Anda di halaman 1dari 18

Borang Portofolio

Nama Peserta : dr. Novita Rachmasari

Nama Wahana: RSUD Rantau Prapat

Topik : Perdarahan Salurann Makan Bagian Atas

Tanggal Kasus : April 2017

Nama Pasien : Tn. A Nomor RM :


222477
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. H. Nauli Asdam
Simbolon
dr. Eka Julianti
Tempat Presentasi :

Objektif Presentasi :

 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka

 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa

 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil

Deskripsi : Pasien laki-laki usia 56 tahun datang dengan keluhan muntah berdarah.
Muntah bercampur darah yang dialami os 2 jam sebelum masuk Rumah
Sakit. Keluhan ini sebelumnya sudah dialami os 2 hari ini. Frekuensi
muntah darah 3 x dalam sehari. Os merasakan nyeri pada ulu hati sejak
1 tahun ini. Namun memberat dalam 1 minggu ini. Nyeri ulu hati tidak
hilang walaupun os sudah makan. Keluhan nyeri menelan di sangkal
oleh os namun beberapa minggu ini os tidak selera makan. Riwayat
BAB berwarna kehitaman dialami os sejak 3 hari ini dengan frekuensi
>5 x dalam sehari konsistensi cair lebih banyak air dari pada ampas.
Riwayat BAB bercampur darah segar (-). BAB hitam pernah dialami 1
bulan yang lalu. selain itu os mengeluh lemas, kepala pusing, dan cepat
lelah dan sering mengkonsumsi obat penghilang nyeri yang di beli di
warung untuk mengobati keluhan os. BAK dalam batas normal.

1
Tujuan : Mengetahui penegakan diagnosis dan penatalaksaan Perdarahan Saluran
Makan Bagian Atas
Bahan Bahasan  Tinjauan  Riset  Kasus  Audit
: Pustaka
Cara  Diskusi  Presentasi dan  Email  Pos
Membahas: Diskusi

Data Pasien Nama : Tn. A No. Reg: 222477


Nama Ruangan : IGD Telp : - Masuk RS : Oktober 2017

Data Utama untuk bahan diskusi :


1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
• Pasien datang dengan keluhan muntah darah
• Nyeri ulu hati (+)
• Riwayat BAB warna hitam
• Badan lemas, kepala pusing dan os sering mengkonsumsi obat penghilang nyeri di beli
di warung.
2. Riwayat Pengobatan : Obat penghilang rasa sakit, jamu-jamuan
3. Riwayat Keluarga : Riwayat penyakit turunan DM, HT disangkal
4. Riwayat Pekerjaan : Wiraswata
5. Riwayat Lingkungan Sosial dan Fisik : pasien tinggal serumah bersama istri dan anaknya
Daftar Pustaka :
1. Pangestu Adi. Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Dalam Sudoyo
AW dkk., ed) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V. Jakarta : Interna Publising.
2009; 447-452.
2. Djumhana HA.2016.Perdarahan Akut Saluran Cerna Bagian Atas.
http://repository.unpad.ac.id/8325/.pdf. [Diakses pada tanggal 20 februari 2017]
3. Hadi S, 2002. Gastroenterologi, Perdarahan saluran makan bagian atas. PT alumni
Bandung
Hasil Pembelajaran:
1. Melakukan anamnesa Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas.
2. Penegakan diagnosis pada Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas.
3. Penatalaksanaan pada pasien Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas.

2
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
Pasien laki-laki usia 56 tahun datang dengan keluhan muntah berdarah. Muntah bercampur
darah yang dialami os 2 jam sebelum masuk Rumah Sakit. Keluhan ini sebelumnya sudah
dialami os 2 hari ini. Frekuensi muntah darah 3 x dalam sehari. Os merasakan nyeri pada ulu
hati sejak 1 tahun ini. Namun memberat dalam 1 minggu ini. Nyeri ulu hati tidak hilang
walaupun os sudah makan. Keluhan nyeri menelan di sangkal oleh os namun beberapa minggu
ini os tidak selera makan. Riwayat BAB berwarna kehitaman dialami os sejak 3 hari ini
dengan frekuensi >5 x dalam sehari konsistensi cair lebih banyak air dari pada ampas.
Riwayat BAB bercampur darah segar (-). BAB hitam pernah dialami 1 bulan yang lalu. selain
itu os mengeluh lemas, kepala pusing, dan cepat lelah dan sering mengkonsumsi obat
penghilang nyeri yang di beli di warung untuk mengobati keluhan os. BAK dalam batas
normal.
Objektif :
Kesadaran : Compos Mentis (tampak sakit sedang)
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 72x/menit
Nafas : 21 kali/menit, reguler
Suhu : 36,3 ⁰C

