Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kertas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia
yang semakin maju dan berkembang seperti saat ini. Hal ini ditunjukan dari tingkat
konsumsinya yang makin meningkat dari tahun ke tahun. Sehingga industri kertas
mengalami pertumbuhan yang pesat di Indonesia dan dunia. Menurut data yang
diperoleh dari Kementerian Perindustrian kebutuhan kertas dunia mencapai 394
juta ton dan diperkirakan meningkat menjadi 490 juta ton pada 2020. Sehingga
perlu dilakukan peningkatan kapasitas produksi untuk pulp dan kertas. Pembuatan
pulp dan kertas di Indonesia umumnya menggunakan bahan baku yang berasal dari
kayu. Peningkatan kapasitas disektor produksi pulp tersebut tentu saja akan
berdampak terhadap kebutuhan bahan baku kayu. Pada tahun 2017, kebutuhan
bahan baku akan mencapai 45 juta meter kubik (m3), naik 27,5% dari tahun 2012
yang mencapai 35,3 juta m3. Seperti halnya industri pulp, kapasitas produksi kertas
pada 2017 juga diprediksi meningkat menjadi 17 juta ton atau naik 22,3% dibanding
2013 yang sebanyak 13,9 juta ton.
Tingginya kebutuhan kertas harus diimbangi dengan ketersedian bahan baku.
Rencana pemerintah untuk mengembangkan hutan tanaman industri (HTI) untuk
menyediakan bahan baku industri berbasis kayu termasuk industri kertas belum
dapat mengatasi kelangkaan bahan baku, sehingga perusahaan industri kertas skala
besar yang berupaya memperoleh bahan baku dari pasar gelap (illegal logging)
yang berasal dari hutan alam, sehingga sangat berpotensi merusak hutan. Menurut
Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), pembangunan HTI pulp dan
kertas masih berjalan lambat. Selama lima tahun terakhir, dari 10 juta hektar lahan
cadangan, hanya 3,7 juta hektar HTI yang berhasil dibangun, "Produksi pulp
nasional baru yang mencapai 6,9 juta ton per tahun dan produksi kertas 11,5 juta
ton masih jauh tertinggal dari Brazil yang mampu menghasilkan 174 juta ton kertas
di areal HTI seluas 63 juta hektar (Kemenperin, 2012). Lagipula luas lahan yang
terbatas dalam pengembangan HTI serta membutuhkan waktu sekitar 6-8 tahun
untuk dapat dipergunakan sebagai bahan baku industri pulp dan kertas, sering
terjadinya masalah lingkungan, sehingga diperlukan alternatif bahan baku non kayu
untuk memenuhi kebutuhan industri ini (Matlail Fajri Arintika, 2011).
Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan mencari alternatif
lain untuk bahan baku pembuatan pulp dan kertas selain kayu, yaitu dengan
memanfaatkan tanaman alang-alang yang persediaannya melimpah di Indonesia.
Minimnya pemanfaatan alang-alang oleh masyarakat karena alang-alang hanya
dianggap sebagai gulma tanaman, sedangkan kandungan selulosa pada alang-alang

