapa produk plastik polyethylene, line, cat dengan bahan dasar
plastik, politur, dan coating lantai dan sebagainya.
6. Metoda Test Produk Minyak Bumi
Metoda test untuk produk minyak dianggap penting karena (1) dapat segera
mengetahui apa yang dihadapi/terjadi, (2) agar jika dilakukan di laboratorium yang lain
mempunyai standard yang sama, (3) dapat menganalisa kelakuan produk tersebut
sesuai dengan spesifikasi yang diminta. Yang terakhir ini sangat penting karena banyak
kaitan dengan spesifikasi mesin dilapangan. Testing minyak di kilang dilakukan setiap 2
jam sekali, gunanya untuk mengetahui apakah kondisi operasi yang digunakan
menghasilkan produk yang benar. Tetapi untuk produk akhir yang akan dipasarkan
dilakukan pada waktu ada gerakan minyak. Hal ini untuk menjamin bahwa spesifikasi
produk benar clan tidak ada kontaminasi. Beberapa testing produk minyak bumi :
a. Berat jenis minyak digunakan sebutan API (American Petroleum Institute) Gravity
ialah berat minyak pada volume tertentu, sedangkan specifik gravity adalah
perbandingan berat minyak dan air pada volume, suhu dan temperatur standart.
Hubungan antara API Gravity dan Specifik Gravity pada suhu 25C adalah sebagai
berikut:

141.5 114.5
Derajad API = -------------- - 131.5 atau Sp.grav. = ---------------
Sp.grav. API - 131.5

Berat jenis suatu cairan dapat diukur dengan derajat Baume untuk cairan yang
ringan dari pada air. Cara ini banyak digunakan di Industri, tetapi hasilnya berbeda
sedikit. Sp.grav atau API diukur dengan alat "hydrometer"atau "pycnometer".Bila
sampelnya terlalu sedikit sekitar 15 ml, maka digunakan "chainomatic".

13
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

b. Tekanan uap (Reid Vapor Pressure / RVP).Testing tekanan uap ini diperlukan untuk
mengetahui berapa tekanan yang terjadi bila cairan tersebut berada pada tempat
tertutup. Hal ini perlu diketahui untuk (a) keselamatan waktu transportasi, (b) untuk
merancang tanki penyimpanan, (c) untuk menghindari "vapor lock" dalam
pembakaran motor bensin dan (d) memudahkan menghidupkan mesin untuk suatu
BBM.
c. Distilasi ASTM (American Standart Testing Material) adalah pemeriksaan produk
kilang di laboratorium, seperti gasoline, naphtha, kerosene, menggunakan referesi
Engler, jumlah sampel yang diambil 100 ml, dipanaskan dengan perkiraan kecepatan
penguapan 5 ml permenit. Alat ini dilengkapi dengan kondensor (mendinginkan uap
supaya mencair). Bila condensat telah menetes dalam 10 menit, temperatur yang
ditunjukan disebut "IBP " (initial boiling point), demikian pula bila condensat sudah
10% (10 ml) temperatur pemanasan perlu dicatat.
Setelah 95% condensat tertampung api dibesarkan dan temperatur tertinggi yang
ditunjukan disebut "EP" (end point). Hasil distilasi ini sangat penting dalam
menetapkan apakah produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan (spesifkasi).
Dalam proses produksi rutin sehari-hari hasil distilasi Laboratorium dilakukan setiap
2 jam, digunakan untuk mengatur kondisi operasi kolorn distilasi.
d. Flash point dan Fire point, temperatur antara kedua titik ini merupakan indikasi titik
didih suatu cairan, yang pada temperatur tersebut bila ada percikan api akan
menyala dan pada temperatur tersebut BBM akan secara kontinyu terbakar. Hal ini
juga berarti bila BBM tersebut kita jaga dibawah temperatur tersebut tidak akan
terjadi kebakaran.
e. Warna BBM, dalam pengolahan minyak di kilang indikasi warna yang gelap
menandakan terjadinya perengkahan karena panas yang tinggi. Tetapi warna
dalam pemasaran BBM hanya untuk membedakan jenis BBM supaya tidak ada
pemalsuan, misalnya umuk premium kuning, untuk Super merah.
f. Pour Point (titik tuang), testing ini untuk mengidentifikasikan adanya wak (lilin)
dalam BBM. Hal ini sangat penting bagi BBM yang digunakan dalam daerah yang
temperaturnya rendah, karena menggangu kecepatan aliran.
g. Knocking test (tes ketukan), testing ini digunakan untuk mengidentifikasikan
Octane Number (ON)" suatu BBM testing ini dilakukan dalam suatu mesin yang
disebut "CFR (Cooperative Fuel Research). Octane Number BBM didifinisikan
sebagai jumlah prosentase volume isooctan yang bercampur dengan normal
heptane.
Jadi caranya melakukan mula-mula mesin CFR dijalankan menggunakan Isooctane
murni dicatat ketukannya, lalu menggunakan Normal Heptane murni dicatat
ketukannya, terakhir menggunakan BBM yang akan dicari ON-nya dan dicatat
ketukan yang dihasilkan. Kemudian dibuat grafik ON vs ketukan dengan anggapan
ON Iso-octane murni 100% dan Normal heptane murni 0% hasil ketukan BBM yang
dicari pada garis ketukan ditarik garis sejajar dengan garis ON maka akan
memotong garis grafik di titik potong tersebut dibuat garis sejajar dengan garis
ketukan sampai mernotong garis ON titik potongnya merupakan ON BBM. Pada
perkembangannya untuk menetapkan ON BBM digunakan "Motor Method". Kalau
CFR menggunakan mesin pada rpm 600, tetapi Motor method menggunakan mesin
pada rpm 900. hasilnya berbeda sedikit disebut "spread" atau "sensitivity".
Penambahan jumlah (lama ml/gl BBM) dilakukan pengetesan pada mesin ini.

14
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

h. Gum (karet), test ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa lama gasoline
membentuk senyawa polimer seperti karet baik dalam tranportasi maupun
penyimpanan dalam tanki. Test ini diperlukan, untuk gasoline yang diperoleh dari
hasil perengkahan.Terbentuknya gum (karet) dapat mengganggu aliran BBM dalarn
sistim pembakaran.
Methode testing produk kilang terus berkembang, sesuai dengan perkembangan
agar pada penggunaannya tidak membahayakan pemakai dan beroperasi dalam
kondisi aman. Bagi Produsen minyak digunakan untuk mengatur produk yang
dihasilkan agar sesuai dengan kebutuhan konsumen. Suatu contoh sebelum PD II,
bensin cukup dengan ON rendah, tetapi sesudah PD II mesin kendaraan mengalami
kemajuan dengan kompresi ratio makin besar diperlukan ON yang tinggi pula.
7. Spesifikasi Bahan Bakar Minyak
Spesifikasi adalah suatu nilai patokan yang dimiliki suatu BBM agar dalam
pemakaiannva menghasilkan kinerja yang memadai dengan yang dibutuhkan dan
terjamin keselamatan dalam operasinya. Jadi spesifikasi adalah suatu harga yang
disepakati bersama antara produsen dengan konsumen dan kedua belah pihak
menggunakan nilai itu untuk dasar operasinya.
Dalam perdagangan minyak, spesifikasi ini sangat penting, dan merupakan bagian
yang tidak boleh dilanggar. Spesifikasi minyak bumi (crude oil) kaitannya dengan
desain material peralatan dan jenis prosesnya dan hasil yang dillarapkan (Yield).
Seperti telah dijelaskan bahwa minyak bumi itu sangat berbeda-beda jenisnya,
sehingga berbeda-berbeda hasilnya. Kalau kita perhatikan dengan teliti maka
terdapat perbedaan-perbedaan spesifikasi minyak dan kemungkinan bila dijual
secara murni pasarannya menjadi sempit. Maka untuk dapat memenuhi permintaan
pasar minyak tersebut dicampur (blending).

8. Blending Bahan Bakar Minyak


Produk pengolahan minyak belurn dapat memenuhi persyaratan yang diinginkan
oleh mesin motor bakar terutama untuk motor bensin. Misalnya Premium ditentukan
angka oktannva (ON) 87dan RVP 8, ternyata hasil pengolahan RVP memenuhi tetapi
ON-nya belurn sama. Produk Naptha mempunyai ON antara 60 - 74 (tegantung jenis
minyak mentah yang diolah) sedangkan Reformat mempunyai ON antara 92 - 98
(tergantung jenis katalisator dan proses Reformingnya). Untuk memperoleh BBM
yang sesuai dengan kebutuhan maka reformat dan Naptha dicampur ditambah zat
kimia yang dapat meningkatkan ON misalnya Timbal tetra-ethyl (TEL) atau MTBE
(methyl tersier-buthyl ester).
Pencampuran ini dilakukan dalam suatu unit yang disebut Blending Unit, hal ini
mengingat bahwa zat kimia yang ditambahkan dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan karena beracun. Disamping itu dalam blending dilakukan pemberian
warna, misalnya di Indonesia untuk Premium kuning dan untuk Super warna merah.
Beberapa negara lain menetapkan standard sendiri-sendiri, misalnya untuk
Prermium reguler warna biru, sedangkan Super warna kuning.

15
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR MINYAK


Karakteristik bahan bakar minyak yang akan digunakan untuk tujuan tertentu perlu
diketahui terlebih dahulu. Dengan demikian tujuan penggunaan bahan bakar akan
sesuai dengan tujuan sehingga proses pembakaran dapat berjalan optimal.
1. Berat Jenis (Specific Gravity
Berat jenis menyatakan perbandingan berat bahan bakar minyak pada temperatur
tertentu dibandingkan dengan air pada volume dan temperatur yang sama. Berat
jenis digunakan untuk mengukur berat/ massa minyak bila volumenya diketahui.
Berat jenis minyak umumnya antara 0,74 0,96. Dengan kata lain minyak lebih
ringan dari pada air
2. Viskositas (Viscosity)
Viskositas adalah suatu angka yang menyatakan besarnya hambatan dari suatu
bahan cair untuk mengalir atau ukuran dari besarnya tahanan geser dari cairan.
Makin tinggi viskositasnya, minyak makin kental dan semakin sukar mengalir. Untuk
mengukur viskositas digunakan alat viscometer.
Ada bermacam-macam cara mengukur viscositas yaitu :
a. Redwood I diukur dalam satuan detik
b. Redwood II diukur dalam satuan detik
c. Saybolt Universal diukur dalam satuan detik.
d. Engler diukur dalam satuan OE (merupakan hasil bagi dari perbandingan
waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 200 cc minyak pada suhu 20 OC
dengan air sebanyak 200 cc pada suhu 20 OC dengan viscometer Engler)
e. Kinematik diukur dalam Centistoke (mm2/s)
3. Nilai Kalori (Calorific Value)
Adalah angka yang menyatakan jumlah panas/kalori yang dihasilkan dari proses
pembakaran sejumlah bahan bakar dengan udara/oksigen. Nilai kalori bahan bakar
minyak berkisar antara 10.160 11.000 K cal/Kg. Nilai kalori berbanding terbalik
dengan berat jenis artinya semakin besar berat jenisnya semakin kecil rendah nilai
kalorinya. Sebagai contoh solar lebih berat daripada bensin, tetapi nilai kalorinya
lebih besar bensin.
Nilai kalori diperlukan untuk dasar perhitungan jumlah konsumsi bahan bakar
minyak yang dibutuhkan mesin dalam suatu periode tertentu. Nilai kalori dinyatakan
dalam satuan Kcal/Kg atau BTU?lb (satuan british).
4. Kandungan Sulfur (Sulphur Content).
Semua bahan bakar minyak mengandung belerang/Sulfur dalam jumlah yang sangat
kecil. Sulfur ini tidak diharapkan karena sifatnya yang merusak.Saat terjadi proses
pembakaran sulfur ini akan teroksidasi dengan oksigen menjadi Sulfur dioksida (SO 2)
dan sulfur trioksida (SO3). Oksida sulfur ini bila kontak dengan air merupakan bahan
yang merusak/korosif terhadap logam-logam didalam ruang bakar dan sistem gas
buang. Karena itu kandungan sulfur dalam minyak perlu dibatasi.
5. Daya Pelumasan
Pada sistem bahan bakar motor diesel bahan bakar juga berfungsi sebagai pelumas
pompa injeksi dan nosel. Karena itu bahan bakar mesin diesel haruis mempunyai
daya lumas yang baik.

16
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

6. Titik Tuang (Pour Point)


Adalah suatu angka yang menyatak suhu terendah dari bahan bakar minyak
sehingga minyak tersebut masih dapat mengalir karena gaya gravitasi. Titik tuang
ini diperlukan sehubungan dengan adanya persyaratan praktis dari prosedur
penimbunan dan pemakaian dari bahan bakar minyak. Bahan bakar sulit
dipompa/dialirkan dibawah suhu titik tuang.
7. Titik Nyala (Flash point)
Merupakan angka yang menyatakan suhu terendah dari bahan bakar minyak dapat
terbakar bila pada permukaan minyak tersebut didekatkan dengan nyala api.
Titik nyala diperlukan untuk keperluan keamanan dalam penanganan minyak
terhadap bahaya kebakaran.
8. Angka oktan (Octane Number)
Adalah suatu angka yang menyatakan kemampuan bahan bakar minyak (kususnya
bensin) dalam menahan tekanan kompresi untuk mencegah bensin terbakar
sebelum busi meloncatkan bunga api (ketahanan terhdap detonasi). Angka oktan
merupakan angka yang membandingkan antara Normal Heptana yang memiliki
oktan Nol dengan Iso oktan yang memiliki angka oktan 100.
Angka oktan ini yang saat ini menjadi salah satu faktor pembatas perbandingan
kompresi motor bensin tidak dibuat tinggi. Semakin tinggi angka oktan semakin
tahan suatu bensin terhadap tekanan kompresi yang lebih tinggi.
9. Angka Cetane (Cetane Number)
Adalah suatu angka yang menyatakan kualitas bahan bakar mesin diesel ynag
diperlukan untuk mencegah terjadinya Knocking pada motor diesel. Mesin diesel
putaran tinggi memerlukan angka cetane yang lebih tinggi. Untuk menentukan
angka cetane digunakan bahan bakar standart yaitu campuran dari normal cetana
(C16 H34) yang mempunyai waktu pembakaran tertunda sangan pendek denga
methyl naptalene (C16H7CH3)dalam satuan volume. Bahan bakar yang diukur
dibandingkan dengan bahan bakar standart.
Bahan bakar dengan angka cetane yang rendah akanmengakibatkan sifat-sifat
pembakaran yang buruk dan mesin sukar hidup. Saat pembakaran tertunda panjang
dan menyebabkan terjadinya detonasi.
10. Kandungan Arang
Kandungan arang pada bahan bakar harus sedikit mungkin. Kandungan arang ini
digunakan untuk menaksir kemungkinan terbentuknya karbon pada proses
pembakaran yang berasal dari bahan bakar minyak tersebut. Karena kandungan
arang ini dapat menyebabkan tersumbatnya injektor atau terbentuknya deposit
karbon pada ruang bakar.
11. Kadar Abu (Ash Content)
Kadar abu adalah jumlah sisa-sisa minyak yang tertinggal apabila suatu minyak
dibakar sampai habis. Kadar abu ini dapat berasal dari minyak bumi itu sendiri atau
akibat kontak didalam perpipaan dan penimbunan (adanya partikel metal yang tidak
terbakar yang terkandung dalam bahan bakar minyak itu sendiri dan yang berasal
dari sistem penyaluran atau penimbunan.

17
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

SPESIFIKASI BAHAN BAKAR MINYAK


1. Pertamak Plus
Adalah bahan bakar motor bensin tanpa timbal yang diproduksi dari High Octane Mogas
Component (HOMC) yang berkualitas tinggi ditambah dengan bahan aditif generasi
terbaru sesuai dengan kebutuhan yang direkomendasikan pabrikan kendaraan
bermotor. Bahan bakar ini diformulasikan khusus untuk memenuhi tuntutan akan bahan
bakar minyak yang dapat melayani mesin yang bekerja pada kompresi tinggi tetapi
ramah lingkungan dan lebih aman terhadap kesehatan manusia.
Pertamak plus mempunyai angka oktan minimal 95 dimana angka oktan ini lebih tinggi
dari premix dan premium. Pertamax plus dipasarkan tanpa diberi pewarna (bening)
direkomendasikan untuk kendaraan keluaran tahun 1992 keatas atau kendaraan yang
menggunakan katalistik converter.

Batasan Metode Test


No Sifat Satuan
Min Max ASTM Lain
1. Angka Oktane Riset RON 95.0 D 2699
2. Stabilitas Oksidasi (Periode Menit 360 D 525
Induksi)
3. Kandungan Sulfur % m/m 0.1 D 1266
4. Kandungan Timbal (Pb) Gr/Liter 0.001 D 5059
5. Kandungan Aromatik % v/v 50.0 D1319
6. Distilasi :
10 % Vol Penguapan O
C 70
50 % Vol Penguapan O
C 110
90 % Vol Penguapan O
C 77 180
Titik didih akhir O
C 205
Residu O
C 2.0
7. Tekanan Uap Pada 37,8 OC kPa 45 60 D323
8. Getah purwa Mg/100 ml 4.0 D 381
9. Density Kg/m3 715 780 D 4052
10. Korosi bilah tembaga menit No.1 D130
11. Uji Doctor Negatif
12. Belerang Mercapatan % m/m 0.002 D 3227 IP 30
13. Kandungan senyawa % v/v 103
Oksigenat
14. Warna Merah Merah
15. Kandungan pewarna Gr/100 liter Dilaporkan
16. Fuel Injektor Cleanlinnes % Flow loss 5
17. Intake valve sticking Pass/fall Pass
18. Intake Valve Cleanless II CEC F-05-A-93
Method 1.4 valve avg.or D 5500
Methode 2. BMW test. Or Avg.mg/valve 50 D 6201
Method 3, Ford 2.3 L Avg.mg/valve 100
Avg.mg/valve 90
19. Combustion Chamber 140 D 6201
Deposits

Method 1. % 3500 CEC F-20-A-98


Method 2 mg/mesin

18
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

KETERANGAN UMUM
Aditif yang digunakan harus kompatibel dengan bahan bakar minyak yang digunakan (tidak
mengakibatkan peningkatan pembentukan deposit pada mesin kendaraan). Tidak diijinkan
menggunakan penggunaan aditif yang menyebabkan pembentukan komponen abu (ash
forming).
Spesifikasi tersebut sesuai dengan keputusan Dirjen Migas No. 940/34/DJM/2002
Tanggal : 2 Desember 2002

2. Pertamax
Adalah bensin tanpa timbal dengan kandungan aditif generasi mutakhir yang dapat
membersihkan Intake Valve Port Fuel Injektor dan ruang bakar dari carbon. Mempunyai
angka oktan 92 dan dapat digunakan pada kendaraan dengan kompresi yang tinggi.