Status Generalis:
Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, RC +/+
Paru : Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/- , suara napas tambahan (-)
Jantung : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Inspeksi : bentuk perut datar dan simetris
Palpasi : soepel, nyeri tekan pada regio epigastrium
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik (+) normal
DRE : Massa (-), sfingter ani ketat, mukosa rektum licin, prostat normal, sulkus mediana
teraba, nyeri tekan (-), handscoen terdapat feses warna hitam.
Ekstremitas : Akral dingin, sianosis (-), CRT <2 detik

Pemeriksaan Penunjang:
Laboratorium:
 Darah rutin
Hemoglobin : 6,5 mg/dl
Eritrosit : 4.8 jt unit
Leukosit : 5000 mg/dl
Trombosit : 420.000 mg/dl
Hematokrit : 19,5%

3
 Fungsi Ginjal
Ureum : 42,2 mg/dl
Creatinin : 0,97 mg/dl
Asam Urat : 6,3 mg/dl
 Gula Darah Sewaktu : 107 mg/dl
 Fungsi Hati
Bilirubin Direk : 0,08 mg/dl
Bilirubin Total : 0,55 mg/dl
SGOT : 50 U/L
SGPT : 24 U/L
Albumin : 3,3 g/dl
Total protein : 5,5 g/dl
 Faal Hemostasis
Waktu perdarahan (BT) : 2 menit
Waktu pembekuan (CT) : 6 menit
Assesment :
PSMBA ec dd – Gastritis Erosiva
- Ulkus bleeding
- Tukak esofagus
Plan :
Penatalaksanaan :
 Airway clear
 Breathing clear
 Circulation  pasang infus
 Dissability clear
 Exposure clear
Pengobatan :
 Pasang NGT terbuka
 Puasa 8 jam
 IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
 Inj. Omeprazole 1 vial/ 12 jam
 Inj. Kalnex 1amp/ 8 jam
 Inj. Vitamin K /hari

4
PERDARAHAN SALURAN MAKAN
BAGIAN ATAS (PSMBA)

1. Definisi

Perdarahan saluran makan bagian atas (PSMBA) adalah perdarahan yang bersal dari

daerah ligamentum Treitz keatas (dari peroksimal yeyenum sampai esophagus).

2. Epidemiologi

Di negara barat insidensi perdarahan PSMBA mencapai 100 per 100.000

penduduk/tahun, laki-laki lebih banyak dari wanita. Insidensi ini meningkat sesuai

dengan bertambahnya usia. Di Indonesia kejadian yang sebenarnya di populasi tidak

diketahui. Dari catatan medik pasien-pasien yang dirawat di bagian penyakit dalam RS

Hasan Sadikin Bandung pada tahun 1996-1998,pasien yang dirawat karena perdarahan

PSMBA sebesar 2,5% - 3,5% dari seluruh pasien yang dirawat di bagian penyakit

dalam. Berbeda dengan di negera barat dimana perdarahan karena tukak peptik

menempati urutan terbanyak maka di Indonesia perdarahan karena ruptura varises

gastroesofagei merupakan penyebab tersering yaitu sekitar 50-60%, gastritis erosiva

hemoragika sekitar 25-30%,tukak peptik sekitar 10-15% dan karena sebab lainnya <

5%.