I-1
I-2

BAB I Pendahuluan

cukup tinggi, yaitu 40,22%. Latar belakang ini yang mendasari kami dalam
pemilihan judul:
“Pabrik Kertas dari Alang-alang (Imperata cylindrica L.) dengan Proses
Acetocell”
I.1.1 Sejarah Kertas
“Paper” berasal dari kata “papyrus” sejenis tumbuhan di Mesir yang
dikeringkan dan dijadikan alas tulis dan gambar sekitar 300 SM. Penemuan kertas
yang sesungguhnya oleh Tsai Lun dari China pada 105 SM. Terbuat dari kulit
pohon, kain dan bahan-bahan berserat lainnya yang ditumbuk hingga menjadi
pulp/bubur dan direndam air, diberi semacam perekat. Campuran disaring dan
diratakan hingga air kering sehingga menjadi lembar-lembar berserat yang
kemudian dipotong-potong sesuai kebutuhan. Penemuan ini sampai ke Arab pada
abad ke VIII dan baru masuk Eropa sekitar abad XII (1150, di Sativa, Spanyol &
1260 di Italia (Fabriano papers)). Pada 1495 pembuatan kertas secara massal baru
dilakukan di Hertfordsire Inggris. Dan baru pada 1690 pabrik kertas di Amerika
beroperasi. Hingga abad ke XIX, kertas dibuat full “handmade”. Baru pada 1798
Nicholas Louis Robert membuat mesin di Prancis. Teknologipun mengalami
perkembangan dari “handmade” lembaran kertas ke mesin pembuat kertas yang
menghasilkan kertas gulungan / “web”. Hak paten mesin pembuat kertas kemudian
diambil alih oleh Henry & Sealy Fourdinier (Fourdinier brothers) dan
dikembangkan lebih lanjut di Inggris. Sejauh perkembangannya, namun pada
dasarnya prinsip tetap sama : menyaring air dari campuran serat – serat untuk
membentuk lembaran berserat halus yang bisa menerima/ menyerap tinta.

I.1.2 Kapasitas Pabrik


Dalam pendirian suatu pabrik, analisa pasar untuk penentuan kapasitas pabrik
adalah penting. Dengan kapasitas yang ada maka dapat ditentukan perhitungan
neraca massa, neraca panas dan spesifikasi alat. Bahan baku yang digunakan oleh
pabrik kertas ini adalah alang-alang (Imperata cylindrica L.).
Berikut adalah beberapa faktor penting dalam perhitungan kapasitas pabrik
yaitu:
 Ketersediaan bahan baku
 Jumlah ekspor kertas di Indonesia
 Jumlah impor kertas di Indonesia
 Jumlah kebutuhan / konsumsi kertas di Indonesia
Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam pendirian pabrik kertas dari
alang-alang (Imperata cylindrica L.) adalah kapasitas pabrik. Pabrik kertas dengan
bahan baku alang-alang ini direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun 2020
dengan mengacu pada pemenuhan kebutuhan impor, ekspor dan produksi.

Program Studi Pabrik Kertas dari Alang-Alang


DIII Teknik Kimia FTI-ITS (Imperata cylindrica L.) dengan
Proses Acetocell
I-3

BAB I Pendahuluan

Berikut ini adalah data impor, ekspor dan produksi kertas untuk tahun 2008-
2012:
Tabel 1.1 Data Impor, Ekspor dan Produksi Kertas di Indonesia
Impor Ekspor Produksi Konsumsi
Tahun
(ton/tahun) (ton/tahun) (ton/tahun) (ton/tahun)
2008 2.518,5 4.085,4 671.319,9642 448.000
2009 1.682,6 4.286,8 661.887,7226 463.400
2010 22.166 4.562,6 643.629,6688 478.800
2011 33.456 4.300,9 744.382,7446 494.200
2012 51.358 4.229,7 648.948,526 509.600
(Badan Pusat Statistik Nasional Indonesia, 2010).
Berdasarkan hasil grafik yang diperoleh dari data Tabel I.1, maka
perkiraan volume kebutuhan impor, ekspor dan produksi kertas (dalam ton)
pada tahun 2020 dapat dihitung. Berikut persamaan yang digunakan :
Konversi impor, produksi, dan ekspor kertas pada tahun 2020 adalah:
- Produksi : 625.904 ton/tahun
- Impor : 0 ton/tahun
- Ekspor : 4.595,4 ton/tahun
- Konsumsi : 1.108.000 ton/tahun
Maka, dapat dihitung kekurangan ketersediaan kertas pada tahun 2020
sebagai berikut:
[kekurangan ketersediaan kertas]2020 = [produksi]2020 + [impor]2020 –
[ekspor]2020 - [konsumsi]2020
= 625.904 + 0 – 4.595,4 – 1.108.000
= - 486.691,4 ton/tahun ≈ -500.000 ton/tahun
Dengan asumsi adanya pabrik kertas lain yang masih beroperasi dan
jumlah bahan baku yang tersedia, maka kapasitas pabrik baru yang akan
beroperasi adalah 30 % dari total kekurangan ketersediaan kertas di tahun
2020.
Kapasitas pabrik = (30 % x 500.000 ton/tahun)
= 150.000 ton/tahun
Kapasitas yang ditentukan = 150.000 ton/tahun
Maka, kapasitas pabrik yang akan dibangun tahun 2020 yaitu
150.000 ton/tahun = 500 ton/hari dengan masa kerja 300 hari/tahun.

