PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah yang tertinggi bila
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Penyebab utama kematian
ibu langsung adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, dan infeksi 11%, dan
penyebab tidak langsung adalah anemia 51%. Anemia merupakan komplikasi
dalam kehamilan yang paling sering ditemukan. Hal ini disebabkan karena dalam
kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-
perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Sekitar 75% anemia dalam kehamilan
disebabkan oleh defisiensi gizi. Sering kali defisiensinya bersifat multipel dengan
manifestasi yang disertai infeksi, gizi buruk atau kelainan herediter. Namun,
penyebab mendasar anemia nutrisional meliputi asupan yang tidak cukup,
absorbsi yang tidak adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang dan kebutuhan
yang berlebihan. Faktor nutrisi utama yang mempengaruhi terjadinya anemia
adalah zat besi, asam folat dan kumpulan vitamin B.1,2,4,5,6
Anemia yaitu suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) darah kurang
dari normal. Kadar Hb normal berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis
kelamin : balita 11 g %, anak usia sekolah 12 g %, wanita dewasa 12 g %, laki-
laki dewasa 13 g %, ibu hamil 11 g % dan ibu menyusui 12 g %. Komplikasi
anemia dalam kehamilan dapat berdampak pada masa kehamilan, persalinan,
nifas, maupun pada janin. Anemia pada ibu hamil diketahui berdampak buruk,
baik bagi kesehatan ibu maupun bayinya. anemia merupakan penyebab penting
yang melatarbelakangi kejadian morbiditas dan mortalitas, yaitu kematian ibu
pada waktu hamil dan pada waktu melahirkan atau nifas sebagai akibat
komplikasi kehamilan. Selain itu ibu hamil yang menderita anemia juga beresiko
terjadinya perdarahan pada saat melahirkan. Di samping pengaruhnya kepada
kematian dan perdarahan, anemia pada saat hamil akan mempengaruhi
pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah dan peningkatan kematian
perinatal.1,3
Anemia yang sering ditemukan dalam kehamilan adalah anemia defisiensi
besi dan anemia megaloblastik. Anemia defisiensi besi terjadi karena kurangnya
zat besi dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan zat besi ibu yang hamil,
kebutuhan zat besi untuk janin dan plasenta, dan pendarahan post partum. Karena
itu, cadangan zat besi yang dibutuhkan ibu hamil minimal lebih dari 500 mg.
Perubahan diet dengan konsumsi makanan yang kaya zat besi dan penambahan
suplemen zat besi dianjurkan pada ibu hamil. Anemia megaloblastik terjadi
karena kerusakan sintesis DNA yang disebabkan oleh defisiensi asam folat atau
vitamin B12. Diet yang ekstrem atau malabsorpsi menyebabkan terjadinya anemia
megaloblastik. Karena itu sebagian besar wanita menkonsumsi suplemen folat
sebagai langkah pencegahan defek tuba neural pada janin dan kebanyakan
suplemen merupakan kombinasi dari zat besi dan asam folat. Kedua anemia ini
mengakibatkan berkurangya produksi heme. Jadi, pengobatan yang diberikan
bertujuan untuk meningkatkan produksi sel darah merah. Anemia makrositik
terjadi karena defisiensi nutrisi yaitu asam folat atau vitamin B12 yang
menyebabkan sintesis DNA terganggu.8,9,10
Tujuan penulisan refrat ini adalah untuk mengetahui gejala dan tanda tanda
serta penanganan yang adekuat terhadap anemia dalam kehamilan sehingga risiko
morbiditas dan mortalitas ibu dapat dikurangi.
1.2.Batasan Masalah
Makalah ini membahas definisi, epidemiologi, etiologi, faktor risiko,
patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis dari anemia dalam kehamilan.
