Anda di halaman 1dari 26

KONSEP TEORI LANSIA

A. Defenisi Lansia
Secara biologis lansia adalah proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian (Wulansari, 2011).
B. Batasan Lansia
Barbara Newman dan Philip Newman membagi masa lansia ke dalam 2
periode, yaitu masa dewasa akhir (later adulthood) (usia 60 sampai 75
tahun) dan usia yang sangat tua (very old age) (usia 75 tahun sampai
meninggal dunia) (Hayati, 2010).
Sementara batasan usia lansia menurut WHO meliputi lanjut usia
(elderly), antara 60 sampai 74 tahun; lanjut usia tua (old), antara 75 sampai
90 tahun; usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun. Pemerintah Indonesia
dalam hal ini Departemen Sosial membagi lansia ke dalam 2 kategori yaitu
usia lanjut potensial dan usia lanjut non potensial. Usia lanjut potensial adalah
usia lanjut yang memiliki potensi dan dapat membantu dirinya sendiri
bahkan membantu sesamanya. Sedangkan usia lanjut non potensial adalah
usia lanjut yang tidak memperoleh penghasilan dan tidak tidak dapat mencari
nafkah untuk mencukupi kebutuhannya sendiri (Hayati, 2010).
C. Proses Menua
Proses menua (aging) adalah suatu keadaan alami selalu berjalan dengan
disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling
berinteraksi. Hal tersebut berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara
umum maupun kesehatan jiwa. Secara individu, pada usia di atas 55 tahun
terjadi proses menua secara alamiah.
Menua didefinisikan sebagai perubahan progresif pada organisme yang
telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta
menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang
disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan
saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara
linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment),
keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability)
dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses
kemunduran.
Proses menua dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis. Apabila
seseorang mengalami proses menua secara fisiologis maka proses menua
terjadi secara alamiah atau sesuai dengan kronologis usianya (penuaan
primer). Proses menua seseorang yang lebih banyak dipengaruhi faktor
eksogen, misalnya lingkungan, sosial budaya dan gaya hidup disebut
mengalami proses menua secara patologis (penuaan sekunder).
D. Kebutuhan Hidup Lansia
Secara lebih detail, kebutuhan lansia terbagi atas (Subijanto et al, 2011):
1. Kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan, papan, kesehatan.
2. Kebutuhan psikis yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati dan
mendapatkan perhatian lebih dari sekelilingnya.
3. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk berinteraksi dengan masyarakat
sekitar.
4. Kebutuhan ekonomi, meskipun tidak potensial lansia juga mempunyai
kebutuhan secara ekonomi sehingga harus terdapat sumber pendanaan dari
luar, sementara untuk lansia yang potensial membutuhkan adanya
tambahan keterampilan, bantuan modal dan penguatan kelembagaan.
5. Kebutuhan spiritual.
E. Permasalahan Pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan
lansia antara lain (Wulansari, 2011):
1. Permasalahan Umum
a) Makin besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati
c) Keterbatasan kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia oleh
pemerintah dan masyarakat, baik berupa keterbatasan tenaga
professional, pelayanan dan fasilitas bagi para lansia.
d) Peningkatan mobilitas penduduk (termasuk lansia) menyebabkan
semakin meningkatnya kebutuhan terhadap kemudahan transportasi atau
komunikasi bagi para lansia saat ini belum tersedia memadai.
2. Permasalahan Khusus
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah
baik fisik, mental maupun sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c) Rendahnya produktivitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin, telantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia.
F. Perubahan – Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1. Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ
tubuh diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, sistem pengaturan temperatur tubuh, sistem respirasi,
muskuloskletal, gastrointestinal, genitourinaria, endokrin dan integument.
2. Perubahan Mental
Faktor - factor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu :
a) Kesehatan umum
b) Tingkat pendidikan
c) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
d) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-
teman dan keluarga
e) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik : perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.
3. Perkembang Spiritual
a) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
b) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari.
KONSEP TEORI TUBERKULOSIS