Batasan Metode Test


No Sifat Satuan
Min Max ASTM Lain
1. Angka Oktane Riset RON 92.0 D 2699
2. Stabilitas Oksidasi (Periode Menit 360 D 525
Induksi)
3. Kandungan Sulfur % m/m 0.2 D 1266
4. Kandungan Timbal (Pb) Gr/Liter 0.013 D 5059
5. Kandungan Aromatik % v/v 50.0 D1319
6. Distilasi :
10 % Vol Penguapan O
C 70
50 % Vol Penguapan O
C 110
90 % Vol Penguapan O
C 88 180
Titik didih akhir O
C 205
Residu O
C 2.0
7. Tekanan Uap Pada 37,8 OC kPa 62 D323
8. Getah purwa Mg/100 ml 4.0 D 381
9. Density Kg/m3 715 780 D 4052
10. Korosi bilah tembaga menit No.1 D130
11. Uji Doctor Negatif
12. Belerang Mercapatan % m/m 0.002 D 3227 IP 30
13. Kandungan senyawa % v/v 113
Oksigenat
14. Warna Biru
15. Kandungan pewarna Gr/100 liter 0.13
16. Fuel Injektor Cleanlinnes % Flow loss 5
17. Intake valve sticking Pass/fall Pass
18. Intake Valve Cleanless II CEC F-05-A-93
Method 1.4 valve avg.or Avg.mg/valve 50 D 5500
Methode 2. BMW test. Or Avg.mg/valve 100 D 6201
Method 3, Ford 2.3 L Avg.mg/valve 90
19. Combustion Chamber
Deposits % 140 D 6201
Method 1.
Method 2 mg/mesin 3500 CEC F-20-A-98

19
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

KETERANGAN UMUM
Aditif yang digunakan harus kompatibel dengan bahan bakar minyak yang digunakan (tidak
mengakibatkan peningkatan pembentukan deposit pada mesin kendaraan). Tidak diijinkan
menggunakan penggunaan aditif yang menyebabkan pembentukan komponen abu (ash forming)
Spesifikasi sesuai dengan Keputusan sertifikasi kualitas dari Pertamina Unit Balongan No.
0364/E16220/BBM/XII/2002
Tanggal 06 Desember 2002.

3. Premium Tanpa Timbal (Super TT)


Adalah bahan bakar motor bensin yang tidak mengandung timbale dan komponen
HOMC. Bahan bakar ini dapat digunakan pada kendaraan yang menggunakan Catalitic
Conventer.
Batasan Metode Test
No Sifat Satuan
Min Max ASTM Lain
1. Angka Oktana Riset RON 88 D 2699
2. Stabilitas Oksidasi (Periode Menit 240 D 525
Induksi)
3. Kandungan Sulfur % m/m 0.10 D 1266
4. Kandungan Timbal (Pb) Gr/Liter 0.013* D 5059
5. Kandungan Aromatik Marketable D1319
6. Distilasi :
10 % Vol Penguapan O
C 74
50 % Vol Penguapan O
C 125**
90 % Vol Penguapan O
C 77 180
Titik didih akhir O
C 205
Residu O
C 2.0
7. Tekanan Uap Pada 37,8 OC kPa 62 D323
8. Getah purwa Mg/100 ml 4.0 D 381
9. Korosi bilah tembaga 3 jam/50 No.1 D2622
O
C
10. Uji Doctor Negatif D130
11. Belerang Mercapatan % m/m 0.002 IP 30
12. Kandungan Senyawa % v/v 11 D 3227
Oksigenat
13. Warna Kuning
14. Kandungan pewarna Gr/100 liter 0.13 Visual
KETERANGAN
* Tanpa penambahan bahan yang mengandung timbal
**) Penyesuaian dibenarkan dengan menggunakan Volatility Adjusment Table
Spesifikasi ini sesuai dengan Surat Keputusan Dirjen Migas No. 74. K/72/DDJM/2001 tanggal 21
Juni 2001

4. Premium
Adalah bahan bakar jenis ditilat dengan warna kekuningan yang jernih dan
mengandung timbale sebagai octane booster (TEL). Warna kuning pada premium ini
diakibatkan oleh penambahan. Umumnya premium digunakan untuk bahan bakar motor
bensin seperti mobil, sepeda motor dan motor temple. Bahan bakar ini sering juga
disebut sebagai gasoline atau petrol dan tidak boleh digunakan pada kendaraan yang
dilengkapi catalytic conventer. Bila bahan bakar yang mengandung timbal digunakan
pada kendaraan yang dilengkapi dengan catalytic conventer, akan menyebabkan pori-
pori katalis tertutup oleh bahan timbal ini dan menyebabkan hilangnya kemampuan

20
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

katalitic conventer sebagai katalis konversi emisi pencemaran menjadi emisi yang
bersahabat dengan lingkungan.

Batasan Metode Test


No Sifat Satuan
Min Max ASTM Lain
1. Angka Oktana Riset RON 88 D 2699
2. Stabilitas Oksidasi (Periode Menit 240 D 525
Induksi)
3. Kandungan Sulfur % m/m 0.2 D 1266
4. Kandungan Timbal (Pb) Gr/Liter 0.3 D 5059
5. Kandungan Aromatik Marketable D1319
6. Distilasi :
10 % Vol Penguapan O
C 74
50 % Vol Penguapan O
C 125
90 % Vol Penguapan O
C 77 180
Titik didih akhir O
C 205
Residu O
C 2.0
7. Tekanan Uap Pada 37,8 OC kPa 9.0 D323
8. Getah purwa Mg/100 ml 4.0 D 381
9. Korosi bilah tembaga 3 jam/50 No.1 D130
O
C
10. Uji Doctor Negatif
11. Belerang Mercapatan % m/m 0.002 D 3227 IP 30
12. Kandungan Senyawa % v/v 11
Oksigenat
13. Warna Kuning
14. Kandungan pewarna Gr/100 liter 0.5
15. Intake valve sticking Pass/fall Pass
16. Combustion Chamber 140 D 6201
Deposits

KETERANGAN UMUM
Penyesuaian dibenarkan dengan menambahkan volatility adjustment table
Spesifikasi ini sesuai dengan Surat Keputusan Dirjen Migas No. 108. K/72/DDJM/1997 tanggal 28
Agustus 1997

5. Bahan Bakar Gas (BBG)


BBG sebagian besar terdiri dari Gas Metana (CH 4) dan Etana (C2H6) sekitar 85% dan
selebihnya adalah gas propane (C 3H8), Butana (C4H10), Pentana (C5H12), nitrogen dan
Karbon dioksida. BBG lebih ringan dari udara dengan berat jenis 0.6036 dan mempunyai
angka oktan 120.
BBG merupakan bahan bakar alternatip untuk kendaraan bensin maupun diesel yang
murah, emisi gas buang rendah, ramah lingkungan dan aman.

Batasan Metode Test


No Susunan Satuan
Min Max ASTM Lain
Komponen
1. C1 + C2 % vol 62.0 D - 1945
2. C3 8.0 D - 1945
3. C4 4.0 D 1945
4. C5 1.0 D 1945
5. N2 2.0 D - 1945 Visual
6. H2S Ppm. Vol 14.0 D-2385

21
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

7. Hg (Mercury) Ppb vol 9.0 AAS


8. O2 0.2 D - 1945
9. H2O 0.035 Gravitymetri
10. CO2 5.0
11. Relative density pada suhu 0.56 0.89
28 0C
12. Nilai Kalori pada suhu 15 0C 44.0
dan tekanan 1 atm
KETERANGAN UMUM
Spesifikasi ini sesuai dengan Surat Keputusan Dirjen Migas No. 10. K/34/DDJM/1993tanggal 01
Februari 1993

6. Elpiji
Elpiji adalah Gas yang dihasilkan Kilang BBM dan Kilang Gas (LNG), Komponen LPG
sebagian besar terdiri dari gas Butana (C 4H10) dan Gas Propana (C3H8) lebih kurang 99%
dan selebihnya adalah gas Pentana (C 5H12). Elpiji lebih berat dari udara dengan berat
jenis 2.01 dibanding dengan udara. Tekanan uap gas Elpiji cair dalam tabung/tangki
antara 5.0 s/d 6.2 Kg/cm2
Batasan Metode Test
No Sifat Satuan
Min Max ASTM Lain
1. Specific Grafity at 60/60 0F D- 1657
2. Vapour pressure at 100 0F Psig D- 1267
3. Weatering test at 36 0F % Vol 95 120 D-1837
4. Copper Corrosion 1 hrs 100 0F D-1838
5. Total sulphur Gram/ 100 D- 2784
Cult
6. Water content No 15 Visual
water
7. Komposisi D-2163
8. -C2 % vol 0.2
9. -C3 dan C4 % vol 97.5
10. -C5 + (C5 and heavie) % vol 2.0
11. Ethyl or Buthyl mercapatan
12. Added Ml/ 100 AG 50
KETERANGAN UMUM
Spesifikasi ini sesuai dengan Surat Keputusan Dirjen Migas No. 25. K/36DDJM/1990 tanggal 14
Mei 1990

7. Minyak Tanah
Merupakan bahan distilat tidak berwarna dan jernih. Minyak tanah umumnya digunakan
untuk keperluan bahan bakar dirumah tangga. Disamping itu juga digunakan pada
beberapa industri. Minyak tanah ini juga biasa disebut dengan kerosin.
Batasan Metode Test
No Sifat Satuan
Min Max ASTM Lain
1. Specific Grafity at 60/60 0F 0.835 D- 1296
2. Color lovibond 18 cell, or 2.50 IP 17
3. Color Saybolt 9 D-156
4. Smoke point Mm 16* D-1322
5. Char Value Mm/Kg IP 10
6. Destilation D-86
7. Recovery at 200 0C % vol 18
8. End Point 0
C
9. Flash Point Abel, or 0
F 100

22
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

10. Alternative Flash point TAG 0


F 105
11. Sulphur Content 5 wt D-2166
12. Copper Strip Corrosion D-130
(3 hrs/ 50 0C)
13. Bau Marketab
le
KETERANGAN UMUM
*) Jika smoke point ditentukan dengan ASTDM D-1322, batas minimum diturunkan menjadi 15
Spesifikasi ini sesuai dengan Surat Keputusan Dirjen Migas No. 002 /PDM/MIGAS/1979 tanggal
25 Mei 1979

8. Minyak Solar
Adalah bahan bakar jenis distilat yang digunakan untuk mesin Compresion ignition
(Motor Diesel). Kualitas bahan bakar solar ditentukan oleh angka Cetan (Cetan
Number). Makin tinggi cetane number semakin mudah suatu solar untuk dibakar. Bahan
bakar solar biasanya dipakai untuk mesin-mesin Diesel putaran tinggi (diatas 1000 RPM)
dan juga digunakan pada pembakaran langsung yang membutuhkan pembakaran
bersih. Solar juga biasa disebut sebagai Gas Oil, Automotive Diesel Oil atau High Speed
Diesel. Untuk menghasilkan emisi gas buang yang rendah kendaraan diesel dapat juga
dilengkapi dengan Catalitic conventer .

Batasan Metode Test


No Sifat Satuan
Min Max ASTM Lain
1. Specific Grafity at 60/60 0F 0.82 0.87 D-1298
2. Color ASTM 45 3.0 D-1500
3. Cetane Number, or 48 D1-613
4. Alternative calculated 1.6 D-976
Cetane Index
5. Viscosity Kinematic at 100 0F C ST 35 5.8 D-455
6. Or Viscosity SSU at 100 0F Secs 45 D-88
7. Pour Point 0
C 65 D-97
8. Sulphur content % wt 0.5 D-1551/
D-1552
9. Cooper strip corrosion (3 No.1 D-130
hrs/50 0C)
10. Conradson Carbon Residu (on % wt 0.1 D-189
10 % Vol. Bottom)
11. Water content % vol 0.05 D-93
12. Sediment % wt 0.01 D-473
13. Ash content % wt 0.01 D-482
14. Neutralization Value %w
- Strong Acid Number mgKOH/gr Nil
- Total Acid Number mgKOH/gr 150
15. Flash Point P.M.c.c 0
F 0.9 D-93
16. Distilation : % vol 40 D-86
Recovery at 300 C 0

KETERANGAN UMUM
Spesifikasi ini sesuai dengan Surat Keputusan Dirjen Migas No. 113.K /72/DJM/1999 tanggal 27
Oktober 1999

23
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

9. Minyak Diesel
Adalah bahan bakar jenis distilat yang mengandung fraksi-fraksi berat atau merupakan
campuran dari distilat fraksi ringan dan fraksi berat dan berwarna gelap, tetapi tetap
cair oada suhu rendah.
Minyak diesel umumnya digunakan untuk mesin diesel putaran sedang atau lambat
(300-1000 RPM). Minyak diesel sering juga disebut sebagai Marine diesel fuel atau
Industrial Diesel Oil.

Batasan Metode Test


No Sifat Satuan
Min Max ASTM Lain
1. Specific Grafity at 60/60 0F 0.840 0.920 D-1298
3515
2. Viscocity Redwood 1/100 0F Secs 45 D-445*) IP 70
0
3. Pour Point 0
F 65 D-97
D-1551/
4. Sulphur content % wt 1.5
D-1552
Conradson Carbon Residu (on 10 %
5. % wt 1.0 D-189
Vol. Bottom)
6. Water content % vol 0.25 D-95
7. Sediment % wt 0.02 D-473
8. Ash content % wt 0.02 D-482
9. Neutralization Value %w
mgKOH/g
- Strong Acid Number Nil D-974
r
10. Color ASTM 6 D-1500
11. Flash Point P.M.c.c 0
F 150 D-93
KETERANGAN UMUM
*) Konversi dari Kinematic Viscosity
Spesifikasi ini sesuai dengan Surat Keputusan Dirjen Migas No. 002 /PDM/MIGAS/1979 tanggal
25 Mei 1979

10. Minyak Bakar


Adalah bahan bakar jenis residu dan berwarna hitam gelap. Minyak bakar lebih kental
dari minyak diesel. Minyak bakar digunakan untuk bahan bakar pada pembakaran
langsung dalam dapur-dapur industri besar, pembangkit listrik tenaga uap dan lainya
yang membutuhkan bahan bakar yang ekonomis. Minyak ini juga biasa disebut Marine
Fuel Oil.

Batasan Metode Test


No Sifat Satuan
Min Max ASTM Lain
(Spesifikasi 1)
1. Specific Grafity at 60/60 0F - 0.990 D-1298
2. Viscocity Redwood 1/100 0F Secs 400 1250 D-445*) IP 70
3. Pour Point 0
F - 80 D-97
4. Colorific Value Gross BTU/LB 18000 - D-240
5. Sulphur content % wt - 3.5 D-1551/
D-1552
6. Water content % vol - 0.75 D-95
7. Sediment % wt - 0.15 D-473
8. Neutralization Value %w - -
- Strong Acid Number mgKOH/gr - Nil
9. Flash Point P.M.c.c 0
F 150 - D-93
10. Conradson Carbon Residu % wt - 14 D-189

24
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

(Spesifikasi 2)
1. Specific Grafity at 60/60 F 0
- 0.990 D-1298
2. Viscocity Redwood 1/100 0F Secs 400 1500 D-445*) IP 70
3. Pour Point 0
F - 90 D-97
4. Colorific Value Gross BTU/LB 18000 - D-240
5. Sulphur content % wt - 3.5 D-1551/
D-1552
6. Water content % vol - 0.75 D-95
7. Sediment % wt - 0.15 D-473
8. Neutralization Value %w - - D - 56
- Strong Acid Number mgKOH/gr - Nil
9. Flash Point P.M.c.c 0
F 150 - D-93
10. Conradson Carbon Residu % wt - 14 D-189
1. Konvensi dari kinematic viscosity
Spesifikasi tersebut menurut Peraturan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi No.
03/P/DM/Migas/ 1986 tanggal 14 April 1986

25
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

PENANGANAN (HANDLING) BAHAN BAKAR MINYAK


Didalam penanganan bahan bakar minyak terdapat berbagai prosedur dimana pemakai
harus mengetahui dan mengikutinya dengan maksud menjaga kualitas/mutu bahan
bakar minyak yang akan digunakan sekaligus mempertimbangkan factor keselamatan
kerja (safety) bagi penggunaanya. Prosedur tersebut terbagi atas 3 kelompok
penanganan yaitu :
1. Penerimaan
Dalam proses penerimaan bahan bakar oleh industri perlu diperhatikan hal-hal
berikut :
a. Perencanaan jumlah bahan bakar yang akan diterima harus sesuai dengan ruang
kosong pada tangki penimbunan.
b. Sebelum penerimaan bahan bakar periksa terlebih dahulu dokumen yang terkait
dengan jumlah dan mutu bahan bakar.
c. Periksa segel-segel pengaman. Bila ada kerusakan buatlah berita acara
kejadiqan dan hubungi pihak supplier.
d. Periksa mutu bahan bakar secara visual (warna, baud an specific gravity),
apabila ada hal-hal yang dicurigai segera hubungi pihak supplier.
e. Pasang alat pengaman (bonding cable yang ada pada mobil tangki ke tanah).
f. Periksa tangki timbun, yakinkan masih ada volume yang cukup untuk
penerimaan serta catat volume bahan bakar sebelum penambahan
g. Siapkan selalu Fire and Safety guna pencegahan apabila terjadi kebakaran.
h. Siapkan fasilitas pembongkaran.
i. Bila proses pembongkaran bahan bakar telah selesai, catat volume akhir dalam
tangki, kemudian kurangi dengan volume awal, sehingga akan didapat volume
penerimaan.
j. Selesaikan administrasi penerimaan.
k. Biarkan minyak hingga stabil, dengan maksud memisahkan/mengendapkan air
yang ter-emulsi didalam bahan bakar minyak.
2. Penimbunan
Untuk penimbunan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: Penimbunan dengan
Tangki Horisontal yang umumnya dibuat untuk menampung minyak dengan
kapasitas 15 m3 sampai 100 m3, sedangkan untuk keperluan penimbunan bahan
bakar minyak dengan jumlah lebih banyak dipergunakan tangki jenis vertikal
Tangki Vertikal. Untuk menjaga keselamatan, dalam proses penimbunan bahan
bakar perlu diperhatikan desain tangki yang dipergunakan serta kelengkapan
peralatan. Hal-hal yang harus diketahui dan dilakukan dalam penimbunan bahan
bakar minyak adalah sebagai berikut:
a. Lakukan pemeriksaan dan pencatatan jumlah/volume bahan bakar minyak dalam
tangki timbun setiap hari dan setiap kali ada pemindahan.
b. Periksa secara periodic mutu bahan bakar minyak secara visual (contoh diambil
dari bagian atas, tengah dan bawah). Bila ada kecurigaan terhadap mutu segera
hubungi supplier.
c. Setiap 6 tahun sekali bersihkan tangki penimbun dari segala kotoran dalam
tangki untuk menjaga kualitas minyak.
d. Lakukan draining setiap pagi untuk membuang air yang mengembun.
e. Fasilitas serta peralatan pendukung penimbunan diusahakan yang kedap
terhadap percikan listrik, guna untuk mencegah kebocoran.

