Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memang sempat menjadi Negara kaya minyak bumi.
Buktinya, Indonesia bisa masuk ke Negara-negara pengekspor minyak bumi
OPEC. Sejak tahun 2008 Indonesia keluar dari OPEC karena Indonesia telah
menjadi Negara impotrir minyak bumi. Fakta berbicara, produksi minyak
mentah Indonesia terus mengalami penurunan. Tahun 1996 Indonesia mampu
memproduksi 485.573,80 juta barel. Sedangkan tahun 2010 hanya mampu
memproduksi 300.923,30 juta barel. Selama 10 tahun, turun 184.650,5 juta
barel.
Minyak bumi masih sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup
manusia. Minyak bumi beserta industri turunannya tidak bisa dilepaskan dari
manusia. Setiap tahun selalu dibuka sumur baru yang diumumkan oleh BP
migas (Bdana Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi) tetapi
lapangan hidrokarbon setelah sekian lama diproduksi akan mengalami
penurunan produksi karena tenaga untuk mengeluarkan fluida ke dalam
sumur sudah semakin berkurang dan digunakanlah metode air injeksi atau
waterflood.
Minyak mentah keluar dari perut bumi disebabkan oleh tekanan dari
lapisan batuan tetapi adakalanya tekanan tidak cukup kuat untuk menekan
minyak mentah keluar dari perut bumi. Oleh karena itu harus diinjeksi uap air
agar minyak mentah keluar dari perut bumi. Minyak mentah keluar melalui
pipa bersama dengan uap air dengan turbulensi tinggi sehingga ada minyak
mentah yang membentuk emulsi minyak mentah-air. Selain itu minyak
mentah sebelum diolah menjadi bahan bakar minyak di menara fraksinasi
harus dibebaskan dari garam-garam karena garam-garam itu menyebabkan
korosi atau efek kerusakan lainya pada peralatan refinery. Garam-garam
dienyahkan dari minyak mentah dengan dicuci menggunakan air segar.
Pencucian dengan air ini akan menurunkan kadar garam di dalam minyak
mentah tetapi air dengan minyak mentah akan membentuk emulsi minyak
mentah-air sehingga jumlah emulsi minyak mentah-air akan bertambah.
Semakin berkembangnya industri otomotif di Indonesia, menjadi
faktor pemicu bertambah besarnya konsumsi minyak bumi. Sementara itu,
eksplorasi sumur-sumur baru seakan tersendat dan produktivitas sumur yang
ada semakin menurun karena cadangan yang semakin menipis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembentukan Minyak Bumi


