LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Bronkhitis adalah Peradangan pada bronkus, bronkiolus, trakea yang
disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV),
virus influenza, virus para influenza, dan Coxsackie virus (Cahyati, 2016)
Bronkhitis akut adalah serangan bronkihitis dengan perjalanan penyakit
yang singkat dan berat disebabkan oleh karena terkena dingin, penghirupan
bahan-bahan iritan atau oleh infeksi akut dan ditandai dengan demam nyeri
dada (terutama saat batuk) , dyspnea dan batuk (Indra Fariz, 2015)
B. Etiologi
Adalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok,
infeksi dan polusi.
1. Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control,
rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan
yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1
detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar
mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga
dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
2. Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus
yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang
diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus
pneumonie.
3. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila
ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga
menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat – zat
pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon. 4. Keturunan Belum
diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali
pada penderita defisiensi alfa 1 antitripsin yang merupakan suatu problem,
dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif.
C. Patofisiologi
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa
bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel
radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik
yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi
bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut
rusak dan dindingnya melebar.
Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa
terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas
silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan
mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi
akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang
melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia
ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan
mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.
D. Manifestasi klinik
1. Batuk
2. Hemaptoe
3. Dyspnea
4. Demam berulang
5. Kelainan fisis
E. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara
lain :
1. Bronchitis ringan berkembang menjadi bronkitis akut dan kronik. Bronkitis
kronik didefinisikan sebagai suatu gangguan paru obstruktif yang ditandai
oleh produksi mukus berlebihan di saluran napas bawah selama paling
kurang 3 bulan berturut-turut dalam setahun untuk 2 tahun berturut-turut
2. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami
infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas
bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang
baik.
3. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya
pneumonia
4. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi
supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian.
5. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri
pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh
darah.
6. Sinusitis yang merupakan komplikasi yang sering terjadi dari penyakit
bronkitis yang sering ditemui dan pada penyakit gangguan saluran nafas
lainnya.
7. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis
yang berat dan luas.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Foto thorax : tidak tampak adanya kelainan atau hyperemia
2. Laboratorium : Leukosit >17.500
G. Penatalaksanaan
1. Tindakan Keperawatan
a. Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan
mengeluarakan lender/secret.
b. Sering mengubah posisi
c. Banyak minum
d. Inhalasi
e. Nebulizer
f. Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan
tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain.
2. Tindakan Medis
1. Jangan beri obat antihistamin berlebih
2. Beri antibiotic bila ada kecurigaan infeksi bacterial
3. Dapat diberi efedrin 0,5-1 mg/KgBB tiga kali sehari
4. Chloral hidrat 30mg/Kg BB sebagai sedative
H. Pathway
Peradangan Bronkus
Akumulasi Pengeluaran
Pelepasan pirogen Obstruksi
sekret energy
endogen (Sitokin) bronkiolus
meningkat
Menggigil,
meningkatkan suhu
basal
Hipertermi
A. Pengkajian
1. Identitas pasien : Nama, umur, alamat, pendidikan, agama, no. RM,
diagnosa medis
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetic, riwayat tentang disfungsi
pernapasan sebelumnya.
3. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Adanya retraksi pernafasan cuping hidung, warna kulit dan membrane
mukosa pucat.
Gejala : Takipnea, batuk menetap, riwayat infeksi saluran nafas
berulang, riwayat terpajang polusi rokok.
Tanda : lebih memilih posisi semi fowler untuk bernafas, cuping
hidung, bunyi nafas krekel, warna kulit pucat
b. B2 (Blood)
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan TD , takikardi, peningkatan vena jugularis
c. B3 (Brain)
Pasien Nampak gelisah, peka terhadap ransangan, ketakutan, nyeri dada
d. B4 (Bladder)
Tidak ditemuka adanya kelainan
e. B5 (Bowel)
Gejala : Mual/muntah, intake kurang, penurunan berat badan, nyeri
abdomen
Tanda : turgor kulit buruk, edema, berkeringat
f. B6 (Bone)
Gejala : Keletihan, dyspnea
Tanda : insomnia, gelisah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Hipertermi
4. Intoleransi Aktifitas
C. Intervensi Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Dx
I Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d NOC: NIC
mucus berlebihan, benda asing dalam
jalan napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pantau tanda tanda vital
selama ... x 24 jam pasien menunjukkan Pantau pola nafas,
keefektifan bersihan jalan napas teratasi, auskultasi suara nafas
dibuktikan dengan kriteria hasil:
Ajarkan teknik batuk
Menunjukkan jalan napas yang paten
(irama napas, frekuensi pernapasan) efektif
dalam rentang normal Pertahankan keadekuatan
Tidak ada suara napas abnormal hidrasi
Saturasi oksigen dalam batas normal Kolaborasi pemberian obat
TTV dalam batas normal sesuai dengan program
II Ketidakefektifan pola nafas NOC: NIC:
Pantau tanda tanda vital
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Atur posisi pasien
selama …x 24 jam di harapkan tejadi (semifowler)
perbaikan pola nafas, dibuktikan oleh: Anjurkan nafas dalam
Mengalami perbaikan status perbaikan melalui abdomen selama
Melaporkan gejala pengurangan gejala periode gawat nafas
sesak napas Kolaborasi pemberian O2
Memperlihatkan frekuensi respirasi yang Mengintruksikan
normal bagaimana melakukan
batuk efektif
Kolaborasi Antipiretik
DAFTAR PUSTAKA