26
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

f. Harus disediakan fasilitas serta sarana fire and Safety dilokasi penimbunan
bahan bakar minyak secara permanent dan selalu diperiksa agar siap pakai.
3. Penyaluran.
a. Periksa selalu jalur-jalur perpipaan penyaluran dari kebocoran dan periksa
saringan
b. Fasilitas serta pendukung penyaluran diusahakan yang kedap terhadap percikan
listrik untuk mencegah kebakaran.
c. Lakukan pencatatan terhadap pemakaian bahan bakar minyak setiap harinya
sehingga dapat diperkirakan konsumsi bahan bakar setiap bulan serta waktu
permintaan pensuplaian bahan bakar.
d. Hindari penyaluran/pengeluaran pada saat yang sama dari tangki yang sama
dengan tangki penerimaan untuk menghindari kesalahan perhitungan
penerimaan/penyaluran.
Dalam penanganan minyak ini hal yang paling memerlukan perhatian adalah bahwa
produk yang kita tangani ini adalah suatu produk yang sangat peka terhadap
kemungkinan terjadinya kebakaran dan ledakan, karena bahan bakar adalah bahan
yang mudah menyala/terbakar.
Uap bahan bakar minyak yang tercampur dengan udara pada konsentrasi tertentu dapat
terbakar dengan adanya sumber penyalaan (bunga api/lidah api). Disamping itu pada
temperature dan tekanan tertentu campuran uap bahan bakar dan udara ini dapat
terbakar dengan sendirinya meskipun tidak ada sumber penyalaan. Orang-orang yang
berkecimpung dalam penanganan bahan bakar minyak harus mengetahui titik nyala
(Flash Point) dari produk bahan bakar minyak yang ditanganinya, sehingga dapat
terjamin keselamatan. Dengan mengetahui flash point, orang ini dapat mengetahui
pada temperature berapa uap yang ditimbulkan oleh bahan bakar minyak ini dapat
menyala, sehingga daerah operasi penimbunan dapat dijaga terhadap sumber
penyalaan (source of ignition).
Untuk mencegah bahaya api dan kebakaran dilokasi penimbunan bahan bakar minyak
maka semua kontruksi dibuat berdasarkan atas prinsip keselamatan kerja dan efisiensi.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menjamin keselamatan ini meliputi:
a. Lay out lokasi penimbunan yang jelas serta pagar, untuk menghindari orang yang
tidak berkepentingan masuk kedalam lokasi. Dan pintu-pintu darurat harus tersedia.
b. Jarak antar tangki harus memenuhi syarat.
c. Untuk merokok dan menyalakan api dilakukan ditempat yang diijinkan.
d. Jalan masuk untuk orang, mobil dan kendaraan lain.
e. Tumbuh-tumbuhan disekitar tempat penimbunan harus dipotong secara teratur.
f. Tanda bahaya dan kebakaran.
g. Rambu-rambu lalu lintas
h. Sarana/alat pemadam kebakaran harus mampu dan sesuai dengan penggunaan.
i. Sarana pencegahan kebakaran tangki timbunberupa:
1) Foam fixed installation
2) Mobil pemadam kebakaran yang dapat dipiondahkan dan mudah dioperasikan.
3) Organisasi/regu pemadam kebakaran jika terjadi kebakaran.
4) Latihan pemadaman kebakaran/penyelamatan bagi karyawan.
5) Peralatan pemadam kebakaran haru diberi warna merah.

27
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

PELUMAS
Pelumasan adalah bagian yang sangat penting dan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dengan operasi mesin penggerak (rotating eguipment). Sehingga diperlukan perhatian
bagi pengguna mesin penggerak untuk secara periodik mengontrol keberadaan minyak
pelumas dengan menambahkan bila kurang dan mengganti dengan pelumas yang baru
bila sudah kotor atau usang. Perlu diperhatikan pula prosedur yang berlaku agar tidak
merusak mesin penggerak. Pada jenis mesin penggerak stasioner maupun mobil
(kendaran) biasanya diberikan rekomendasi minyak pelumas yang digunakan oleh
fabrikan dan berapa lama harus diganti.
Rekomendasi didasarkan pada setiap jenis kendaraan berdasarkan testing yang dilakukan
fabrikan biasanya jenis dan merek yang ada telah tersedia di pasaran. Penggunaan
minyak pelumas yang tidak sesuai dapat menimbulkan gangguan pada mesin penggerak.
Saat ini banyak sekali jenis pelumas yang beredar di pasaran, sehingga membingungkan
pengguna terutama dalam pemilihan yang sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat
kendaraan. Oleh karenanya perlu dipertimbangkan penggunaan pelumas jika terpaksa
menggunakan pelumas lain yang tersedia di pasaran.
Perlu diperhatikan juga bahwa jangan mencampur dua atau lebih minyak pelumas,
karena dapat menimbulkan akibat yang merusak mesin penggerak / kendaraan.
Pencmpuran tersebut mungkin dapat menimbulkan reaksl kimia dari additive yang
dltambahkan. Disamping itu dianjurkan jangan menggunakan minyak pelumas bekas,
meskipum sudah disaring, karena kemungkinan kekentalannya tidak sesuai lagi dan
additive yang diperlukan sudah tidak ada lagi. Additive adalah suatu senyawa kimia yand
campurkan untuk meningkatkan kemampuan atau fungsi minya pelumas. Biasanya dalam
satu.jenis minyak pelumas berisi lebih dari satu jenis additive.
Bahan baku minyak pelumas (lube base oil) dapat berasal dari (1) pemisahan fraksi-fraksi
minyak bumi melalui proses primer dan sekunder disebut mineral oil, (2) dapat pula
dibuat dari bahan tumbuh-tumbuhan disebut minyak nabati (3) dibuat dengan
mensenyawakan bahan-bahan kimia yang disebut sintetis oil. Ketiga-tiganya mempunyai
kelebihan dan kekurangan sehingga pemilihan bahan baku minyak pelumas tergantung
pada kualitas yang diperlukan, harga dan persediaan dipasaran. Pada saat ini minyak
nahati sudah sangat jarang karena kwalitasnya yang rendah, dan mudah teroksidasi.
Bahan baku minyak pelumas yang berasal dari mineral oil kualitasnya tergantung dari
proses pembuatannya dan jenis minyak bumi yaitu yang diolah. Sedangkan minyak
pelumas sintetis kualitasnya semakin baik, tetapi harganya mahal sehingga
penggunaannya pada kebutuhan tertentu, misalnya minyak rem, minyak trasmisi dan
mobil-mobil mewah.
Disamping bahan baku tersebut tadi, dulu digunakan juga bahan baku minyak pelumas
dari hewan dan tumbuhan karena kualitasnya yang sangat buruk, mudah teroksidasi
maka saat ini tidak lagi digunakan. Pada saat ini yang banyak beredar dipasaran adalah
minyak mineral.
1. Proses Pembuatan Bahan Baku Minyak Pelumas Mineral
Proses pembuatan hahan baku minyak mineral (lubricant base oil) meliputi langkah-
langkah sebagai berikut :

a. Penyulingan (crude oil distillation) untuk memperoleh fraksi yang sesuai dengan sifat-
sifat yang dikehendaki. Pertama-tama dilakukan penyulingan pada tekanan atmosfir
untuk menghilangkan gas naphtha, kerosene dan solar. Fraksi yang lebih berat
disebut residu minyak (crude residuum/long residu) dilakukan penyulingan lagi

28
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

dibawah tekanan atmosfir (vacum distillation) untuk mendapatkan fraksi yang sesuai
dengan kekentalan dan titik nyala (flashing point) yang diinginkanuntuk proses
selan.jutnya.
b. Deaspalting process, yaitu suatu proses untuk menyiapkan bahan baku yang baik
dengan cara memisahkan campuran aspal dan resin yang mengganggu dengan jalan
ekstraksi.
c. Refining process, dilakukan setelah aspal dan resin dipisahkan masih aromatic dan
naphthen yang perlu dihilangkan agar meningkatkan index kekentalan (viscosity
index) dan menjadikan pelumas tersebut tinggi kualitasnya.
d. Dewaxing process, yaitu suatu proses yang bertujuan untuk memisahkan lilin dan
memperbaiki titik beku agar tidak membektu pada suhu rendah, terutama pada
minyak yang berbasis parafin untuk kendaraan didaerah dingin.
e. Finishing process, suatu proses untuk memperbaiki warna dan meningkatkan
stabilitas dengan menggunakan tanah lempung (clay adsorbent). Bila minyak
pelumas digunakan untuk mesin yang memproduksi bahan makanan perlu
dihilangkan senyawa sulfur nitrogen dan kotoran berbahaya, dengan proses
hidrogen (hydrorefining).
f. Proses pembuatan Pelumas adalah mencampurkan hasil akhir bahan baku pelumas
tersebut diatas dengan senyawa kimia yang disebut additives untuk menghasilkan
minyak berkualitas yang sesuai dengan keinginan.
Perlu kiranya dipahami juga bahwa minvak mentah itu mempunyai sifat yang berbeda-
beda karean perbedaan komposis kandungan CH yang menyusunnya. Siifat-sifat
tersebut mempengaruhi kualitas bahan baku pelumas yang dihasilkan. Disamping
pengaruh dari komposisi minyak mentah proses pembuatan bahan baku minyak
pelumas cjuga mempengaruhi kualitasnya, misalnya perkembangan proses "solvent
refining yang pesat telah berhasil menghasilkan indek kekentalan yang tinggi dan
meningkatkan kualitas bahan baku pelumas dengan cara menghilangkan senyawa
aromatic.
Proses finishing juga mengalami perkembangan yang berarti sehingga makin banyak
produksi minyak pelumas yang berkualitas. Fungsi minvak pelunlas harus dapat
mereduksi keausan, gesekan dan lecetan yang terjadi pada permukaan benda yang
bergerak, jadi harus menempatkan pelumas selalu berada diantara benda yang
bergerak tadi. Pelumas yang baik dapat melumasi seluruh permukaan yang berhadapan
elama dua permukaan tersebut kontak.
Pada dasarnya bahan baku minyak kecuali memiliki sifat tersebut diatas juga dapat
bertindak sebagai pendingin, menahan korosi dan oksidasi, mencuci, menahan agar
tidak terjadi buih dan emulsi dan sebaginya. Setiap bahan baku pelumas baik berasal
dari minyak bumi (mineral) maupun sintetis mempunyai sifat-sifat tersebut, namun
untuk pemakaian lebih luas dan untuk memperbaiki sifatnya perlu ditambahkan
additives.
2. Minyak Pelumas Sintetik (Synthetic Lubricating Oil)
Lebih dari 60 tahun minvak pelumas sintetik digunakan sebagai pelumasan pada alat-
alat khusus. Pada umumnya minyak ini dibuat dari secara spesifik menggunakan sifat-
sifat fisikan dan kimia untuk membangun suatu senyawa untuk memenuhi kebutuhan
peralatan khusus. Misalnya penggunaan ester sintetik untuk "Aviation gas turbine", atau
Poly alkalin glikol untuk minvak rem, atau ester phosphate unttlk pencegahan

29
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

kebakaran pada sistem hidrolik. Biasanya sebelum digunakan minyak pelumas menjalani
uji coba secara ketat.
The America Society Testing Materials (ASTM) menetapkan "Minyak Pelumas sintetik
adalah suatu produk yang dihasilkan oleh pabrik dengan cara mereaksikan senyawa
kimia dan ditambahkan additives untuk meningkatkan kinerjanya. Jadi minyak dasar
pelumas sintetik tidak sama seperti miinyak dasar pelumas mineral. Minvak pelumas
sintetik yang diperdagangkan merupakan campuran minvak dasar sintetik, additives dan
kadang-kadang ditambahkan minyak mineral yang prosentasenya antara 10% - 15%,
sebagai pelarut. Minyak pelumas sintetik yang demikian itu disebut murni, hal ini untuk
membedakannya dengan yang mengandung minyak mineral lebih dari 15% yang
disebut minyak pelumas semi sintetik. ASTM.juga membedakan minyak dasar sintetik
berdasarkan minvak dasar sintetik yang digunakan menjadi
a. Sintetik hidrokarbon
Alkilat aromatic
Olefin oligomer
Sikloaliphatik
b. Organik ester
Dibasik aster ester
Polyol ester
Polyester
c. Selain tersebut diatas
Halogenated hidrokarbon
Phosphat ester
Polyglikol ester
Polyphenil ester
Silikat esteter
Silikon
d. Campuran dari beberapa senyawa di atas
3. Sifat Minyak Pelumas sintetik
Pemakaian pelumas sintetik meluas diseluruh dunia, terutama di Eropa dan Amerika yang
memiliki dua musim yang ekstrem. Perbedaan suhu udara antara musim dingin dan
musim panas yang besar menuntut perlakuan pelumas yang lebilt baik, dan ini hanya bisa
dipenuhi oleh minyak pelumas sintetik.
Hampir 98% kebutuhan pelumas sintetik dipasok oleh empat jenis saja yaitu (1) polyglicol
sekitar 38%, (2) sintetik hidrokarbon 33%, (3) organik 22% dan (4) phosphate ester
5%. Kebutuhan pelumas sintetik akan naik terus setelah orang memahami bahwa
pelumas sintetik dapat mengatasi masalah perbedaan suhu, kondisi lingkungan dan
bahkan tahan terhadap kebakaran.
Sifat clan kinerja pelumas sintetik yang baik disebabkan pelumas dasar sintetik yang
sempurna dan penambahan additives yang berkualitas. Sifat fisika dan kimia yang dimiliki
pelumas dasar seperti kekentalan yang stabil pada suhu tinggi, tetap sebagai fluida meski
pada suhu rendah, mempunyai titik didih yang dapat disesuaikan, memiliki hidrolitik yang
stabil dan dapat melarutkan additive dengan sempurna. Additives yang digunakan
umumnya yang mempengaruhi stabilitas oksigen, ketahanan terhadap beban bearing,
korosion inhibitor dan pencegahan terhadap penguapan (agar tidak banyak yang hilang).
Bila dibandingkan dengan minyak pelumas mineral.

30
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

a. Pelumas Sintetik Polyglicol


Polyglicol sebenarnya adalah senyawa polyalkylene glycol, yang merupakan bahan
sintetik yang paling tua dan baru dikembangkan setelah perang dunia II. Polyglicol
adalah pelumas sintetik yang memenuhi syarat kebutuhan minyak pelumas secara
umum. Pelumas ini memiliki daya pelumasan yang paling baik, memiliki titik nyala
(flash point) dan index kekentalan yang tinggi, memiliki daya penguapan dan titik
beku yang rendah. Namun tidak dapat sesuai dengan pelumas mineral, sehingga
pemakaiannya terbatas pada pelumasan gear dan peralatan besar yang memiliki
lingkungan kerja tinggi juga pada bantalan mesin yang digunakan pada industri
plastic, karet dan kertas.
b. Pelumas Sintetik Hydrokarbon
Pada umumnya terbentuk dari polyalphaolefin alkilasi aromatic polybuthene dan
cycloalphatk, namun polyalpha olefine menemparti urutan pertama dalam pasaran
pelumas sintetik. Pembuatan polyalpha olefine dengan proses polimerisasi
alphaolefine, sifat-sifat sintetik hydrocarbon yang berbasis polyalphaolefine bila
dibandingkan dengan sifat mineral oil lebih baik. Minyak sintetik ini tidak
mengandung wax (lilin) oleh karenanya pada suhu sangat rendah tidak membeku,
sangat berbeda dengan minyak pelumas mineral, disamping itu juga memiliki
penguapan yang rendah bila dibandingkan dengan minyak mineral pada suhu
400oC.
Dalam pemakaiannya minyak ini memiliki koefisien tarik yang rendahsehingga dapat
menghemat pemakaian worm gear pada beban tinggi. Disamping itu lebih tahan
terhadap oksidasi.
c. Pelumas Sintetik Organik Ester
Pelumas ini mulai dikenal sebagai pelumas pada PD II, yang dipakai pertama kali
oleh Jerman sebagai campuran untuk meningkatkan sifat pelumas agar tetap
berfungsi pada suhu rendah dan dapat mengatasi kekurangan pelumas mineral oil
yang sukar didapat karena kurangnya pasokan minyak bumi. Sejak tahun 1950
dipakai sebagai pelumas mesin jet, hingga saat ini menjadi andalan sebagai pelumas
semua jenis pesawat yang menggunakan mesin jet.
d. Pelumas Sintetik Phospat Ester
Pada pelumas jenis ini yang sering digunakan adalah (1) triaril phosphate ester, (2)
trialkil phosphate ester dan campuran alkyl-aril phosphate ester. Pada saat ini
penggunaan triaril sebagai tahan api pada minyak hidrolik pada turbine dan pada
beberapa macam penggunaan sejenisnya.Pelumas sintetik sendiri sebenarnya
flammable pada kondisi tenaga pembakaran tinggi dan pada suhu penguapannya.
Stabilitas oksigennya sedang saja, biasanya untuk meningkatkan ditambahkan
additives anti oksidan. Pelumas ini dapat melindungi pompa dan katup dalam
pemakaian sebagai pelumas hidrolik.
4. Additives (Bahan tambah)
Minyak dasar pelumas mineral maupun sintetik tidaK langsung dapat digunakan karena
hasilnya kurang memuaskan. Untuk meningkatkan kinerja pelumas perlu ditambahkan
additive sesuai dengan tuntutan penggunaanya. Dengan penambahan additives mutu dan
kemampuan pelumas akan lebih sempurna, sehingga dapat melindungi peralatan yang
digunakan. Addives dihasilkan oleh bermacam-macam produkyang tentu saja sangat
bervariasi kualitas dan harganya. Kualitas (mutu) dan kemampuan minyak pelumas
ditentukan oleh (1) kualitas minyak mentahnya, (2) kualitas proses pengolahan bahan

