Jurusan Fisika, FMIPA Gedung D7 Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229, Universitas
Abstract
This study aims to know the implementation of Project Based Learning and
cooperative learning for developing four pillars of learning and to get the
information about the differences learning outcomes using Project Based
Learning and cooperative learning for developing four pillars of learning. The
populations in this study were all regular students grade VIII SMPN 1
Tambakromo academic year 2011/2012. The sampling technique in this research
was used cluster random sampling.The independent variable is the
implementation of Project Based Learning model and the dependent variable is
the development four pillars of learning. The results showed that Project Based
Learning and cooperative learning can be applied for developing four pillars of
learning and the students learning outcomes were higher to Project Based
Learning class than cooperative learning class in developing four pillars of
learning.
34
R Munawaroh / Unnes Physics Education Journal 1 (1) (2012)
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 1
sekitar. Oleh sebab itu diperlukan model sampai dengan Tabel 5.
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan Tabel 1. Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-
pembelajaran IPA, diantaranya adalah model Rata
Project Based Learning dan model pembelajaran
kooperatif.
METODE
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua siswa kelas VIII reguler SMP N 1
Tambakromo tahun pelajaran 2011/2012.
Pengambilan sampel menggunakan teknik Tabel 2. Hasil Uji Ketuntasan Belajar
cluster random sampling, terdiri atas kelas Individu
eksperimen (VIII-D) dan kelas kontrol (VIII-F).
Jenis penelitian adalah eksperimen, sebagai
variabel bebas adalah penerapan model Project
Based Learning dan variabel terikat adalah
membangun empat pilar pembelajaran. Desain
metode eksperimen yang digunakan adalah
pretestposttest control group design.
Aspek belajar untuk mengetahui Tabel 3. Hasil Uji Ketuntasan Belajar
(learning to know) berkaitan dengan penguasaan Klasikal
konsep materi energi dan perubahannya yang
dinilai dari nilai pre test dan post test.
Pemahaman pengetahuan ilmiah dasar dan
memperoleh informasi keterampilan sangat
penting untuk kegiatan belajar berikutnya
(ChanLin, 2008: 592). Pembelajaran di kelas
dikatakan berhasil jika 75% dari seluruh siswa
sudah mencapai nilai KKM yaitu 70 untuk Tabel 4. Hasil Uji Gain Kelas
pelajaran IPA. Eksperimen dan Kelas Kontrol
Aspek belajar melakukan (learning to do),
belajar bekerjasama (learning to live together)
berkaiatan dengan aktivitas siswa saat kegiatan
pembelajaran. Aspek belajar mandiri (learning to
be) dinilai dari laporan kegitan pembuatan alat Tabel 5. Hasil Analisis Deskriptif Data
peraga. Dalam sistem belajar mandiri, pebelajar Observasi
diberikan kemandirian (baik secara individu
atau kelompok) dalam menentukan: 1) tujuan
belajarnya; 2) apa yang harus dipelajari dan
darimana sumbernya; 3) bagaimana
mencapainya (strategi belajar); dan 4) kapan
serta bagaimana keberhasilan belajarnya diukur Pada uji kesamaan dua rata-rata
(Chaeruman, 2003:94). Nilai hasil belajar diketahui bahwa thitung > ttabel untuk masing-
kemudian dianalisis menggunakan uji kesamaan masing aspek belajar yang artinya rata-rata hasil
dua rata-rata dan uji ketuntasan belajar, uji gain, belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari pada
dan analisis deskriptif presentase. rata-rata hasil belajar kelas kontrol. Pada uji
ketuntasan belajar kelas eksperimen sudah
mencapai ketuntasan belajar individu untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
masing-masing aspek belajar karena thitung >
Adapun hasil uji kesamaan dua rata-
ttabel. Pada kelas kontrol aspek belajar
rata, uji ketuntasan belajar, uji gain, dan analisis
mengetahui (learning to know) dan aspek belajar
deskriptif presentase kelas eksperimen dan kelas
melakukan (learning to do) belum mencapai
kontrol dalam membangun empat pilar
ketuntasan belajar indvidu karena thitung <
35
R Munawaroh / Unnes Physics Education Journal 1 (1) (2012)
ttabel , untuk aspek belajar bekerjasama Pada kelas eksperimen setiap anggota
(learning to live together) dan aspek belajar dalam kelompok berusaha berpartisipasi dan
mandiri (learning to be) sudah mencapai berinteraksi dengan siswa lain dalam
ketuntasan belajar. Selanjutnya pada uji pembuatan alat peraga. Baik siswa perempuan
ketuntasan belajar klasikal kelas eksperimen maupun laiki-laki, yang pintar maupun yang
sudah mencapai ketuntasan belajar klasikal kurang pintar semuanya saling mengambil
untuk masing-masing aspek belajar, sedangkan peran dalam pembuatan alat peraga.