2
1.5. Manfaat Penulisan
Melalui makalah ini diharapkan bermanfaat untuk menambah ilmu dan
pengetahuan dokter muda Obstetri Ginekologi mengenai anemia dalam
kehamilan.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin kurang dari
normal, yang berbeda di tiap kelompok umur dan jenis kelamin. Secara klinis,
definisi anemia berupa hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah persentil
10.1,9
Berdasarkan WHO untuk ibu hamil batas normal hemoglobin adalah 11
1
gr%. Anemia adalah konsentrasi hemoglobin kurang dari 12 g/dL pada wanita
10
yang tidak hamil dan kurang dari 10 g/dL pada wanita hamil dan nifas.
Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention, tahun 1989 definisi
anemia dalam kehamilan adalah seperti yang berikut :4,10,11
1. Hb kurang dari 11,0 gr/dL di trimester pertama dan ketiga
2.2 Epidemiologi
Di seluruh dunia, frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi yaitu
berkisar antara 10-20%. Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang
berkaitan dengan anemia dalam kehamilan yang penyebabnya adalah defisiensi
zat besi. Angka anemia di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi yaitu
63,5% karena defisiensi gizi memegang peranan yang sangat penting dalam
timbulnya anemia maka dapat dipahami bahwa frekuensi anemia dalam kehamilan
lebih tinggi di negara berkembang, dibandingkan dengan negara maju.2,5
Sekitar 95% dari anemia dalam kehamilan merupakan anemia defiesiensi
besi. Insidens wanita hamil yang menderita anemia defisiensi besi semakin
meningkat. Ini menunjukkan keperluan zat besi maternal yang bertambah pada
kehamilan. Kematian maternal meningkat karena terjadinya pendarahan post
partum yang banyak pada wanita hamil yang memang sudah menderita
anemia sebelumnya.11,12
4
2.3 Etiologi
Etiologi anemia dalam kehamilan terbagi menjadi dua yaitu :10
1. Didapatkan (acquired)
Anemia defisiensi besi
Anemia karena kehilangan darah secara akut
Anemia karena inflamasi atau keganasan
Anemia megaloblastik
Anemia hemolitik
Anemia aplastik
2) Herediter
Thalasemia
Hemoglobinopati lain
Hemoglobinopati sickle cell
Anemia hemolitik herediter
Anemia disebabkan oleh penurunan produksi darah yaitu hemopoetik,
peningkatan pemecahan sel darah (hemolitik), dan kehilangan darah yaitu
hemoragik. Dalam kehamilan, anemia yang sering ditemukan adalah anemia
hemopoetik karena kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi), asam folat
(anemia megaloblastik), dan protein.14
5
menelan air ketuban sehingga lebih banyak kebutuhan oksigen yang diperlukan.
Akibatnya kebutuhan zat besi semakin meningkat untuk mengimbangi
peningkatan produksi eritrosit dan rentan untuk terjadinya anemia, terutama
anemia defisiensi besi.3,13
Konsentrasi hemoglobin normal pada wanita hamil berbeda dengan wanita
yang tidak hamil. Hal ini disebabkan karena pada kehamilan terjadi proses
hemodilusi atau pengenceran darah, yaitu terjadi peningkatan volume plasma
dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit.
hematologi sehubungan dengan kehamilan, antara lain adalah oleh karena
peningkatan oksigen, perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap
plasenta dan janin, serta kebutuhan suplai darah untuk pembesaran uterus,
sehingga terjadi peningkatan volume darah yaitu peningkatan volume plasma dan
sel darah merah. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang
lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi
penurunan konsentrasi hemoglobin akibat hemodilusi. Hemodilusi berfungsi agar
suplai darah untuk pembesaran uterus terpenuhi, melindungi ibu dan janin dari
efek negatif penurunan venous return saat posisi terlentang, dan melindungi ibu
dari efek negatif kehilangan darah saat proses melahirkan.5,12,13
Hemodilusi dianggap sebagai penyesuaian diri yang fisiologi dalam
kehamilan dan bermanfaat bagi wanita untuk meringankan beban jantung yang
harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hipervolemia
cardiac output meningkat. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah
rendah. Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak meningkat.