A. Pengertian
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ
terutama paru-paru (Depkes, 2016)
Tuberkulosis paruadalah suatu penyakit infeksi pada saluran nafas bawah
yang menular disebabkan mycobakterium tuberkulosa yaitu bakteri batang
tahan asam baik bersifat pathogen atau saprofit dan terutama menyerang
parenkim paru ( Ardiansyah Indra, 2015)
B. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang yang
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid).
C. Patofisiologi
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis
terjadi melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang
mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang
terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama jenis bovin,
yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel
T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal,
melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan
limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat).
D. Manifestasi Klinis
Keluhan yang diraskan pasien pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam
atau malah banyak ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali
dalam pemeriksaan kesehatan .keluhan yang terbanyak:
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-

kadang pana badan dapat mencapai 40-410 Celsius. Serangan demam


pertama dapat sembuh sebentar ,tetapi kemudian dapat timbul kembali.
Begitulah seterusnya hilang timbul demam influenza ini ,sehingga pasien
merasa tidak pernah terbeba dari serangan demam influenza.
2. Batuk / Batuk Berdarah
Gejala ini bayak ditemukan.batuk terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus.batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang
keluar.
3. Sesak
Pada penyakit ringan (baru tumbuh)belum dirasakan sesak
nafas.sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah
lanjut,yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru dan
takipneu.
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan.nyeri dada timbul bila infiltrasinya
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis
.terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan
napasnya.
5. Malaise dan Kelelahan
Penyakit tuberculosis bersifat radang menahun, gejala malaise sering
ditemukan berupa anaoreksia tidak ada nafsu makan,badan
makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, keringat malam, dll.
E. Komplikasi
Tb paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi - komplikasi yang terjadi pada penderita Tb
paru dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Komplikasi dini: komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empyema.
Laryngitis, usus.
2. Komplikasi pada stadium lanjut:
a. Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau syok
hipovolemik
b. Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
c. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru
d. Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang
pecah
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal,
dan sebagainya.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium darah rutin ( LED normal atau meningkat,limfositosis)
2. Foto thoraks PA dan lateral.gambaran foto toraks yang menunjang
diagnosis TB, yaitu :

a. Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus
bawah.
b. Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)
c. Adanya kavitas, tunggal atau ganda
d. Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru
e. Adanya klasifikasi
f. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
g. Bayangan milier
3. Pemeriksaan sputum BTA
pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70 persen pasien TB yang
dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan diantaranya dapat dilakukan dengan cara:
a. Promotif
1) Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2) Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC,
cara penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3) Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1) Vaksinasi BCG
2) Menggunakan isoniazid (INH)
3) Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4) Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar
dapat diketahui secara dini.
2. Penatalaksanaan Secara Medik
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
a. Jangka Pendek
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3
bulan.
1) Streptomisin injeksi 750 mg.
2) Pas 10 mg.
3) Ethambutol 1000 mg.
4) Isoniazid 400 mg.
b. Jangka Panjang
Tata cara pengobatan : setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18
bulan, tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi.
Terapi TB paru dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat
yang diberikan dengan jenis :
1) INH
2) Rifampicin
3) Ethambutol
H. Pencegahan
1. Pencegahan tuberkulosis paru dilakukan dengan pemeriksaan terhadap
individu yang bergaul erat dengan penderita tuberkulosis paru BTA positif.
2. mass chest X-ray. Yaitu Pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok
tertentu misalnya: Karyawan rumah sakit/puskesmas/balai pengobatan,
penghuni rumah tahanan, siswa-siswai pesantren.
3. Vaksinasi BCG (bacille Calmette -Guerin); reaksi positif terjadi jika setelah
mendapat vaksinasi BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam
waktu kurang dari tujuh hari.
4. Kemoprofilaksis yaitu dengan menggunakan INH 5mg/kgBB selama 6-12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri
yang masih sedikit
5. Komunikasi, informasi dan edukasi tentang penyakit tuberkulosis paru
kepada masyarakat di tingkat Puskesmas maupun rumah sakit oleh petugas
pemerintah atau petugas lembaga swadaya masyarakat.
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien: selain nama klien, asal kota dan daerah, jumlah
keluarga.
2. Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat penyakit sekarang:
Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-
tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
6. Aktifitas / Istirahat
Gejala : kelemahan dan kelelahan
Tanda : Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari dan
berkeringat pada malam hari
7. Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan
Tanda : Penurunan BB
8. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk, gangguan tidur pada malam
hari
Tanda : pasien meringis, tidur tidak nyenyak
9. Pernapasan
Gejala : batuk berdarah, Batuk produktif, Sesak nafas, Takipnea
10. Cardiovaskuler
Gejala : takikardia
11. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Konjungtiva mata pucat karena anemia, malaise, badan kurus/ berat
badan menurun. Bila mengenai pleura, paru yang sakit terlihat agak
tertinggal dalam pernapasan.
b. Palpasi
Badan teraba hangat (demam)
c. Perkusi
Terdengar suara redup terutama pada apeks paru, bila terdapat kavitas
yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonar dan timpani.
Bila mengenai pleura, perkusi memberikan suara pekak.
d. Auskultasi
e. Terdengar suara napas bronchial. Akan didapatkan suara napas
tambahan berupa rhonci basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila infiltrasi
ini diliputi oleh penebalan pleura, suara napas menjadi vesikuler
melemah.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret
kental atau sekret darah.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveoler-kapiler
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
4. Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritis
5. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi
C. Rencana Keperawatan