31
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

baku dan (3) kualitas additives yang digunakan. Itulah sebabnya banyak produsen minyak
pelumas memproduksi mminyak pelumas dengan berbagai kualitas yang berbeda-beda.
Additives yang biasa ditambahkan pada pelumas antara lain :
a. Anti oksidasi gunanya untuk mencegah kerusakan yang disebabkanadanya oksigen.
Hal ini dimaksudkan untuk menghambat oksidasi karena oksidasi akan menurunkan
kualitas minyak pelumas.
b. Anti karat digunakan untuk mencegah terjadinya karat karena proses korosi pada
bagian yang dilumasi. Anti korosi untuk menghambat proses korosi karena additives
tersebut membentuk senyawa pada permukaan logam, sehingga prosesnya dapat
terhambat.
c. Detergen ditambahkan zat pembersih seperti sabun agar tidak mengganggu
fungsi peralatan.
d. Dispersan ditambahkan untuk mencegah terjadinya endapan.
e. Anti foam ditambahkan untuk mencegah terjadinya buih karena kecepatan putaran
yang tinggi.
f. Perekat molekul, untuk mencegah percikan-percikan yang mengganggu, biasanya
untuk industri textile dan makanan
g. Viscosity index improver, ditambahkan untuk meningkatkan ketahanan perubahan
kekentalan pada suhu tlnggi.
h. Extrem pressure, penambahan additives ini membentuk lapisan tahan gesekan pada
pemukaan logam. Additives ini mengandung timah, phosphor, belerang dan chlor,
oleh sebab itu tidak boleh digunakan pada bagian-bagian yang terbuat dari tembaga.
i. Energy Consevation agent, digunakan untuk mengurangi gesekan antara pelumas
dengan bagian-bagian yang berputar, terutama dipakai pada mesin sehingga dapat
menghemat bahan bakar.
5. Penggunaan Minyak Pelumas
Pada rotating equipment tejadi gesekan antara bagian-bagian mesin, sehingga
kemungkinan dapat menimbulkan panas atau bahkan dapat menyebabkan lengketnya
bagian dengan bagian yang lain, namun pada beberapa bagian yang tidak rata dapat
menyebabkan terjadinya distribusi beban yang tidak merata. Hal tersebut dapat
menyebabkan kerusakan bagian-bagian mesin sehingga fungsi mesin menurun.
Penggunaan pelumas dalam mesinsangat penting karena akan mengoptimumkan fungsi
mesin tersebut. Beberapa fungsi pelumas diantaranya adalah :
Mengurangi terjadinya gesekan (friction) antara bagian-bagian mesin
Mengurangi keausan
Pendingin bagi bagian-bagian yang berputar atau bergerak
Membantu distribusi beban yang merata pada sebuah bantalan
Mencegah lekatnya kedua benda yang bergesekan
Mencegah terjadinya karat (corrosion) karena proses oksidasi
Mencegah masuknya zat-zat asing (sebagai seal)
a. Gesekan (Friction)
Bila permukaan dari dua buah benda yang saling bersentuhan, antara satu dengan yang
lainnya saling menggesek sehingga timbul tahanan (resistance) yang akan berusaha
untuk menahan pergeseran tersebut. Daya yang digunakan untuk menahan ini disebut
gesekan (friction). Besarnya friksi antara dua buah benda terdiri dari tenaga yang

32
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

diperlukan dari keadaan diam kemudian menggeser (coeficien of static friction)


ditambah dengan tenaga yang digunakan untuk meneruskan pergeseran tersebut
(dynamic friction), dengan kata lain :
Tenaga friksi = Coefisien static friction + dynamic friction
Dynamic friction adalah tenaga yang menimbulkan panas, seandainya tidak terkontrol
dapat menyebabkan lengketnya dua benda tersebut. Untuk memperkecil pergeseran
dan mengontrol panas yang timbul, permukaan dua buah benda tersebut harus diberi
minyak pelumas sebagai perantara sehingga tidak langsung kontak. Macam-macam
gesekan antara lain :
1) Gesekan antara dua logam
Gesekan luncur
Gesekan guling
2) Gesekan antara zat cair dimana terjadi gesekan luncur dan guling pula,
namun kedua gesekan tersebut dapat saling meniadakan
b. Keausan
Aus adalah suatu fenomena pemindahan lapisan karena gesekan. Keausan adalah suatu
kehilangan yang permanent darti permukaan logam karena kontak dan gesekan satu
dengan lainnya. Keausan ini kadang tidak dapat diamati oleh mata (kasat mata),
sehingga sukar dikenali secara awam. Namun bila dilihat dengan microscop di
laboratorium akan tampak dengan jelas. Apabila dua buah logam saling bergesekan,
maka akan timbul panas terutama pada puncak-puncak dari permukaan kedua logam
tersebut yang dapat mencapai suhu 1000 oC, sehingga memungkinkan adanya
pengelasan pada permukaan tersebut yang disebut microwelding. Jika kontak antara
puncak tersebut ditinjau keadaannya akan terdapat kejadian sebagai berikut :
1) Apabila hubungan itu lebih kuat pada kedua logam itu maka friksi terjadi pada
kedua logam tersebut
2) Apabila hubungan itu lebih lemah dari pada kedua logam itu, maka friksi yang
terjadi dapat diabaikan, karena sangat rendah dan tidak berpengaruh.
3) Apabila hubungan itu lebih kuat dari pada salah satu logam, maka friksi yang terjadi
hanya pada logam yang lebih lemah.
4) Apabila hubungan itu terjadi karena dua logam yang sama, maka akan terjadi
deformasi yang serius pada kedua logam tersebut.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, terjadinya gesekan antara dua logam
dapat menimbulkan panas dan akibatnya timbul keausan. Hal ini dapat diminimalisir
dengan cara memberikan pelumasan yang cukup menggunakan minyak pelumas yang
sesuai.
6. Type Pelumasan
a. Pelumasan berdasarkan kekentalan
1) Pelumasan dengan pelumas yang lebih ringan (encer)
Apahiia menggunakan minyak pelumas yang digunakan lebih ringan dari pada
yang dibutuhkan maka akibatnya permukaan poros mungkin tidak dapat
diangkat cukup jauh sehingga permukaan-permukaan yang menonjol masih
dapat bersentuhan satu sama lainnya. Gesekan ini dapat menimbulkan serbuk
logam yang akan mengotori minyak pelumas dan kenaikan suhu, akibatnya

33
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

minyak pelumas bertambah encer, sehingga menyebabkan pelumas tidak cukup


untuk melapisi permukaan bantalan dengan lapisan minyak yang tipis,
kemungkinan dapat menimbulkan kerusakan pada bantalan. Apabila kondisi ini
terus menerus terjadi dapat dipastikan bantalan akan rusak.
Adakalanya pemberian minyak pelumas yang ringan diperlukan terutama
ditujukan pada bagian-magian mesin yang memiliki celah yang lebih sempit dan
akan membentuk lapisan pelindung bantalan atau poros, dimana belum tentu
minyak pelumas yang kental dapat mencapainya.
2) Pelumasan dengan minyak pelumas yang lebih kental
Pemakaian minyak pelumas yang terlampau kental dapat menjamin tidak adanya
sentuhan antara logam, sehingga minyak pelumas akan tetap bersih. Namun
demikian minyak pelumas yang kental memiliki internal friction yang tinggi,
sehingga akan menimbulkan panas yang dapat menyebabkan minyak pelumas
menjadi encer, sampai terjadi suatu kesetimbangan dimana suhu minyak
pelumas dan viskositasnya menjadi konstan. Perlu diperhatikan juga dengan
adanya internal friction tersebut, tenaga yang diperlukan untuk memutar mesin
menjadi lebih besar, karena adanya tahanan geser dari minyak pelumas
tersebut.
3) Berdasarkan Lapisan Minyak Pelumas
Klasifikasi ini berdasarkan tebal-tipisnya lapisan minyak pelumas yang terjadi
pada permukaan bantalan atau poros yang diberi pelumasan. Tentu saja
pengamatannya diperlukan lebill cermat,dan itu hanya dapat dilakukan di
laboratorium dengan methode yang baku.Berdasarkan klasifikasi ini terdapat
beberapa type sebagai berikut :
Hydrodinamic lubrication atau disebut full film lubrication (pelumasan penuh)
Pelumasan ini lebih banyak dikehendaki orang karena seluruh permukaan dua
logam tidak ada gesekan, tidak terjadi kenaikan suhu dan kemiungkinan
terjadinya kerusakan kecil sekali Pelumasan yang demikian dapat terjadi bila
viskositas,tekanan dan kecepatan putaran mesin seimbang.
a) Boundry lubrication (pelumasan setengall kering).
Pelumasan ini terdapat lapisan-lapisan minyak tetapi ada kemungkinan pada
beberapa tempat, terutama puncak-puncak masih kering. Hal ini dapat
terjadi karena viskositas dan tekanan tidak seimbang.
b) Extreme pressure lubrication
Pelumasan semacam ini,terdapat pada gigi-gigi transmisi pada keadaan
tekanan dan putaran tinggi, sehingga kontak antara dua metal selalu terjadi.
Untuk memenuhi spesifkasi pelumas semacam ini minyak pelumas perlu
ditambah additives yaitu senyawa kimia tertentu, untuk meningkatkan
kualitas minyak pelumas, sehingga tetap berfungsi pada kondisi tertentu.
c) Dry lubrication (pelumasan kering)
Pelumasan ini tanpa adanya minyak pelumas (oiless) pada permukaan
logam. Sebagai gantinya dipergunakan Graphiet atau molybdeen disulfide.
Hal ini terjadi karena adanya minyak yang dapat mempengaruhi kualitas
atau tidak dikehendaki, misalnya kompresor untuk penyediaan udara
instrument atau finishing dalam pengecatan.

34
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

7. Analisa Minyak Pelumas


a. Viskositas (kekentalan)
Makin tinggi viskositas minyak pelumas makin besar gesekan antar molekul-molekul
minyak pelumas. Besarnya viskositas minyak pelumas tergantung pada asal minyak
bumi (crude oil) yang diolah, dan pemilihan proses pengolahan yang digunakan.
Viskositas dapal diukur dengan Saybolt Universal atau dengan Engler Universal.
Biasanya diukur dengan Saybolt. Prinsip pengukuran dengan Saybolt viscometer
ialah mengukur waktu yang digunakan untuk mentransfer jumlah minyak tertentu
melalui lubang pengeluarankecil yang ditentukan.
Saybolt Viscometer terdiri dari dua tabung silinder dengan satu lubang pengeluaran
kecil pada satu ujungnya. Minyak yang akan diukur viskositasnva dimasukan dalam
tabung sebanyak 60 ml, kemudian suhu diatur agar merata pada semua minyak
pelumas, kemudian dikeluarkan melalui lubang kecil pada ujung tabung dan diukur
berapa detik waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan minyak pelumas tersebut.
Jumlah waktu dalam satuan second (detik) menunjukkan viskositas minyak pelumas
dalam satuan Saybolt Universal (SSU). Satuan lain yang digunakan untuk kekentalan
adalah poise, untuk viscositas absolute
b. Viscositas index
Viskositas indeks dari minyak pelumas ditentukan menurut viskositasnya pada suhu
yang berubah-ubah. Bila suatu minyak pelumas pada perubahan suhu rendah ke
tinggi pada viskositasnya hanya terjadi perubahan kecil, maka minyak pelumas
tersebutmemiliki HVI (High Viscosity Index). Minyak pelumas jenis ini dipakai untuk
motor-motor yang bebannya tinggi dan tidak konstan.
Sebaliknya bila perubahan suhu tersebut nenyebabkan perubahan viskositas yang
besar, maka minyak pelumas tersebut disebut LVI (Low Viscosity Index). Minyak
pelumas jenis ini dipakai untuk mesin kerja yang suhunya konstan, misalnya mesin-
mesin bubut. Apabila perubahan suhu minyak pelumas hanya menyebabkan
perubahan viskositas minyak sedang, maka minyak pelumas tersebut disebut MVI
(Medium Viscosity Index).
c. Stabilitas
Stabilitas suatu minyak pelumas tidak terpengaruh atau tidak terjadi oksidasi pada
perubahan suhu yang terjadi. Bila terjadi oksidasi pada minyak pelumas akan
terbentuk cokes dan tidak dapat menahan beban yang berat. Hal ini dapat terjadi
pada minyak pelumas HVI, yang stabitasnya kurang baik.
Faktor yang mempengaruhi stabilitas minyak pelumas adalah pemilihan proses
pengolahan bahan baku minyak pelumas. Stabilitas minyak pelumas penting sekali
terutama bila digunakan untuk pelumasan pada suhu tinggi, misalnya untuk
pelumasan steam cylinder (300oC).
d. Pour point (titik tuang)
Pour point adalah suhu dimana minyak pelumas tersebut mulai membeku atau
dimana minyak pelumas tetap dalam keadaan cair. Bagi minyak pelumas yang
digunakan untuk daerah dingin atau digunakan untuk alat pendingin pour point
mempunyai peranan yang penting agar tidak beku, oleh sebab itu disyaratkan
pour point serendah mungkin.

35
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

e. Flash point (titik nyala)


Flash point adalah suhu dimana minyak pelumas tersebut dapat menyala.
Biasanya flash point harus setinggi mungkin, mengingat bahwa terjadinya gesekan
dapat menimbulkan panas yang tinggi. Terjadinya penyalaan membahayakan
keselamatan bagi sekitarnya.
f. Additives (bahan tambah)
Additives adalah bahan-bahan senyawa kimia yang ditambahkan kepada minyak
pelumas dengan maksud untuk memperbaiki sifat-sifat yang dimiliki minyak
pelumas tersebut. Pada umumnya additives ini merupakan scenyawa sulphur,
phosphor, dan chloor.
Reaksi antara additives dengan logam membentuk senyawa baru, sehingga gesekan
berkurang. Additives mempunyai kemampuan sebagai berikut :
a) Oxidation inhibitor, dapat menghalangi bereaksinya minyak pelumas dengan
oksigen.
b) Corrosion inhibitor, dapat menghalangi terbentuknya senyawa-senyawa asam
yang dapat merusak permukaan metal atau bantalan.
c) Ditergent dispersant, dapat membersihkan permukaan metal-metal dari endapan
yang terjadi.
d) Film strength improver menambah daya tahan minyak pelumas terhadap tekanan
yang sangat tinggi.
e) Rush preventive, dapat mencegah terjadinya karat pada permukaan metal atau
bantalan
f) Viscosity index improver, dapat mengurangi tingkat perubahan viskositas minyak
pelumas terhadap perubahan suhu
g) Anti foam, dapat mencegah terjadinya buih pada minyak pelumas. Timbulnya buih
atau busa menyeababkan tidak meratanya lapisan minyak pelumas.
h) Running in, dapat meratakan permukaan yang tidak rata, sehingga mengurangi
friksi

36
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

PELUMAS OTOMOTIF
Tujuan utama dari pelumasan adalah untuk mencegah kontak langsung antara dua
bagian yang bergesekan. Dengan demikian maka keausan antar komponen dapat
dikurangi.
Pelumasan yang digunakan pada kendaraan bermotor meliputi oli mesin baik untuk
mesin diesel maupun untuk motor bensin, oli roda gigi, gemuk dll. Oli power steering
juga berfungsi sebagai pelumas komponen-komponen pada power steering.
Umumnya pelumas automobil paling banyak dibuat dari minyak dasar dengan
bermacam-macam bahan tambah. Dan akhir-akhir ini banyak dibuat minyak sintetis
yang mempunyai kemampuan lebih baik.
1. Oli Mesin (engine lubricating oil)
Ciri khusus dari oli mesin dibanding dengan pelumas yang lain adalah kondisi kerja
dari oli mesin ini yang berhubungan dengan panas dan disamping itu oli ini akan
menjadi kotor oleh carbon, asam dan zat kotoran lainnya dari proses pembakaran.
Sebagai contoh sulfur dan hidrocarbon yang dibentuk dari hasil pembakaran bahan
bakar harus dinetralisir. Bahan bakar yang tidak terbakar , kotoran maupun karbon
harus dibawa oleh oli mesin agar tidak mengumpul dalam mesin.
a) Fungsi Oli Mesin
Oli Mesin berfungsi untuk:
1) Mengurangi gesekan (friksi)
Jika dua permukaan yang saling menempel bergerak, akan timbul gaya
gesekan pada permukaan kontak. Minyak pelumas menciptakan lapisan oli (oil
film) di antara permukaan kontak sehingga mencegah kontak langsung antar
komponen, dengan demikian akan keausan dan kehilangan tenaga akibat
gesekan dapat dikurangi.
OIL FILM

SHAFT

LOA
D

BEARING

SHAFT CASING

2) Pendingin
Panas timbul akibat terjadinya gesekan maupun akibat panas pembakaran.
Bila panas ini tidak diserap maka keausan komponen mesin akan semakin
cepat. Oli mendinginkan komponen-komponen mesin dengan cara bersirkulasi
melalui komponen komponen tersebut dan menyerap panas untuk
dikeluarkan dari mesin.
3) Peredam kejutan/getaran
Pada bagian-bagian mesin yang mengalami gaya tekan yang besar seperti
pada ball bearing, roller bearing dan roda gigi, tekanan yang sangat tinggi

37
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

terjadi pada permukaan kontak, yang akan mengakibatkan keausan dan


kerusakan. Dalam hal ini oli menyebarkan tekanan dan menyerap getarannya.
4) Mencegah korosi/karat
Pelumasan menciptakan lapisan oli yang menghindarkan permukaan logam
tidak terkena udara dan air secara langsung, sehingga tidak terjadi korosi.
5) Penyekat/perapat
Antara piston dan silinder diperlukan sifat kedap udara, sehingga kebocoran
antara ruangan diatas piston dan dibawah piston dapat dicegah, walaupun
sudah ada ring piston kekedapan ini tidak dapat dijamin. Oli selain sebagai
lapisan film antara silinder dan piston juga berfungsi sebagai penyekat
sehingga kehilangan tenaga akibat kebocoran kompresi melalui celah piston
dan silinder dapat dikurangi.
6) Pembersih
Oli yang bersirkulasi membersihkan saluran-saluran agar tidak tersumbat
oleh kotoran atau butiran logam (debu metalik/gram).
b) Syarat Oli Mesin
1)Oli mesin harus mempunyai kekentalan yang tepat. Bila terlalu encer lapisan
oli akan mudah rusak dan akan menyebabkan keausan komponen. Bila
terlalu kental akan menambah tahanan gerakan komponen sehingga akan
menyebabkan mesin susah distarter pada saat dingin dan tenaga mesin
berkurang.
2)Kekentalan harus relatif stabil tidak terpengaruh oleh perubahan temperatur.
3)Tidak merusak komponen
4)Tidak berbusa.
c) Jenis Oli Mesin
Oli mesin diklasifikasikan berdasarkan kekentalan (viskositas) dengan standar
dari SAE (Society of Automotive Engineers) dan kualitas yang menggunakan
standar dari API (American Petrolium Institute)
1) Klasifikasi Berdasar Viskositas
Viskositas menunjukkan kemampuan suatu cairan menahan aliran. Oli yang
encer akan lebih mudah mengalir dari pada oli yang kental. Oli akan cenderung
encer pada saat panas dan menjadi kental saat dingin. Tingkat kekentalan oli
ditunjukkan melalui indek kekentalan. Walaupun ada beberapa metoda
klasifikasi, namun standar SAE adalah yang paling umum digunakan seperti
pada tabel dibawah. Semakin besar nilainya semakin kental olinya.
NO. SAE VISKOSITAS
5W
10 W
15 W
20 W
25 W
20
30
40
50

Tabel klasifikasi SAE untuk oli mesin

38
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

Tanda huruf W (winter) menunjukkan bahwa tingkat kekentalan oli yang


diukur pada suhu 200C dan bila tanpa huruf W dibelakang angka tersebut
menunjukkan kekentalan oli pada suhu 1000 C.
Viskositas oli yang digunakan pada suatu mesin perlu mempertimbangkan :
a. Besarnya clearence yang akan dilewati oli
b. Besarnya beban yang akan didukung oleh oli
c. Temperatur operasi
d. Luas bidang gesek
e. Kecepatan gerakan
Menurut indek kekentalan yang dicantumkan pada oli, oli dapat dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu oli singgle grade yang hanya memiliki satu tingkat
kekentalan(seperti tercantum pada contoh tabel diatas) dan oli multi grade. Oli
Multi grade mempunyai keistimewaan kekentalannya hampir tidak berubah
akibat adanya perubahan temperatur. Sebagai contoh, oli SAE10W-30 memiliki
sifat SAE10 pada suhu 200C yang memudahkan start mesin pada udara dingin
serta kemampuan SAE30 pada suhu 1000 C untuk menjamin pelumasan pada
saat mesin panas, beban berat putaran tinggi. sehingga oli tersebut dapat
dipergunakan pada kondisi yang berbeda. Gambar dibawah menunjukkan
beberapa contoh hubungan antara nilai SAE dengan suhu penggunaan.
TEMPERATUR
-30 -20 -10 0 10 20 30 40 UDARA LUAR (C)

SAE 10W

SAE 20W

SINGLE-GRADE SAE 20
OIL
SAE 30

SAE 10W - 30
MULTI-GRADE
OIL SAE 20W - 30

2) Klasifikasi berdasar kualitas dan penggunaan


Metoda klasifikasi oli mesin berdasar kemampuan dan penggunaan banyak
menggunakan standar API. Klasifikasi ini biasanya tercantum pada masing-
masing kemasan oli mesin untuk menambahkan tingkatan SAE sehingga
pemilihannya akan lebih mudah bila dilihat dari perbandingan pengoperasia
kendaraan.
a) Klasifikasi Untuk Mesin Bensin
Tabel klasifikasi penggunaan oli mesin
Klasifikasi
Tingkat penggunaan
API service
SA Minyak murni tanpa bahan tambah (additive)
Digunakan untuk operasi mesin ringan yang mengandung
SB
sedikit jumlah anti oxidant
SC Oli yang mengandung detergent dispersent, anti-oxidant
SD Digunakan untuk mesin operasi dengan temperature tinggi
atau kondisi lainya yang mengandung detergent-dispersent,

39
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

resisting agent, antioxident, dll


Digunakan untuk mesin sedang dengan kandungan detergent
SE dispersent, resisting agent, anti oxidant dan lain-lain lebih
banyak
Tingkat olinya tinggi dan pemakaian resistance dan daya
SF
tahannya lebih baik.

b) Klasifikasi Untuk Mesin Diesel


Mesin diesel mempunyai kompresi yang sangat tinggi dan tekanan
pembakaran juga lebih tinggi. Karena itu lapisan oil film oli mesin diesel
harus dibuat lebih kuat. Bahan bakar diesel juga mengandung sulfur dimana
saat dibakar akan menjadi asam belerang. Karena itu oli mesin diesel harus
mampu menetralisir asam ini dengan baik dan memerlukan detergent
dipersant yang lebih baik untuk mencegah timbulnya jelaga didalam mesin.

