Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 yang diwujudkan dengan
upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Peningkatan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) di Rumah Sakit secara terus
menerus ditingkatkan sejlan dengankebutuhan masyarakat dan perkembangan ilmu
dan teknologi kedokteran. Pengembangan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
juga diarahkan guna meningkatkan mutu dan keselamatan pasien serta efisiensi
biaya dan kemudahan akses segenap masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.
Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat
perlu untuk di kembangkan di Indonesia yang bertujuan memberikan asuhan bagi
pasien dengan penyakit berat yang potensial reversibel, memberikan asuhan pada
pasien yang memerlukan observasi ketat dengan atau tanpa pengobatan yang tidak
dapat diberikan diruang perawatan umum memberikan pelayanan kesehatan bagi
pasien dengan potensial atau adanya kerusakan organ umumnya paru mengurangi
kesakitan dan kematian yang dapat dihindari pada pasien-pasien dengan penyakit
kritis.
Pelayanan High Care Unit (HCU) di Rumah Sakit perlu ditingkatkan secara
berkesinambungan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan pengobatan,
perawatan dan pemantauan secara ketat yang semakin meningkat sebagai akibat
penyakit menular maupun tidak menular seperti : diare, demam berdarah, penyakit
jantung dll. HCU merupakan ruang perawatan dengan tingkat resiko kematian pasien
yang tingi. Tindakkan keperawatan yang cepat tepat sangat dibutuhkan untuk
menyelamatkan pasien. Pengambilan keputusan yang cepat ditunjang data yang
merupakan hasil observasi dan monitoring yang kontinu oleh perawat.
Pelayanan HCU adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien dalam
kondisi kritis diruang perawatan intensif, dilaksanakan secara terintegrasi oleh tim
yang terlatih dan berpengalaman dibidang critical care dan ditunjang oleh peralatan
yang tidak ditemukan diruang rawat pada umummnya seperti bed side monitor,
ventilator, infus pump dll.
Pedoman pelayanan ini sebagai acuan bagi Rumah Sakit dalam rangka
penyelenggaraan pelayanan HCU yang berkualitas dan mengedepankan
keselamatan pasien di Rumah Sakit serta dalam penyusunan standar prosedur
operasional pelayanan HCU di Rumah Sakit

B. Tujuan Pedoman
Tujuan Umum
 Standarisasi pelayanan HCU di RSUD PESANGGRAHAN
Tujuan Khusus
 Standarisasi ruang yang meliputi struktur, design, sarana dan
prasarana ruangan HCU
 Standarisasi ketenagaan struktur, kebutuhan dan kualifikasi sumber
daya manusia yang meliputi perhitungan kebutuhan, kualifikasi, kompetensi
dan lain-lain
 Standarisasi standar mutu pelayanan, pemantauan dan pelaporan
 Standarisasi sistem meliputi kebijakkan / SOP dan lain-lain

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Pelayanan HCU diberikan kepada pasien dengan kondisi kritis stabil yang
membutuhkan pelayanan, pengobatan dan pemantauan secara ketat tanpa
penggunaan alat bantu (misalnya ventilator) dan terapi titrasi.