3. Etiologi

3.1 Kelainan esophagus

a. Varises esfagus

Secara pameriksaan endoskopi pada 277 penderita saat mereka masuk rumah sakit,

ternyata 152 penderita saat mereka masuk rumah sakit, ternyata 152 penderita

diantaranya sebagai penyebab perdarahan adalah pecahnya farises esofagus. Beberapa

5
kasus diantaranya masih memperlihatkan perdarahan segar yang berasal dari pecahnya

varises di sepertiga bawah esofagus.

b. Karsinoma esophagus

Karsinoma esofagus sering memberikan keluhan melena dari pada hematemesis. Pada

endoskopi jelas terlihat gambaran karsinoma yang hampir menutup esofagus dan

mudah berdarah terletak di sepertiga bawah esofagus.

c. Sindrom Mallory-weiss

Muntah muntah yang hebat mungkin dapat mengakibatkan rupture dari mukosa dan

submukosa pada derah kardia atau esofagus bagian bawah, sehingga timbul

perdarahan. Karena laserasi yang aktif disertai ulserasi pada daerah kardia dapat timbul

perdarahan yang massif. Timbulnya laserasi yang akut tersebut dapat terjadi sebagai

terlalu sering muntah-muntah yang hebat, sehingga tekanan intraabdominal meningkat,

yang dapat mengakibatkan pecahnya arteri submukosa esofagus atau kardia.

d. Esofagitis dan tukak esophagus

Esofagitis bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering bersifat intermitten atau

kronis dan biassanya ringan, sehingga lebih sering timbul melena daripada

hematemesis.Tukak esofagus jarang sekali mengakibatkan perdarahan jika

dibandingkan dengan tukak lambung dan duodenum.

3.2 Kelainan di lambung

a. Gastritis erosive hemoragika

Sebagai penyebab terbanyak dari gastritis erosive hemoragika ialah obat-obatan yang dapat

menimbulkan iritasi pada mukosa lambung ialah obat-obatan yang dapat menimbulakan

iritasi pada mukosa lambung atau obat yang dapat merangsang timbulnya tukak. Misalnya

6
beberapa jam setelah minum aspirin, obat bintang tujuh dan lain-lain. Obat-obatan seperti

itu termasuk golongan salisilat yang menyebabakan iritasi dan dapat menimbulkan tukak

multiple yang akut dan dapat disebut golongan obat ulserogenic drugs. Beberapa obat lain

yang juga dapat menyebabkan hematemesis ialah; golongan kortikosteroid, butazolidin,

reserpin, alcohol dan lain-lain.

b. Tukak lambung

Tukak lambung lebih sering menimbulkan perdarahan terutama yang terletak di angulus

dan prepilorus dibandingkan dengan tukak duedeni dengan perbandingan 23,7%:19,1%.

Tukak lambung yang besifat akut biasanya dangkal dan multiple yang dapat digolngkan

sebagai erosi. Umumnya tukak ini disebabkan oleh obat-obatan, sehingga timbul gastritis

erosive hemoregika.

c. Karsinoma lambung

Insidensi karsinoma lambung di Indonesia sangat jarang, yang umunya datang berobat

sudah dalam fase lanjut dan sering mengeluh rasa pedih, nyeri diulu hati, serta merasa lekas

kenyang, badan menjadi lemah. Jarang sekali mengalami hematemesis, tetapi sering

mengeluh buang air besar hitam pekat (melena).

3.3 Kelainan di duodenum

a. Tukak duedeni

Tukak duedeni yang menyebabkan perdarahan secara panendoskopi

terletak di bulbus, ditemukan 6 kasus. Empat kasus diantaranya dengan

keluhan utama hematemesis dan melena, sedangkan dua kasus lainnya

mengeluh melena saja. Sebelum timbul perdarahan, semua kasus mengeluh

7
merasa nyeri dan perih di perut bagian atas agak ke kanan. Keluhan ini juga

dirasakan waktu tengah malam sedang tidur pulas, sehingga terbangun. Untuk

mengurangi rasa nyeri dan pedih, penderita makan roti mari atau minum susu.

b. Karsinoma Papila Vaterii

Karsinoma papilla vaterii merupakan penyebab dari karsinoma di

ampula, menyebabkan penyumbatan saluran empedu dan saluran pancreas

yang pada umumnya sudah dalam fase lanjut.

4. GEJALA KLINIS

Gejala klinis perdarahan saluran cerna:

Ada 3 gejala khas, yaitu:

1. Hematemesis

Muntah darah dan mengindikasikan adanya perdarahan saluran cerna atas,

yang berwarna coklat merah atau “coffee ground”.