Tabel klasifikasi penggunaan oli mesin diesel


Klasifikasi
Tingkat penggunaan
API service
Digunakan untuk mesin diesel operasi beban ringan yang
CA
mengandung detergent dispersent, anti oxidant, dll

Digunakan untuk mesin diesel operasi beban sedang dengan


CB bahan bakar kualitas rendah. Yang mengandung detergent-
dispersent, anti oxidant, dll
Digunakan pada mesin diesel putaran rendah dengan
turbocharger dan kondisi relatif berat. Performa oli harus
CC
dapat mencegah endapan pada suhu tinggi, endapan pada
suhu rendah, karat dan korosi.
Digunakan pada mesin diesel putaran tinggi dengan
turbocharger dan kondisi lebih berat. Performa oli harus
CD dapat mencegah endapan pada suhu tinggi, endapan pada
suhu rendah, karat dan korosi dengan tingkat yang lebih baik
daripada klasifikasi CC

CATATAN: huruf C berarti Commercial and Fleet Engine Service, biasa


digunakan untuk mesin diesel.
Beberapa pabrikan kendaraan menganjurkan penggunaan kelas CD untuk
mesin-mesin yang menggunakan turbocharger serta CC atau CD untuk mesin-
mesin tanpa turbocharger. Kelas CE, CF dan CG dengan sifat pemecahan jelaga
yang lebih baik telah digunakan sebagai standar.

40
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

2. Oli Roda Gigi


Oli roda gigi digunakan untuk melumasi transmisi manual, differential dan steering
gear manual.
a) Syarat-Syarat Oli Roda Gigi
Roda gigi mempunyai gesekan yang diakibatkan oleh putaran dan slip. Beban
yang besar pada permukaan gigi, bentuk yang kasar dan putaran yang cepat akan
mengakibatkan gesekan yang besar serta menimbulkan panas. Agar dapat
mengatasi hal tersebut diatas oli roda gigi dipersyaratkan.
1) Kekentalan sesuai
Karena beban yang berat, gesekan yang besar serta clearance yang besar,
maka oli roda gigi umumnya mempunyai angka viskositas yang tinggi.
Viskositas oli yang tinggi akan menyebabkan kesulitasn perpindahan transmisi
dan akan memperbesar tahan roda gigi (memperbesar kehilangan tenaga)
yang akan menyebabkan turunya tenaga untuk menggerakkan roda-roda.
Sedangkan oli yang terlalu encer akan menyebabkan timbulnya suara,
mempercepat keausan dan ada kemungkinan kebocoran oli.
2) Mempunyai kemampuan menahan beban
Saat gigi-gigi berhubungan, tekanan dan beban yang timbul besar. Oli
mempunyai fungsi sebagai perantara dalam memikul beban ini.
3) Tahan terhadap panas dan oksidasi
Bila oli roda gigi memburuk karena panas atau oksidasi, kotoran akan
membentuk zat asam dan menyebabkan perubahan kekentalan oli. Disamping
itu endapan kotoran dapat mengurangi kemampuan pelumasan dan dapat
merusakkan bantalan maupun roda gigi. Zat asam yang terbentuk juga akan
menyebabkan karat.

b) Jenis Oli Roda Gigi


Oli roda gigi diklasifikasikan berdasarkan kekentalan (viskositas) dengan standar
dari SAE (Society of Automotive Engineers) dan kualitas yang menggunakan
standar dari API (American Petrolium Institute)
1) Klasifikasi Berdasar Viskositas
Seperti oli mesin oli roda gigi juga mempunyai angka dibelakang SAE. Saat ini
ada 6 tingkat kekentalan roda gigi yang digunakan, Yitu SAE (75W, 80W,
85W,90,140 dan 250). Transmisi umumnya menggunakan SAE 90 dan untuk
differential SAE 140.
2) Klasifikasi berdasar kualitas dan penggunaan
Oli roda gigi diklasifikasikan oleh tipe roda gigi yang digunakan yaitu tipe hipoid,
bevel da lain-lain. API mempunyai standart klasifikasi oli roda gigi sebagi berikut.

Tabel klasifikasi penggunaan oli roda gigi


Klasifikasi
API Tingkat penggunaan
service
GL1 Oli murni untuk roda gigi, tidak dipakai untuk mobil saat ini
Mengandung minyak hewani dan nabati, banyak digunakan
GL2
untuk worm gear
Mengandung bahan tambah extreme pressure resisting dan
GL3
lain-lain. Digunakan untuk transmisi manual dan steering gear.
GL4 Untuk hypoid gear digunakan untuk melayani diatas GL 3

41
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

mengandung bahan tambah extreme-pressure resisting yang


lebih tinggi
Digunakan untuk hypoid gear dengan pelayanan yang lebih
GL5 berat dari kondisi GL 4. Kandungan extrem pressure resisting
lebih besar .

3. Gemuk
Berdasarkan sifat phisiknya minyak pelumas dibedakan menjadi minyak pelumas cair dan
minyak pelumas setengah padat (grease). Seperti penjelasan di depan maka pelumas cair
dapat diklasifikasikan berdasarkan asal bahan bakunya yaitu (1) minyak pelumas mineral
yang berasal dari fraksi minyak bumi, (2) minyak pelumas nabati yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, (3) minyak pelumas hewani yang berasal dari lemak hewani dan (4)
minyak pelumas sintetis. Sementara itu bentuk lain dari pelumas adalah setengah padat,
dimana fasa dari pelumas ini berada pada fasa diantara fasa cair dan padat.
Gemuk atau sering disebut pula dengan Vaseline, stempet, vet dan lain-lain merupakan
salah satu jenis pelumas yang banyak digunakan dalam kendaraan bermotor. Pelumas
ini digunakan sebagai pengganti minyak pelumas pada beberapa bagian kendaraan
yang tidak dapat dicapai atau tidak memungkinkan adanya system pelumasan pada
bagian tersebut. Bahkan untuk beberapa bagian yang letaknya vertical.
a. Sifat gemuk
1) Tahan terhadap beban tinggi
2) Bersifat perapat sempurna yang dapat mencegah menempelnya benda-benda
asing seperti kotoran dan air.
3) Tahan lama karena gemuk sukar mencair dan mengalir
4) Mempunyai tahanan gesek yang besar
5) Kemampuan mendinginkan rendah, karena sulit mengalir
6) Susah membersihkan kotoran-kotoran.
b. Bahan dasar
Seperti halnya minyak pelumas, gemuk pelumas dalam pemakaian awalnya juga
berasal dari lemak hewani dan nabati, oleh karena beberapa kekurangan yang ada
pada lemak tersebut, maka dibuatlah gemuk pelumas dari bahan mineral yang
merupakan fraksi dari minyak pelumas dengan dengan campuran senyawa ester
logam dan asam organic yang lazim disebut sabun. Sabun ini berfungsi sebagai
pembawa dan dapat menentukan sifat gemuk tersebut.

Bahan dasar Sifat Contoh produk Pemakaian


Lithium-lead Tahan air, panas Pertamina SG Untuk kendaraan
tinggi, tekanan tinggi bermotor, warna agak
dan oksidasi kecoklatan
Calcium Tahan air, kurang Pertamina TS 2 Suhu rendah 0
tahan panas dan tidak Livona Barbatia 75oC, bearing dengan
tahan oksidasi beban ringan, warna
hijau atau coklat
Lithium Tahan air, Pertamina 2 dan 3 Tidak untuk industri
kelembaban, anti Alvania (shell) makanan, warna
karat, oksidasi coklat
Lithium 1.2 Anti korosi Pertamina EP 1 Untuk industri berat
Hydroxystearate Tahan beban tinggi Pertamina EP 2 Untuk industri , warna
dan beban berat coklat, suhu operasi

42
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

107oC
Natrium/Kalium Tidak tahan air, dan Nerita Untuk Kogellager
oksidasi, tahan panas
Alluminium Tahan air, panas, Retinax CD Untuk chassis
oksidasi mobil,encer, daya
lekat tinggi,
Silikon Tahan terhadap zat Audco 631 Untuk katup dari
kimia, dan regelaf sluiter tidak
hydrocarbon boleh kena uap air

c. Persyaratan dan analisa gemuk


Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh minyak pelumas juga harus
dipenuhi oleh gemuk pelumas, beberapa persyaratan tersebut antara lain :
1. shear stability atau mechanical stability (kemampuan gemuk untuk kembali
pada keadaan semula dengan perubahan yang sangat kecil)
5% sangat baik
5.1% - 15.0% baik
15.1% - 30.0% cukup
30.1% keatas buruk
2. Drop point (suhu dimana gemuk akan berpindah dari keadaan semi padat
menjadi cair)
Gemuk dengan dasar kalsium 150 210 oF
Gemuk dengan dasar sodium 275 - 350 oF
Gemuk dengan dasar lithium 350 400 oF
Gemuk dengan dasar Benton diatas 500 oF
Gemuk silicon diatas 500 Fo

3. Viscosity (kemampuan alir)


4. Titik nyala dan titik api
5. Titik beku dan lumer
Grade Penetrasi Bentuk pada suhu kamar
000 445 475 Hampir cair
00 400 430 Extra lembut
0 355 430 Amat lembut
1 310 340 Lembut
2 265 295 Setengah lembut
3 220 250 Sedang
4 175 205 Keras
5 130 160 Amat keras
6 80 - 115 Extra keras

d. Additive
Untuk memperbaiki kualitas dan performance gemuk, maka dibutuhkan bahan
tambah yang hampir sama penggunaannya pada minyak pelumas. Additive yang
banyak ditambahkan pada gemuk pelumas antara lain :
Extreme pressure
Viscosity index improver
Anti korosi
Anti oksidan
Detergent

43
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

e. Tipe Gemuk
Banyak bagian kendaraan yang memerlukan pelumasan gemuk. Masing-masing
bagian mempunyai karakter yang berbeda. Dengan alasan tersebuta maka saat ini
ada bermacam-macam gemuk.
1) Gemuk Untuk Chassis
Berfungsi untuk pelumasan chassis. Karena chassis selalu berhubungan
dengan kotoran, air, debu, lumpur serta kejutan dan beban yang berat.
Karena itu gemuk untuk keperluan ini harus tahan terhadap air, kotoran,
tekanan dan goncangan.
Dalam hal ini biasanya digunakan gemuk jenis Lithium Soap base Multi
Purpose Grease (NLGI # 2).
2) Gemuk Bantalan (Bearing )
Gemuk yang dipakai untuk bantalan roda adalah jenis lithium soap based
multi purpose grease (NLGI # 2).
Karakteristik yang diperlukan dari gemuk bantalan roda ini adalah :
a) Harus tahan panas tinggi, hal ini disebabkan wheel hub akan menjadi
panas akibat dari pengereman.
b) Tahan terhadap oksidasi dan tahan lama
c) Tahan terhadap air dan lumpur sehingga tidak akan merusak bantalan.

Agar penggunaan gemuk dapat berfungsi secara maksimal perlu diperhatikan


hal-hal berikut :
1. Membersihkan dan mengeringkan bantalan
Pembersihan bantalan dapat menggunakan bensin atau minyak tanah.
Setelah dibersihkan bantalan harus segera dikeringkan dengan udara tekan,
kemudian segera diisi gemuk yang bersih agar tidak berkarat.
2. Packing (Pengisian Gemuk)
Jangan mengisi gemuk ke dalam wheel hub secara berlebihan. Beri gemuk
pada bantalan secukupnya dan sisakan gemuk 1/3 bagian dalam hubnya.
3. Mencampur Gemuk
Jangan mencampur gemuk dengan jenis gemuk yang lain, karena hal ini
akan menyebabkan penurunan kualitas dan kemampuan gemuk.
4. Menjaga Kebersihan Gemuk
Jangan menggunakan gemuk yang kotor oleh pasir, debu atau serbuk metal,
karena hal ini akan menyebabkan keausan yang tidak normal pada
permukaan persinggungan. Jangan tinggalkan gemuk dalam keadaan
terbuka, karena kotoran dapat mengotori gemuk .
4. Minyak
Ada dua jenis minyak yang digunakan dikendaraan yaitu minyak power steering dan
minyak rem. Minyak rem digunakan sebagai minyak untuk sistem hidroulis pada
sistem rem dan kopling.
a. Minyak ATF
Minyak ATF (Automatic Transmission Fluid) adalah berkualitas tinggi dengan
bermacam-macam bahan tambah. ATF ditekan oleh pompa oli dan dikirim ke
torque conventer dimana ia digunakan untuk memindahkan tenaga putar mesin
dan momen ke transmisi. Minyak ini selain berfungsi sebagai pemindah tenaga
juga berfungsi sebagai pelumas bagian-bagian transmisi otomatis yang berputar.
Minyak ATF dituntut mempunyai persyaratan sebagai berikut :
1) Viskositas sesuai

44
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

Suhu kerja dari minyak ATF bervariasi dari suhu dingin sampai panas. Karena
itu kekentalan dari ATF harus mampu mengatasi perubahan suhu ini sehingga
tidak akan mempengaruhi perpindahan tenaga walalupun terjadi perubahan
suhu.
2) Stabil terhadap panas dan oksidasi
ATF mengandung bahan oxidation preventive yang akan mencegah terjadinya
oksidasi pada saat panas. Oksidasi pada minyak akan menyebabkan
terbentuknya kotoran. Dimana kotoran ini akan dapat menyebabkan
tersumbatnya saluran pada transmisi otomatis.
3) Tidak berbusa
Minyak ATF dipompa secara cepat oleh pompa impeler. Bila minyak ATF
menimbulkan busa, hal ini akan menyebabkan terjebaknya udara pada sistem
hidroulik. Terjebaknya udara ini akan menimbulkan gangguan kerja dari
transmisi otomatis ini. Untuk mengatasi hal ini biasanya pada minyak ATF
diberi bahan tambah anti-foaming agent.
4) Berwarna
Untuk memudahkan membedakan minyak ATF dengan minyak lainnya,
biasanya minyak ATF diberi warna merah atau kekuning-kuningan. Warna dari
cairan ini juga dapat digunakan untuk menentukan apakah minyak tersebut
sudah kotor atau belum, karena ATF yang kotor akan berubah warnanya
menjadi kehitam-hitaman.
5) Tidak merusak komponen baik dari karet maupun logam
ATF dituntut harus dapat mencegah bertambahnya keausan komponen akibat
kotoran yang dihasilkan oleh keausan komponen dari power steering.
Disamping itu juga tidak boleh merusak karet atu seal-seal. Karena itu pada
minyak ATF ini biasanya ditambahkan beberapa bahan tambah seperti
cleansing agent.
Ada bermacam-macam minyak ATF. Dalam hal ini minyak ATF yang digunakan
untuk kendaraan tertentu harus diketahui, karena masing masing ATF
mempunyai karakter yang berbeda. Mengganti jenis ATF atau mencampurnya
dengan jenis yang lain akan mengganggu kerja dari transmisi otomatis.
b. Minyak Rem
Digunakan pada sistem hidroulik sistem rem maupun mekanisme penggerak
kopling mekanik. Minyak rem ini dituntut untuk dapat bekerja cepat, terpercaya
dan tahan lama. Minyak rem dibuat dari minyak sintetis yang ditambah beberapa
bahan tambah. Minyak rem ini mengandung zat kimia yang dapat
mempengaruhi kesadaran manusia.
1) Persyaratan Minyak Rem
a) Titik didih tinggi
Setelah bekerja beberapa kali rem akan menjadi panas. Panas ini akan
mempengaruhi juga minyak rem. Bila minyak rem mendidih akibat panas
tersebut, maka minyak rem akan menguap dan menyebabkan minyak
rem berbusa. Busa ini akan menyebabkan terjadinya vapour lock, dimana
pada saat pedal rem diinjak maka pedal rem diinjak maka yang ditekan
adalah minyak yang telah menjadi uap. Dengan demikian tenaga dari
pedal rem tidak diteruskan ke sistem rem.
b) Tidak merusak karet dan logam
Bila minyak rem merusak karet dan logam akan mengakibatkan
kebocoran pada sistem rem. Kebocoran ini akan menyebabkan
berkurangnya tenaga hidroulios atau malah kehilangan gaya tekan pada
sistem hidroulis.