Minyak bumi dalam bahasa inggris ‘petroleum’, dari bahasa Latin
petrus–karang dan oleum–minyak), atau disebut juga sebagai emas hitam,
adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar yang
berada di lapisan atas dari beberapa area kerak bumi. Minyak bumi terdiri
dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar
meruapakan deret senyawa alkana, bervariasi dalam komposisi dan
kemurniannya. Minyak bumi erat kaitannya dengan produk-produk
petrokimia. Hal ini disebabkan dalam minyak bumi terkandung bahan-bahan
selain karbon, yaitu hidrogen sulfur, nitrogen, oksigen, dan lain-lain.
Menururt teori pembentukan minyak bumi, khususnya teori binatang
engler dan teori tumbuh-tumbuhan, senyawa-senyawa organik penyusun minyak
bumi merupakan hasil alamiah proses dekomposisi tumbuhan selama berjuta-juta
tahun. Oleh karena itu, minyak bumi juga dikenal sebagai bahan bakar fosil,
selain batubara dan gas alam.
Semua bahan bakar fosil dihasilkan oleh senyawa karbohidrat dengan
rumus kimia Cx(H2O) yang memfosil. Karbohidrat tersebut dihasilkan oleh
tumbuhan dengan mengubah energi matahari menjadi energi kimia melalui
proses fotosintesis. Kebanyakan bahan bakar fosil diproduksi kira-kira 325 juta
tahun yang lalu, yaitu pada abad Carboniferous dalam era Paleozoic bumi.
Setelah tumbuhan mati maka karbohidrat dapat berubah menjadi senyawa
hidrokarbon dengan rumus kimia C xHy akibat tekanan dan temperatur yang
tinggi serta tidak tersedianya oksigen (anaerob). Minyak bumi merupakan salah
satu produk minyak mentah alami yang dihasilkan dari konfersi biomasa pada
temperatur dan tekanan yang tinggi secara alami dilingkungan aerob, senyawa
hidrokarbon dapat dirombak oleh berbagai macam mikroba. Perombakan ini
akan membutuhkan waktu yang lama, sehingga tidak sebanding dengan dampak
yang akan ditimbulkannya, bila minyak bumi tersebut terakumulasi dalam tanah.
Minyak bumi berasal dari pormasi batuan yang berumur antara
sepuluh juta sampai empat ratus juta tahun dan sekarang ini telah terbukti bahwa
pembentukan minyak bumi berkaitan dengan pengembangan batuan sedimen
berbutir halus, yang mengendap dilaut atau didekat laut dan bahwa minyak bumi
adalah produk dari binatang dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di laut. Walaupun
demikian mengenai asal usul minyak bumi ini telah banyak teori yang diajukan
diantaranya ada yang menganggap bahwa minyak bumi berasal dari bahan
anorganik.

Gambar 1. Proses pembentukan minyak bumi

Pada tahun 1866, Berthelot mengajukan teori bahwa minyak bumi


berasal dari reaksi antara karbid dengan air yang menghasilkan asitilen, yang
selanjutnya karena suhu dan tekanan yang tinggi asitilen berubah menjadi
minyak bumi.
Teori organik mengenai terjadinya minyak bumi diajukan oleh Engler
pada tahun 1911 yang mengatakan bahwa minyak bumi terjadi dari bahan
organik melalui tiga tahap. Tahan pertama, deposit binatang dan tumbuh-
tumbuhan berkumpul pada dasar laut, yang selanjutnya yang akan terurai oleh
bakteri. Karbohidrat dan protein yang diubah menjadi bahan yang dapat larut
dalam air atau menjadi gas, akan terbawah oleh aliran air atau udara.
2.2 Komposisi Minyak Bumi
Minyak bumi adalah suatu campuran cairan yang terdiri dari berjuta-
juta senyawa kimia, yang paling banyak adalah senyawa hidrokarbon yang
terbentuk dari dekomposisi yang dihasilkan oleh fosil tumbuh-tumbuhan dan
hewan. Minyak bumi dan derivat minyak bumi menghasilkan bahan bakar
kendaraan bermotor, pesawat terbang dan kereta api. Tumbuhan dan hewan juga
menghasilkan minyak pelumas yang dibutuhkan untuk alat-alat mesin industri.
Minyak bumi bukan merupakan bahan yang seragam, melainkan
mempunyai komposisi yang sangat bervariasi, bergantung pada lokasi lapangan
minyak dan juga kedalaman sumur. Minyak bumi merupakan senyawaan kimia
yang terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen, sulfur, oksigen, halogenida dan
logam. Senyawa yang hanya terdiri dari unsur karbon dan hidrogen
dikelompokan kedalam senyawa hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon
diklasifikasikan atas naftanik, farafinik dan aromatik sedangkan senyawa
campuran antara unsur karbon, hidrogen, haloginida dan logam, dikelompokan
dalam senyawa non hidrokarbon.
Pada awalnya, minyak bumi banyak dimanfaatkan sebagai minyak
tanah, namun seiring dengan perkembangan teknologi maka minyak bumi
diolah menjadi bahan lain yang sangat berguna bagi manusia seperti bahan
bakar (bensin, solar, kerosin, minyak diesel, dll.) yang lebih dikenal dengan
sebutan BBM (bahan bakar minyak). Minyak bumi bersumber dari cadangan
alam yang tidak dapat diperbaharui, sehingga makin hari cadangannya makin
menipis sejalan dengan tuntutan kebutuhan energi dunia yang semakin
meningkat.
Minyak bumi terutama terdiri dari campuran senyawa-senyawa
hidrokarbon yang sangat kompleks, yaitu senyawa-senyawa organik yang
mengandung unsur-unsur karbon dan hidrogen. Di samping itu, dalam
minyak bumi juga terdapat unsur-unsur belerang, nitrogen, oksigen dan
logam-logam lain khususnya vanadium, nikel, besi dan terabaga. Unsur-unsur
tersebut terdapat dalam jumlah yang relatif lebih sedikit dan terikat dalam
boituk senyawa-saiyawa anorganik. Air dan garam selalu terdapat dalam
minyak bumi yaitu dalam keadaan terdispersi. Bahan-bahan non-hidrokarbon
tersebut biasanya dianggap sebagai kotoran karena pada umumnya akan
mengganggu proses pengolahan minyak bumi dan berpaigaruh buruk
terhadap mutu produk.
Tabel 1. Komposisi Kimia Minyak Bumi