I.1.3 Lokasi Pabrik


Pemilihan lokasi suatu pabrik merupakan salah satu masalah pokok yang
menunjang keberhasilan suatu pabrik dan akan mempengaruhi kelangsungan dan
kemajuan pabrik tersebut. Pabrik kertas ini direncakanan akan berlokasi di
Kabupaten Tanah Laut, Kecamatan Takisung, Kalimantan Selatan dengan
pertimbangan didasarkan pada hal-hal berikut ini:

Program Studi Pabrik Kertas dari Alang-Alang


DIII Teknik Kimia FTI-ITS (Imperata cylindrica L.) dengan
Proses Acetocell
I-4

BAB I Pendahuluan

1. Ketersediaan air
Air merupakan hal terpenting pada suatu pabrik. Kebutuhan air pabrik
meliputi air pendingin proses, air umpan boiler, air konsumsi umum dan sanitasi
serta air pemadam apabila terjadi kecelakaan. Di Kecamatan Takisung, Kalimantan
Selatan ketersediaan air sangat memadai karena dekat dengan sungai.
2. Penyediaan bahan baku
Pabrik kertas ini akan didirikan di Kecamatan Takisung, Kalimantan
Selatan karena di daerah tersebut memiliki luas lahan yang cukup luas mencapai
525.000 ha sehingga bahan baku alang-alang dapat terpenuhi untuk proses
produksi.
3. Transportasi
Pendirian pabrik ditempatkan di Kecamatan Takisung, Kalimantan
Selatan dengan pertimbangan untuk mempermudah sarana transportasi. Karena
daerah ini berlokasi dekat dengan laut sehingga mempermudah kegiatan ekspor
impor.
4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja sebagian besar dapat diambil dari penduduk sekitar karena
lokasi yang tidak terlalu jauh dengan pemukiman, sehingga selain memenuhi
kebutuhan tenaga kerja juga membantu meningkatkan taraf hidup penduduk sekitar
pabrik serta mengurangi tingkat pengangguran baik dari penduduk sekitar ataupun
penduduk urban.

Gambar I.2 Peta lokasi pabrik kertas

I.2 Dasar Teori


I.2.1 Pulp dan Kertas
Kertas merupakan bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan
kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah
alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kertas merupakan sarana yang
tergolong vital dalam kehidupan manusia yang kebutuhannya semakin meningkat
dari tahun ke tahun.