TUJUAN DAN
DIAGNOSA INTERVENSI
NO KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN (NIC)
(NOC)

1 Bersihan Jalan Nafas NOC : NIC :


tidak Efektif
Respiratory status : Airway suction
Ventilation
Pastikan kebutuhan
Definisi : Respiratory status : oral / tracheal
Ketidakmampuan untuk Airway patency suctioning
membersihkan sekresi
atau obstruksi dari saluran Aspiration Control Auskultasi suara
pernafasan untuk nafas sebelum dan
mempertahankan sesudah suctioning.
kebersihan jalan nafas. Kriteria Hasil : Informasikan pada
klien dan keluarga
Mendemonstrasikan
tentang suctioning
batuk efektif dan suara
Batasan Karakteristik :
nafas yang bersih, tidak Minta klien nafas
- Dispneu, ada sianosis dan dalam sebelum suction
Penurunan suara nafas dyspneu (mampu dilakukan.
mengeluarkan sputum,
- Orthopneu mampu bernafas Berikan O2 dengan
dengan mudah, tidak menggunakan nasal
- Cyanosis ada pursed lips) untuk memfasilitasi
suksion nasotrakeal
- Kelainan suara Menunjukkan jalan
nafas (rales, wheezing) nafas yang paten (klien Gunakan alat yang
tidak merasa tercekik, steril sitiap melakukan
- Kesulitan berbicara
irama nafas, frekuensi tindakan
- Batuk, tidak pernafasan dalam
rentang normal, tidak Anjurkan pasien
efekotif atau tidak ada
ada suara nafas untuk istirahat dan
- Mata melebar abnormal) napas dalam setelah
kateter dikeluarkan
- Produksi sputum Mampu dari nasotrakeal
mengidentifikasikan
- Gelisah dan mencegah factor Monitor status
- Perubahan yang dapat oksigen pasien
frekuensi dan irama nafas menghambat jalan
Ajarkan keluarga
nafas
bagaimana cara
melakukan suksion
Faktor-faktor yang
berhubungan: Hentikan suksion
dan berikan oksigen
- Lingkungan : apabila pasien
merokok, menghirup asap menunjukkan
rokok, perokok pasif- bradikardi,
POK, infeksi peningkatan saturasi
O2, dll.
- Fisiologis :
disfungsi neuromuskular,
hiperplasia dinding
bronkus, alergi jalan Airway Management
nafas, asma.
Buka jalan
- Obstruksi jalan nafas, guanakan teknik
nafas : spasme jalan chin lift atau jaw thrust
nafas, sekresi tertahan, bila perlu
banyaknya mukus, adanya
jalan nafas buatan, sekresi Posisikan
bronkus, adanya eksudat pasien untuk
di alveolus, adanya benda memaksimalkan
asing di jalan nafas. ventilasi
Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat jalan
nafas buatan
Pasang mayo
bila perlu
Lakukan
fisioterapi dada jika
perlu
Keluarkan
sekret dengan batuk
atau suction
Auskultasi
suara nafas, catat
adanya suara tambahan
Lakukan
suction pada mayo
Berikan
bronkodilator bila
perlu
Berikan
pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
Atur intake
untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor
respirasi dan status O2