45
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

c) Viskositas sesuai
Viskositas dari minyak rem diperlukan untuk dapat meneruskan tekanan
pada suhu yang bervariasi. Dan kekentalanya tidak boleh berubah karena
perubahan temperatur.
2) Jenis Minyak Rem
Menurut standart FMVSS 9Federal Motor Vehicle Safety Standart). Minyak rem
dikategorikan menjadi 4 tipe. Penggolongan ini berdasarkan titik didih dari
minyak tersebut.
Tipe DOT 3 DOT 4 DOT 5 SAE J1702
Item (SAE 1703) (extremeely cold areas)

Boiling Point 205 (401) 230 (446) 260 (500)


0
150 (302) atau
C (0F) atau lebih atau lebih atau lebih
lebih besar
besar besar besar
Wet Boiling 140 (284) 155 (311) 180 (356)
Point0C (0F) atau lebih atau lebih atau lebih -
besar besar besar

DOT : Department Of Transportation

3) Penanganan minyak rem


Saat menangani minyak rem perhatikan hal-hal berikut;
Jangan mencampur minyak rem yang berbeda jenis, karena akan
mempengaruhi kemampuan dari minyak rem
Hindari tercampurnya minyak rem dengan air
Hindari tercmpurnya minyak rem dengan oli atau pembersih oli
Simpanlah minyak rem ditempat yang kering dan dalam keadaan tertutup
agar minyak rem tidak tercemar

5. Sealent
Sealent atau gasket cair digunakan sebagai pengganti gasket convensional dan
dipasaran dikenal juga dengan istilah three bond. Sealent ini merupakan perekat
setengah padat yang dimasukkan ke dalam tube. Umumnya dibuat dari silicone atau
acrylate yang dapat mengeras pada temperature ruangan.
a. Kelebihan Gasket Cair
Dibanding gasket biasa sealent mempunyai kelebihan:
1) Dapat melekat pada semua permukaan yang berpasangan secara merata
2) Pembentukannya langsung ditempat dengan memerlukan sedikit tenaga, dan
setelah dipasang baut pengikat tidak boleh kendor
3) Tahan terhadap kotoran, air, karat dan tahan kebocoran
4) Mudah dalam penyimpanan

b. Syarat Sealent
Agar sealent dapat berfungsi dengan baik harus memenuhi persyaratan :
1) Mempunyai elastisitas yang baik.
2) Daya lekat kuat.
3) Kekentalan setelah mengerah tidak berubah karena pengaruh perubahan
temperature.
4) Tahan lama.

46
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

5) Mudah dibersihkan dari komponen yang telah dilepas.


c. Cara Penggunaan Sealent
Sealent biasa digunakan pada komponen-komponen engine, transmisi dan
differential. Dan untuk jenis sealent yang digunakan dan ukuran pengaplikasian
lihat pada buku manual.
Agar penggunaan sealent dapat berfungsi maksimal ikuti prosedure berikut :
1) Sebelum melapisi dengan sealent bersihkan komponen lama dari sisa-sisa
gasket lama dengan menggunakan bensin.
2) Bersihkan permukaan yang akan dilapisi gasket dari oli,minyak, air atau
kotoran dengan menggunakan kain.
3) Lapiskan gasket pada komponen yang diam secukupnya, jangan berlebihan
atau kekurangan. Buat overlap (menyabung) pada bagian sambungan (tempat
memulai dan mengakhiri lapisan satu tempat).
4) Saat memasang komponen yang sudah diberi selaent pastikan bahwa
pemasangan komponen sudah tepat dan lurus. Jika pemasangan komponen
bergeser, ulangi lagi penggunaan sealent.
5) Jarak pemasangan komponen dengan pengaplikasian sealent tidak boleh lebih
dari 20 menit. Bila lebih dari 20 menit sealent sudah mengeras dan harus
diulangi lagi pengaplikasian (sealent dibuang ).
6) Setelah pemasangan komponen tunggu minimal 15 menit sebelum
mengoperasikan mesin atau kendaraan.
7) Setelah selesai dipakai tutuplah sealent secara rapat sebelum disimpan.

6. Beberapa pelumas dan cairan lain yang digunakan dalam industri Otomotive
a. Automatic Fluid Transmission (ATF)
Berbeda dengan penggunaan pada pelumas roda gigi atau pelumas transmisi
manual, maka pelumas pada transmisi otomatis memiliki beberapa persyaratan
lain yang lebih ketat. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi pada pelumas
transmisi otomatis antara lain :
High pressure resistance
High viscosity stability relative to temperature
High resistance to aging
Good anti-foaming properties
Compatibility to gasket and seal

a) Bahan dasar
Untuk dapat memenuhi persyaratan dan kemampuan pada transmisi otomatis
juga tidak merusak baik seal dan valve yang ada pada system biasanya bahan
dasarnya berasal dari sysntethic lubricant biasanya berupa poly - - olefins yang
memiliki kelebihan viscosity stability dan anti aging yang lebih baik.
b) Klasifikasi
Beberapa produsen mensyaratkan pemakaian produknya dengan beberapa
pelumas yang ada diantaranya : Type A, Sufix A, Dexron, Dexron B, Dexron II C,
Dexron II D, dexron II E, Dexron III, Mercon dll.

47
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

b. Brake Fluid
Brake fluid atau minyak rem merupakan cairan yang sangat penting dalam system
hydraulic brake, cairan ini berfungsi untuk meneruskan tenaga penekanan dari pedal
rem dan merubahnya menjadi tenaga dorong yang lebih besar pada masing-masing
master silinder roda.
1) Persyaratan
Untuk menjamin keselamatan dan keamanan dalam pemakaian, maka standar
minyak rem ditentukan seperti oleh SAE J 1730, FMVSS (federal motor vehicle safety
standard) 116, ISO 4925 juga oleh The US Department of Transportation (DOT).
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh minyak rem diantaranya yaitu :
Equilibrium boiling point
Adalah ketahanan minyak rem terhadap thermal stress. Panas dapat berasal
dari silinder roda atau brake drum ketika terjadi pengereman. Sehingga pada
minyak rem akan terbentuk gelembung uap (vapour bubbles) pada temperature
didihnya, yang bersifat merusak.
Wet boiling point
Adalah kesetimbangan titik didih cairan lanjutan terhadap penyerapan uap air
dibawah kondisi spesifik (kira-kira 3.5%) hal ini dapat pula dijadikan mengapa
minyak rem harus diganti setiap 1 2 tahun
Viscosity
Kemampuan alir minyak rem pada suhu kerja (-40 100 oC)
Compressibility
Menjamin kemampuan untuk dapat ditekan pada perubahan suhu yang
berubah-ubah
Corrosion protection
Tidak memiliki pengaruh korosif terhadap logam atau bagian ssitem rem yang
dilaluinya
Elastomer swelling
Tidak merusak pada bagian-bagian lain seperti seal, piston atau bagian lainnya
Tabel macam-macam minyak rem

Reference standard Test FMVSS 116 SAE J1730


Requirements / Date DOT 3 DOT 4 DOT 5 Nov 1983
Dry boiling poin min. oC 205 230 260 205
Wet boiling poin min. oC 140 155 180 140
Cold viscosity at -40oC mm2/s 1500 1800 900 1800
2) Komposisi dan bahan dasar
Berbeda dengan minyak pelumas lainnya, cairan minyak rem memilki sifat dan
karakteristik khusus, dalam pemakaiannya minyak ini benerja pada system tertutup
dan kedap udara. Oleh karenanya bahannya dibuat lebih spesifik beberapa bahan
dasar yang digunakan antara lain

Glycol-ether fluids
Mineral-oil fluids (ISO 7308)
Silicon fluids (SAE J1705)

48
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

c. Refrigerant lubricant
Pada beberapa kendaraan yang dilengkapi dengan air condition (AC) terdapat
compressor yang berfungsi untuk mensirkulasikan refrigerant dalam system,
sementara refrigerant yang ada tidak bersifat sebagai pelumas, oleh karenanya pada
beberapa system AC dibutuhkan pelumas kompresor yang dicampurkan pada
refrigerantnya.
1) Bahan
Tergantung pada jenis compressor dan refrigerant yang digunakan dalam system.
Kondisi kerja juga sangat berpengaruh diantaranya suhu, kecepatan, tekanan, dan
beban. Disamping itu harus diperhatikan kemungkinan terjadinya pengenceran oleh
karena pengaruh refrigerant yang dikompresikan

Daftar pelumas compressor


Jenis Gas Pengaruh pada minyak pelumas Minyak yang tepat
CO2 Tidak ada Minyak mineral murni
CO Tidak ada Minyak mineral murni
Helium Tidak ada Minyak mineral murni
Hidrogen Tidak ada Minyak mineral murni
Nitrogen Tidak ada Minyak mineral murni
Hydrogen sulfide Korosi dengan adanya air Minyak mineral murni
Sulfur dioksida Korosi dengan adanya air Minyak mineral murni
Nitrat oksida Korosi dengan adanya air Minyak mineral murni
Propana Mengencerkan Minyak mineral murni
Gas alam
Kering Tidak ada Minyak mineral murni
Basah Mengencerkan Minyak mineral compon
Oksigen Eksplosif Larutan sabun dan air
Klor Semua terlalu aktif untuk digunakan Disain dimungkinkan
Hidrogen klorida dengan minyak pelumas yang berasal tanpa minyak pelumas
Nitrogen dioksida dari minya bumi
Nitrit oksida

Pengaruh Minyak Pelumas Terhadap Kontak dengan Beberapa Refrigerant

Bahan Rumus Pengaruh pada minyak


Reaksi yang terjadi
Refrigerant Kimia pelumas
Amoniak NH3 Sedikit bercampur Tak ada pengaruh terhadap
viscositas tetapi akan
membentuk emulsi dengan
adanya air
Karbondioksida CO2 Praktis tak ada reaksi Tak ada pengaruh
Sulfur oksida SO2 Reaktif hanya pada suhu Tak ada pengaruh pada
tinggi viskositas suhu biasa,
bekerja sebagai pelarut
tertentu pada suhu tinggi
untuk membentuk Lumpur
atau endapan
Metilen klorida CH3CL Bercampur sempurna Tak ada reaksi kimia tetapi

49
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

menurunkan viscositas
Metilena klorida CH2Cl2 Bercampur sempurna Tak ada reaksi kimia tetapi
menurunkan viscositas
Freon 12
CCl2F2
Genetron 12
Freon 11
CFCl3
Genetron 11 Bercampur sempurna
Tak ada reaksi kimia tetapi
Freon 21 CHCl2F
menurunkan viscositas
Freon 113
C2Cl3F3
Genetron 113
Freon 114
C2Cl2F4
Genetron 114

d. Coolant
Pada beberapa kendaraan terutama yang beroperasi di daerah yang memiliki 4
musim, maka akan terjadi suatu fenomena dimana air pendingin akan mengalami
pembekuan, disamping itu air pendingin kadang menjadi cepat mencapai titik
didihnya, sehingga akan mengurangi kemampuan system pendinginan. Oleh
karenanya dalam system pendinginan diperlukan cairan tambahan yang sering
disebut dengan coolant
1) Bahan
Ethelyne glycol berfungsi untuk mencegah terbentuknya freezer pada air pendingin,
meningkatkan daya penyerapan panas pada air pendingin, meningkatkan titik didih
2) Additive
Corrosion inhibitor
Buffers borates
Anti-foaming agent silicones

50
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

BAHAN BAKAR ALTERNATIF


Motor Bakar bensin maupun diesel secara komersial sudah berumur lebih dari 100
tahun. Sejak pertama ditemukan hingga kini telah terjadi evolusi yang cukup
panjang baik dari segi daya maksimum, efisiensi termal, pemakaian bahan bakar
spesifik, kadar polusi gas buang, daya persatuan berat, maupun harga. Sejalan
dengan kebutuhan manusia yang ingin hidup lebih nyaman, perhatian manusia
menjadi lebih tinggi terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kebutuhan power train
(rangkaian daya) dan bahan bakar pun mulai berubah, dari sebuah kendaraan yang
hanya asal bisa jalan, menjadi sebuah kendaraan yang efisien, menghasilkan polusi
gas buang serendah mungkin dan kalau bias nol serta dapat didaur ulang. Tentunya
semua itu ingin diperoleh tanpa mengorbankan kenyamanan, biaya yang rendah dan
tetap daya yang besar.
Di Indonesia, kesadaran akan bahaya polusi gas buang sudah cukup meningkat
walaupun masih tertinggal bila dibandingkan beberapa negara tetangga terdekat di
Asia. Setelah melalui beberapa kali penundaan, akhirnya penggunaan bensin tanpa
timbal telah dimulai di Jakarta sejak tanggal 1 Juli 2001 yang lalu. Secara bertahap
hal ini akan dikembangkan ke wilayah Jawa pada tahun 2002 dan ke wilayah
nasional pada tahun 2003. Disamping itu penggunaan bahaya polusi gas buang
kepada masyarakat telah pula dimulai dengan sosialisasi melalui seminar-seminar,
media masa, serta pembangunan papan penunjuk kadar polusi udara di beberapa
kota besar. Diharapkan, dengan sosialisasi seperti ini, maka kesadaran masyarakan
akan penggunaan besin tanpa timbal, perswaan kendaraan yang tepat clan
penghematan penggunaan kendaraan semakin meningkat.
Selain penggunaan bensin tanpa timbal, ketersediaan bahan bakar minyak juga,
semakin menurun. Di Indonesia, dengan produksi minyak nasional sekitar 500 juta
barrel per tahun clan cadangan minyak yang tinggal sekitar 9 miliard barrel, bila
tidak ditemukannya cadangan baru, maka minyak bumi Indonesia akan habis dalam
18 tallun lagi. Berdasakan hal ini maka usaha untuk mencari bahan bakar alternatif
perlu diintensifkan, termasuk usaha untuk menggunakan rangkaian daya dan bahan
bakar yang tidak bersumber dari minyak bumi.
Uraian berikut ini membahas beberapa alternatif rangkaian daya dan bahan bakar
yang mungkin digunakan pada masa depan. Selain membahas alternatif yang ada di
dunia, akan pula dibahas alternatif untuk kendaraan di Indonesia. Dengan melalui
pembahasan ini, maka diharapkan kita semua menyadari akan pentingnya penelitan
mengenai alternatif rangkaian daya dan bahan bakar sejak dini.
1. Alternatif Rangkaian Daya untuk Masa Depan
Beberapa alternatif rangkaian daya untuk masa depan ada yang masih dalam
taraf penelitian, taraf prototipe maupun yang sudah mulai komersial. Contoh
penghasil daya yang dalam taraf penelitian dan prototipe adalah turbin gas
keramik dan mobil hibrida, sedangkan contoh penghasil daya yang sudah dalam
taraf komersial adalah Gasoline Direct Injection (GDI) dan mobil listrik.
Penggunaan bersama antara motor bensin/diesel dengan motor listrik, yaitu yang
disebut juga mobil hibrida, juga akan dibahas di bawah ini.
a. Turbin Gas Keramik
Secara umum, turbin gas sebagai penggerak mula untuk kendaraan mempunyai
banyak keuntungan. Turbin gas menghasilkan polusi yang relatif lebih kecil,
dapat menggunakan berbagai jenis bahan bakar dan efisien secara termal.

51
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

Salah satu perusahaan yang mengembangkan turbin gas adalah Mitsubishi yang
memulai penelitiannya sejak tahun 1969. Pengujian turbin gas pada truk di
lapangan telah dilakukan dan kinerjanya ternyata cukup baik, hanya saja
pemakaian bahan bakarnya cukup boros. Untuk mengatasi permasalahn tersebut
maka efisiensi termal turbin gas harus dinaikkan, yaitu dengan menaikkan
temperatur gas masuk turbin. Percobaan dilakukanlah dengan penggunaan
keramik sebagai rotor turbin agar tahan temperatur yang lebih tinggi.
Pengetesan turbin gas dengan rotor keramik oleh Mitsubishi pada tahun 1991
menghasilkan diterimanya Penghargaan Teknis Himpunan Turbin Gas di Jepang
pada tahun 1992. Mitsubishi mulai bekerja sama dengan Toyota dan Nissan
dibawah arahan Japan Automotive Research Institute (JARI) sejak tahun
1990 untuk mengembangkan turbin gas keramik untuk kendaraan.
b. Gasoline Direct Injection (GDI)
Gasoline Direct Injection adalah suatu metode injeksi langsung bahan bakar ke
dalam ruang bakar pada motor bensin. Hasil yang diperoleh antara lain adalah
pemakaian bahan bakar spesifik yang lebih rendah daripada motor yang
menggunakan karburrator maupun injeksi bahan bakar pada saluran udara
masuk. Walaupun penelitian mengenai hal ini sudah puluhan tahun lamanya
tetapi motor GDI baru dipasarkan secara komersial sejak tahun 1996 oleh
Mitsubishi. Jenis mobil dengan teknologi GDI yang dipasarkan oleh Mitsubishi
pada saat ini antara lain adalah Galant, Legnum, Pajero, Diamate dan Challenger.
Tiga hal terpenting pada teknologi GDI adalah sebagai berikut:
a. Lubang masukan yang lurus dari atas yang dapat mengontrol aliran udara
dalam silinder,
b. Lekukan berbentuk cawan bulat pada bagian atas piston yang permukaannya
membentuk kurva dapat mengontrol campuran udarabahan bakar serta
pembakarannya, dan
c. Injektor berpusar dengan tekanan tinggi yang dapat mengontrol dengan
cermat sebaran dan atomisasi semprotan bahan bakar untuk memperolell
campuran udara-bahan bakar yang optimum.
Dibandingkan dengan motor bakar bensin yang konvensional, bila dioperasikan
pada Mode Tes Jepang 10-15 yang mensimulasikan pengunaan di perkotaan,
maka motor GDI mengkonsumsi bahan bakar 25 hingga 35% lebih hemat.
Penghematan ini tentu saja berdampak positif atas biaya operasi dais jumlah
polusi gas buang terutama C02 yang menyebabkan pemanasan global.
GDI juga menghasilkan daya yang cukup tinggi dengan adanya perbaikan
efisiensi volumetriknya. Penyemprotan bahan bakar langsung pada ruang bakar
pada saat langkah isap, menimbulkan efek penguapan bahan bakar. Kalor laten
penguapan ini akan mendinginkan udara yang masuk sehingga masa jenis udara
meningkat. Akibatnya efisiensi volumetrik pun ikut meningkat dan daya efektif
menjadi lebih besar. Efek pendinginan ini juga memperkecil terjadinya ketukan
(knocking), sehingga perbandingan kompresinya dapat ditingkatkan hingga 12:1,
yang pada akhirnya juga akan lebih meningkatkan daya efektif dan efisiensi
termal. Umumnya, motor GDI menghasilkan torsi 10% lebih besar dibandingkan
dengan motor dengan injeksi konvensional, dimana bahan bakar diinjeksikan
pada saluran isap.

