PENDAHULUAN
I-1
I-2
BAB I Pendahuluan
cukup tinggi, yaitu 40,22%. Latar belakang ini yang mendasari kami dalam
pemilihan judul:
“Pabrik Kertas dari Alang-alang (Imperata cylindrica L.) dengan Proses
Acetocell”
I.1.1 Sejarah Kertas
“Paper” berasal dari kata “papyrus” sejenis tumbuhan di Mesir yang
dikeringkan dan dijadikan alas tulis dan gambar sekitar 300 SM. Penemuan kertas
yang sesungguhnya oleh Tsai Lun dari China pada 105 SM. Terbuat dari kulit
pohon, kain dan bahan-bahan berserat lainnya yang ditumbuk hingga menjadi
pulp/bubur dan direndam air, diberi semacam perekat. Campuran disaring dan
diratakan hingga air kering sehingga menjadi lembar-lembar berserat yang
kemudian dipotong-potong sesuai kebutuhan. Penemuan ini sampai ke Arab pada
abad ke VIII dan baru masuk Eropa sekitar abad XII (1150, di Sativa, Spanyol &
1260 di Italia (Fabriano papers)). Pada 1495 pembuatan kertas secara massal baru
dilakukan di Hertfordsire Inggris. Dan baru pada 1690 pabrik kertas di Amerika
beroperasi. Hingga abad ke XIX, kertas dibuat full “handmade”. Baru pada 1798
Nicholas Louis Robert membuat mesin di Prancis. Teknologipun mengalami
perkembangan dari “handmade” lembaran kertas ke mesin pembuat kertas yang
menghasilkan kertas gulungan / “web”. Hak paten mesin pembuat kertas kemudian
diambil alih oleh Henry & Sealy Fourdinier (Fourdinier brothers) dan
dikembangkan lebih lanjut di Inggris. Sejauh perkembangannya, namun pada
dasarnya prinsip tetap sama : menyaring air dari campuran serat – serat untuk
membentuk lembaran berserat halus yang bisa menerima/ menyerap tinta.
BAB I Pendahuluan
Berikut ini adalah data impor, ekspor dan produksi kertas untuk tahun 2008-
2012:
Tabel 1.1 Data Impor, Ekspor dan Produksi Kertas di Indonesia
Impor Ekspor Produksi Konsumsi
Tahun
(ton/tahun) (ton/tahun) (ton/tahun) (ton/tahun)
2008 2.518,5 4.085,4 671.319,9642 448.000
2009 1.682,6 4.286,8 661.887,7226 463.400
2010 22.166 4.562,6 643.629,6688 478.800
2011 33.456 4.300,9 744.382,7446 494.200
2012 51.358 4.229,7 648.948,526 509.600
(Badan Pusat Statistik Nasional Indonesia, 2010).
Berdasarkan hasil grafik yang diperoleh dari data Tabel I.1, maka
perkiraan volume kebutuhan impor, ekspor dan produksi kertas (dalam ton)
pada tahun 2020 dapat dihitung. Berikut persamaan yang digunakan :
Konversi impor, produksi, dan ekspor kertas pada tahun 2020 adalah:
- Produksi : 625.904 ton/tahun
- Impor : 0 ton/tahun
- Ekspor : 4.595,4 ton/tahun
- Konsumsi : 1.108.000 ton/tahun
Maka, dapat dihitung kekurangan ketersediaan kertas pada tahun 2020
sebagai berikut:
[kekurangan ketersediaan kertas]2020 = [produksi]2020 + [impor]2020 –
[ekspor]2020 - [konsumsi]2020
= 625.904 + 0 – 4.595,4 – 1.108.000
= - 486.691,4 ton/tahun ≈ -500.000 ton/tahun
Dengan asumsi adanya pabrik kertas lain yang masih beroperasi dan
jumlah bahan baku yang tersedia, maka kapasitas pabrik baru yang akan
beroperasi adalah 30 % dari total kekurangan ketersediaan kertas di tahun
2020.