D. Batasan Operasional
1. High Care Unit (HCU) adalah unit pelayanan di Rumah Sakit bagi pasien
dengan kondisi stabil dari fungsi respirasi, hemodinamik, dan kesadaran namun
masih memerlukan pengobatan, perawatan dan pemantauan secara ketat.
Tujuannya ialah agar bisa diketahui secara dini perubahan-perubahan yang
membahayakan, sehingga bias dengan segera dipindah ke ICU untuk dikelola
lebih baik lagi.
2. Pasien yang dimaksud pada point 1 tersebut adalah pasien yang memerlukan
tingkat pelayanan yang berada diantara ICU dan ruang rawat inap biasa (artinya
tidak perlu perawatan ICU namun belum dapat dirawat di ruang rawat inap biasa
karena masih memerlukan pemantauan yang ketat).
3. Waktu penyelenggaraan pelayanan HCU berlangsung selama 24 jam sehari
7 hari seminggu.
4. Ada 3 (tiga) tipe HCU, yaitu:
a. Separated/ conventional/ freestanding HCU adalah HCU yang berdiri
sendiri (independent), terpisah dari ICU.
b. Integrated HCU adalah HCU yang menjadi satu dengan ICU.
c. Paralel HCU adalah HCU yang terletak berdekatan (bersebelahan)
dengan ICU.
HCU Rumah Sakit Umum Pesanggrahan termasuk Sparated/Freestanding
HCU.
E. Landasan Hukum
1. Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2004 nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063);
4. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153 Tambahan Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Propinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/ Menkes/ Per/ IV/ 2007 tentang Izin
Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran.
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Berikut ini adalah daftar kualifikasi SDM di unit kerja HCU, adapun daftar
kulifikasi ketenagaan dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan distribusi tenaga kerja di unit HCU Rumah Sakit Umum Daerah
Pesanggrahan berdasarkan shift. Tenaga kerja diunit HCU saat ini berjumlah 6 orang
yang memegang tanggung jawab sebagai :
1. Dokter Penanggung jawab HCU : 1 orang
2. Kepala Ruangan : 1 orang
3. Perawat Pelaksana : 4 orang
C. Pengaturan Jaga
Pengaturan tenaga kerja di RS. berdasarkan shift dan non shift dapat dibawah ini :
1. Karyawan shift
Senin- Minggu
Shift I : 07.30-14.00
Shift II : 14.00-20.30
Shift III : 20.30-07.00

2. Karyawan non shift


Senin- Sabtu: 07.30-14.00
3. Dokter spesialis Anestesiologi siap 24 jam menangani kasus
kegawatan HCU
4. Dokter spesialis konsulen siap 24 jam menangani kasus kegawatan
HCU
5. Tenaga perawat siap 24 melayani kasus kegawatan HCU (terlampir)
6. Adapun untuk tata tertib jam kerja adalah sebagai berikut :
a) Batas keterlambatan karyawan dalam satu bulan adalah 30
menit.
b) Apabila keterlambatan melebihi batas toleransi yang diberkan
maka karyawan tersebut akan mendapatkan evaluasi keisiplinan dari
atasan langsung.
c) Apabila terjadi keterlambatan selama 3 bulan dalam satu
tahun karyawan akan diberikan surat peringatan.
d) Izin meninggalkan dinas maksimal adalha 3 jam dalam satu
hari kerja dengan persyaratan mengisi fom izin meninggalkan dinas
(IMD) yang ditanda tangani oleh atasan langsung dan dapat
dipertanggung jawabkan urgencynya.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
1. Lokasi
HCU terletak di lantai satu berdekatan dengan IGD dan Kamar bedah
atau ruang operasi.
2. Desain
Desain HCU yaitu :
a. Ruangan tertutup & tidak terkontaminasi dari luar
b. Bangunan
• Terisolasi dilengkapi dengan :
 Pasien monitor
 VentilatoR
 AC
• Lantai mudah dibersihkan, keras dan rata,
• Tempat cuci tangan yang dapat dibuka dengan siku & tangan
c. Area Pasien
 Unit Terbuka : 12- 16 M 2.
 Unit Tertutup : 16-20 M 2
 Jarak antara tempat tidur : 1 meter
 Outlet oksigen, : 1 untuk tiap
tempat tidur
 Stop Kontak : 2 / Tempat Tidur
d. Area Kerja
 Suhu ruangan diusahakan 22-25° C, nyaman , energi
tidak banyak keluar.
 R.Dokter & R. Perawat
 R.Tempat buang kotoran
 R. tempat penyimpanan alat kesehatan dan inventaris
 Sumber air, Sumber listrik cadangan/ generator,
emergency lamp.
3. Troli alkes dan Troli emergency,
4. Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
5. Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan segala
posisi.
6. Tempat dokter & perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengobservasi pasien
B. Standar Fasilitas