Sebagai bahan alami, komposisi minyak bumi bervariasi tidak


hanya dari daerah ke daerah, melainkan juga lapangan yang satu ke lapangan
yang lain dalam satu daerah. Minyak bumi terdiri dari ribuan senyawa kimia
termasuk gas, cairan dan zat padat mulai dari metana sampai aspal.
1. Senyawa Hidrokarbon
a. Senyawa Hidrokarbon Parafin
Senyawa hidrokarbon parafin adalah senyawa hidrokarbon
jenuh dengan rumus umum CnH2n+2. Senyawa ini mempunyai
sifat-sifat kimia stabil dimana pada suhu biasa tidak bereaksi dengan
asam sulfat pekat dan asam sulfat berasap.
Senyawa hidrokarbon parafin sampai dengan 4 buah atom
karbon, pada suhu kamar dan tekanan atmosfer berupa gas. Metana
dan etana terutama terdapat dalam gas alam sedangkan propana,
butana dan i-butana merupakan kompenen utama elpiji. Senyawa
hidrokarbon parafin dengan 5 sampai 16 buah atom karbon pada
suhu kamar dan tekanan atmosfer berupa cairan dan terdapat dalam
fraksi naftana, bensin, kerosin, solar, minyak diesel dan minyak
bakar. Senyawa hidrokarbon parafin dengan lebih dari 16 buah atom
karbon, pada suhu kamar dan tekanan atmosfer berupa zat padat dan
terutama terdapat dalam malam parafin.
b. Senyawa Hidrokarbon Naftena
Senyawa hidrokarbon naftena adalah senyawa hidrokarbon jenuh
dengan rumus umum CnH2n. Senyawa hidrokarbon naftena yang
terdapat dalam minyak bumi adalah siklopentana dan sikloheksana
yang terdapat dalam fraksi naftena dan fraksi minyak bumi dengan
titik didih lebih tinggi. Walaupun jumlah atom karbon dalam cicin
naften dapat mempunyai harga 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 namun umumnya
dianggap bahwa senyawa naftena dalam fraksi minyak bumi
hanyalah senyawa naftena yang mempunyai cincin dengan 5 dan 6
atom karbon, karena memang senyawa naftena inilah yang dapat
diisolasi dari fraksi minyak bumi.
c. Senyawa Hidrokarbon Aromat
Senyawa hidrokarbon aromat adalah senyawa hidrokarbon
tidak jenuh dengan rumus umum CnH2n-6 sehingga senyawa ini
mempuunyai sifat kimia yang sangat reaktif. Senyawa ini muda
dioksidasi menjadi asam, dapat mengalami reaksi substitusi atau
reaksi adisi tergantung kepada kondisi reaksi. Hanya sedikit sekali
minyak mintah yang mengandung senyawa aroomat dengan titik
didih rendah.
Disamping senyawa hidrokarbon aromat seperti benzena,
dalam minyak mentah juga terdapat senyawa hidrokarbon poliaromat
seperti naftalena dan antrasen, terutama dalam fraksi beratnya.
d. Senyawa Hidrokarbon Monoolefin
Senyawa hidrokarbon monoolefin mempunyai rumus umum
CnH2n dan merupakan senyawa hidrokarbon yang tidak jenuh
dengan sebuah ikatan rangkap dua. Monoolefin dianggap tidak
terdapat di dalam minyak mentah tetapi sedikit banyak terbentuk
dalam proses rengkahan sehingga bensin rengkahan banyak
mengandung senyawa monoolefin. Senyawa hidrokarbon akan mulai
mengalami rengkahan apabila dipanaskan pada suhu sekitar 680oF.
karena mempunyai ikatan rangkap maka senyawa monoolefin adalah
reaktif sehingga banyak digunakan sebagai bahan dasar utama dalam
industri petrokimia, seperti etilena (C2H4) dan propilena (C3H6).
e. Senyawa Hidrokarbon Diolefin
Senyawa hidrokarbon diolefin mempunyai rumus umum
CnH2n-2 dan merupakan senyawa tidak jenuh dengan dua buah
ikatan rangkap dua. Seperti halnya dengan monoolefin, senyawa ini
tidak terdapat dalam minyak mentah tetapi terbentuk dalam proses
rengkahan. Senyawa diolefin tidak stabil, sangat reaktif dan
cenderung akan berpolimerisasi dan membentuk damar.
2. Senyawa Bukan Hidrokarbon
Senyawa bukan hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi
dan produknya adalah senyawa organik yang mengandung atom unsur
belerang, oksigen, nitrogen dan logam-logam. Lazimnya senyawa ini
dianggap sebagai senyawa pengotor karena pengaruhnya yang tidak baik