Kapasitas pabrik = (30 % x 500.000 ton/tahun)
= 150.000 ton/tahun
Kapasitas yang ditentukan = 150.000 ton/tahun
Maka, kapasitas pabrik yang akan dibangun tahun 2020 yaitu
150.000 ton/tahun = 500 ton/hari dengan masa kerja 300 hari/tahun.
BAB I Pendahuluan
1. Ketersediaan air
Air merupakan hal terpenting pada suatu pabrik. Kebutuhan air pabrik
meliputi air pendingin proses, air umpan boiler, air konsumsi umum dan sanitasi
serta air pemadam apabila terjadi kecelakaan. Di Kecamatan Takisung, Kalimantan
Selatan ketersediaan air sangat memadai karena dekat dengan sungai.
2. Penyediaan bahan baku
Pabrik kertas ini akan didirikan di Kecamatan Takisung, Kalimantan
Selatan karena di daerah tersebut memiliki luas lahan yang cukup luas mencapai
525.000 ha sehingga bahan baku alang-alang dapat terpenuhi untuk proses
produksi.
3. Transportasi
Pendirian pabrik ditempatkan di Kecamatan Takisung, Kalimantan
Selatan dengan pertimbangan untuk mempermudah sarana transportasi. Karena
daerah ini berlokasi dekat dengan laut sehingga mempermudah kegiatan ekspor
impor.
4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja sebagian besar dapat diambil dari penduduk sekitar karena
lokasi yang tidak terlalu jauh dengan pemukiman, sehingga selain memenuhi
kebutuhan tenaga kerja juga membantu meningkatkan taraf hidup penduduk sekitar
pabrik serta mengurangi tingkat pengangguran baik dari penduduk sekitar ataupun
penduduk urban.
BAB I Pendahuluan
I..2.2 Alang-Alang
Alang-alang atau ilalang ialah sejenis rumput berdaun tajam, yang kerap
menjadi gulma di lahan pertanian. Alang-alang menyebar secara alami mulai dari
India hingga ke Asia Timur, Asia Tenggara, Mikronesia, dan Australia. Kini alang-
alang juga ditemukan di Asia Utara, Eropa, Afrika, dan Amerika (Wibisono, 2011).
Alang-alang dapat berkembang biak dengan dua cara yaitu melalui biji dan
akar rimpang. Biji alang-alang yang ter- tiup angin akan terbang mengikuti arah
angin dan akan tumbuh pada tempat biji tersebut tersangkut/jatuh. Akar rimpang
yang berada di bawah permukaan tanah akan mengeluarkan tunas baru yang akan
menjadi alang-alang. Dengan sifat-sifat tersebut alang-alang berkembang biak
sangat cepat (Putjiharta,2007).
Klasifikasi dari Alang-alang (Imperata cylindrica L.) menurut Moenandir
(1988) adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Poales
Suku : Gramineae
Marga : Imperata
Jenis : Imperata cylindrica L.
Alang-alang (Imperata cylindrica L.) merupakan tumbuhan dari family
Gramineae. Tumbuhan ini mempunyai daya adaptasi yang tinggi, sehingga mudah
tumbuh dimana-mana dan sering menjadi gulma yang merugikan para petani.