2. Hematochezia

Keluarnya darah dari rectum yang diakibatkan perdarahan saluran cerna

bahagian bawah, tetapi dapat juga dikarenakan perdarahan saluran cerna bahagian

atas yang sudah berat.

3. Melena

Kotoran (feses) yang berwarna gelap yang dikarenakan kotoran bercampur

asam lambung; biasanya mengindikasikan perdarahan saluran cerna bahagian atas,

atau perdarahan daripada usus-usus ataupun colon bahagian kanan dapat juga

menjadi sumber lainnya. (Porter, R.S., et al., 2008) Disertai gejala anemia, yaitu:

pusing, syncope, angina atau dyspnea. (Laine, L., 2008)

8
Tabel Membedakan PSMBA dengan PSMBB

PSMBA PSMBB

Manifestasi klinik Hematemesis dan/ Hematokesia


melena

Aspirasi nasogastrik Berdarah Jernih


Rasio BNU kreatinin Meningkat > 35 <35
Auskultasi usus Hiperaktif Normal

5. ANAMNESIS

Diperlukan sekali pengambilan anamnesis/allo-anamnesis yang teliti

diantaranya:

a. Setiap penderita dengan perdarahan SMBA, perlu ditanyakan apakah timbul

mendadak dan banyak, atau sedikit demi sedikit tetapi terus menerus, atau

apakah timbul perdarahan berulang kali, sehingga lama-kelamaan badan

menjadi lemah. Apakah perdarahan dialami pertama kali atau sudah pernah.

b. Sebelum hematemesis apakah didahului dengan rasa nyeri atau pedih di

epigastrium yang berhubungan dengan makanan untuk memikirkan tukak

peptic yang mengalami perdarahan.

c. Adakah penderita makan obat-obatan atau jamu-jamuan yang menyebabkan

rasa nyeri atau pedih di epigastrium kemudian disusul dengan muntah darah.

d. Penderita dengan hematemesis yang disebabkan pecahnya varises

esofagus,tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrium. Pada

umumnya sifat perdarahan timbul secara spontan dan massif. Darah yang

dimuntahkan berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku, karena sudah

9
tercampur dengan asam lambung. Kepada penderita perlu ditanyakan apakah

pernah hepatitis, alkoholisme atau penyakit hati kronis.

e. Sebelum timbul hematemesis, apakah didahului muntah-muntah yang hebat,

misalnya pada peminum alcohol, wanita hamil muda. Hal ini perlu dipikirkan

akan kemungkinannya Sindroma Mallory-Weiss.

6. PEMERIKSAAN FISIK

Yang pertama perlu diamati adalah keadaan umum, tekanan darah, nadi,

apakah sudah memperlihatkan tanda-tanda syok apa belum. Bila penderita sudah

dalam keadaan syok sebaiknya segera diberi pertolongan untuk mengatasinya.

Disamping itu perlu diamati kesadaran penderita, apakah masih kompos mentis

ataukah sudah koma hepatikum (pada penderita sirosis dengan perdarahan). Bila sudah

syok atau koma perlu maka segera diatasi komanya. Pada keadaan gawat penderita,

segala manipulasi yang tidak esensial hendaknya ditinggalkan dulu sampai keadaan

umum penderita membaik. Disamping itu, perlu diperhatikan apakah ada anemia.

Hematemesis yang diduga karena ada pecahnya varises esofagus, perlu

diperhatikan gangguan faal hatiyaitu ada tidaknya foetor hepatikum, ikterus, spider

nevi, eritema Palmaris, liver nail, venektrasi disekitar abdomen, asites. Splenomegali,

edema sakrai dan pretibial, tanda endokrin sekunder pada kaum wanita (gangguan

menstruasi, atrofi payudara) dan pada kaum pria (ginekomasti, atrofi testis).

Seseorang penderita dengan kelainan dilambung sebagai penyebab perdarahan,

misalnya tukak peptic atau gastritis hemoragika, akan nyeri tekan di daerah

epigastrium. Dan apabila teraba suatu massa di epigastrium yang kadang-kadang terasa

10
nyeri tekan, kemungkinan besar adalah karsinoma dilambung sebagai penyebab

perdarahan.

7. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Setiap penderita dengan perdarahan apapun, pertama-tama sebaiknya dilakukan

pemeriksaan golongan darah, hb, hematokrit, jumlah eritrosit, leukosit, trombosit dan

morfologi darah tepi.

Dan pada penderita, yang diduga menderita sirosis hati dengan pecahnya

varises esofagus terutama dengan perdarahan massif, perlu sekali diperiksa apakah ada

kelainan faal hati.

Selain daripada itu, perlu dilakukan pemeriksaan biokimia darah, antara lain

terhadap faal hati pada penderita dugaan karena pecahnya varises esofagus, tes faal

ginjal untuk mengetahui ada tidaknya gangguan faal ginjal BUN, kreatinin serum

karena pada pasien PSMBA pemecahan darah oleh kuman usus alkan mengakibatakan

kenaikan BUN, sedangkan kreatinin serum tetap normal atau sedikit meingkat. bila

perlu gula darah apabila ada riwayat diabetes.

Elektrolit (Na, K, Cl) perubhan elektrolit bisa terjadi karena perdarahan,

transfuse, atau kumbah lambung.

8. DIAGNOSA

Diagnosa dapat ditegakakan berdasarkan Gejala klinis dan pemeriksaan

tambahan seperti endoskopi gastrointestinal, radiografi degan barium, radionuklid dan

angiografi.

11
Tabel Klasifikasi ktivitas perdarahan tukak peptic menurut Forrest

Aktifitas perdarahan Kreteria endoskopi

Fores Ia Perdarahan aktif Perdarahan arteri


menyembur

Forest Ib Perdarahan aktif Perdarahan merembes


Forest II Perdrahan berhenti dan Gumpalan darah pada
masi terdapat sisa sisa dasar tukak atau terlihat
perdarahan pembuluh darah
Forest III Perdarahan berhenti Lesi tanpa tanda sisa
tanpa sisa perdarahan perdarahan

9. PENCEGAHAN

Melena merupakan suatu komplikasi yang timbul akibat terjadinya perdarahan

pada saluran pencernaaan bagian atas yang diakibatkan oleh beberapa kelainan yakni

kelainan pada esofagus,lambung dan duodenum. Oleh karena itu upaya preventif

dalam masalah melena adalah dengan mencegah seseorang agar tidak mengalami

kelainan-kelainan tersebut.

10. PENATALAKSANAAN

Pengobatan umum

a. Infuse / transfusi darah

Perdarahan dengan 500- 1000 cc perlu diberi cairan infuse, yaitu : dektrose 5%,

atau Ringer Laktat, atau NaCl 0.9%. Hanya kepada penderita sirosis hati dengan

asites / edema sabaiknya jangan memberikan cairan NaCl 0.9%. selain dari pada

itu perlu dipersiapkan kemungkinan untuk memberikan transfusi darah. Apalagi

bagi penderita yang memperlihatkan perdarahan masif / jatuh dalam syok, maka

pemberian transfusi darah harus pertama – pertama dipikirkan. Harus diingat ,

12
bahwa darah yang keluar bila melebihi 50% dari volume darah di badan, akan

membahayakan jiwa penderita, bahkan kemungkinan fatal.

Kapan tranfusi darah di berikan sifatnya sangat individual, tergantung jumlah

darah yang hilang, perdarahan masih aktif atau sudah berhenti, lamanya

perdarahan berlangsung, dan akibat klinik perdarahan tersebut. Indikasi transfuse

darah pada perdarahan saluran cerna dipertimbangkan pada keadaan seperti ini:

1) Perdarahan dalam keadaan hemodinamik tidak stabil

2) Perdarahan baru atau masi berlangsung dan diperkirakan jumlahnya 1 liter atau

lebih

3) Perdarahan baru atau masi berlangsung dengan hemoglobin , 10 % g atau

hematokrit < 30 %

4) Terdapat tanda-tanda oksigenasi jaringan yang menurun.

Perlu di pahami dipahami bahwa nilai hematokrit untuk memperkirakan jumlah

perdarahan kurang akurat bila perdarahan sedang atau berlangsung. Proses

hemodilusi dari cairan ekstravaskular 24-27 jam setelah onset perdarahan. Target

penapaian hematokrit setelah transfusi darah tergantung kasus yang di hadapi,

untuk usia muda dengan kondisi sehat cukup 20-25 % usia lanjut 30 %, sedangkan

pada hipertensi portal jangan melebihi 27-28%.

b. Diet

Dianjurkan berpuasa sekurang – kurangnya sampai 24 jam setelah perdaran

terhenti. Setelah 24-48 jam perdarahan berhenti, dapat diberikan makanan cair.