52
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

Pada pemasaran domestik tahun 2000 di Jepang Mitsubishi menargetkan


penggunaan teknologi GDI pada 85% produknya.dan selanjutnya berangsur-
angsur akan ditingkatkan hingga mencapai 100% produknya pada tahun 2010.
Kini pembuat mobil lainnya di Amerika, Eropa maupun Jepang juga sudah mulai
memasarkan mobil mereka dengan teknologi GDI.
Masalah yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan teknologi injeksi yang
berbasis kontrol numerik/komputer adalah engine map yang diprogram di dalam
Electronics Control Unit (ECU). Perlu diingat bahwa kondisi lalu lintas antara satu
negara dengan negara lain berbeda. Demikian pula kondisi operasi kendaraan di
dalam kota dan di luar kota juga tidak sama. Oleh karena itu pengoperasian
kendaraan pada kondisi yang tidak sesuai dengan karakter engine map yang ada
akan mengakibatkan prestasi dari motor tersebut tidak optimal (misal bahan
bakar malah menjadi boros, daya kurang, temperatur operasi terlalu tinggi, dll).
c. Mobil Listrik
Mobil listrik adalah kendaraan yang penggerak mulanya berupa motor listrik.
Sumber energi listrik dapat diperoleh dari baterai, set surya atau set bahan
bakar. Dalam hat ini motor listrik berfungsi sekedar sebagai alat pengubah energi
listrik menjadi energi mekanik. Teknologi motor listrik untuk kendaraan bermotor
telah dinilai cukup memadai. Demikian pula halnya dengan masalah sistem
kontrolnya. Penghematan sumber daya energi dapat dilakukan dengan proses
penyerapan energi sewaktu pengereman, mobil berjalan turun dan lain-lain. Hal
yang perlu dikembangkan adalah sumber daya, termasuk dalam hat ini
menyangkut infra struktur suplai sumber energinya. Masalah emisi tetap akan
timbul jika suplai energi listrik didapat dari PLTU dan PLTD. Karena itu akan lebih
baik jika suplai energi diperoleh dari PLTA, PLTP, Kincir Angin, Energi Gelombang
Pasang-Surut, dll.
Disamping masalah suplai energi masalah pada mobil listrik adalah baterai, baik
karena keterbatasan kapasitas, lama waktu pengisian dan beratnya, maupun
penanganannya setelah tidak bisa dipergunakan lagi. Sampai saat ini belum
ditemukan teknologi pengolahan limbah baterai yang dapat mendaur ulang
menjadi produk yang dapat berguna kembali.
d. Mobil Hibrida
Mobil Hibrida adalah kendaraan dengan penggerak mula kombinasi antara motor
dengan bahan bakar minyak (bensin atau diesel) dengan motor listrik.
Penggunaannya yang disatukan memungkinkan penggunaan motor bensin/diesel
biasa pada saat awal dan saat keperluan daya tinggi. Sedangkan motor listriknya
digunakan pada saat kendaraan berhenti (idling) atau ketika melalui zona yang
bebas polusi.
Ada dua jenis mobil hibrida dilihat dari!, penggunaannya yaitu jenis hibrida seri
dan jenis hibrida paralel. Pada jenis seri maka motor bakar akan beroperasi
dengan tingkat keadaan konstan yang paling efisien untuk menggerakkan
generator. Generator 'ini akan mensuplai listrik ke motor maupun ke baterai,
sesuai dengan pengaturan/'keperluannya. Sedang pada jenis paralel, maka motor
bakar bersama-sama dengan motor listrik menggerakkan roda sehingga mobil
pergerak. Pengaturan suplai daya poros ini dapat diatur dengan mode yang
diinginkan, misalnya motor bakar akan mati jika mobil diam dan posisi kopling
dilepas serta gigi netral (contoh ketika menunggu lampu hijau di perempatan)

53
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

dan motor listrik beroperasi jika diperlukan suplai daya poros tinggi (contoh
ketika mobil berjalan menanjak atau ingin dipercepat secara tiba-tiba).
Oleh karena masih menggunakan penggerak mula motor bakar dalam, maka
mobil hibrida belum benar-benar bebas polusi, walaupun konsumsi bahan
bakarnya dapat ditekan hingga 1 liter bensin untuk 43 km (Honda Insight).
Meskipun demikian secara kumulatif emisi gas buangnya sudah jauh dibawah
kendaraan konvensional yang paling hemat bahan bakar sekalipun (misal Opel
Corsa / V W Lupo 1000 cc Turbo Diesel Direct Injection yang mengkonsumsi 3
liter solar untuk 100 km).
Pemakaian kendaraan hibrida pada sebuah sedan telah dimulai secara komersial
oleh Toyota pada tahun 1998 dengan mobil Prius. Setahun setelah kehadiran
Toyota Prius. Honda mengeluarkan mobil Insight sebagai mobil hibrida di tahun
1999. Teknologi yang dipakai adalah teknologi IMA (Integrated Motor Assist)
yang menggabungkan 1,0 liter motor VTEC dengan pembakaran miskin dan
motor listrik assist dengan sebuah baterai metal-hybrida. Mobil ini telah diuji
coba,di Indonesia pada tanggal 11-13 Juli 2001 yang menempuh rute Surabaya-
Yogyakarta-Bandung-Jakarta. Kemudian Insight ditampilkan di acara Gaikindo
Auto Expo 2001 pada tanggal 21-29 Juli 2001 di Jakarta Convention Center.
Sebelumnya di tahun 2000, selain itu pernah pula diuji coba di Thailand dengan
jarak tempuh hampir 2000 km dan berhasil mencapai rekor pemakaian 43,71
km/liter. Kadar polusi gas buang mobil ini adalah hanya 50% dari kadar kadar
emisi standar yang dterapkan di Jepang. Hal ini dilakukan dengan menggunakan
NOx katalitik konverter jenis adsorpsi untuk pembakaran miskin dan Bahan bakar
tanpa timbal. Untuk itu, mobil Insight telah menerima penghargaan
"Environmental Engineering" dari Sierra Club, Amerika, sebuah organisasi
lingkungan hidup tertua dan paling bergengsi di Amerika, dan penghargaan "The
Number One Gasoline Powered Performance " dari American Council for an
Energy Efficient.

2. Alternatif Bahan Bakar untuk Masa Depan


Bahan bakar alternatif untuk masa depan harus memenuhi kriteria ketersediaan
(sumber yang banyak dan/atau terbarukan), rendah/tidak menghasilkan emisi
gas buang yang berbahaya, murah dan mudah didapat dimanapun. Beberapa
alternatif bahan bakar tersebut antara lain akan dibahas pada uraian berik at ini.
a. Bahan Bakar Gas (BBG)
Bahan bakar Gas (BBG) telah digunakan untuk kendaraan bermotor di
Indonesia sejak tahun 1988 dan di dunia sudah sejak lama sebelum itu.
Bahan bakar ini dikenal sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan karena
emisinya yang rendah. Pemakaian BBG pada bus, taxi dan angkot/mikrolet
sudah mencapai ratusan unit di Jakarta. Peningkatan jumlah pengguna
pernah terjadi pada sekitar tahun 1990, akan tetapi kemudian menurun
sejalan krisis moneter yang melanda Indonesia akhibat harga conversion kit
yang tidak kompetitif lagi.
pada penggunaan BBG adalah infra struktur SPBG yang lambat berkembang,
tingginya biaya operasi pada SPBG karena tidak dipergunakannya motor gas
sebagai penggerak mula pada kompresor, berkurangnya kapasitas ruangan

54
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

karena adanya tangki BBG dan kekhawatiran akan keselamatan, mengingat


BBG disimpan dalam tangki bertekanan 200 bar.
Meski pada awalnya terjadi penurunan prestasi pada aplikasi motor bensin,
akan tetapi masalah tersebut berangsur-angsur dapat diatasi, misalnya
penurunan akselerasi dapat diatasi dengan suplai tambahan dengan system
by-pass, penurunan daya akibat kesalahan timing ignition diatasi dengan self
adjuster timing ignition, dll.
Di luar sektor transportasi, BBG sekarang juga banyak dilirik oleh kalangan
industri sebagai bahan bakar alternatif setelah harga solar dirasakan cukup
mahal. Aplikasi yang sering dilakukan saat ini adalah pemanfaatan pada
turbin gas, boiler, motor gas dan mix-fuel (BBG dengan penyala awal solar).
b. Liquified Petroleum Gas (LPG)
Salah satu keunggulan penggunaan Liquified Petroleum Gas (LPG) ini adalah
tangki penyimpanan tidak membutuhkan tekanan yang terlalu tinggi seperti
BBG. Tangki LPG cukup mempunyai tekanan 5 bar dan system operasi
peralatannya mampu bekerja dengan tekanan tangki 3-4 bar.
Secara teknis aplikasi LPG pada kendaraan bermotor tidak berbeda dengan
aplikasi BBG, kecuali regulator penurunan tekanannya yang cukup 2 tingkat
saja, sehingga harga konversion kitnya menjadi lebih murah. Hanya saja
karena harga LPG persatuan energi lebih mahal dari BBG (karena LPG
memerlukan pengolahan dalam produksinya) maka biaya operasinya menjadi
lebih mahal. Disamping itu penggunaan LPG pada kendaraan bermotor
berkecepatan rendah menjadikan konsumsi bahan bakarnya meningkat.
c. DME
Dimethylether (DME) merupakan bahan bakar yang ditujukan sebagai
subtitusi solar, dengan keunggulan : mempunyai umur yang pendek di
troposfir, berekasi menjadi H2O don C02, tidak lepas ke stratosfir, tidak
beracun, bukan merupakan senyawa karsinogen/teratogen/mutagen, bersifat
seperti LPG, tidak korosif dan mempunyai bilangan cetan di atas solar. Pada
beberapa pengujian DME memberikan prestasi mesin yang hampir soma
dengan solar (daya, torsi don konsumsi bahan bakar) akan tetapi sangat
rendah emisinya (NOx, THC don Partikulat).
DME dapat dibuat dari gas alam, batu bara, biomas dan petroleum coke.
Pada aplikasinya DME cukup disimpan dalam tanki tekanan rendah seperti
halnya LPG. Hanya raja pada penggunaan DME beberapa komponen yang
berhubungan dengan bahan bakar dan terbuat dari karet harus diganti
dengan komponen yang terbuat dari polimer (misalnya teflon), seperti halnya
pada penggunaan biodiesel.
d. Biodiesel
Prospek biodiesel di Indonesia diprediksikan cukup cerah, karena diperkirakan
tidak hanya sekedar ikut menyediakan bahan bakar pengganti solar,
melainkan juga akan mempunyai efek berganda terhadap peningkatan taraf
hidup masyarakat dan perekonomian daerah penghasil kelapa sawit.
Dalam aplikasinya biodiesel dapat dican!ipurkan pada solar atau sebagai
bahan bakar pengganti solar. Pada penggunaan biodiesel, secara umum
prestasi motor akan menurun sejalan dengan makin tingginya kadar

55
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

biodiesel yang dipergunakan. Dalam hal konsumsi bahan bakar pemborosan


akan terjali sampai tingkat 6 - 8%. Meskipun demikian emisi gas buang yang
dihasilkan jauh lebih rendah dari pada bahan bakar solar dan meskipun
biodiesel tidak mengandung sullur, sifat pelumasan bahan bakar tetap
terjamin pada penggunaan biodiesel akibat adanya unsur-unsur poliaromatik
rantai panjang yang dikandungnya. Kelebihan lain dari biodiesel adalah
sifatnya yang mudah terurai kembali, sehingga meskipun tumpah bahan
bakar ini tidak akan mencemari lingkungan. Oleh karena itu bahan bakar ini
sangat disarankan untuk kendaraan di daerah pertanian, kapal motor di
perairan, dll.
Saat ini Biodiesel banyak dibuat dari Raapsheed (di Eropa), CPO (di Malaysia
dan Indonesia) dan minyak goreng bekas (di Jepang). Kendala utama
penggunaan biodiesel adalah ongkos produksinya yang tidak murah, sehingga
menjadi tidak kompetitif jika solar masih disubsidi atau biodisel juga dibebani
pajak. Aplikasi pada kendaraan praktis hanya memerlukan modifikasi kecil
berupa penggantian selang-selang yang terbuat dari karet alam dengan
bahan yang terbuat dari polimer.
e. Methanol
Perkembangan terakhir dari penggunaan methanol sebagai bahan bakar
adalah melalui teknologi fuel cell. Daimler-Chrysler telah menggunakan
methanol pada kendaraan Necar 5 yang berbasis pada model A-class. Dengan
teknologi fuel cell methanol diurai menjadi hidrogen yang pada akhimya akan
menimbulkan aliran proton di dalam sel bahan bakar sehingga didapat
perbedaan potensial yang cukup besar untuk dapat menggerakkan motor
listrik.
Penggunaan langsung methanol sebagai bahan bakar motor torak telah
dimulai sejak lama, hanya saja dijumpai masalah kadar air yang cukup tinggi
akibat sifat dari methanol yang higroskopis. Pengaruh yang merragikan dari
kondisi ini adalah laju korosi yang cukup besar pada komponen dalam ruang'
bakar dan saluran gas buang. Selain itu karena sifatnya yang mudah
menguap penggunaam methanol biasanya tidak dicampurkan ke dalam bahan
bakar, melainkan diinjeksikan ke dalam saluran udara masuk. Prospek
penggunaan lain sebagai bahan, bakar adalah dicampurkannya methanol
dengan minyak lemak nabati (misal minyak sawi~t) untuk menghasilkan
biodiesel.
Penggunaan langsung methanol sebagai bahan bakar motor torak telah
dimulai sejak lama, hanya saja dijumpai masalah kadar air yang cukup tinggi
akibat sifat dari methanol yang higroskopis. Pengaruh yang merragikan dari
kondisi ini adalah laju korosi yang cukup besar pada komponen dalam ruang'
bakar dan saluran gas buang. Selain itu karena sifatnya yang mudah
menguap penggunaam methanol biasanya tidak dicampurkan ke dalam bahan
bakar, melainkan diinjeksikan ke dalam saluran udara masuk.
f. Ethanol
Ethanol sudah dipakai secara luas di berbagai negara di dunia.
Penggunaannya biasanya dicampurkan ke dalam bensin/solar antara 10
hingga 22%. Karena metode penggunaannya yang sederhana ini, maka tidak
diperlukan modifikasi apapun pada kendaraan, kendaraan pengangkut
maupun SPBU.

56
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

Prestasi motor dengan bahan bakar ethanol tidak menunjukkan perubahan


yang berarti, kecuali pada motor diesel yang didapat kenaikan daya sebsar
5,7%. Nilai lebih ethanol pada motor bakar adalah didapatnya penurunan
emisi yang cukup tajam. Pencampuran ethanol ssampai dengan 15%
menurunkan smoke hingga 22,3%, partikulat 12,6%, C02 4,6% dan CO
4,6%, sedangkan NOx naik 0,79%.
Masalah utama dalam penggunaan ethanol adalah biaya produksi yang cukup
tinggi. Saat ini harga produksi ethanol di Brasilia adalah sekitar 0,3 USD per
liter hingga harga akhir bahan bakar dengan ethanol menoapai 0,65 USD.
Harga ini masih lebih mahal dibandingkan dengan bensin. Prospek produksi
ethanol di Indonesia dapat digalakkan dengan memanfaatkan kelebihan
produksi singkong yang dapat memberikan hasil 180 liter ethanol per ton
singkong.
Perkembangan terakhir dari penggunaan methanol sebagai bahan bakar
adalah melalui teknologi fuel cell. Daimler-Chrysler telah menggunakan
methanol pada kendaraan Necar 5 yang berbasis pada model A-class. Dengan
teknologi fuel cell methanol diurai menjadi hidrogen yang pada akhimya akan
menimbulkan aliran proton di dalam sel bahan bakar sehingga didapat
perbedaan potensial yang cukup besar untuk dapat menggerakkan motor
listrik.
g. Hydrogen
Penggunaan hidrogen secara langsung sebagai bahan bakar pada motor
bakar torak kurang berkembang, kecuali pada eksperimen yang dilakukan
oleh BMW, karena masalah pengendalian dan penanganannya yang tidak
mudah. Hidrogen sebagai bahan bakar lebih dikenal melalui pemanfaatan
teknologi, fuel cell, seperti halnya yang dilakukan oleh Daimler-Chysler pada
Necar.
Hal yang paling menonjol dalam pemanfaatan hydrogen adalah nilai kalor
pembakarannya yang tinggi dan emisinya yang har,ya berupa H2O, sehingga
bisa dikatakan bahwa bahan bakar ini bebas emisi.
h. Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)
Fuel cell pada dasarnya adalah sebuah baterai yang dapat membangkitkan
listrik searah berdasarkan reaksi hydrogen dengan oksigen dari udara.
Hidrogennya sendiri didapat dari bahan bakar hidrokarbon seperti gas alam,
methanol dan bahkan bensin. Pengubahan bahan bakar tersebut menjadi
hydrogen memerlukan adanya konverter, sehingga proses di dalam fuel cell
menjadi kompleks. Untuk menyederhanakn proses ini sekarang sedang
dikembangkan fuel cell langsung, yaitu bahan bakar hidrokarbon dapat
langsung digunakan tanpa harus melalui reformer untuk mengambil unsure
hidrogennya saja. Pada metode ini digunakan media membran PEM (proton
exchange membrane) untuk pertukaran proton. Membran ini terbuat dari
polimer khusus atau cairan elektrolit konduktif yang memnungkinkan ion
positif melintas sedang electron diblok. Saat ini Daimler-Chrysler intensif
mengembangkan fuel cell pada Nebus dan Necar yang berbasis fuel cell
langsung.

57
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

POLUSI UDARA KARENA PEMBAKARAN BAHAN BAKAR


Berbicara tentang polusi, maka bayangan kita segera akan tertuju pada banyak macam
dan jenis penyebab polusi tersebut. Seperti diketahui bahwa polusi atau pencemaran
dapat berupa polusi udara, tanah, dan air. Sebagai penyebabnya dapat terjadi secara
alami atau dari akibat kegiatan manusia. Namun dengan berkembangnya teknologi, sat
ini polusi lebih banyak disebabkan oleh kegiatan manusia. Beberapa produk teknologi
justru telah membuat pengaruh yang uruk terhadap alam dan lingkungan serta
kehidupan manusi pemakai teknologi itu sendiri.
Salah satu teknologi yang menyebabkan pencemaran tersebut adalah kendaraan
bermotor, sebagai salah satu sarana transportasi dan mobilitas manusia. Sebagian besar
polusi udara (70%) disebabkan oleh kegiatan transportasi. Hingga saat ini pembicaraan
tentang masalah polusi udara sudah sangat sering didengar, baik dikalangan intelektual
maupun orang awam, bahkan masalah polusi udara ini telah menjadi masalah dunia,
dimana semua orang turut merasakan akhibatnya. Polusi udara adalah masuknya
bahan-bahan pencemar kedalam udara ambien yang dapat mengakhibatkan rendahnya
bahkan rusaknya fungsi udara.
Peningkatan pencemaran udara saat ini meningkat dengan sangat tajam seiring dengan
perkembangan industrialisasi dan perkembangan teknologi. Tanpa disadari
perkembangan teknologi dan industrialisasi disamping memberikan manfaat pada
manusia justru merusak lingkungan tempat hidup manusia. Beberapa hasil
perkembangan teknologi yang dapat mencemari udara adalah : keluarnya asap dari
cerobong-cerobong pabrik, asap kendaraan bermotor, pembakaran hutan, sampah dan
lain-lain. Dari hasil pembakaran berupa asap tersebut dapat diuraikan beberapa gas
yang dapat memberikan pengaruh terhadap kualitas udara bahkan beberapa pengaruh
buruk lainnya. Beberapa sumber pencemaran udara dapat kita temukan seperti tampak
pada gambar di bawah ini :

CO HC
NOx HC NOx
C
SO2
SO2
O
CO2 C
C CO2
Asap
Pb

Gb. Sumber Pencemaran Udara dari Kendaraan Bermotor

Seperti tampak pada gambar ilustrasi diatas, terlihat bahwa hasil dari industri maupun
kendaraan bermotor adalah adanya peningkatan suhu udara, dan pencemaran udara
oleh gas-gas CO2, SO2, Nox dll. Pemanasan udara tersebut tidak terlepas pula dari
adanya pengaruh gas tersebut yang menyebabakan adanya pemanasan global atau efek

58
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

rumah kaca seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini. Efek rumah kaca atau
greenhouse efect adalah terserapnya pancaran gas oleh gas-gas rumah kaca seperti
uap air (H2O), dan karbon dioksida (CO2) sehingga tidak terlepas ke luar angkasa dan
menyebabakan panas tersebut terperangkap di troposfir dan akhirnya meningkatkan
suhu di lapisan tersebut dan di bumi.

