Oleh
G. ESTU NUGROHO
NIM: 135214030
FINAL PROJECT
by
G. Estu Nugroho
Student number : 135214030
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ntta:G.Estu Nuttho
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
KARAKTERISTIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT
TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN NaOH
DENGAN FRAKSI VOLUME 4 0A,6 % DAN 8 %
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Nama. G. Estu Nugroho
NIM: 13521406A
*. Dekan
W/,-1,
$. Si., M.Math.Sc., Ph. D.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak dapat terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapatkarya atau pendapatyang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
Yogyakarta, 9 J uli 20 17
^l
G. Estu Nugroho
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
AKADEMIS
Dharma:
Nama : G. Estu Nugroho
Dibuat di Yogyakarta
Yogyakarta, 19 Juli 2017
Yang menyatakan,
VI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia cukup banyak, hal itu
berdampah semakin banyak pula limbah yang dihasilkan salah satunya adalah serat
tandan kosong kelapa sawit. Pemanfaatan serat tandan kosong kelapa sawit untuk
produk teknologi yang bermanfaat masih terbatas, umumnya serat tandan kosong
kelapa sawit diolah secara tradisional.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fraksi volume serat terbaik
terhadap kekuatan tarik, dan regangan pada pengujian tarik komposit dengan
menggunakan resin polyester berpenguat serat tandan kosong kelapa sawit dengan
menggunakan NaOH.
Bahan yang digunakan adalah serat tandan kosong kelapa sawit, resin
polyester Yukalac 157 dan katalis. Serat tandan kosong kelapa sawit dengan
perlakuan alkali (5% NaOH) selama 2 jam. Komposit serat disusun acak dan di buat
dengan metode cetak tekan. Pengujian tarik komposit menggunakan standar ASTM D
-638 dengan alat uji Universal Testing Machine (UTM). Pengamatan visual
dilakukan untuk mengetahui bentuk patahan.
Hasil penelitian komposit berpenguat serat tandan kosong kelapa sawit
dengan menggunakan NaOH dengan fraksi volume 4%, 6% dan 8% di peroleh
kekuatan tarik dan regangan tertinggi pada fraksi volume 4% yaitu sebesar 36,3 MPa
dan nilai regangan 1,95%. Terjadi penurunan kekuatan dibandingkan komposit resin,
semakin banyak fraksi volume serat yang di berikan sangat berpengaruh terhadap
kekuatanya. Banyaknya serat memungkinkan penumpukan serat sehingga
mengakibatkan resin tidak dapat masuk, sehingga serat tidak dapat menyatu dengan
matriknya. Terdapatnya banyak void pada cetakan juga membuat kekuatan komposit
menurun.
Kata kunci : Serat tandan kosong kelapa sawit, Komposit, kekuatan tarik.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Palm oil processing industry in Indonesia quite a lot, it is booming more and
more waste generated one of them is empty bunches of palm oil. The utilization of oil
palm empty fruit bunches useful for technology products is still limited, the generally
empty bunch fibers of palm oil are traditionally processed.
This study was aimed to find out the best fraction volume of fiber to tensile
strength, and strain on composite tensile test by using polyester resin with fiber bunch
of empty palm oil bunches using NaOH.
The materials used were oil palm empty bunch fiber, Yukalac 157 polyester
resin and catalyst. Fibers of oil palm empty bunched with alkaline treatment (5%
NaOH) for 2 hours. The fiber composite was stacked randomly and created by press
printing method. Tensile composite test using ASTM D-638 standard with Universal
Testing Machine (UTM) test equipment. Visual observation is done to determine the
shape of the fault.
The result of the composite study showed that the fibers of empty bunches
palm oil using NaOH with volume fraction of 4%, 6% and 8% were obtained by the
highest tensile strength and strain at 4% volume fraction of 36.3 MPa and 1,95%
strain. There was a decrease in strength compared to the matrix composite, the more
the volume fraction of fiber that was given was very influential to its strength.
The amount of fiber allowed the buildup of the fibers to cause the resin not to
enter, so the fibers could not blend with the matrix. The presence of many voids in
the mold also made the composite strength decreased.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah
untuk memenuhi sebagai persyaratan guna mencapai gelar sarjana teknik di Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma.
Penulis menghaturkan terimakasih yang sangat mendalam kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, khususnya
kepada:
1. Bapak Budi Setyahandana, S.T, M.T., selaku pembimbing skripsi yang
dengan sabar dan penuh pengertian telah memberikan banyak bantuan dan
ilmunya dalam penelitian skripsi ini.