selama proses pengolahan minyak bumi dalam kilang minyak seperti
korosi dan peracunan katalis ataupun pengaruhnya yang buruk terhadap
mutu produk. Karena pengotor ini tidak larut dalam minyak bumi atau
produknya, maka pengotor ini disebut pengotor oleofilik. Di samping itu,
air dengan garam-garam yang terlarut di dalamnya terdapat dalam keadaan
terdispersi dan tidak larut dalam fase minyak disebut dengan pengotor
oleofobik.
a. Senyawa Belerang
Disamping sebagai senyawa belerang, di dalam minyak bumi belerang
juga terdapat sebagai unsur belerang yang terlarut karena sedikit
banyak belerang dapat larut dalam minyak bumi. Kadar belerang
dalam minyak mentah berkisar dari 0,04 sampai 6 %. Senyawa
belerang yang umum terdapat dalam minyak bumi dan produk-
produknya. Adanya senyawa belerang dalam minyak bumi dan
produknya perlu mendapat perhatian karena senyawa ini dapat
menimbulkan pencemaran, korosi, menurunkan angka oktan.
b. Senyawa Oksigen
Kadar oksigen dalam minyak bumi berpariasi dari sekitar 0,1 sampai
2% berat. Oksidasi minyak bumi dengan oksigen karena kontak yang
lama dengan udara juga dapat menaikan kadar oksigen dalam minyak
bumi. Dalam minyak bumi, oksigen terutama terdapat sebagai asam
organik yang terdistribusi dalam fraksi dengan konsentrasi yang
tertinggi pada fraksi minyak gas. Asam organik tersebut terutama
terdapat sebagai asam naftenat dan sebagian kecil sebagai asam
alifatik. Disamping itu dalam destilat rengkahan bisa terdapat fenol
dan kresol. Asam naftenat mempunyai sifat sedikit korosif dan
mempunyai bau yang tidak enak.
c. Senyawa Nitrogen
Kadar nitrogen dalam minyak bumi umumnya rendah, berkisar dari
0,1 % sampai 2% berat. Minyak yang mempunyai kadar belerang dan
aspal yang tinggi, biasanya juga mempunyai kadar nitrogen tinggi.
Senyawa nitrogen terdapat dalam semua fraksi minyak bumi tetapi
konsentrasinya makin tinggi dalam fraksi-fraksi yang mempunyai titik
didih tinggi.
Senyawa nitrogen yang terdapat dalam minyak bumi dapat dibagi
menjadi senyawa nitrogen basa, yaitu piridin atau turunan piridin
seperti kinolin dan iso kinolin dan senyawa nitrogen bukan basa yaitu
senyawa pirool dan turunanya, seperti indol dan karbasol.
Adapun kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh adanya senyawa
nitrogen yang terdapat dalam minyak bumi dan produknya ialah:
 Menurunkan aktivitas katalis yang digunakan dalam proses
rengkahan, reforming, polimerisasi, isomerisasi.
 Kerosin yang jernih seperti air pada waktu destilasi, warnanya
akan berubah menjadi kemerahan apabila terkena sinar
matahari.
 Nitrogen dalam bensin juga akan mempercepat pembentukan
damar dalam karburator.
 Menyebabkan terjadinya endapan dalam minyak bakar pada
penyimpanan.
d. Senyawa Logam
Praktis semua logam terdapat dalam minyak bumi, tetapi
karena jumlahnya kecil, yaitu 5 sampai 400 bagian per juta maka
adanya logam dalam minyak bumi pada umumnya tidak menimbulkan
permasalahan. Kecuali beberapa macam logam seperti besi, nikel,
vanadium dan arsen yang walaupun jumlahnya hanya sedikit sekali,
namun sudah dapat meracuni beberapa katalis. Disamping itu logam
vanadium yang terdapat dalam minyak bakar dapat menyebabkan
korosi turbin gas dan pipa-pipa pembangkit uap, merusak batu tahan
api dinding dapur dan menurunkan mutu produk pecah belah dalam
industri keramik. Logam-logam berat seperti vanadium, nikel dan
tembaga di dalam minyak bumi umumnya dianggap terdapat sebagai
senyawa kompleks parafirin, dimana logam-logam ini terdapat di
pusatnya sedangkan logam garam anorganik yang dapat larut dalam
air, seperti garam klorid dan sulfat dari logam natrium, kalium,
magnesium dan kalsium terdapat dalam minyak bumi dalam keadaan
terdispersi. Dalam destilasi minyak mentah senyawa logam cenderung
akan berkumpul dalam fraksi residu.