Gulma alang-alang dapat bereproduksi secara vegetatif dan generatif atau tumbuh
pada jenis tanah yang beragam. Alang-alang (Imperata cylindrica L.) merupakan
tanaman herba, rumput, merayap di bawah tanah, batang tegak membentuk satu
perbungaan, padat, pada bukunya berambut jarang. Alang-alang adalah gulma
perennial, dengan sistem rhizoid yang meluas serta tinggi batang mencapai 60-100
cm, daun agak tegak, pelepah daun lembut, tulang daun utama keputihan, daun atas
lebih pendek daripada daun sebelah bawah, sedang akar dapat vertikal ke dalam
sekitar 60-150 cm, rhizoma berwarna putih, sukulen terasa manis, beruas pendek
dengan cabang lateral membentuk jarring-jaring yang kompak dalam tanah terbuka
yang belum maupun yang sudah olah (Moenandir, 1988). Tumbuhan alang-alang
dapat ditunjukkan pada gambar berikut ini:
BAB I Pendahuluan
I.2.3 Selulosa
Selulosa merupakan struktur dasar sel-sel tanaman, oleh karena itu merupakan
bahan alam yang paling penting dibuat oleh organisme hidup. Selulosa terdapat
pada semua rumput-laut, flagelata dan bakteria. Didalam kayu, selulosa tidak hanya
disertai dengan poliosa dan lignin, tetapi juga terikat erat dengannya, dan
pemisahannya memerlukan perlakuan kimia yang intensif. Selulosa merupakan
bahan dasar dari banyak produk teknologi (kertas, film, serat, aditif dan sebagainya)
dan karena dari banyak produk dari kayu dengan proses pembuatan pulp dalam
skala besar. Dengan menggunakan berbagai bahan kimia dalam pembutantan pulp,
pada keadaan asam, netral atau alkali, dan tekanan diperoleh pulp dengan sifat-sifat
yang berbeda. Untuk tujuan pulp harus dimurnikan dengan proses tambahan
pengelantangan. Selulosa dapat larut dalam asam pekat. Proses pelarutan selulosa
dimulai dengan degradasi struktur serat dan fibril dan akan menghasilkan
disintegrasi yang sempurna menjadi molekul-molekul individual dengan panjang
rantai yang tidak berubah. Degradasi struktur supramolekul terjadi dengan
pembengkakan yang kuat dalam ketebalannya pada saat pelarutan serat selulosa
dalam kompleks logam, sedangkan dalam pelarut tak berair yang mengandung
amina dan pelarut organik polar, proses pelarutan berlangsung perlahan-lahan
dimuali pada permukaan serat (D. Fengel dan G. Wegener,1995).
Selulosa merupakan konstituen utama kayu. kira–kira 40-45% bahan kering
dalam kebanyakan spesies kayu adalah selulosa, terutama terdapat dalam dinding
sel sekunder. Sifat penting pada selulosa yang perlu dipertimbangkan untuk
pembuatan kertas yaitu :
1. Gugus aktif alkohol (dapat mengalami oksidasi)
2. Derajat polimerisasi (serat menjadi panjang). Makin panjang serat, kertas makin
kuat dan tahan terhadap degradasi (panas, kimia dan biologi).
BAB I Pendahuluan
BAB I Pendahuluan
I.2.4 Hemiselulosa
Disamping selulosa dalam kayu maupun dalam jaringan tanaman yang lain
tedapat sejumlah polisakarida yang disebut dengan poliosa atau hemiselulosa.
Poliosa (hemiselulosa) berbeda dengna selulosa karena komposisi berbagai unit
gula, karena rantai molekul yang lebih pendek, dan karena percabangan rantai
molekul. Unit gula (gula anhidro) yang membentuk poliosa dapat dibagi menjadi
kelompok seperti pentosa, heksosa, asam heksronat, dan deoksi-heksos. Rantai
utama poliosa dapat terdiri hanya atas satu (homopolimer), misal xilan, atau terdiri
atas dua unit atau lebih (heteropolimer), misal glukomannan. Klasifikasi klasik
hemiselulosa adalah menjadi heksosa, pentosan dan poliuronida. Bagan klasifikasi
yang didasarkan pada sifat-sifat yang dikaitkan dengna pemisahan dari selulosa
diusulkan oleh Stewart (1954). Poliosa yang dapat diekstraksi dari holoselulosa
disebut glikosan non-selulosa, sesanya disebut glikosan selulosa, dan dibagi
menjadi selulosa dan glikosan selulosa, dan dibagi menjadi selulosa dan glikosan
selulosa non-glukosa. Klasifikasi menurut komponen utama masing-masing poliosa
telah terbukti berguna selama bertahun-taun. Dalam sistem ini poliosa
diklasifikasikan sebagai xilan, manan, glaktan, dan sebagainya (D. Fengel dan G.