Ruang HCU RSUD PESANGGRAHAN dengan kapasitas 2 tempat


tidur.
Fasilitas dan Alat yang ada di Ruang HCU
a. Fasilitas

No Fasiliatas Jumlah
1. Bed pasien 2
2. Lemari 2
3. AC 2
4. Tempat cuci tangan 2

No Alat Jumlah
1 Infus pump 4
2. Syring pump 4
3. Kasur decubitus 2
4. Monitor 2
5. Standar infus 2
6. Gas O2 2
7. Regulator 2
b. Pemeliharaan dan Kalibrasi Alat
Setiap peralatan yang ada baik medis maupun non medis harus
dilakukan pemeliharaan, pebaikan dan kalibrasi alat agar perlatan dapat tetap
terpelihara dan dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.
 Tujuan
a. Agar peralatan yang ada dapat digunakan sesuai dengan
fungsi dan tujuannya.
b. Agar nilai yang dikeluarkan dari alat medis sesuai dengan nilai
yang diinginkan
c. Agar pelalatan yang ada dapat tetap terpelihara dan siap
digunakan.
d. Sebagai bahan informasi untuk perencanaan peremajaan
peralatan medis yang diperlukan.
 Prosedur
a. Untuk perbaikan peralatan yang rusak ruang HCU, kepala
ruangan harus membuat permintaan perbaikan di dalalam program
RSUD Pesanggrahan sebanyak 2 rangkap, dan diantar ke bagian
sarana dan prasarana ( Sapra )
b. Pihak maintenance melihat alat yang rusak dan diperbaiki
c. Setelah alat selesai diperbaiki oleh teknisi, alat dikembalikan
ke Ruang HCU
d. Bila alat tidak dapat diperbaiki oleh maintenance internal,
maka alat diperbaiki oleh meinteneence luar ( melalui bagian Sapra ).

BAB IV
KEBIJAKAN PELAYANAN

A. Kebijakan
1. Pelayanan HCU diberikan kepada pasien dengan kondisi kritis
stabil yang membutuhkan pelayanan, pengobatan, dan
pemantauan secara ketat dalam penggunaan alat dan terapi
titrasi
2. Ruang lingkup pemantauan yang harus dilakukan antara lain :
 Tingkat kesadaran
 Fungsi pernapasan dan sirkulasi dengan inteval waktu
minimal 4 (empat) jam atau disesuaikan dengan keadaan
pasien
 Oksigenasi dengan menggunakan oksimeter secara
terus menerus
 Keseimbangan cairan dengan interval waktu minimal 8
jam atau disesuaikan dengan keadaan pasien
3. Penentuan indikasi pasien yang masuk ke HCU dan pasien
yang tidak dianjurkan untuk dirawat di HCU kriteria sebagai
berikut
a. Indikasi masuk
 Pasien gagal organ yang berpotensi
mempunyai resiko tinggi untuk terjadi
komplikasi dan tidak memerlukan monitor dan
alat bantu invasif
 Pasien yang memerlukan perawatan
dan pengawasan perioperatif
b. Indikasi keluar
 Pasien yang tidak lagi membutuhkan
pemantauan yang ketat
 Pasien yang cenderung, memburuk, dan
atau memerlukan pemantauan adan alat bantu
invasif sehingga perlu pindah ke ICU
c. Yang tidak perlu masuk HCU
 Pasien dengan fase terminar sesuai
penyakit (kanker stadium akhir)
 Pasien / keluarga menolak untuk dirawat
di HCU (atas dasar informed conset)
BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN

Tata laksana pelayanan HCU


1. Kriteria masuk HCU
a. Pasien yang memerlukan pelayanan HCU sesuai indikasi adalah :
 Pasien dari IGD
 Pasien dari Kamar Operasi atau kamar tindakan lain, seperti
kamar bersalin, ruang endoskopi.
 Pasien dari bangsal ( Ruang Rawat Inap )
b. Indikasi Masuk
 Pasien gagal yang berpotensi mempunyai resiko tinggi untuk
terjadi komplikasi dan tidak merlukan monitor dan alat bantu
invasif.
 Pasien yang memerlukan perawatan dan pengawasan
perioperatif.
c. Prosedur Masuk HCU
 Dokter penanggung jawab pasien (DPJP) menginformasikan
kepada penanggung jawab pasien terkait kondidi pasien untuk
masuk HCU
 Dokter atau perawat mengonsulkan keadaan umum pasien ke
dokter penanggung jawab HCU (dr. anastesi )
 Penangung jawab pasien di anjurkan untuk kebagian
administrasi
 Perawat ruang HCU diinformasikan oleh bagian admission
terkait dengan masuk pasien ke HCU
 Memberikan pelayanan
2. Keluar HCU
a. Indikasi keluar
 Pasien yang tidak lagi membutuhkan pemantauan yang ketat
 Pasien yang cenderung memburuk dan/atau memerlukan
pemantauan dan alat bantu invasife sehingga perlu pindah ke
HCU
b. Prosedur Keluar HCU
 Dokter penanggung jawab pasien (DPJP) menginformasikan
kepada penanggung jawab pasien terkait kondisi pasien membaik
dan layak pindah ruangan.
 Dokter atau perawat mengonsulkan keadaan umum pasien ke
dokter penanggung jawab HCU (dr. anastesi ) bahwa indikasi
pindah ruang
 Penangung jawab pasien di anjurkan untuk kebagian
administrasi
 Perawat ruang HCU diinformasikan oleh bagian admission
terkait dengan pindah kamar di rawat inap
 Memindahkan pasien dan Memberikan pelayanan di rawat
inap.
3. Yang tidak perlu masuk HCU
 Pasien dengan fase terminal suatu penyakit ( seperti : kanker
stadium akhir )
 Pasien atau keluarga yang menolak untuk di rawat di HCU
(atas dasar “informed consent” ).
BAB VI