2.3 Distilasi Bertingkat Minyak Bumi


Minyak bumi merupakan minyak mentah yang mengandung
campuran lumpur dan air yang tersuspensi serta gas, dipompa dan ditampung
dalam tangki penyimpanan berbentuk silinder. Dalam tangki tersebut minyak
bumi disentrifuge dan diberi tekanan sehingga air dan lumpur terendapkan.
Kemudian tekanan diperkecil sehingga gas dalam campuran tersebut keluar,
kemudian minyak terpisah dimana lapisan minyak berada di atas lapisan air
dan lumpur. Fraksi gas dalam minyak mentah diperoleh dengan pemisahan
secara langsung. Gas yang larut dalam minyak mentah juga diperoleh pada
saat destilasi yang kemudian akan dimurnikan sebagai LPG (Liquified
Petroleum Gases) atau digunakan dalam proses pembentukan bensin. Garam-
garam yang terkandung dalam minyak mentah dihilangkan dengan cara
menambahkan zat-zat kimia yang kemudian dipisahkan dari minyak.
Berbagai hidrokarbon yang terkandung dalam minyak dipisahkan dengan cara
destilasi bertingkat. Hal tersebut didasarkan bahwa karbon yang memiliki
jumlah atom C yang sama akan memiliki titik didih yang hampir sama.
Destilasi fraksinasi dilakukan pada suhu <400C karena di atas suhu
tersebut dapat terjadi perengkahan fraksi-fraksi minyak yang mempunyai
rantai karbon pendek (C5). Destilasi fraksinasi minyak mentah dilakukan
dengan suatu alat yang disebut Topping Stiff. Unit destilasi terdiri dari
kerangka pokok yaitu furnace dengan pipa (pipe still) atau wadah (tank still)
sebagai tempat minyak mentah dipanaskan dan bagian menara
(distillation/fractionating/bubble power) sebagai tempat fraksi-fraksi minyak
diembunkan kembali dan dialirkan. Menara pemisah tingginya mencapai 60
meter.
Pada bagian menara atas sejumlah piringan, di mana setiap piringan
mempunyai sejumlah cerobong kecil yang dilalui uap minyak. Cerobong
kecil tersebut ditutup sehingga uap minyak membentuk gelembung-
gelembung pada cairan di atas piringan, saluran ke bawah mengalir minyak
ke bagian piringan yang lebih rendah. Kemudian dilakukan pemanasan lagi
sehingga terbentuk uap lagi, demikian seterusnya sampai terjadi pemisahan
fraksi-fraksi hidrokarbon.
Minyak mentah dialirkan melalui pipa pemanas. Pemanasan
dilakukan pada suhu 316- 400C sehingga semua komponen minyak menguap
kecuali residunya. Komponen yang memiliki titik didih rendah akan
menguap, sedangkan yang lain akan mengembun dan mengalir ke bawah.
Komponen yang berupa uap tadi akan naik melewati menara pemisah,
sementara itu suhu terus menurun sehingga komponen yang sukar mendidih
akan mengembun. Fraksi-fraksi minyak akan keluar melalui saluran-saluran
yang berada di samping menara sesuai dengan titik didihnya. Proses destilasi
minyak mentah merupakan proses yang berkelanjutan. Residu akan diperoleh
pada bagian dasar menara.

Gambar 2. Distilasi Bertingkat Minyak Bumi


Berikut tabel hasil distilasi bertingkat minyak bumi:
Tabel 2. Hasil Distilasi Minyak Bumi

Fraksi-fraksi minyak bumi hasil fraksinasi tidak langsung


digunakan atau dipasarkan. Hasil destilasi merupakan produk-antara
dalam pengolahan minyak bumi. Fraksi-fraksi yang diperoleh diolah
kembali sesuai dengan kebutuhan jumlah rantai karbonnya. Proses
pengolahan minyak bumi dilakukan dengan berbagai metode dan
pendekatan tertentu sesuai dengan produk yang diinginkan.
Klasifikasi minyak bumi biasanya dilakukan dengan metoda
klasifikasi berdasarkan API gravity. Metoda ini digunakan karena
adanya kecenderungan bahwa jika API (American Petroleum
Institute) gravity minyak bumi tinggi, maka minyak bumi tersebut
mengandung fraksi ringan dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu,
minyak bumi yang mempunyai API gravity yang tinggi harga
pasarnya lebih tinggi, sebab banyak mengandung fraksi ringan (seperti
gasoline dan kerosene) sedangkan residunya relative lebih sedikit.
Tabel 3. Minyak Bumi Berdasarkan Nilai Spesific Gravity

Minyak Bumi SG 60/60oF


Ringan < 0.830
Medium Ringan 0.830 – 0.850
Medium Berat 0.850 – 0.865
Berat 0.865 – 0.905
Sangat Berat >0.905

