Anda di halaman 1dari 3

Lesson Learn 1

Commercial Unit Application

Apakah rekan-rekan pernah membiayai truck / PU yang dipergunakan untuk usaha, tetapi semua
unit ternyata masih kredit ? Apakah rekan-rekan pernah juga membiayai truck dimana unit tersebut
merupakan unit pertama komersial debitur ? Saya yakin rekan-rekan pernah bertemu dengan case-case
diatas dan keputusan rekan-rekan ketika memeriksa aplikasi tersebut apakah rekomendasi atau tidak
rekomendasi, hanya rekan-rekan, BM rekan-rekan dan Tuhan lah yang tahu, hehe. Peace……
Nah, mari sekarang kita bahas apa poin penting dalam memeriksa aplikasi dengan pengajuan unit
komersial sebagai berikut:

1. Unit komersial membiayai angsuran dirinya sendiri


Tampaknya hal ini adalah hukum usaha (ala Credit) yang tidak dapat diganggu gugat, bahwa
ketika debitur membeli unit komersial ataupun menjaminkan unit komersial, maka untuk
pembayaran angsuran unit tersebut di BFI atau finance lainnya akan menggunakan dana yang
dihasilkan dari aktivitas usaha unit itu sendiri. Ini dia yang kita harus tahu apakah unit yang dibeli /
unit yang dijaminkan tersebut bisa menghasilkan dana untuk menutupi angsurannya ? Jika menutupi
seberapa besar menutupi angsurannya ? Jika tidak menutupi, jadi bagaimana kira-kira pembayaran
angsuran nantinya ?
Perhatikan ilustrasi case berikut :
Seorang debitur ingin membeli sebuah light truck PS untuk angkutan ekspedisi antar kota dalam
propinsi dalam jarak <= 100 km. Tarif angkutan barang tersebut biasanya dihitung per km dimana
pembayaran per km adalah Rp. 5.000 / km. Angsuran truck tersebut dalam jangka waktu 36 bulan
adalah Rp. 7.000.000. Apakah unit tersebut bisa membiayai dirinya sendiri ?

Untuk itu mari kita hitung bagaimana income dari unit tersebut dan cost apa saja yang akan
keluar diluar pembayaran angsuran sehingga kita tahu apakah unit tersebut bisa membiayai dirinya
sendiri. Berikut contoh hasil perhitungannya:

Income
Angkutan Ekspedisi :
Jarak Angkutan (PP) maksimal : 200 km (asumsi PP bawa barang)
Ritase per hari : 1 ritase
Ritase per bulan (25 HK) : 25 ritase
Fee : Rp 5,000 /km

Income Per Bulan : Rp 25,000,000

Cost
Konsumsi BBM : 1 L/ 4 km
Konsumsi BBM per ritase : 50
Konsumsi BBM per bulan : 1,250
Harga Solar Subsidi : Rp 6,900
Biaya Makan Sopir & Kernet / ritase : Rp 100,000

Cost
BBM / bulan : Rp 8,625,000
Biaya Makan Sopir & Kernet / bulan : Rp 2,500,000
Gaji Sopir & Kernet / bulan : Rp 3,000,000
Maintenance Unit / bulan : Rp 2,000,000
Other Cost / bulan (10 % of income) : Rp 2,500,000
Total Cost : Rp 18,625,000

Profit Margin Rp 6,375,000 25.50% of Income

Angsuran Rp 7,000,000

Surplus/(defisit) Rp -625,000

Eh ternyata dari hasil perhitungan, income dari unit tersebut sendiri, setelah dikurangi biaya
operasional ternyata tidak bisa menutupi angsurannya alias deficit. Ini namanya baru masalah,
hehehe.
So langkah kita sebagai CA kalau mendapat case ini adalah sebagai berikut:
 Estimasi income harus benar dalam perhitungan, karena kalau sampai salah disini, ya
salah seterusnya dong. Estimasi yang bisa dikatakan benar bahwa income memang bakal
ada (misal dia ada SPK untuk angkutan atau dsb, pemberi SPK bonafit alias tidak
melakukan pembayaran nya byarpet, pengalaman histori usaha sudah lama dibidang
tersebut sehingga pasti bisa mendapat pekerjaan dan poin lainnya). Begitu juga
perhitungan cost structure harus sesuai dengan kondisi saat ini.
 Jika perhitungan defisit:
o Apakah semua unit untuk usaha yang sama masih kredit ? Karena kalau semua
kredit artinya semua unit tidak bisa membiayai dirinya sendiri, darimana duit
angsurannya
o Jika ada sebagian kredit sebagian tidak, kira-kira income dari yang tidak kredit
apakah bisa menutupi angsuran yang masih kredit
o Apakah punya usaha lain yang bisa menutupi angsuran unit tersebut ? kalau iya,
sampai seberapa besar dan sampai seberapa lama usaha lain tersebut akan
menutupi angsuran unit tersebut
o Langkah terakhir adalah jika memang semua poin diatas masih negative, yah
not recommended saja (case end, hehehe)

2. Profil unit sesuai atau tidak dengan profil usaha


Nah, ini poin penting juga, jangan sampai profil unit yang dibeli untuk usaha ternyata tidak
sesuai. Contoh : usaha angkutan ekspedisi barang consumer good, tapi beli dumptruck, atau
usaha ekspedisi antar kota antar propinsi, tapi hanya beli truck sekelas light truck.

3. Bukan pengajuan coba-coba


Biasanya terjadi di pengajuan unit komerisial, unit pertama, baru mau mulai usaha, usaha
belum jelas, LTV > 90% (ada cashback lagi untuk new unit). Buat BFI kok coba-coba, apa kata
dunia. SILAHKAN LANGSUNG NOT RECCOMENDED.

4. 1P + 5C lainnya
Harus perhatikan juga kondisi usaha saat ini, apakah masih bagus atau tidak komoditinya,
dan juga poin-poin lainnya dalam dasar analisa.

Nah, sekian intepol, eh intermezzo dari kita, tunggu saja inter-inter lainnya yang akan kita sebar.

Salam

Credit Unit

Anda mungkin juga menyukai