Secara fisiologis, hemodilusi ini membantu maternal mempertahankan sirkulasi
normal dengan mengurangi beban jantung.5,12,13
Ekspansi volume plasma di mulai pada minggu ke-6 kehamilan dan
mencapai maksimum pada minggu ke-24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat
sampai minggu ke-37. Volume plasma meningkat 45-65 % dimulai pada trimester
II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 yaitu meningkat sekitar 1000
ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal tiga bulan setelah
partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta
yang menyebabkan peningkatan sekresi aldosteron.5,12
6
Volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit, konsentrasi
hemoglobin darah, dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah absolut
Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin
dan hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu ke-7 sampai ke-8 kehamilan,
dan terus menurun sampai minggu ke-16 sampai ke-22 ketika titik keseimbangan
tercapai. Sebab itu, apabila ekspansi volume plasma yang terus-menerus tidak
diimbangi dengan peningkatan produksi eritropoetin sehingga menurunkan kadar
Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit di bawah batas “normal”, timbullah
anemia. Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobin di bawah
11 g/dl atau hematokrit kurang dari 33 %.13
Defisiensi pengangkutan
oksigen di dalam darah
Gejala Klinis Anemia
Gambar 1 : Grafik menunjukkan kekurangan asam folat, protein dan zat besi dapat
menyebabkan kekurangan oksigen jaringan dan mengakibatkan terjadinya anemia. Dikutip dari
kepustakaan6
Gejala klinis dari anemia bervariasi, bergantung pada tingkat anemia yang
diderita. Berdasarkan gejala klinis anemia dapat dibagi menjadi anemia ringan,
sedang dan berat. Tanda dan gejala klinisnya adalah :
a) Anemia ringan : adanya pucat, lelah, anoreksia, lemah, lesu dan sesak.
b) Anemia sedang : adanya lemah dan lesu, palpitasi, sesak, edema kaki, dan
tanda malnutrisi seperti anoreksia, depresi mental, glossitis, ginggivitis, emesis
atau diare.
7
c) Anemia berat: adanya gejala klinis seperti anemia sedang dan ditambah dengan
tanda seperti demam, luka memar, stomatitis, koilonikia, pika, gastritis,
thermogenesis yang terganggu, penyakit kuning, hepatomegali dan
splenomegali bisa membawa seorang dokter untuk mempertimbangkan kasus
anemia yang lebih berat.4,7,8
2.6 Diagnosis Anemia dalam Kehamilan
Untuk menegakkan diagnosa anemia kehamilan dibuuhkan anamnesa yang
akan diperoleh keluhan berupa pucat, lelah, anoreksia, lemah, lesu, sesak,
berdebar-debar, muntah-muntah, diare. Selain itu dari pemeriksaan fisis dapat
ditemukan edema kaki, tanda malnutrisi seperti anoreksia, depresi mental,
glossitis, ginggivitis, stomatitis, koilonikia, pika, gastritis, thermogenesis yang
terganggu, penyakit kuning, hepatomegali dan splenomegali sesuai dengan derajat
anemia yang diderita.1,4,7,8
Pemeriksaan penunjang dan pengawasan dapat dilakukan dengan alat
sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut:1
a) Anemia ringan : Hb 10 – 11 gr%
b) Anemia sedang : Hb 7 – 10 gr%
c) Anemia berat : Hb < 7 gr%
Pada permeriksaan laboratorium termasuk pemeriksaan darah lengkap,
penting diketahui pada kehamilan normal, karena hemoglobin atau hematokrit
cenderung rendah. Indeks sel darah merah membantu menentukan ada tidaknya
kelainan abnormal seperti defisiensi zat besi (MCV yang rendah) atau
makrositosis (MCV yang tinggi). Hemoglobin atau hematokrit harus diulang saat
trimester ketiga (lebih kurang 28 sampai 32 minggu) dan lebih sering jika
diindikasikan. Ras tertentu harus mempunyai tes skrining untuk kondisi tertentu
seperti pada pasien kulit hitam harus menjalani tes Sickledex atau elektroforesis
hemoglobin untuk melihat sickle cell trait disease dan menentukan defisiensi
glucose 6-phosphate dehydrogenase.1
8
2.7 Pembagian Anemia dalam Kehamilan
(sayuran), tanin (teh dan - kopi), polyphenol (coklat, teh, dan kopi), dan
9
pada trimester akhir. Zat besi yang rata-rata dibutuhkan untuk wanita hamil adalah
800 mg, 300 mg adalah untuk janin dan plasenta, dan 500 mg ditambahkan untuk
hemoglobin ibu. Hampir 200 mg zat besi hilang saat perdarahan persalinan dan post
partum. Jadi penyimpanan zat besi yang minimal di dalam tubuh pada wanita hamil
adalah lebih dari 500 mg di awal kehamilan. Apabila zat besi tidak ditambah
dalam kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi zat besi, terutama pada
kehamilan kembar, multipara, kehamilan yang sering dalam jangka waktu yang
singkat dan vegetarian. Di daerah tropis, zat besi lebih banyak keluar melalui
keringat dan kulit. Suplemen zat besi setiap hari yang dianjurkan tidak sama untuk
berbagai negara. Di Amerika Serikat, untuk wanita tidak hamil, wanita hamil
dan wanita yang menyusui dianjurkan masing-masing 12mg, 15mg, dan 15 mg.