2. Bapak RB. Dwiseno Wihadi, S.T., M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang
selama ini telah membantu dan memperjuangkan dalam kelancaran kegiatan
akademik.
3. Bapak Ir. PK. Purwadi, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik USD yang telah membantu dalam kelancaran untuk keperluan Prodi.
4. Bapak Wibowo Kusbandono, S.T., bapak Stefan Mardikus, S.T., M.T., bapak
Ir. Rines, M.T., bapak Doddy Purwadianto, S.T., M.T., dan bapak Dr. Drs.
Asan Damanik, selaku Dosen Fakultas Teknik Mesin USD yang telah
memberikan masukan-masukan dan ilmu yang berharga.
5. Keluarga tercinta (alm bapak, ibu dan kakak) yang telah memberikan
sumbangan besar baik moril maupun materil.
6. Agnes Vera, kekasih pujaan hati yang telah menemani dalam susah dan
senang serta dengan sabar menunggu kelulusan penulis.
7. Mbak Sri, Mas Yudi dan Bella, selaku keluarga terimakasih yang selama
penulis kuliah memberikan tumpangan untuk tinggal bersama.
8. Giyan Angga selaku teman baik yang selalu memberikan semangat dan
motivasi
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9.Tcmall― teman attkatan 2013 dall tcmall¨ teman scpc」 uallgan(PaSka,J● on,
Ccrり ,Sinlon),tcrimakasih atas semallgtt yang telah dibcrikalla.
10.Teman― temall bcllllain PES(Fillllan,Nehem dan Nelson),terimakasih banyak
atas kcmenangan selama ini.
skrlpsi inl,akan penulis terilna dengan ikhlas.Dengan segala keterbatasan yang ada,
DAFTAR ISI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Matrix dan Reinforcement .................................................... 7
Gambar 2.2 Pengelompokkan Berdasarkan Matriks yang Digunakan .... 11
Gambar 2.3 Aplikasi MMC Untuk Gigi Palsu ......................................... 11
Gambar 2.4 Aplikasi CMC Untuk Bahan Busi ........................................ 12
Gambar 2.5 Contoh Barang Berbahan PMC ............................................ 13
Gambar 2.6 Struktur Bagan Komposit ..................................................... 15
Gambar 2.7 a.Fla flake b.Filter ................................................................ 17
Gambar 2.8 Continous Fibre Composite .................................................. 19
Gambar 2.9 Woven Fibre Composite ....................................................... 19
Gambar 2.10 Hybrid Composite .............................................................. 20
Gambar 2.11 Mikrostruktur Lamina ........................................................ 21
Gambar 2.12 Structural Composites Sandwich Panels ............................ 22
Gambar 2.13 Interface dan Interphase ..................................................... 28
Gambar 2.14 a) Crack b)Interface ............................................................ 29
Gambar 2.15 Jenis-jenis Release Agent ................................................... 33
Gambar 2.16 Alat Uji Teknik UTM ......................................................... 35
Gambar 2.17 Kurva Tegangan Listrik ...................................................... 35
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian ....................................................... 38
Gambar 3.2 Sawit Utuh dan Tandan Kosong Kelapa Sawit .................... 38
Gambar 3.3 Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit ..................................... 39
Gambar 3.4 Resin Yukalac 157 ................................................................ 41
Gambar 3.5 Katalis ................................................................................... 41
Gambar 3.6 Miror Glace .......................................................................... 42
Gambar 3.7 NaOH ................................................................................... 43
Gambar 3.8 Timbangan Analitik .............................................................. 44
Gambar 3.9 Ember ................................................................................... 44
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian dari Komposit Komersi ................. 8
Tabel.2.2. Spesifikasi Unsaturated Polyester Resin Yukalac 157 ........... 14
Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Mencari Massa Jenis Serat ......................... 51
Tabel 3.2 Ukuran geometri ASTM D-638 ............................................... 57