Program Studi Pabrik Kertas dari Alang-Alang


DIII Teknik Kimia FTI-ITS (Imperata cylindrica L.) dengan
Proses Acetocell
I-5

BAB I Pendahuluan

I..2.2 Alang-Alang
Alang-alang atau ilalang ialah sejenis rumput berdaun tajam, yang kerap
menjadi gulma di lahan pertanian. Alang-alang menyebar secara alami mulai dari
India hingga ke Asia Timur, Asia Tenggara, Mikronesia, dan Australia. Kini alang-
alang juga ditemukan di Asia Utara, Eropa, Afrika, dan Amerika (Wibisono, 2011).
Alang-alang dapat berkembang biak dengan dua cara yaitu melalui biji dan
akar rimpang. Biji alang-alang yang ter- tiup angin akan terbang mengikuti arah
angin dan akan tumbuh pada tempat biji tersebut tersangkut/jatuh. Akar rimpang
yang berada di bawah permukaan tanah akan mengeluarkan tunas baru yang akan
menjadi alang-alang. Dengan sifat-sifat tersebut alang-alang berkembang biak
sangat cepat (Putjiharta,2007).
Klasifikasi dari Alang-alang (Imperata cylindrica L.) menurut Moenandir
(1988) adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Poales
Suku : Gramineae
Marga : Imperata
Jenis : Imperata cylindrica L.
Alang-alang (Imperata cylindrica L.) merupakan tumbuhan dari family
Gramineae. Tumbuhan ini mempunyai daya adaptasi yang tinggi, sehingga mudah
tumbuh dimana-mana dan sering menjadi gulma yang merugikan para petani.
Gulma alang-alang dapat bereproduksi secara vegetatif dan generatif atau tumbuh
pada jenis tanah yang beragam. Alang-alang (Imperata cylindrica L.) merupakan
tanaman herba, rumput, merayap di bawah tanah, batang tegak membentuk satu
perbungaan, padat, pada bukunya berambut jarang. Alang-alang adalah gulma
perennial, dengan sistem rhizoid yang meluas serta tinggi batang mencapai 60-100
cm, daun agak tegak, pelepah daun lembut, tulang daun utama keputihan, daun atas
lebih pendek daripada daun sebelah bawah, sedang akar dapat vertikal ke dalam
sekitar 60-150 cm, rhizoma berwarna putih, sukulen terasa manis, beruas pendek
dengan cabang lateral membentuk jarring-jaring yang kompak dalam tanah terbuka
yang belum maupun yang sudah olah (Moenandir, 1988). Tumbuhan alang-alang
dapat ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Program Studi Pabrik Kertas dari Alang-Alang


DIII Teknik Kimia FTI-ITS (Imperata cylindrica L.) dengan
Proses Acetocell
I-6

BAB I Pendahuluan

Gambar I.2 Alang-alang (Imperata cylindrica L.)

I.2.3 Selulosa
Selulosa merupakan struktur dasar sel-sel tanaman, oleh karena itu merupakan
bahan alam yang paling penting dibuat oleh organisme hidup. Selulosa terdapat
pada semua rumput-laut, flagelata dan bakteria. Didalam kayu, selulosa tidak hanya
disertai dengan poliosa dan lignin, tetapi juga terikat erat dengannya, dan
pemisahannya memerlukan perlakuan kimia yang intensif. Selulosa merupakan
bahan dasar dari banyak produk teknologi (kertas, film, serat, aditif dan sebagainya)
dan karena dari banyak produk dari kayu dengan proses pembuatan pulp dalam
skala besar. Dengan menggunakan berbagai bahan kimia dalam pembutantan pulp,
pada keadaan asam, netral atau alkali, dan tekanan diperoleh pulp dengan sifat-sifat
yang berbeda. Untuk tujuan pulp harus dimurnikan dengan proses tambahan
pengelantangan. Selulosa dapat larut dalam asam pekat. Proses pelarutan selulosa
dimulai dengan degradasi struktur serat dan fibril dan akan menghasilkan
disintegrasi yang sempurna menjadi molekul-molekul individual dengan panjang
rantai yang tidak berubah. Degradasi struktur supramolekul terjadi dengan
pembengkakan yang kuat dalam ketebalannya pada saat pelarutan serat selulosa
dalam kompleks logam, sedangkan dalam pelarut tak berair yang mengandung
amina dan pelarut organik polar, proses pelarutan berlangsung perlahan-lahan
dimuali pada permukaan serat (D. Fengel dan G. Wegener,1995).
Selulosa merupakan konstituen utama kayu. kira–kira 40-45% bahan kering
dalam kebanyakan spesies kayu adalah selulosa, terutama terdapat dalam dinding
sel sekunder. Sifat penting pada selulosa yang perlu dipertimbangkan untuk
pembuatan kertas yaitu :
1. Gugus aktif alkohol (dapat mengalami oksidasi)
2. Derajat polimerisasi (serat menjadi panjang). Makin panjang serat, kertas makin
kuat dan tahan terhadap degradasi (panas, kimia dan biologi).