Gb. Pengaruh pemanasan global (Greenhouse efect)

Efek rumah kaca sebetulnya merupakan istilah yang pada awalnya berasal dari
pengalaman petani di daerah beriklim sedang, yang menanam sayuran dan biji-bijian
dalam rumah kaca. Pengalaman mereka menunjukkan bahwa pada siang hari saat
cuaca cerah tanpa alat pemanaspun suhu didalam rumah kaca lebih tinggi dari pada di
luar. Dalam perkembangan selanjutnya industri dan kendaraaan bermotor serta
pembakaran lainnya merupakan bagian yang paling banyak memberi kontribusi
terhadap pemanasan global ini.

1. Pengaruh Gas Buang Kendaraan terhadap Kesehatan dan Lingkungan


a) Motor Bensin
Gas buang umumnya terdiri dari gas yang tidak beracun N2 (nitrogen), CO2 (Carbon
Dioksida) dan H2O (Uap air) sebagian kecil merupakan gas beracun seperti Nox, HC,
dan CO. Yang sekarang sangat populer dalam gas buang adalah gas beracun yang
dikeluarkan oleh suatu kendaraan seperti tampak pada gambar dibawah ini :

Dari gambar tersebut sebagian besar gas buang terdiri


dari 72% N2, 18.1% CO2, 8.2% H2O, 1.2% Gas Argon
(gas mulia), 1.1% O2 dan 1.1% Gas beracun yang
terdiri dari 0.13% Nox, 0.09% HC dan 0.9% CO. Selain
dari gas buang unsur HC dan CO dapat pula keluar dari
penguapan bahan bakar di tangki dan blow by gas dari
mesin. Sehingga perlu diperhatikan pula kondisi tutup
tangki bahan bakar maupun saat pengisian bahan bakar
jangan sampai terlalu berlebihan saat pengisian bahan
bakar.
Gb. Konsentrasi emisi kendaraan bermotor
Pada motor bensin besarnya emisi gas buang seiring
dengan besarnya penambahan jumlah campuran udara
dan bahan bakar, karena yang masuk ke dalam silinder
adalah campura antara udara dan bahan bakar. Akan tetapi pada mesin diesel besarnya
emisi dalam bentuk opasitas (ketebalan asap) tergantung pada banyaknya jumlah
bahan bakar yang disemprotkan kedalam silinder, karena pada motor diesel yang
dikompresikan adalah udara murni. Atau dengan kata lain semakin kaya campuran

59
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

maka akan semakin besar pula konsentrasi Nox, CO dan asap, sementara semakin kurus
campuran konsentrasi NOx, CO dan asap namun HC sedikit meningkat.
b) Motor Diesel
Pada motor diesel, besarnya emisi dalam bentuk opasitas (ketebalan asap) tergantung
pada banyaknya bahan bakar yang disemprotkan (dikabutkan) ke dalam silinder, karena
pada motor diesel yang dikompresikan adalah udara murni. Dengan kata lain semakin
kaya campuran maka semakin besar konsentrasi Nox, CO dan asap. Sementara itu,
semakin kurus campuran konsentrasi Nox, CO dan asap juga semakin kecil.
Catatan :
100% CO yang ada diudara adalah hasil pembuangan dari mesin diesel sebesar 11%
dan mesin bensin 89% CO adalah Carbon Monoxida; HC (Hydro Carbon); NOx adatah
istilah dan Oxida-Oxida Nitrogen yang digabung dan dibuat satu (NO. N02, N20).
c) Macam, Sifat dan Pengaruh Gas Buang Terhadap Manusia
Seperti sudah dijelaskan diatas bahwa ada bermacam-macam gas buang, yang sering
dipersoalkan karena beracun adalah CO, HC, NOx, Sox, Pb dan Partikulat. Hal mengenai
sifat, sumber penyebab dan pengaruh buruk dari gas-gas dan partikulat tersebut
diterangkan di bawah ini.

1) CO (Carbon Monoxida)
a) Sifat
Tidak berwarna & tidak ber-aroma. Tidak mudah larut dalam air Perbandingan
berat terhadap udara(1 Atm oC) 0.967 Di dalam udara bila di-berikan api akan
terbakar dengan mengeluarkan asap biru dan men-jadi C02 (Carbon Dioxide).

b) Sumber penyebab
Kendaraan bermotor 93% Power generator 7% Terutama tempat sumbernya
adalah pada kendaraan disaat idling.
c) Akibat yang ditimbulkan
Akan bercampur dengan Hemogloben yang terdapat dalam darah menjadi
Carbon Oxida Hemologen (CO Hb). Dengan bertambahnya COHb, fungsi
pengaliran Oxygen dalam darah akan terhalang. Di dalam darah bila ter-dapat
COHb 5% (dalam udara CO 40 ppm) akan rnenimbulkan keracunan dalam
darah.
Ppm = partical per million
2) HC (Hydro Carbon)
a) Sifat
Merupakan ikatan kimia dari Carbon (C) dan Hydrogen (H). Bentuk kimianya
dibagi menjadi Parafine, Naftaline, olefine dan Aromatic N 20 karena tidak aktif,
tidak menjadi persoalan.
b) Sumber penyebab
Kendaraan bermotor 57%, penyulingan minyak dan generator power 43%
Sumber utamanya adalah gas buang dari kendaraan atau macam-macam alat
pembakaran. Dan lain-lainnya seperti Refinering oil (pengi-langan minyak)
karena pemakaian pelarut.
c) Akibat yang ditimbulkan
Bila kepekatan HC-nya bertambah tinggi akan merusak sistim pernapasan
manusia (tenggorokan) terutama yang beracun adalah Benzena dan Toruene.

60
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

Hidro Carbon aktif seperti susunan (Olefine dan sebagainya) akan menyebabkan
Photo chemical smoke (smoke yang dimaksud di sini adalah suatu kumpulan gu-
gusan antara CO, HC dan N2 yang bila terkena sinar matahari akan menimbulkan
mata pedas). Dari jenis Aromatic ada juga yang menyebabkan tirnbulnya kanker.
3) NOx
a) Sifat
Terutama berbentuk NO, N02, dan N20, NOx Zat gas yang tidak berwarna tidak
berbau, sukar larut dalam air, di dalam udara karena gesekan akan menjadi N02
N02 Zat gas berwarna agak kemerahan dan sedikit berbau, mudah larut dalam
air bereaksi dengan air menjadi asam Nitrit atau Nitrat. Sumber timbulnya
adalah gas buang dari mobil, gas-gas yang timbul dari pabrik kimia serta gas las
bakar yang timbul dari bermacam-macam alat-alat pembakaran.
b) Sumber penyebab
Kendaraan bermotor 39% Pabrik, generator dan penyulingan minyak 61%
c) Akibat yang ditimbulkan
N02 akan membuat sakit (merangsang) hidung dan tenggorokan. (konsentrasi 3-
5 ppm) dan sifat beracunnya akan menimbulkan sukar tidur, batuk-batuk dan
sebagainya. (konsentrasi 30-50 ppm) Iritasi mata dan hidung (konsentrasi 10-30
ppm) Sebagai gabungan dan zat Nitrogen menyebab kan problem utama
timbulnya Photo chemical smoke,
4) SOx
a) sifat
Korosif terhadap metal, hujan asam
b) Sumber penyebab
Kendaraan bermotor (diesel) 1%. Pabrik, generator, pemanas 99%.
c) Akibat yang ditimbulkan
Iritasi sistim membran pernafasan dan peradangan saluran udara, yang
selanjutnya menyebabkan bronchitis
5) Pb, Ni, Hg
a) sifat
Berbau, berwarna hitam pekat
b) Sumber penyebab
Kendaraan bermotor (diesel) 50%. Pabrik, generator, pemanas 50%
c) Akibat yang ditimbulkan
Bau yang mengganggu penciuman. Asap kotor mengganggu penglihatan.
Keracunan Pb pada tingkat awal menyebabkan mudah marah, lesu, nafsu makan
turun, lemah otot dan sembelit. Tingkat tinggi dapat menyebabkan kerusakan
ginjal, hati, lambung dan kehamilan tidak normal
6) Partikulat
a) Sifat
Berbentuk partikel debu yang sangat kecil ( 0.01 m) yang terbentuk dari
senyawa-senyawa carbon dan bahan kimia lain dalam proses pembakaran.
b) Sumber penyebab
Kendaraan bermotor (diesel) 50%, pabrik, generator pembangkit dan pemanas
50%
c) Akibat yang ditimbulkan
Mengendap dalam sel lapisan paru-paru sehingga kerjanya terganggu dan
menimbulkan warna hitam dalam paru-paru.

61
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

d) Sebab-sebab Timbulnya CO, HC dan NOx


CO (Carbon Moxide)
Bila Carbon di dalam bahan bakar terbakar habis dengan sempurna maka terjadilah
reaksi sebagai berikut :

C + 02 C02

Dalam proses ini, yang terjadi adalah C0 2. Apabila unsur-unsur Oxygen (udara) tidak
cukup akan terjadi proses pembakaran tidak sempurna sehingga Carbon di dalam
bahan bakar terbakar dalam suatu proses sebaga berikut;

C + 02 CO

Pada kenyataannya gas CO yang dikeluarkan oleh mesin kendaraan banyak


dipengaruhi oleh perbandingan campuran dan jumlah supply antara udara dengan
bahan bakar yang dihisap oleh mesin (A/F). Jadi untuk mengurangi CO.
perbandingan campuran ini harus dibuat kuno (Exses Air), tetapi akibat lain HC dan
NOx lebih mudah timbul serta output mesinpun akan menjadi kurang.

HC (Hydro Carbon)

Dari gas buang HC di bagi 2 yaitu:


Bahan bakar yang tidak terbakar dan keluar menjadi gas mentah.
Bahan bakar terpecah karena reaksi panas berubah menjadi gugusan HC lain
yang keluar bersama gas buang.

Di bawah ini adalah sebab-sebab utama timbulnya HC:


Sekitar dinding-dinding ruang bakar yang bertemperatur rendah dimana
temperatur itu tidak mampu melakukan pembakaran.
Missing (Missfire).
Adanya over lap intake valve (kedua valve sama-sama terbuka) jadi merupakan
gas pembilas /pembersih.

NOx (Nitrogen Oxide)

Bila terdapat unsur-unsur N2 dan 02 pada temperatur 1800o 2000oC akan terjadi
reaksi pembentukan gas NO seperti di bawah ini: N 2 + 02 2N0

Gas NO ini bila dalam udara mudah berubah menjadi N02, dalam ruang pembakaran
pada mesin karena temperatur pembakaran akan melebihi 2000oC. maka gas NO
akan terbentuk. NOx di dalam gas buang terdiri dan 95% NO, 3-4% N02 dan
sisanya N20, N2 03 dan sebagainya.

Partikulat

Partikulat dihasilkan oleh adanya residu bahan bakar yang tidak terbakar dalam
ruang bakar, dan keluar melalui pipa gas buang. Beberapa penyebab terjadinya
partikulat antara lain tekanan injeksi yang terlalu rendah dan saat pengapian yang
kurang tepat. Sebagian besar partikulat mengandung unsur C (karbon/arang) dan
kotoran lain berbentuk butiran/partikel dengan ukuran 0.01 - 10 m.

62
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

2. Ambang Batas Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor


Agar kualitas udara dapat selalu terjaga, maka semua kendaraan bermotor yang
beroperasi di Jakarta harus memenuhi batas baku mutu emisi yang telah ditetapkan
oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Men. KLH Nomor Kep. 35
/MENLH/10/1993 tanggal 15 Oktober 1993 tentang Ambang Batas Baku Mutu Emisi
Kendaraan Bermotor seperti tampak pada tabel dibawah ini.

Standar Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor di Indonesia


( Berdasarkan Keputusan Men. KLH Nomor Kep. 35 /MENLH/10/1993) Tanggal 15
Oktober 1993

Tipe Kendaraan Standar Baku Mutu Emisi


BBM CO (%) HC (ppm) Asap (%)

Mobil Bensin 4.5 1200 -


Mobil Gas 4.5 1200 -
Mobil/Bus/Truk Solar - - 25
Spd. Motor 4 tak Bensin 4.5 2400 -
Spd. Motor 2 tak Bensin 4.5 3000 -

63
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .i
DAFTAR ISI .ii
MINYAK DAN GAS BUMI..................................................................................1
1. Minyak Bumi dan Gas..............................................................................1
2. Perkembangan Industri Minyak Bumi..........................................................1
3. Sejarah Perkembangan Minyak di Indonesia................................................2
4. Proses Produksi Minyak dan Teknologinya...................................................3
BAHAN BAKAR MINYAK.............................................................................5
1. Komposisi Minyak Bumi............................................................................6
2. Pencarian dan Pengeboran Minyak Bumi.....................................................7
3. Transportasi Minyak Bumi.......................................................................8
4. Pengolahan Minyak Bumi.........................................................................9
5. Produk yang Berasal dari Minyak Bumi......................................................12
6. Metoda Test Produk Minyak Bumi............................................................13
7. Spesifikasi Bahan Bakar Minyak...............................................................15
8. Blending Bahan Bakar Minyak.................................................................15
KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR MINYAK........................................................16
1. Berat Jenis (Specific Gravity....................................................................16
2. Viskositas (Viscosity).............................................................................16
3. Nilai Kalori (Calorific Value).....................................................................16
4. Kandungan Sulfur (Sulphur Content).......................................................16
5. Daya Pelumasan...................................................................................16
6. Titik Tuang (Pour Point).........................................................................17
7. Titik Nyala (Flash point).........................................................................17
8. Angka oktan (Octane Number)................................................................17
9. Angka Cetane (Cetane Number)..............................................................17
10. Kandungan Arang..............................................................................17
11. Kadar Abu (Ash Content)....................................................................17
SPESIFIKASI BAHAN BAKAR MINYAK....................................................18
1. Pertamak Plus.....................................................................................18
2. Pertamax............................................................................................19
3. Premium Tanpa Timbal (Super TT)......................................................20
4. Premium............................................................................................20
5. Bahan Bakar Gas (BBG).......................................................................21
6. Elpiji..................................................................................................22
7. Minyak Tanah.....................................................................................22
8. Minyak Solar.......................................................................................23
9. Minyak Diesel.....................................................................................24
10. Minyak Bakar..................................................................................24
PENANGANAN (HANDLING) BAHAN BAKAR MINYAK.......................................26
1. Penerimaan........................................................................................26
2. Penimbunan.......................................................................................26
3. Penyaluran.........................................................................................27
PELUMAS...................................................................................................28
1. Proses Pembuatan Bahan Baku Minyak Pelumas Mineral..............................28

64
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

2. Minyak Pelumas Sintetik (Synthetic Lubricating Oil).....................................29


3. Sifat Minyak Pelumas sintetik..................................................................30
4. Additives (Bahan tambah)......................................................................31
5. Penggunaan Minyak Pelumas..................................................................32
a. Gesekan (Friction).............................................................................32
b. Keausan...........................................................................................33
6. Type Pelumasan...................................................................................33
7. Analisa Minyak Pelumas.........................................................................35
a. Viskositas (kekentalan).......................................................................35
b. Viscositas index.................................................................................35
c. Stabilitas..........................................................................................35
d. Pour point (titik tuang).......................................................................35
e. Flash point (titik nyala).......................................................................36
f. Additives (bahan tambah)...................................................................36
PELUMAS OTOMOTIF...................................................................................37
1. Oli Mesin (engine lubricating oil)..........................................................37
a) Fungsi Oli Mesin................................................................................37
b) Syarat Oli Mesin................................................................................38
c) Jenis Oli Mesin..................................................................................38
2. Oli Roda Gigi......................................................................................41
a) Syarat-Syarat Oli Roda Gigi.................................................................41
b) Jenis Oli Roda Gigi.............................................................................41
3. Gemuk...............................................................................................42
a. Sifat gemuk......................................................................................42
b. Bahan dasar.....................................................................................42
c. Persyaratan dan analisa gemuk............................................................43
d. Additive...........................................................................................43
e. Tipe Gemuk......................................................................................44
4. Minyak...............................................................................................44
5. Sealent...............................................................................................46
6. Beberapa pelumas dan cairan lain yang digunakan dalam industri
Otomotive.................................................................................................47
a. Automatic Fluid Transmission (ATF)......................................................47
b. Brake Fluid.......................................................................................47
c. Refrigerant lubricant..........................................................................48
d. Coolant............................................................................................50
BAHAN BAKAR ALTERNATIF..........................................................................51
1. Alternatif Rangkaian Daya untuk Masa Depan............................................51
a. Turbin Gas Keramik............................................................................51
b. Gasoline Direct Injection (GDI)............................................................52
c. Mobil Listrik......................................................................................53
d. Mobil Hibrida....................................................................................53
2. Alternatif Bahan Bakar untuk Masa Depan.................................................54
a. Bahan Bakar Gas (BBG)......................................................................54
b. Liquified Petroleum Gas (LPG)..............................................................55
c. DME................................................................................................55
d. Biodiesel..........................................................................................55

65
Diktat Mata Kuliah Bahan Bakar dan Pelumas

e. Methanol..........................................................................................56
f. Ethanol............................................................................................56
g. Hydrogen.........................................................................................57
h. Sel Bahan Bakar (Fuel Cell).................................................................57
POLUSI UDARA KARENA PEMBAKARAN BAHAN BAKAR...................................58
1. Pengaruh Gas Buang Kendaraan terhadap Kesehatan dan Lingkungan...........59
a) Motor Bensin....................................................................................59
b) Motor Diesel.....................................................................................60
c) Macam, Sifat dan Pengaruh Gas Buang Terhadap Manusia........................60
d) Sebab-sebab Timbulnya CO, HC dan NOx..............................................62
2. Ambang Batas Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor..................63
DAFTAR PUSTAKA .64

66

Anda mungkin juga menyukai