Tabel 4. Minyak Bumi Berdasarkan Sifat Penguapannya

Minyak Bumi Kadar Fraksi Ringan


Ringan >50
Sedang 20 – 50
Berat < 20

2.4 Fraksi Ringan Minyak Bumi


1. Gas petroleum
Gas petroleum sebagian besar terdiri dari metana, etana, propana dan
butana serta sebagian kecil pentana, gas karbon dioksida, nitrogen dan
belium. Gas petroleum antara lain digunakan sebagai bahan bakar, bahan
pembuat karbon, bahan pembuat bensin (khusus dari gas basah) dan
bahan pembuat zat-zat kimia lain seperti CO2, H2, dan asetilen
2. Bensin
Bensin atau gasoline adalah cairan campuran yang sebagian besar berupa
senyawa hidrokarbon (parafin, naftalen, senyawa tidak jenuh dan
terkadang senyawa aromatic) yang berasal dari minyak bumi, digunakan
sebagai bahan bakar untuk kendaraan bermotor. Istilah gasoline banyak
digunakan dalam industri minyak, bahkan dalam perusahaan. Kadangkala
istilah mogas (motor gasoline) digunakan untuk membedakannya dengan
avgas, gasoline yang digunakan oleh pesawat terbang ringan. Konsumsi
gasoline di Amerika mencapai 360 juta gallon (1,36 milyar liter) setiap
harinya.
Terdapat tiga jenis bensin antara lain :
a) Bensin yang dihasilkan langsung dari penyulingan minyak mentah
yang disebut bensin langsung yang mengandung 5-405 minyak
mentah.
b) Bensin yang dihasilkan dari gas alam atau hasil pengolahan lainnya
yang disebut bensin alam.
c) Bensin yang dihasilkan dari perengkahan bagian-bagian minyak bumi
yang lebih berat dari bensin biasa, dengan perengkahan ini maka
jumlah bagian bensin yang dihasilkan minyak bumi dapat bertambah,
bensin jenis ini disebut bensin rengkahan.

Syarat yang harus dipenuhi antara lain:


a) Mempunyai titik didih tertentu
Makin rendah titik didih awalnya menunjukkan bahwa dalam
bensin banyak komponen ringan karena terjadi kehilangan
komponen pada saat penyimpanan yang disebabkan oleh
penguapan, sedangkan jika titik didih awalnya tinggi berarti makin
sukar terbakar pada permulaan dan sisa pembakaran akan
mengencerkan minyak pelumas.
b) Angka oktan menunjukkan mutu bahan bakar bensin. Semakin
tingi angka oktan makin baik karena detonasi semakin berkurang
sehingga pembakaran teratur. Angka oktan bensin menunjukkan
% iso-oktan dalam campuran dengan n-heptana sehingga
mempunyai sifat pembakaran yang sama.
c) Iso-oktan dianggap memiliki angka oktan 100 % dan dalam
normal heptana memiliki angka oktan 0%. Angka oktan bensin
umumnya berkisar antara 0% dan 100 %.
d) Kadar belerang rendah: Kadar belerang harus rendah agar tidak
korosif.
e) Stabil
Bensin harus stabil agar tidak terjadi perubahan komponen pada
saat bensin disimpan dalam waktu lama. Komponen yang
menyebabkan bensin tidak stabil adalah senyawa tidak jenuh