Prevalensi defisiensi besi, bagaimanapun, secara logis jauh lebih besar dari
dengan asupan zat besi tidak memadai untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
zat besi yang diperlukan untuk ekspansi massa sel darah merah pada ibu serta untuk
perkembangan janin dan plasenta. Sekitar 1000 mg zat besi yang diperlukan selama
Hampir semua kebutuhan zat besi terjadi pada paruh kedua kehamilan,
ketika pembentukan organ janin terjadi. Rata-rata, kebutuhan besi harian adalah
/ hari. Meskipun penyerapan zat besi yang meningkat secara substansial selama
10
kehamilan dan cukup pada pemenuhan zat besi wanita yang sehat, itu gagal untuk
memenuhi kebutuhan pemakaian zat besi wanita hamil. Pada wanita yang
memasuki kehamilan dengan cadangan zat besi rendah, suplemen zat besi sering
gagal untuk mencegah kekurangan zat besi. Lebih jauh lagi, kondisi seperti
selama kehamilan yang secara proporsional lebih tinggi dari peningkatan massa
sel darah merah darah menghasilkan hemodilusi yang fisiologis. Akibatnya, ibu
dilindungi dari hilangnya sel darah merah selama perdarahan yang berhubungan
>1 L, dan gejala anemia, termasuk gejala jantung, bisa terjadi pada parturients,
besi yang meningkat akan dikompensasi tubuh sehingga cadangan besi makin
menurun.13 Jika cadangan besi menurun, keadaan ini disebut keseimbangan zat besi
yang negatif, yaitu tahap deplesi besi (iron depleted state). Keadaan ini ditandai
oleh penurunan kadar feritin serum, peningkatan absorbsi besi dalam usus, serta
pengecatan besi dalam sumsum tulang negatif. Apabila kekurangan besi berlanjut
terus maka cadangan besi menjadi kosong sama sekali, penyediaan besi untuk
anemia secara klinis belum terjadi. Keadaan ini disebut sebagai iron deficient
erythropoiesis. Pada fase ini kelainan pertama yang dijumpai adalah peningkatan
11
Saturasi transferin menurun dan kapasitas ikat besi total (total iron binding capacity
penurunan jumlah besi terus terjadi maka eritropoesis semakin terganggu sehingga
Gejala klinis anemia defisiensi besi adalah pucat, lemah, lesu, anoreksia,
sesak, depresi mental, nyeri kepala, berdebar-debar, rambut halus dan rapuh,
membran, konjugtiva, kuku, dan telapak tangan. Pada kasus yang berat,
Penegakan diagnosis anemia defisiensi besi yang berat tidak sulit karena
apusan darah tepi dapat ditemukan mikrositosis dan hipokromasia. Anemia yang
ringan tidak selalu menunjukkan ciri-ciri khas itu, bahkan banyak yang bersifat
normositer dan normokrom. Hal itu disebabkan karena defisiensi besi dapat
berdampingan dengan defisiensi asam folat. Sifat lain yang khas bagi defisiensi besi
adalah kadar zat besi serum rendah, ferritin yang rendah, daya ikat zat besi serum
tinggi, protoporfirin eritrosit tinggi, reseptor transferin yang meningkat, dan tidak
kehamilan hanya hemoglobin yang diperiksa dan Hb kurang dari 10gr/dL, maka
wanita dapat dianggap sebagai menderita anemia defisiensi besi, baik yang murni