Sebelum itu dapat diberikan batu es, selain untuk menjaga mulut jangan kering,

dapat juga menghentikan perdarahan.

13
c. Obat obatan

Pemberian vitamin K pada pasien dengan penyakit hati kronis yang mengalami

perdarahan SCBA diperbolehkan, dengan pertimbangan pemberian tersebut tidak

merugikan dan relatif murah.

Pengobatan kusus

a. Vasopressin

Vasopressin dapat menghentikan perdarahan PSMBA lewat efek vasokontriksi

pembuluh darah splanknik, menyebabkan aliran darah dan tekanan vena porta

menurun. Terdapat dua bentuk sediaan, yakni pitresin yang mengandung vasopressin

murni dan preparat pituitary gland yang mengandung vasopressin dan oxcytocin.

Pemberian vasopressin dilakukan dengan mengencerkan sediaan vasopressin 50 unit

dalam 100 ml dekstrose 5 %, diberikan 0.5-1 mg/menit/iv selama 20-60 menit dan

dapat diulang tiap 3-6 jam atau setelah pemberian pertama dilanjutkan per infuse 0.1-

0.5 U/menit. Vasopressin dapat menimbulkan efek samping serius berupa insufisiensi

koroner mendadak, oleh karena itu pemberiannya disarankan bersamaan preparat

nitrat, misalnya nitrogliserin iv dengan dosis awal 40mcg/ menit kemudian secara

titrasi dinaikkan maksimal hingga 400mcg/menit dengan mempertahankan tekanan

sistolik diatas 90 mmHg.

b. Somastostatin

Somatostatin dan analognya (octreotide) diketahui dapat menurunkan aliran

darah splanknik, khasiatnya lebih selektif disbanding vasopressin. Penggunaan di

klinik pada perdarahan akut varises esofagus dimulai sekitar tahun1978.

14
Somastotatin dapat menghentikan perdarahan akut varises esofagus pada 70-

80% kasus, dan dapat pula digunakan pada perdarahan non varises. Dosis pemberian

diawali dengan bolus 250 mcg/jam selama 12-24 jam atau sampai perdarahan berhenti,

oktreotide dosis bolus 100 mcg/iv dilanjutkan per infuse 25 mcg/jam selama 8-24 jam

atau sampai perdarahan berhenti.

c. Anti Sekresi Asam

Yang dilaporkan bermanfaat untuk mencegah perdarahan ulang SCBA karena

tukak peptic ialah inhibitor pompa proton dosis tinggi. Diawali bolus omeprazol 80

mg/iv kemudian dilanjutkan per infuse 8 mg/kgBB/jam selama 72 jam, perdarahan

ulang pada kelompok placebo 20% sedangkan yang diberi omeprazol hanya 4.2%.

suntik omeprazol yang beredar di Indonesia hanya untuk pemberian bolus yang bisa

digunakana per infuse ialah persediaan esomeprazol dan pantoprazol dengan dosis

sama dengan omeprazol. Pada perdarahan SCBA ini, antasida, sukralfat, dan antagonis

reseptor H2 masih boleh diberikan dengan tujuan penyembuhan lesi mukosa penyebab

perdarahan. Antagonis reseptor H2 dalam mencegah perdarahan ulang SCBA karena

tukak peptic kurang bermanfaat.

d. Balon Tamponade

Penggunaan balon tamponade untuk menghentikan perdarahan varises esofagus

dimulai sekitar tahun1950, paling popular adalah Sengstaken-Blakemore tube (SB-

tube) yang mempunyai tiga pipa serta dua balon masing-masing untuk esofagus dan

lambung. Komplikasi pemasangan SB tube yang bisa berakibat fatal adalah pnemoni

15
aspirasi, laserasi sampai perforasi. Pengembangan balon sebaiknya tidak melebihi 24

jam dan dilakukan oleh tenaga medic yang berpengalaman dan observasi ketat.

e. Endoskopi

Terapi endoskopi ditujukan pada perdarahan tukak yang massif aktif atau tukak

dengan pembuluh darah yang tampak.