LOGISTIK

A. Alat Tulis Kantor

No Nama Barang Jumlah Barang Harga Satuan Harga Total


1 Bolpoint merah 2 Rp. 1.700,00 Rp. 3.400,00
2 Bolpoint hitam 2 Rp. 1.700,00 Rp.3.400,00
3 Pensil 1 Rp. 2.000,00 Rp. 2.000,00
4 Penggaris 30 cm 1 Rp. 2.500,00 Rp. 2.500,00
5 Tipe-x 1 Rp. 5.000,00 Rp. 5.000,00
6 Map Plastik 1 Rp. 2500,00 Rp. 2.500,00

B. Alat Kesehatan

No Nama Barang Jumlah Harga Satuan Harga Total


Barang
1 Infus pump 4 Rp. 20.000.000 Rp.
80.000.000
2 Syring pump 4 Rp. 17.500.000 Rp
70.000.000
3 Monitor 2 Rp. 40.000.000 Rp.
80.000.000
4 Standar infus 2 Rp 400.000 Rp.
800.000
5 Ambubag 1 Rp. Rp.
2.500.000 2.500.000
6 Laringoscope 1 Rp. Rp.
900.000 900.000
7 Kasur decubitus 1 Rp. Rp.
3.500.000 7.000.000
C. Barang Inventaris

No Nama Barang Jumlah Barang Harga satuan Harga Total


1 Meja perawat 1 Rp 350.000 Rp 350.000
2 Kursi Perawat 1 Rp 200.000 Rp 200.000
3 Lemari obat 1 Rp 1.500.000 Rp 1.500.000
4 Troli 1 Rp 700.000 Rp.700.000
5 Kursi penunggu 3 Rp. 150.000 Rp. 450.000
6 Bed Pasien 2 Rp. 45.000.000 Rp.90.000.000
7 Tabung O2 4 Rp. 1.000.000 Rp. 4.000.000
BAB VII

KESELEMATAN PASIEN

A. Definisi
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
B. Tujuan

Tujuan keselamtan pasien :

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah


2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapakan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan
C. Standar Pasien Saftey
Standar keselamatan pasien (patient safety) untuk pelayanan HCU adalah
ketepatan :
1. Label identitas tidak tepat apabila : Tidak terpasang, salah pasang,
salah penulisan nama, salah penulisan gelar (Ny/An), salah jenis kelamin
2. Terpasang gelang identitas pasien rawat inap: Pasien yang masuk ke
rawat inap terpasang gelang identitas
3. Konsul ke dokter via telpon menggunakan metode SBAR
4. Medikasi ketepatan pemberian :
Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah obat, salah dosis, salah jenis, salah
rute pemberian, salah identitas pada etiket, salah pasien.
5. Ketepatan Transfusi :
Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah identitas pada permintaan, salah
tulis jenis produk darah, salah pasien
6. Pasien jatuh :
Tidak ada kejadian pasien jatuh diruang HCU.
BAB VIII