2. Gangguan Pertukaran gas NOC : NIC :


Respiratory Status : Gas Airway Management
exchange
Definisi : Kelebihan atau Buka jalan
kekurangan dalam Respiratory Status : nafas, guanakan teknik
oksigenasi dan atau ventilation chin lift atau jaw thrust
pengeluaran bila perlu
karbondioksida di dalam Vital Sign Status
membran kapiler alveoli Posisikan
Kriteria Hasil : pasien untuk
memaksimalkan
Mendemonstrasikan
Batasan karakteristik : peningkatan ventilasi ventilasi
dan oksigenasi yang Identifikasi
Gangguan penglihatan adekuat pasien perlunya
pemasangan alat jalan
Penurunan CO2 Memelihara
nafas buatan
kebersihan paru paru
Takikardi dan bebas dari tanda Pasang mayo
tanda distress bila perlu
Hiperkapnia
pernafasan
Keletihan Lakukan
Mendemonstrasikan fisioterapi dada jika
somnolen batuk efektif dan suara perlu
nafas yang bersih, tidak
Iritabilitas ada sianosis dan Keluarkan
dyspneu (mampu sekret dengan batuk
Hypoxia mengeluarkan sputum, atau suction
kebingungan mampu bernafas
dengan mudah, tidak Auskultasi
Dyspnoe ada pursed lips) suara nafas, catat
adanya suara tambahan
nasal faring Tanda tanda vital
Lakukan
AGD Normal dalam rentang normal suction pada mayo
sianosis Berika
bronkodilator bial
warna kulit abnormal perlu
(pucat, kehitaman)
Barikan
Hipoksemia pelembab udara
hiperkarbia Atur intake
untuk cairan
sakit kepala ketika
mengoptimalkan
bangun
keseimbangan.
frekuensi dan
Monitor
kedalaman nafas
respirasi dan status O2
abnormal

Respiratory
Faktor faktor yang
Monitoring
berhubungan :
Monitor rata – rata,
ketidakseimbangan
kedalaman, irama dan
perfusi ventilasi
usaha respirasi
perubahan membran
Catat pergerakan
kapiler-alveolar
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
Monitor suara
nafas, seperti dengkur
Monitor pola
nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
Catat lokasi
trakea
Monitor
kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
Auskultasi
suara nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
Tentukan
kebutuhan suction
dengan mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas utama
auskultasi
suara paru setelah
tindakan untuk
mengetahui hasilnya

3. Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Nutritional Status : food Nutrition
and Fluid Intake Management
Kriteria Hasil : Kaji adanya alergi
Definisi : Intake nutrisi makanan
tidak cukup untuk Adanya peningkatan
keperluan metabolisme berat badan sesuai Kolaborasi dengan
tubuh. dengan tujuan ahli gizi untuk
menentukan jumlah
Berat badan ideal kalori dan nutrisi yang
sesuai dengan tinggi dibutuhkan pasien.
Batasan karakteristik : badan
Anjurkan pasien
- Berat badan 20 % atau Mampu untuk meningkatkan
lebih di bawah ideal mengidentifikasi intake Fe
kebutuhan nutrisi
- Dilaporkan adanya Anjurkan pasien
intake makanan yang Tidak ada tanda untuk meningkatkan
kurang dari RDA tanda malnutrisi protein dan vitamin C
(Recomended Daily
Allowance) Tidak terjadi Berikan substansi
penurunan berat badan gula
- Membran mukosa dan yang berarti
konjungtiva pucat Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
- Kelemahan otot yang tinggi serat untuk
digunakan untuk mencegah konstipasi
menelan/mengunyah
Berikan makanan
- Luka, inflamasi pada yang terpilih ( sudah
rongga mulut dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
- Mudah merasa
kenyang, sesaat setelah Ajarkan pasien
mengunyah makanan bagaimana membuat
catatan makanan
- Dilaporkan atau fakta harian.
adanya kekurangan
makanan Monitor jumlah
nutrisi dan kandungan
- Dilaporkan adanya kalori
perubahan sensasi rasa
Berikan informasi
- Perasaan tentang kebutuhan
ketidakmampuan untuk nutrisi
mengunyah makanan
Kaji kemampuan
- Miskonsepsi pasien untuk
mendapatkan nutrisi
- Kehilangan BB
yang dibutuhkan
dengan makanan cukup
- Keengganan untuk
makan Nutrition Monitoring
- Kram pada abdomen BB pasien dalam
batas normal
- Tonus otot jelek
Monitor adanya
- Nyeri abdominal
penurunan berat badan
dengan atau tanpa
patologi Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
- Kurang berminat
biasa dilakukan
terhadap makanan
Monitor interaksi
- Pembuluh darah
anak atau orangtua
kapiler mulai rapuh
selama makan
- Diare dan atau
Monitor lingkungan
steatorrhea
selama makan
- Kehilangan rambut
Jadwalkan
yang cukup banyak
pengobatan dan
(rontok)
tindakan tidak selama
- Suara usus hiperaktif jam makan
- Kurangnya informasi, Monitor kulit
misinformasi kering dan perubahan
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Faktor-faktor yang
berhubungan : Monitor
kekeringan, rambut
Ketidakmampuan kusam, dan mudah
pemasukan atau mencerna patah
makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi Monitor mual dan
berhubungan dengan muntah
faktor biologis, psikologis
atau ekonomi. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan
kesukaan
Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan
intake nuntrisi
Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah
dan cavitas oral.
Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
4. Hipertermia NOC : NIC :
Thermoregulation Fever treatment
Definisi : suhu tubuh naik diatas Kriteria Hasil : Monitor suhu
rentang normal sesering mungkin
Suhu tubuh
dalam rentang Monitor IWL
normal
Batasan Karakteristik: Monitor warna
Nadi dan RR dan suhu kulit
kenaikan suhu tubuh dalam rentang
diatas rentang normal normal Monitor tekanan
darah, nadi dan RR
serangan atau konvulsi Tidak ada
(kejang) perubahan warna Monitor
kulit dan tidak ada penurunan tingkat
kulit kemerahan kesadaran
pusing, merasa
pertambahan RR nyaman
Monitor WBC,
Hb, dan Hct
takikardi
Monitor intake
saat disentuh tangan
dan output
terasa hangat
Berikan anti
piretik
Faktor faktor yang berhubungan :
Berikan
- penyakit/ trauma pengobatan untuk
mengatasi penyebab
- peningkatan metabolisme demam
- aktivitas yang berlebih Selimuti pasien
- pengaruh Lakukan tapid
medikasi/anastesi sponge
- Berikan cairan
ketidakmampuan/penuruna intravena
n kemampuan untuk berkeringat
Kompres pasien
- terpapar dilingkungan pada lipat paha dan
panas aksila
- dehidrasi Tingkatkan
sirkulasi udara
- pakaian yang tidak tepat
Berikan
pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil

Temperature
regulation
Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
Rencanakan
monitoring suhu
secara kontinyu
Monitor TD, nadi,
dan RR
Monitor warna
dan suhu kulit
Monitor tanda-
tanda hipertermi dan
hipotermi
Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
Selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan pada
pasien cara
mencegah keletihan
akibat panas
Diskusikan
tentang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek
negatif dari
kedinginan
Beritahukan
tentang indikasi
terjadinya keletihan
dan penanganan
emergency yang
diperlukan
Ajarkan indikasi
dari hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
Berikan anti
piretik jika perlu

Vital sign
Monitoring
 Monitor TD,
nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
 Monitor VS
saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 Auskultasi
TD pada kedua
lengan dan
bandingkan
 Monitor TD,
nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas
 Monitor
kualitas dari nadi
 Monitor
frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara
paru
 Monitor pola
pernapasan abnormal
 Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor
sianosis perifer
 Monitor
adanya cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign

5. Nyeri NOC : NIC :


Pain Level, Pain Management
Definisi : Pain control, Lakukan
pengkajian nyeri
Sensori yang tidak Comfort level secara komprehensif
menyenangkan dan pengalaman termasuk lokasi,
emosional yang muncul secara Kriteria Hasil :
karakteristik, durasi,
aktual atau potensial kerusakan frekuensi, kualitas
Mampu
jaringan atau menggambarkan dan faktor presipitasi
mengontrol nyeri
adanya kerusakan (Asosiasi Studi
(tahu penyebab
Nyeri Internasional): serangan Observasi reaksi
nyeri, mampu
mendadak atau pelan nonverbal dari
menggunakan
intensitasnya dari ringan sampai ketidaknyamanan
tehnik
berat yang dapat diantisipasi
nonfarmakologi Gunakan teknik
dengan akhir yang dapat
untuk mengurangi komunikasi
diprediksi dan dengan durasi
nyeri, mencari terapeutik untuk
kurang dari 6 bulan.
bantuan) mengetahui
pengalaman nyeri
Melaporkan
pasien
Batasan karakteristik : bahwa nyeri
berkurang dengan Kaji kultur yang
- Laporan secara verbal atau menggunakan mempengaruhi
non verbal manajemen nyeri respon nyeri
- Fakta dari observasi Mampu Evaluasi
mengenali nyeri pengalaman nyeri
- Posisi antalgic untuk (skala, intensitas, masa lampau
menghindari nyeri frekuensi dan tanda
nyeri) Evaluasi bersama
- Gerakan melindungi
pasien dan tim
Menyatakan kesehatan lain
- Tingkah laku berhati-hati rasa nyaman tentang
setelah nyeri ketidakefektifan
- Muka topeng berkurang kontrol nyeri masa
lampau
- Gangguan tidur (mata Tanda vital
sayu, tampak capek, sulit atau dalam rentang Bantu pasien dan
gerakan kacau, menyeringai) normal keluarga untuk
mencari dan
- Terfokus pada diri sendiri
menemukan
- Fokus menyempit dukungan
(penurunan persepsi waktu,
Kontrol
kerusakan proses berpikir,
lingkungan yang
penurunan interaksi dengan orang
dapat mempengaruhi
dan lingkungan)
nyeri seperti suhu
- Tingkah laku distraksi, ruangan,
contoh : jalan-jalan, menemui pencahayaan dan
orang lain dan/atau aktivitas, kebisingan
aktivitas berulang-ulang)
Kurangi faktor
- Respon autonom (seperti presipitasi nyeri
diaphoresis, perubahan tekanan
Pilih dan lakukan
darah, perubahan nafas, nadi dan
penanganan nyeri
dilatasi pupil)
(farmakologi, non
- Perubahan autonomic farmakologi dan inter
dalam tonus otot (mungkin dalam personal)
rentang dari lemah ke kaku)
Kaji tipe dan
- Tingkah laku ekspresif sumber nyeri untuk
(contoh : gelisah, merintih, menentukan
menangis, waspada, iritabel, intervensi
nafas panjang/berkeluh kesah)
Ajarkan tentang
- Perubahan dalam nafsu teknik non
makan dan minum farmakologi
Berikan analgetik
untuk mengurangi
Faktor yang berhubungan : nyeri
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, Evaluasi
psikologis) keefektifan kontrol
nyeri
Tingkatkan
istirahat
Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
Monitor
penerimaan pasien
tentang manajemen
nyeri

Analgesic
Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi
dokter tentang jenis
obat, dosis, dan
frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik
yang diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan
analgesik pilihan,
rute pemberian, dan
dosis optimal
Pilih rute
pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
Evaluasi
efektivitas analgesik,
tanda dan gejala
(efek samping)
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah Indra, 2015. Laporan Pendahuluan Tuberkulosis.


www.academia.edu di akses tangal 27 Februari 2018
Depkes, 2016. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. www.depkes.go
di akses tanggal 27 Februari 2018
Indah Setiadewi, 2014. Konsep Lansia. . www.scribd.com di akses tanggal 27
Februari 2018
Wulansari, 2011. Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Depresi Lansia
Di Karang Lansia Kakak Tua Banjarmasin. www.scribd.com di akses
tanggal 27 Februari 2018
Wikinson, Judith M 2017. Diagnosa Keperawatan: Diagnosa Nanda-I,
Intervensi NIC, Hasil NOC, Ed10. EGC

Anda mungkin juga menyukai