maupun yang dimorfis, karena tersering anemia dalam kehamilan adalah anemia
defisiensi besi. Nilai Hb yang kurang dari 10g/dl dianggap sebagai anemia
12
defisiensi besi yang ringan, manakala Hb yang kurang dari 8g/dl adalah anemia
Terapi zat besi oral terbukti efektif dalam memperbaiki anemia defisiensi
besi pada banyak kasus. Kemanjurannya mungkin, namun terbatas pada banyak
pasien karena dosis bergantung pada efek samping, kurangnya kepatuhan dan
penyerapan zat besi yang tidak cukup di duodenum. Juga harus dicatat bahwa
meskipun ada bukti yang mendukung perbaikan parameter status hematologi dan
besi dengan suplementasi besi oral, data pada peningkatan berat lahir dan
Pemberian suplementasi besi setiap hari pada ibu hamil sampai minggu
ke-28 kehamilan pada ibu hamil yang belum mendapat besi dan nonanemik (Hb
<11g/dl dan ferritin > 20 µg/l) menurunkan prevalensi anemia dan bayi berat lahir
rendah.5
Menurut Depkes RI (1999), tablet zat besi diberikan pada ibu hamil sesuai
13
- Dosis pencegahan
tablet (60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat) berturut-turut selama minimal
90 hari masa kehamilan mulai pemberian pada waktu pertama kali ibu
memeriksa kehamilannya.15
- Dosis Pengobatan
Diberikan pada sasaran (Hb < ambang batas) yaitu bila kadar Hb <
Pada beberapa orang, pemberian tablet zat besi dapat menimbulkan gejala-
gejala seperti mual, nyeri didaerah lambung, kadang terjadi diare dan sulit buang
air besar, pusing bau logam. Selain itu setelah mengkonsumsi tablet tersebut, tinja
akan berwarna hitam, namun hal ini tidak membahayakan. Frekuensi efek
samping tablet zat besi ini tergantung pada dosis zat besi dalam pil, bukan pada
efek samping semakin besar. Tablet zat besi yang diminum dalam keadaan perut
terisi akan mengurangi efek samping yang ditimbulkan tetapi hal ini dapat
terapi oral. Zat besi parenteral diberikan dalam bentuk ferri secara intramuskular
dapat disuntikkan dekstran besi Imferon atau sorbitol besi. Hasilnya lebih cepat
dicapai, hanya penderita merasa nyeri di tempat suntikan. Akhir-akhir ini Imferon
banyak pula diberikan dengan infus dalam dosis total antara 1000-2000 mg unsur
14
Walaupun zat besi intravena dan dengan infus kadang-kadang menimbulkan
efek samping, namun apabila ada indikasi yang tepat, maka cara ini dapat
harus diberikan apabila terjadi perdarahan yang lebih dari biasa, walaupun tidak
lebih dari 1000 ml. Makanan kaya zat besi yang dianjurkan untuk ibu hamil
seperti daging sapi (besi dalam hemoglobin dan mioglobin), daging ayam dan
ikan (besi dalam mioglobin), sayuran hijau dan kacang-kacangan (kaya zat besi
15
pertama untuk mengobservasi ada tidaknya reaksi alergik. Jangan menambah
iron dextran pada total nutrisi parenteral.
Efek samping:
· Kardiovaskular : flushing, hipotensi, kolaps kardiovaskular (<1%)
· Sistem saraf Pusat : pusing, demam, nyeri kepala (>10%), menggigil (<1%)
· Dermatologik : urtikaria, flebitis (<1%), kelainan pewarnaan pada kulit
(hipopigmentasi, hiperpigmentasi).