KESELAMATAN KERJA
1. Pengertian
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat
kerja / aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun
rumah sakit
2. Tujuan
 Terciptanya budaya keselamatan kerja di RS
 Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
 Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerja
 Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaanya menjadi bertambah
3. Tata laksana keselamatan Kerja
Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan
infeksi yaitu :
1. Menganggap bahwa pasien HCU dapat menularkan
2. Menggunakan alat pelindung diri (APD) terutama bila terutama
bila terdapat kontak dengan spesimen yaitu : urine, darah, muntah,
sekret
3. Penggunaan APD saat tindakkan medis
4. Pelaksanaan hand hygien saat five moment

BAB IX

PENGENDALIAN MUTU

A. Standar Pelayanan Minimal


1) Pemberi Pelayanan Intensif

Judul Pemberian Pelayanan Intensif


Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan Kesiapan rumah sakit dalam menyediakan
pelayanan intensif
Definisi Operasional Pemberi pelayanan intensif adalah dokter
spesialis, dokter umum dan perawat yang
mempunyai kompetensi sesuai yang
dipersyaratkan dalam persyaratan kelas rumah
sakit
Frekuensi Pengumpulan Data Tiga bulan sekali
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah tim yang tersedia
Denominator Tidak ada
Sumber data Unit pelayanan intensif
Standar Sesuai dengan ketentuan kelas rumah sakit
Penanggung Jawab pengumpulan Kepala instalsi Intensif
data

2) Ketersediaan Fasilitas dan Peralatan Ruang

Judul Ketersediaan Fasilitas dan peralatan Ruang


Dimensi Mutu Keselamatan dan efektifitas
Tujuan Kesiapan fasilitas dan peralatan rumah sakit untuk
memberikan pelayanan intensif
Definisi Operasional Fasilitas dan peralatan pelayanan intensif adalah
ruang, mesin, dan peralatan yang harus tersedia
untuk pelayanan intensif baik sesuai dengan
persayaratan kelas rumah sakit
Frekuensi Pengumpulan Data Tiga bulan sekali
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jenis dan jumlah fasilitas dan peralatan pelayanan
intensif
Denominator Tidak ada
Sumber Data Inventaris ruangan
standar Sesuai dengan kelas rumah sakit
Penanggung jawab pengumpulan Kepala instalasi ruangan
data

3) Ketersediaan Tempat tidur dengan Monitoring

Judul Ketersediaan tempat tidur dengan Monitoring


Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan Kesiapan fasilitas dan peralatan rumah sakit untuk
memberikan pelayanan
Definisi Operasiinal Tempat tidur ruang intensif adalah tempat tidur
yang dapat diubah posisi yang dilengkapi
monitoring.
Frekuensi Pengumpulan data Tiga bulan sekali
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator jumlah tempat tidur yang dilengkapi dengan
peralatan monitoring
denominator Tidak ada
Sumber data Inventaris ruangan
Standar Sesuai dengan kelas rumah sakit
Penanggung jawab pengumpulan Kepala instalasi ruangan
data

4) Kepatuhan terhadap Hand Hygien

Judul Kepatuhan terhadap hand hygien


Dimensi mutu Keselamatan
Tujuan Menjamin hygien dalam melayani pasien diruang
intensif
Definisi Operasional Hand hygien adalah prosedur cuci tangan sesuai
dengan ketentuan
Frekuensi Pengumpulan Data Tiga bulan sekali
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah perawat yang diamati dan memenuhi
prosedur hand hygien
Denomiantor Jumlah seluruh perawat yang diamati
Sumber data 100%
Standar Sesuai dengan kelas rumah sakit
Penanggung jawab pengumpul data Kepala Ruangan
BAB X

PENUTUP

Petunjuk teknis penggunaan High Care Unit ini disusun dalam rangka
memberikan acuan bagi Rumah Sakit Khusus Ibu Dan Anak Wijayakusuma dalam
menyelenggarakan pelayanan yang bermutu, aman, efektif dan efisien dengan
mengutamakan keselamatan pasien. Pedoman pelayanan ini mempunyai peranan
yang penting sebagai pedoman, sehingga mutu pelayanan yang di berikan kepada
pasien dapat terus meningkat.

Penyusunan Pedoman Pelayanan High Care Unit ini adalah suatu langkah
awal kesuatu proses yang panjang, sehingga memerlukan dukungan dan kerjasama
dari berbgai pihak dalam penerapannya untuk mencapai tujuan.

Anda mungkin juga menyukai