BAB I
PENDAHULUAN
kecacatan dan 50.000 orang meninggal dunia. Saat ini di Amerika terdapat
sekitar 5.300.000 orang dengan kecacatan akibat cedera kepala (Moore &
Argur, 2015).
meninggal dunia (Depkes RI, 2013). Di Jawa Tengah terdapat kasus cedera
jumlah kasus 23.628 dan 604 kasus diantaranya meninggal dunia (Profil
mengalami cedera kepala sedang maupun berat yang terdiri dari 8 laki-laki
2
edema serebri. Untuk setiap kasus pada pasien cedera kepala khususnya
banyak terjadi adalah pasien dengan edema serebri keluar masuk rumah
sakit dengan keluhan yang sama yaitu nyeri. Oleh karena itu perawat sangat
psikologis penderita.
RSUP Provinsi NTB, dengan jumlah pasien cedera kepala pada tahun 2015
sebanyak 413 kasus.Pada tahun 2016 angka kejadian pasien cedera kepala
meningkat sebanyak 498 kasus. Pada tahun 2017 dari tanggal 01 Januari
sampai 15 Desember 2017 sudah terjadi sekitar 117 kasus cedera kepala
di RSUP NTB”
di RSUP NTB?”
di RSUP NTB”
keperawatan.
1.5.1 Wawancara
pasien atau pada keluarga atau dari siapa pun yang dapat memberikaan
1.5.2 Obserpasi
pada klien
1.5.4 Dokumentasi
maka penulis menyusun Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dengan sistematika
Bab 1 : Pendahuluan
penulisan.
Komplikasi, penatalaksanaan.
Daftar Pustaka
Lampiran
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
otak, secara anatomis, otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit
mengalami kerusakan.(Hidayat,2016)
(Asikin,2017)
dan mirip kulit sapi, yang terdiri dari dua lapisan luar yang
a. Otak
(rhinencephalon).
kiri.
10
nalar/logika,kemauan.
indera peraba,
pendengaran,
(syarifudin,2014)
(Syarifudin,2014)
3) Batang otak
a) Medulla spinalis
servikalis.
1) Ganglia kolateral
(Muttaqin,2016)
2) Medulla adrenal
1) Konsep refleks
2016)
2) Sensibilitas
3) Proprioseptor
4) Suhu
6) Stereognosis
2016)
16
2.1.3 Etiologi
1. Cedera akselerasi
2. Cedera deseralisasi
3. Cedera akselerasi-deseralisasi
kepala.
5. Cedera rotasional
17
sensasi.
2016)
pernafasan.
fibrilasi, bradikardi.
Berdasarkan patologi :
2013)
jaringan otak.
jaringan otak dapat terjadi akut dan kronis. Pengertian lain dari
(Muttaqin, 2016)
2.1.6 Patofisiologi
cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder, cedera kepala primer
Pada cedera kepala sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer,
Etiologi :
Kurang informasi,
pengetahuan dan
pengalaman
Adanya jejas Edema
disekitar kepala Cemas
Cedera jaringan
otak (medulla Gangguan
Reaksi oblongata pola nafas Gangguan
pandangan autoregulasi
Intoleransi
Peningkatan
aktifitas
TIK (tekanan Mual-muntah
intrakranial Produksi energy
menurun
Asupan nutrisi kurang
Nyeri kepala
Nutrisi kurang dari kelemahan
kebutuhan tubuh
Gambar 2.2 Pathway Cedera Kepala (Silvia, 2015).
25
2.1.8 Komplikasi
1. Koma
koma. Pada situasi ini, secara khas berlansung hanya beberapa hari
3. Infeksi
2014)
26
4. Kerusakan saraf
(Sumantri, 2014)
(Sumantri, 2014)
jaringan otak.
27
kontras radioaktif.
3. Angiografi cerebral
4. EEG berkala
metabolisme otak.
2.1.10 Penatalaksanaan
2. Penatalaksanaan keperawatan
b. Bedrest total
i. Beri sedative
o. Hilangkan infeksi
(Asikin, 2017)
perawatan kesehatan. Untuk sampai pada hal ini, profesi keperawatan telah
yang paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang paling
1. Tahap pengkajian
3. Tashap perencanaan
4. Tahap pelaksanaan
5. Tahap evaluasi
(Hidayat, 2014)
31
2.2.1 Pengkajian
harus dimiliki pada tahap pengkajian ini maka tujuan dari pengkajian
1. Biodata
2. Keluhan utama
a. Pola respirasi
b. Pola nutrisi
33
2016)
c. Pola eliminasi
2014)
d. Aktifitas
spatik. (Hidayat,2014)
f. Kebutuhan berpakaian
sakit itu terjadi, nyeri lain yang disebut nyeri kiriman atau
(Muttaqin, 2016)
j. Berkomunikasi
k. Data spiritual
seperti biasanya.
l. Kebutuhan bekerja
n. Kebutuhan belajar
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1. Kepala
Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan muka, tengkorak, wrna dan
distribusi rambut, kulit kepala, muka normalnya simetris
antara kanan dan kiri. Ketidaksamaan muka dapat
merupakan suatu petunjuk adanya kelumpuhan saraf
ketujuh. Bentuk tengkorak yang normal adalah simetris
38
3. Telinga
Inspeksi : Amati telinga luar, periksa keadaan aurikel terhadap
ukuran, bentuk, lesi, dan adanya lesi. Terjadi perubahan
funsgsi pendengaran apabila mengenai saraf
vestibulokoklearis. Adanya perdarahan atau kotoran.
39
d. Pemeriksaan neurologis
1) Tingkat kesadaran
3) Pemeriksaan Saraf
pada fundus.
4) Sistem motorik
pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang
5) Pemeriksaan refleks
6) Sistem sensorik
sisi.
Dengan suara 3
Dengan nyeri 2
Orientasi baik 5
Disorientasi (mengacau/bingung) 4
Mengikuti perintah 6
Melokalisir nyeri 5
e. Pemeriksaan laboratorium
f. Foto rongen
g. CT Scan
48
h. Analisa data
edema otak.
kognitif.
2. Prioritas masalah
d. Nyeri akut
e. Intoleransi aktifitas
f. Cemas
tubuh
2.2.5 Evaluasi
tercapai sebagian.
62
(Hidayat, 2014)
atau semua warkat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti
2014)