Metode terapinya meliputi:

1) Contact thermal (monopolar atau bipolar elektrokoagulasi, heater probe)

2) Noncontact thermal (laser)

3) Nonthermal (misalnya suntikan adrenalin, polidokanol, alcohol, atau

pemakaian klip).

Berbagai cara endoskopi tersebut akan efektif dan aman apabila dilakukan ahli

endoskopi yang terampil dan berpengalaman. Endoskopi trapeutik ini dapat diterapkan

pada 90 % kasus perdrahan saluran cerna baggaian atas, sedangkan 10 % sisanya tidak

dapat dikerjakan karena alasan teknis seperti darah terlalu banyak sehingga

pengamatan terhalang sehingga pengamatan terhlang atau letak lesi tidak terjangkau.

Secara keseluruhan 80% perdarahan tukak peptic dapat berhenti spontan, namun pada

kasus perdarahan arterial yang bisa berhenti spontan hanya 30 %. Terapi endoskopi

yang relatif mudah dan tanpa banyak peralatan mendukung ialah penyuntikan

submukosa sekitar titik perdarahan menggunakan adrenalin 1:10000 sebanyak 0,5-1

ml tiap kali suntik dengan batas dosis 10 ml atau alcohol absolud (98 %) tidak

melebihi 1 ml. penyuntikan bahan sklerosa seperti alcohol absolute atau polidokanol

umumnya tidak dianjurkan karena bahaya timbulnya tukak dan perforasi akibat

nekrosis jaringan di lokasi penyuntikan. Keberhasilan terapi endoskopi dalam

16
penghentian perdarahan bisa mencapai diatas 95 % dan tanpa terapi tambahan lain

perdarahan ulang frekuensinya sekitar 15-20 %.

Hemostatis endoskopi merupakan terapi pilihan pada perdarahan karena varises

osefagus. Dengan ligasi varises dapat dihindari efek samping akibat pemakaian

sklerosan, lebih sedikit frekuensi terjadinya ulserasi dan striktur. Ligasi dilakukan

mulai distal mendekati cardia bergerak spiral setiap 1-2 cm. dilakukan pada varises

yang sedang berdarah atau bila ditemukan tanda baru mengalami perdarahan seperti

bekuan darah yang melekat, bilur bilur merah, noda hematokistik, vena pada vena.

Skleroterapi endoskopik sebagai alternatife bila ligasi endoskopik sulit dilakukan

karena perdarahan yang massif, terus berlangsung, atau teknik tidak memungkinkan.

Sklerosan yang bisa digunakan antara lain campuran sama banyak polidokanol 3%,

NaCl 0,9%, dan alcohol absolute. Campuran dibuat sesaat sebelum skleroterapi

dikerjakan. Penyuntikan dimulai dari bagian paling distal mendekati cardia dilanjutkan

ke proksimal bergerak spiral sampai sejauh 5 cm. pada perdarahan varises lambung

dilakukan penyuntikan cyanoacrylate, skleroterapi untuk varises lambung hasilnya

kurang baik.

f. Terapi Radiologi

Terapi angiografi perlu dipertimbangkan bila perdarahan tetap berlangsung

dan belum bisa ditentukan asal perdarahan, atau bila terapi endoskopi dinilai gagal dan

pembedahan sangat beresiko. Tindakan hemostasis yang bisa dilakukan dengan

penyuntikan vasopressin atau embolisasi arterial. Bila dinilai tidak ada kontraindikasi

dan fasilitas dimungkinkan, pada perdarahan varises dapat dipertimbangkan TIPS

(Transjugular Intrahepatic Portosystemic Shunt).

17
g. Pembedahan

Pembedahan pada dasarnya dilakukan bila terapi medic, endoskopi dan

radiologi dinilai gagal. Ahli bedah seyogyanya dilibatkan sejak awal dalam bentuk tim

multidisipliner pada pengelolaan kasus perdarahan PSBA untuk menentukan waktu

yang tepat kapan tindakan bedah sebaiknya dilakukan.

18

Anda mungkin juga menyukai