kelas kontrol belum mencapai ketuntasan Sedangkan pada kelas kontrol interaksi
belajar klasikal untuk aspek belajar mengetahui dan partisipasi siswa dalam diskusi masih
(learning to know) dan aspek belajar melakukan dipengaruhi oleh kemampuan kognitif dan jenis
(learning to do) , untuk aspek belajar bekerjasama kelamin siswa. Siswa yang kemampuan
(learning to live together) dan aspek belajar kognitifnya lebih tinggi dan berjenis kelamin
mandiri (learning to be) sudah mencapai perempuan cenderung lebih aktif mengerjakan
ketuntasan belajar . Pada hasil uji gain soal dalam LKS. Hal ini menandakan bahwa
diketahui bahwa peningkatan nilai pre test dan pembelajaran kooperatif belum terlaksana
post test kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan baik karena, bukanlah suatu cooperative
tergolong sedang. Akan tetapi peningkatan nilai environment meskipun beberapa siswa duduk
pre test dan post test kelas eksperimen lebih bersama namun bekerja secara individu dalam
baik dari pada kelas kontrol. menyelesaikan tugas, atau seorang anggota
Berdasarkan analisis deskiptif kelompok menyelesaikan sendiri tugas
presentase data observasi diketahui bahwa kelompoknya (Widdiharto, 2004:19-20).
presentase aspek belajar melakukan (learning to Pada kelas eksperimen langkah kerja
do), belajar mandiri (learning to be), dan belajar ditentukan sendiri oleh siswa, sedangkan pada
bekerjasama (learning to live together) kelas kelas kontrol langkah kerja sudah dituliskan
eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. pada LKS, sehingga aspek belajar mandiri
Berdasarkan nilai post test kedua kelas dengan menuliskan laporan kegiatan antara
diketahui rata-rata nilai kelas eksperimen lebih kedua kelas tidak berbeda jauh. Akan tetapi
tinggi dari pada kelas kontrol. Pada kelas pada bagian pembahasan, laporan siswa kelas
eksperimen siswa tidak hanya menghafal materi eksperimen lebih lengkap dibandingkan kelas
yang telah mereka dapatkan tetapi dapat kontrol. Proyek yang dikerjakan dapat
merealisasikan pengetahuan yang diperoleh memberikan pengetahuan yang mendalam pada
dengan membuat alat peraga. Pengetahuan materi perubahan energi, sehingga nilai
yang diperoleh siswa menjadi lebih bermakna. presentase aspek belajar mandiri kelas kontrol
Pembelajaran berbasis proyek memberikan lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen.
kesempatan kepada siswa belajar sesuai Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kehidupan nyata,yang dapat mengakibatkan penerapan model Project Based Learning lebih
pengetahuan permanen (Gulbahar & Tinmaz, mampu membangun empat pilar pembelajaran
2006: 309). dari pada model pembelajaran kooperatif.