karena senyawa ini mudah dioksidasi atau mengalami polimerisasi
sehingga terjadi gum.
f) Warna dan bau khas
Warna dan bau yang khas pada bensin disebabkan oleh belerang
dan senyawa tidak jenuh.
Untuk memenuhi persyaratan di atas maka bagian bensin
hasil penyulingan harus dilakukan pengolahan lebih lanjut dengan
meningkatkan nilai oktan (proses reforming dan penambahan zat adif
TEL) dan mengurangi kadar belerang dengan menambahkan natrium
plumbit Na2PbO2 (proses doktor).
3. Minyak Tanah
Minyak tanah atau disebut juga kerosen (parafin) adalah cairan
hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar. Ini diperoleh dari
hasil destilasi bertingkat dari petroleum pada 150oC dan 275oC (rantai
karbon C12-C15). Minyak tanah banyak digunakan untuk lampu minyak
dan kompor, sekarang banyak digunakan sebagai bahan bakar mesin jet
(Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4 atau JP-8). Kerosen dikenal sebagai RP-1
digunakan sebagai bahan bakar roket. Pada proses pembakarannya
menggunakan oksigen cair.
Kerosene didestilasi langsung dari minyak mentah dan
memerlukan pengendalian khusus dalam sebuah unit Merox atau
hydrotreater untuk mengurangi kadar belerang dan perkaratan. Kerosene
dapat juga diproduksi oleh hydrockraker, yang digunakan untuk
meningkatkan bagian dari minyak mentah yang cocok untuk bahan bakar
minyak.
Penggunaan minyak tanah untuk kepentingan dapur terbatas pada
negara berkembang. Kerosen untuk bahan bakar jet spesifikasinya
diperketat terutama titik asap dan titik beku. Kerosene digunakan untuk
membasmi serangga seperti semut dan kecoa. Kadang-kadang digunakan
juga sebagai campuran dalam cairan pembasmi serangga.
Minyak tanah sifatnya berada antara minyak gas dan bensin.
Sifat fisik minyak tanah:
Titik didih : 175-284 0C
berat jenis : 0,7-0,83
Minyak bumi biasanya mengandung 5-25% minyak tanah, sedangkan
dalam minyak tanah mengandung senyawa-senyawa seperti parafin,
naften, aromatik, dan senyawa belerang. Jumlah kandungan komponen
senyawa dalam minyak tanah akan mempengaruhi sifat-sifat minyak
tanah. Sifat-sifat yang harus dimiliki minyak tanah adalah : titik nyala,
titik asap, kekentalan, kadar belerang, sifat pembakaran serta bau dan
warna yang khas.
Proses pengolahan minyak tanah:
a) Pencucian dengan asam sulfat
Pada pengolahan minyak tanah dilakukan pencucian dengan asam
sulfat, untuk mengetahui kadar belerang dan kandungan senyawa yang
membentuk kerak pada sumbu serta warna. Proses ini dilakukan
dengan cara penambahan asam sulfat sampai 5 X, setelah dipisahkan
kemudian dicuci dengan soda dan air.
b) Proses Adeleanu
Proses ini pada prinsipnya hanya ekstraksi senyawa aromatik
menggunakan belerang dioksida.
BAB III
KESIMPULAN