Program Studi Pabrik Kertas dari Alang-Alang


DIII Teknik Kimia FTI-ITS (Imperata cylindrica L.) dengan
Proses Acetocell
I-7

BAB I Pendahuluan

Gambar I.3 Struktur Selulosa


(Sixta, 2006).
Selulosa dapat dibedakan menjadi:
a. α selulosa
Selulosa untuk jenis ini tidak dapat larut dalam larutan NaOH dengan kadar
17,5% pada suhu 200 ◦C dan merupakan bentuk sesungguhnya yang telah dikenal
sebagai selulosa.
b. β selulosa
Jenis dari selulosa ini mudah larut dalam larutan NaOH yang mempunyai
kadar 17,5% pada suhu 200 ◦C dan akan mengendap bila larutan tersebut berubah
menjadi larutan yang memiliki suasana asam.
c. γ selulosa
Untuk selulosa jenis ini mudah larut dalam larutan NaOH yang mempunyai
kadar 17,5% pada suhu 200 ◦C dan tidak akan terbentuk endapan setelah larutan
tersebut dinetralkan. Alpha selulosa sangat menentukan sifat tahanan kertas,
semakin banyak kadar alpha selulosanya menunjukkan semakin tahan lama kertas
tersebut dan memiliki sifat hidrofilik yang lebih besar pada gamma dan beta
selulosa daripada alpha selulosanya (Solechudin dan Wibisono, 2002).
Sifat-sifat selulosa terdiri dari sifat fisika dan sifat kimia. Selulosa dengan
rantai panjang mempunyai sifat fisik yang lebih kuat, lebih tahan lama terhadap
degradasi yang disebabkan oleh pengaruh panas, bahan kimia maupun pengaruh
biologis. Sifat fisika dari selulosa yang penting adalah panjang, lebar dan tebal
molekulnya. Sifat fisik lain dari selulosa adalah:
1. Dapat terdegradasi oleh hidrolisa, oksidasi, fotokimia maupun secara
mekanis sehingga berat molekulnya menurun.
2. Tidak larut dalam air maupun pelarut organik, tetapi sebagian larut dalam
larutan alkali.
3. Dalam keadaan kering, selulosa bersifat higroskopis, keras dan rapuh. Bila
selulosa cukup banyak mengandung air maka akan bersifat lunak. Jadi
fungsi air disini adalah sebagai pelunak.
4. Selulosa dalam kristal mempunyai kekuatan lebih baik jika dibandingkan
dengan bentuk amorfnya.
Proses pembuatan pulp adalah contoh perlakuan fisik dan kimia yang
mempunyai tujuan untuk memisahkan selulosa dari kandungan impuritisnya.
Pemisahan dilakukan pada kondisi yang optimum untuk mencegah terjadinya
degradasi terhadap selulosa. Kesulitan yang dihadapi dalam proses pemisahan ini
disebabkan oleh:

Program Studi Pabrik Kertas dari Alang-Alang


DIII Teknik Kimia FTI-ITS (Imperata cylindrica L.) dengan
Proses Acetocell
I-8

BAB I Pendahuluan

• Berat molekul tinggi.


• Kesamaan sifat antara komponen impuritis dengan selulosa itu sendiri.
• Kristalinitas yang tinggi.
• Ikatan fisika dan kimia yang kuat
(D. Fengel dan G. Wegener,1995).