Pada kelas kontrol beberapa siswa
masih cenderung menghafal materi yang telah
disampaikan pada pertemuan pertama, karena SIMPULAN
tidak semua anggota kelompok aktif dalam Model Project Based Learning dan
kegiatan diskusi. Hal ini menyebabkan rata-rata model pembelajaran kooperatif dapat
nilai post test kelas eksperimen yang diterapkan untuk membangun empat pilar
menggunakan model Project Based Learning lebih pembelajaran. Hasil belajar siswa model Project
tinggi dari pada kelas kontrol yang Based Learning (PBL) lebih tinggi dari pada
menggunakan model pembelajaran kooperatif. model pembelajaran kooperatif dalam
membangun empat pilar pembelajaran pada
Pada kelas eksperimen aktivitas siswa
siswa SMP kelas VIII pokok bahasan
dalam membuat alat peraga, diskusi kelompok,
perubahan bentuk energi. Hal ini karena
dan presentasi kelompok terlihat lebih menarik
pembelajaran PBL lebih bermakna dengan alat
dibandingkan kelas kontrol, karena pada kelas
peraga yang dihasilkan sehingga ingatan siswa
eksperimen siswa mampu menghasilkan alat
terhadap pelajaran lebih tahan lama (learning to
peraga perubahan energi, sehingga mampu
know). PBL mampu meningkatkan motivasi
meningkatkan motivasi siswa saat melakukan
siswa sehingga hampir semua siswa aktif dalam
diskusi kelompok dan presentasi alat peraga.
36
R Munawaroh / Unnes Physics Education Journal 1 (1) (2012)
kegiatan pembelajaran (learning to do). Hampir on Technology in Education, 38(3): 309-327
semua siswa bekerja secara kelompok dengan Nugraho, U., Hartono, S.S. Edi. 2009. Pembelajaran
baik tanpa memperdulikan kemampuan kognitif Kooperatif Tipe STAD Berorientasi
dan jenis kelamin (learning to live together), Keterampilan Proses untuk Peningkatan
Pemahaman dan Aktivitas Siswa. Jurnal
sehingga pembahasan laporan kegiatan Pendidikan Fisika Indonesia, 5(2): 154-161
menggunakan model PBL lebih lengkap
Purworini, S. E. 2006. Pembelajaran Berbasis Proyek
(learning to be) dibandingkan pembelajaran Sebagai Upaya Mengembangkan Habit of Mind
kooperatif. Studi Kasus Di SMP Nasional KPS Balikpapan.
Jurnal Pendidikan Inovatif, 1(4):17-19
Thomas, J.W. 2000. A Review of Research on Project
DAFTAR PUSTAKA Based Learning . Electronic Journal of Science
Aziz, A., D. Yulianti, L. Handayani. 2006. Penerapan Education
Model Pembelajaran Kooperatif dengan Turgut, H. 2008. Prospective Science Teachers‘
Memanfaakan Alat Peraga Sains Fisika (Materi Conceptualization About Project Based Learning.
Tata Surya) untuk Meningkatkan Hasil Belajar International Journal of Intruction. 1(1): 61-79
dan Kerjasama Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika,
4(2): 94-98 Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif
Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara
Boondee, V., P. Kidrakarn, & W. Sa-Ngiamvibool.
2011. A Learning and Teaching Model using Widdiharto, R. 2004. Model – Model Pembelajaran
Project Based Learning (PBL) on the Web to Matematika SMP. Disampaikan pada Diklat
Promote Cooperative Learning. European Journal Instruktur/Pengembangan Matematika SMP
of Social Sciences, 21(3): 498-506 Jenjang Dasar, 10 – 23 Oktober 2004
Doppelt, Y. 2003. Implementation and Assessment of Wiyanto, A.Sopyan, Nugroho, & S.W.A. Wibowo.
ProjectBased Learning in a Flexible 2006. Potret Pembelajaran Sains di SMP dan
Environment. International Journal of SMA. Jurnal Pend.Fisika Indonesia, 4(2): 63-66
Technology and Design Education,13: 255–272 Wiyarsi, A & C.F. Partana. 2009. Penerapan
Gulbahar, Y. & H. Tinmaz. 2006. Implementing Project Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Perkuliahan
Based Learning And EPortofolio Assessment In Workshop Pendidikan Kimia untuk
an Undergraduate Course. Journal of Research Meningkatkan Kemandirian dan Prestasi Belajar
Mahasiswa. Jurnal Pend.Kimia, 12(1): 32-41
37