Wegener, 1995)
Hemiselulosa tidak larut dalam air tapi larut dalam larutan alkali encer dan
lebih mudah dihidrolisa oleh asam daripada selulosa. Sifat hemiselulosa yang
hidrofilik banyak mempengaruhi sifat fisik pulp dan kertas. Hemiselulosa berfungsi
sebagai perekat dan dapat mempercepat terjadinya fibrasi (pembentukan serat).
Sifat inilah yang memperkuat kekuatan fisik lembaran pulp kertas dan menurunkan
waktu serta daya operasi penggilingan (beating) (D. Fengel dan G. Wegener, 1995).
Hilangnya hemiselulosa akan mengakibatkan adanya lubang diantara fibril
dan berkurangnya ikatan antar serat, namun kadar hemiselulosanya yang terlalu
tinggi akan menyebabkan kertas tembus cahaya, kaku dan rapuh (Solechudin dan
Wibisono, 2002).
I.2.4 Lignin
Lignin merupakan komponen kimia dan morfologi yang karakteristik dari
jaringan tumbuhan tinggi seperti pteridofita dan spermatofita (gymnosperm dan
angiosperm), dimana ia terdapat jaringan vaskuler yang khusus untuk
pengangkutan cairan dan kekuatan mekanik . Jumlah lignin yang tedapat pada
BAB I Pendahuluan
I.3 Kegunaan
Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi
serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan
mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kertas merupakan sarana yang tergolong
vital dalam kehidupan manusia yang kebutuhannya semakin meningkat dari tahun
ke tahun. Secara umum, kertas memiliki beberapa kegunaan, seperti:
1. Digunakan sebagai media komunikasi
BAB I Pendahuluan
Sifat Kimia
Kandungan Kimia Alang-Alang Presentase (%)
Kadar Air 93,76
Ekstraktif 8,09
Lignin 31,29
Holoselulosa 59,62
Alfa Selulosa 40,22
Pentosan / Hemiselulosa 18,40
(Sutiya, 2012)
BAB I Pendahuluan
Sifat Kimia
Parameter Keterangan
Kelarutan larut pada air dingin, air panas, larut dalam diethyl ether,
acetone. Miscible with Glycerol, alcohol, Benzene,
Carbon Tetrachloride. Tidak larut dalam Carbon
Disulfide.
Stabilitas Produk stabil
Korosivitas Korosivitas tinggi pada bahan stainless steel (304),
mudah korosi pada aluminium dari cooper, tidak korosi
pada stainless steel (316).
(MSDS, 2013).
Sifat Kimia
- H2O2 dapat mereduksi senyawa logam (II) peroksida
M (OH)2+ H2O2 → M O2 + 2H2O
- Dapat terdekomposisi membentuk air dan O2
H2O2 → H2O + O2
- H2O2 pekat dapat bereaksi dengan hidrasin hidrat membentuk
nitogen dan air disertai ledakan
H2O2 + NH2NH2.2H2O → N2 + 5H2O
- H2O2 dapat mereduksi senyawa oksida
AgO + H2O2 → 2Ag + H2O +O2
2MnO 4 + 5H2O2 + 6H+ → 2Mn2+ + 8H2O + 5O2
-
BAB I Pendahuluan
Sifat Kimia
Parameter Keterangan
I.4.3. Produk
I.4.3.1 Produk Utama (Kertas)
Adapun beberapa sifat kertas secara umum, yaitu:
Parameter Keterangan
Wujud Padatan
Bentuk Lembaran
Warna Putih
Specific Gravity 1,20
Panas Spesifik 1,336 kJ/kg K
BAB I Pendahuluan