I.2.4 Hemiselulosa
Disamping selulosa dalam kayu maupun dalam jaringan tanaman yang lain
tedapat sejumlah polisakarida yang disebut dengan poliosa atau hemiselulosa.
Poliosa (hemiselulosa) berbeda dengna selulosa karena komposisi berbagai unit
gula, karena rantai molekul yang lebih pendek, dan karena percabangan rantai
molekul. Unit gula (gula anhidro) yang membentuk poliosa dapat dibagi menjadi
kelompok seperti pentosa, heksosa, asam heksronat, dan deoksi-heksos. Rantai
utama poliosa dapat terdiri hanya atas satu (homopolimer), misal xilan, atau terdiri
atas dua unit atau lebih (heteropolimer), misal glukomannan. Klasifikasi klasik
hemiselulosa adalah menjadi heksosa, pentosan dan poliuronida. Bagan klasifikasi
yang didasarkan pada sifat-sifat yang dikaitkan dengna pemisahan dari selulosa
diusulkan oleh Stewart (1954). Poliosa yang dapat diekstraksi dari holoselulosa
disebut glikosan non-selulosa, sesanya disebut glikosan selulosa, dan dibagi
menjadi selulosa dan glikosan selulosa, dan dibagi menjadi selulosa dan glikosan
selulosa non-glukosa. Klasifikasi menurut komponen utama masing-masing poliosa
telah terbukti berguna selama bertahun-taun. Dalam sistem ini poliosa
diklasifikasikan sebagai xilan, manan, glaktan, dan sebagainya (D. Fengel dan G.
Wegener, 1995)
Hemiselulosa tidak larut dalam air tapi larut dalam larutan alkali encer dan
lebih mudah dihidrolisa oleh asam daripada selulosa. Sifat hemiselulosa yang
hidrofilik banyak mempengaruhi sifat fisik pulp dan kertas. Hemiselulosa berfungsi
sebagai perekat dan dapat mempercepat terjadinya fibrasi (pembentukan serat).
Sifat inilah yang memperkuat kekuatan fisik lembaran pulp kertas dan menurunkan
waktu serta daya operasi penggilingan (beating) (D. Fengel dan G. Wegener, 1995).
Hilangnya hemiselulosa akan mengakibatkan adanya lubang diantara fibril
dan berkurangnya ikatan antar serat, namun kadar hemiselulosanya yang terlalu
tinggi akan menyebabkan kertas tembus cahaya, kaku dan rapuh (Solechudin dan
Wibisono, 2002).

I.2.4 Lignin
Lignin merupakan komponen kimia dan morfologi yang karakteristik dari
jaringan tumbuhan tinggi seperti pteridofita dan spermatofita (gymnosperm dan
angiosperm), dimana ia terdapat jaringan vaskuler yang khusus untuk
pengangkutan cairan dan kekuatan mekanik . Jumlah lignin yang tedapat pada

Program Studi Pabrik Kertas dari Alang-Alang


DIII Teknik Kimia FTI-ITS (Imperata cylindrica L.) dengan
Proses Acetocell
I-9

BAB I Pendahuluan

tumbuhna berbeda-beda sangat bervariasi. Meskipun spesies kayu kandungan


lignin berkisar antara 20-40 %. Angiosperm akuatik dan herba maupun banyak
monokotil (misal spesies ekor kuda) kurang mengandung lignin. Disamping itu,
distribusi lignin didalam dinding sel dan kandungan lignin bagian pohon yang
berbeda tidak sama, Sebagai contoh kandungan lignin yang tinggi adalah khas
untuk bagian batang yang paling rendah, paling tinggi dan paling dalam, untuk
cabang kayu lunka, kulit dan kayu tekan (D. Fengel dan G. Wegener, 1995).
Lignin adalah bagian dari tumbuhan yang terdapat dalam lamelar tengah dan
dinding sel berfungsi sebagai perekat antar sel, sehingga lignin tidak dikehendaki
dalam proses pembuatan pulp. Lignin adalah polimer kompleks dan bersifat amorf
karena sifat amorfnya maka lignin sulit diketahui secara pasti sifat fisik dan bentuk
molekulnya.
Reaksi dengan senyawa-senyawa tertentu banyak dimanfaatkan dalam
proses-proses pembuatan pulp dimana lignin yang terbentuk dapat dipisahkan,
sedangkan reaksi oksidasi terhadap lignin banyak dipergunakan dalam proses
pemutihan. Lignin dapat mengurangi daya pengembangan serat serta ikatan antar
serat (D. Fengel dan G. Wegener,1995).
Pulp dan kertas akan mempunyai sifat fisik atau kekuatan yang baik jika
mengandung sedikit lignin karena lignin bersifat menolak air (hidrophobic) dan
kaku sehingga menyulitkan dalam proses penggilingan. Lignin juga mempunyai
gugus pembawa warna (gugus kromofor) yang akan bereaksi dengan larutan
pemasak pada digester sehingga menyebabkan warna pulp yang dihasilkan akan
menjadi gelap. Banyaknya lignin juga berpengaruh pada komsumsi bahan kimia
dalam pemasakan dan pemutihan (Solechudin dan Wibisono, 2002).