1. Minyak bumi adalah suatu campuran cairan yang terdiri dari berjuta-juta
senyawa kimia, yang paling banyak adalah senyawa hidrokarbon yang
terbentuk dari dekomposisi yang dihasilkan oleh fosil tumbuh-tumbuhan dan
hewan. Minyak bumi dan derivat minyak bumi menghasilkan bahan bakar
kendaraan bermotor, pesawat terbang dan kereta api.
2. Minyak bumi terdiri dari senyawa hidrokarbon berupa,: Parafin, Naftena,
Aromat, Monoolefin, dan Diolefin. Serta senyawa bukan hidrokarbon
berupa: belerang, oksigen, nitrogen, dan logam.
3. Minyak bumi dapat dipisahkan berdasarkan fraksinya dengan cara distilasi
bertingkat.
4. Fraksi ringan minyak bumi yaitu, Liquid Petroleum Gas (LPG), Gasoline,
dan Kerosene.
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/acer/Downloads/S1-2015-318840-chapter1.pdf

http://digilib.polban.ac.id/files/disk1/82/jbptppolban-gdl-faridhasuk-4059-3-
bab2--9.pdf

http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/n!@file_skripsi/Isi2639673061382.pdf

http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/n!@file_skripsi/Isi2453690474538.pdf

http://eprints.undip.ac.id/36550/1/BAB__I__%26_II.pdf

https://ikawcollections.files.wordpress.com/2008/12/modul-minyak-bumi.pdf

http://media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090072_2_7509.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45874/4/Chapter%20II.pdf

http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/6932/5.%20BAB
%20II.PDF?sequence=5

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Annisa%20Fillaeli,%20S.Si.,
%20M.Si./Kimia%20Industri_Minyak%20Bumi.pdf

http://www.thecheworld.com/buku/proses/1-3.pdf

Anda mungkin juga menyukai