· Gastrointestinal : nausea, muntah, rasa metalik, perubahan warna pada urin (1-
10%)
· Respiratori : diaphoresis (>10%).
Catatan : diaphoresis, urtikaria, demam, menggigil dan pusing mungkin timbul
24-48 jam pertama setelah diberikan i.v dan 3-4 hari setelah i.m. Reaksi
anafilaktik terjadi dalam menit-menit pertama setelah disuntik.
Observasi : Tekanan darah setiap 5 menit selama tes dosis. Lihat reaksi alergik
dan efek samping 3-4 hari pertama. Cek hemoglobin dan retikulosit.
asam folat (pterolyglutamic acid), jarang sekali karena defisiensi vitamin B12
(cyanocobalamin). Asam folat merupakan vitamin larut air yang sumbernya dari
daging, hati, kacang-kacangan dan sayuran hijau. Penyimpanan asam folat pada
tubuh adalah di hepar. Berbeda dari Eropa dan di Amerika Serikat frekuensi
anemia megaloblastik dalam kehamilan cukup tinggi di Asia. Hal itu erat
megaloblastik sering ditemukan pada multipara yang berusia lebih dari 30 tahun,
atau individu dengan diet tidak adekuat (intake asam folat yang kurang). Faktor
dan pasien yang masih dalam pengobatan epilepsi (primidone atau fenitoin).5,8,11
Asam folat diperlukan untuk sintesa DNA di dalam tubuh, karena itu
diperlukan kebutuhan asam folat maksimum saat jaringan janin dibentuk. Defisiensi
folat, yaitu sekitar 90 hari. Gejala klinis termasuk lesu, anoreksia, depresi mental,
atau promegaloblas dalam darah atau sumsum tulang. Sifat khas anemia
megaloblastik dari apusan darah tepi adalah makrositer dan hiperkrom yang tidak
merupakan petunjuk bagi defisiensi asam folat. Defisiensi asam folat sering
berdampingan dengan defisiensi besi dalam kehamilan. Standar buku emas untuk
diberikan terapi oral asam folat bersama-sama dengan zat besi. Tablet asam folat
defisiensi vitamin B12, diberikan dosis terapi oral minimum 6-9 mg/hari. Karena
17
2.8 Komplikasi
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik
dalam kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Berbagai
a) Abortus (keguguran)
b) Persalinan prematurus
e) Molahidatidosa
g) Hyperemesis gravidarum
a) Gangguan his
18
4) Pengaruh Anemia terhadap Janin
d) Cacat bawaan
f) Inteligensi rendah.1
2.9 Prognosis
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu
dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa pendarahan banyak
wanita hamil. Walaupun bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita anemia
cadangan zat besinya kurang, yang baru beberapa bulan kemudian tampak sebagai
anemia infantum.5,11
tanpa adanya infeksi sistemik, preeklampsi atau eklampsi. Pengobatan dengan asam
folat hampir selalu berhasil. Apabila penderita mencapai masa nifas dengan selamat
dengan atau tanpa pengobatan, maka anemianya akan sembuh dan tidak akan timbul
lagi. Hal ini disebabkan karena dengan lahirnya anak kebutuhan asam folat jauh
mempunyai prognosis buruk. Angka kematian bagi ibu mendekati 50% dan bagi
janin 90%.5,8
19
BAB 3
KESIMPULAN
Anemia dalam kehamilan memberi resiko pada ibu dan janin sehingga
setiap wanita hamil perlu diberi sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus, cukup 1
tablet sehari. Selain itu, wanita dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang
tinggi protein serta sayuran yang mengandung banyak mineral dan vitamin. Pada
umumnya asam folat tidak diberikan secara rutin, kecuali di daerah dengan
frekuensi anemia megaloblastik yang tinggi. Apabila pengobatan anemia dengan
zat besi tidak memberikan hasil yang memuaskan, maka harus ditambah dengan
asam folat.11
20
DAFTAR PUSTAKA
21
22
23