Gambar 1.4 Struktur Lignin

I.3 Kegunaan
Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi
serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan
mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kertas merupakan sarana yang tergolong
vital dalam kehidupan manusia yang kebutuhannya semakin meningkat dari tahun
ke tahun. Secara umum, kertas memiliki beberapa kegunaan, seperti:
1. Digunakan sebagai media komunikasi

Program Studi Pabrik Kertas dari Alang-Alang


DIII Teknik Kimia FTI-ITS (Imperata cylindrica L.) dengan
Proses Acetocell
I-10

BAB I Pendahuluan

2. Digunakan sebagai media menulis


3. Digunakan sebagai media melukis
4. Digunakan sebagai kemasan makanan

I.4 Sifat Fisika dan Kimia


I.4.1 Bahan Baku Utama
Alang - Alang
 Sifat Fisika
Parameter Keterangan
Panjang Serat (mm) 2,19
Diameter Serat (µm) 20
Tebal dinding (µm) 5,625

 Sifat Kimia
Kandungan Kimia Alang-Alang Presentase (%)
Kadar Air 93,76
Ekstraktif 8,09
Lignin 31,29
Holoselulosa 59,62
Alfa Selulosa 40,22
Pentosan / Hemiselulosa 18,40
(Sutiya, 2012)

I.4.2 Bahan Baku Pendukung


CH3COOH (Asam Asetat)
 Sifat Fisika
Parameter Keterangan
Auto ignition temperature 463 °C (865,4 °F)
Flash point Close Cup: 39 °C (102,2 °F)
Open Cup: 43 °C (109,4 °F)
Sifat fisik dan penampilan Cair
Berat molekul 60,5 g/mol
Titik didih 118,1 °C (244,6 °F)
Titik leleh 16,6 °C (61,9 °F)
Temperatur kritis 321,67 °C (611 °F)
Specific gravity 1,049 (air = 1)
Tekanan uap 1.5 kPa (T = 20 °C)
Densitas uap 2.07 (Air = 1)
(MSDS, 2013)

Program Studi Pabrik Kertas dari Alang-Alang


DIII Teknik Kimia FTI-ITS (Imperata cylindrica L.) dengan
Proses Acetocell
I-11

BAB I Pendahuluan

 Sifat Kimia
Parameter Keterangan
Kelarutan larut pada air dingin, air panas, larut dalam diethyl ether,
acetone. Miscible with Glycerol, alcohol, Benzene,
Carbon Tetrachloride. Tidak larut dalam Carbon
Disulfide.
Stabilitas Produk stabil
Korosivitas Korosivitas tinggi pada bahan stainless steel (304),
mudah korosi pada aluminium dari cooper, tidak korosi
pada stainless steel (316).
(MSDS, 2013).

H2O2 (Hidrogen Peroksida)


 Sifat Fisika
Parameter Keterangan
Berat Molekul 34 gr/mol
Bentuk Cair
Melting Point (°C) -0,41
Titik Didih (°C) 150
Densitas (25 °C, gr/ml) 1,4425
Viscositas (20 °C, Cp) 1,245
Panas Pembentukan (J/g) 367,52
Kapasitas Panas (25 °C, J/g.K) 2,628
Konstanta Disosiasi (20 °C) 1,78 x 10-12
Konduktivitas Termal (25 °C, Ω cm-1) 4 x 10-7

 Sifat Kimia
- H2O2 dapat mereduksi senyawa logam (II) peroksida
M (OH)2+ H2O2 → M O2 + 2H2O
- Dapat terdekomposisi membentuk air dan O2
H2O2 → H2O + O2
- H2O2 pekat dapat bereaksi dengan hidrasin hidrat membentuk
nitogen dan air disertai ledakan
H2O2 + NH2NH2.2H2O → N2 + 5H2O
- H2O2 dapat mereduksi senyawa oksida
AgO + H2O2 → 2Ag + H2O +O2
2MnO 4 + 5H2O2 + 6H+ → 2Mn2+ + 8H2O + 5O2
-

(Kirk & Othmer, 2000).

Program Studi Pabrik Kertas dari Alang-Alang


DIII Teknik Kimia FTI-ITS (Imperata cylindrica L.) dengan
Proses Acetocell
I-12

BAB I Pendahuluan

Hidrogen peroksida termasuk zat oksidator yang bisa digunakan sebagai


pemutih pulp yang ramah lingkungan. Di samping itu, hidrogen peroksida juga
mempunyai beberapa kelebihan antara lain pulp yang diputihkan mempunyai
ketahanan yang tinggi serta penurunan kekuatan serat sangat kecil. Pada kondisi
asam, hidrogen peroksida sangat stabil, pada kondisi basa mudah terurai. Peruraian
hidrogen peroksida juga dipercepat oleh naiknya suhu. Zat reaktif dalam sistem
pemutihan dengan hidrogen peroksida dalam suasana basa adalah perhydroxyl
anion (HOO-) (Dence and Reeve, 1996).

Na2S2O4 (Sodium Dithionite)


 Sifat Fisika
Parameter Keterangan
Auto ignition temperature >80 °C (>176 °F)
Warna Putih
Sifat fisik dan penampilan Padat (Crystalline Powder)
Kelarutan dalam air 25 gr/100 ml (20 °C)
Titik leleh 55°C (131 °F)
Berat Molekul 174.1g/mol
Densitas 1.4

 Sifat Kimia
Parameter Keterangan

Kestabilan Stabil di bawah suhu normal dan tekanan


Kondisi yang dihindari Sumber api, paparan udara, kelembaban, kelebihan panas
Penguraian produk Karbon monoksida, oksida belerang, karbon dioksida
(MSDS, 2009)

I.4.3. Produk
I.4.3.1 Produk Utama (Kertas)
 Adapun beberapa sifat kertas secara umum, yaitu:
Parameter Keterangan
Wujud Padatan
Bentuk Lembaran
Warna Putih
Specific Gravity 1,20
Panas Spesifik 1,336 kJ/kg K

Program Studi Pabrik Kertas dari Alang-Alang


DIII Teknik Kimia FTI-ITS (Imperata cylindrica L.) dengan
Proses Acetocell
I-13

BAB I Pendahuluan

 Sifat kekuatan pulp dengan larutan pemasak asam asetat 85 %


Parameter Keterangan
Yield 48,1
Suhu 170 °C
Densitas 0,717 g/cc
Tensile 59,1 psi
Stretch 2,60 %
Tear factor 8,57
(Raymond A. Young dan Masood Akhtar, 1998).

Gambar I.5 Serat Pulp Alang-Alang (Imperata cylindrica L.)

I.4.3.2. Produk Samping (Black Liquor)


Secara Umum komposisi bahan kimia yang terkandung dalam Black Liquor
adalah NaOH, Na2S, Na2CO3, Na2SO3, Na2SO4, dan Na2S2O3 (Thomas M, 1989) dan
juga masih mengandung bahan total belerang tereduksi (TRS) yang tidak menguap.
Black Liquor sangat berperan penting dalam industri pulp, karena dapat didaur
ulang menjadi lindi hijau dimana pada recovery boiler diasup oleh natrium sulfat
(Na2SO4) agar kekurangan SO42- pada digester dapat dipenuhi pada green liquor
mengalami proses caustisasi menjadi lindi putih.

Program Studi Pabrik Kertas dari Alang-Alang


DIII Teknik Kimia FTI-ITS (Imperata cylindrica L.) dengan
Proses Acetocell

Anda mungkin juga menyukai