Tabel 4.1 Hasil Kekuatan Tarik Serat ....................................................... 60
Tabel 4.1.1 Standar Deviasi Data Kekuatan Tarik komposit 0% ........... 61
Tabel 4.2 Hasil Standar Deviasi Data Kekuatan Tarik komposit 0% ...... 63
Tabel 4.3 Standar Deviasi Matrik Yucalak 157 ........................................ 64
Tabel 4.4 Dimensi Matrik Yucalak 157 ................................................... 65
Tabel 4.5 Sifat Mekanik Matrik Yucalak 157 .......................................... 65
Tabel 4.6 Sifat Mekanik Yucalak 157 ...................................................... 66
Tabel 4.7 Standar Deviasi Komposit Serat 4% . ....................................... 68
Tabel 4.8 Dimensi Komposit Serat 4% Sebelum Diseleksi ..................... 69
Tabel 4.9 Sifat Mekanis Komposit Serat 4% Sebelum Diseleksi ............ 69
Tabel 4.10 Sifat Mekanis Komposit Serat 4% Debelum Diseleksi .......... 70
Tabel 4.11 Dimensi Komposit Serat 4% Setelah Diseleksi ..................... 70
Tabel 4.12 Sifat Mekanis Komposit Serat 4% Setelah Diseleksi ............ 71
Tabel 4.13 Sifat Mekanis Komposit Serat 4% Setelah Diseleksi ............ 71
Tabel 4.14 Dimensi Komposit Serat 6% Detelah Diseleksi ..................... 74
Tabel 4.15 Sifat Mekanis Komposit Serat 6% ......................................... 74
Tabel 4.16 Sifat Mekanis Komposit Serat 6% . ....................................... 75
Tabel 4.17 Dimensi Komposit Serat Fraksi Volume 8% .......................... 77
Tabel 4.18 Sifat Mekanis Komposit Serat Fraksi Volume 8% ................ 78
Tabel 4.19 Sifat Mekanis Komposit Serat Fraksi Volume 8% ................ 78
Tabel 4.20 Rata-Rata Nilai Benda Uji Tarik Matrik dan Komposit ........ 81
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa Sawit merupakan salah satu tanaman budidaya penghasil minyak
nabati berupa Crude Plam Oil (CPO), pohon-pohon ini banyak ditanam dalam
perkebunan di Indonesia terutama di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan
Papua. Selain menghasilkan Crude Palm Oil (CPO), dalam proses pengolahan kelapa
sawit menghasilkan banyak limbah. Satu ton kelapa sawit mampu menghasilkan
limbah berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebanyak 23% atau 230 kg,
limbah cangkang (Shell) sebanyak 6,5% atau 65 kg, wet decanter solid (lumpur
sawit) 4% atau 40 kg, serabut (Fiber) 13% atau 130 kg serta limbah cair sebanyak
50% (Mandirim, 2012).
Keempat limbah padat tersebut limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
jumlahnya cukup besar yaitu sekitar 126.317,54 ton/tahun (Mandirim, 2012), namun
pemanfaatannya masih terbatas. Sementara ini hanya dibakar dan sebagian
dihamparkan pada lahan kosong sebagai mulsa/pupuk, di kawasan sekitar pabrik.
Paparan di atas dapat dilihat bahwa saat ini perkembangan perkebunan kelapa
sawit semakin pesat. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi berbagai macam
kebutuhan maka sudah pasti meninggalkan sisa-sisa yang dikenal dengan nama
limbah. Limbah dalam pengolahan kelapa sawit ini tidak terlalu berdampak buruk
bagi lingkungan karena salah satu bentuk limbah yang bersifat organik, tanpa
mengandung bahan kimia yang membahayakan lingkungan. Beberapa limbah kelapa
sawit pun sering dimanfaatkan untuk keperluan perkebunan dan peternakan. TKKS
merupakan limbah organik membuatnya menjadi mudah untuk diolah dan aman bagi
lingkungan. Pemanfaatan TKKS itu sendiri cukup bervariasi namun hanya sebatas
sebagai pupuk atau juga pengeras jalan, dari hal tersebut penulis akan mencoba
menggunakan limbah TKKS sebagai bahan tambah pada komposit dan akan dicari
kekuatan.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kata komposit (composite) berasal dari kata “to compose” yang berarti
menyusun atau menggabungkan. Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari
kombinasi dua atau lebih material pembentuknya melalui campuran yang tidak
homogen, dimana sifat mekanik dari masing-masing material pembentuknya
berbeda (Matthews dkk, 1993). Bahan komposit umumnya terdiri dari dua unsur,
yaitu serat (fiber) sebagai bahan pengisi dan matrik sebagai bahan pengikat serat.
Dari campuran tersebut akan dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat
mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material pembentuknya.
Komposit merupakan sejumlah sistem multi fasa sifat dengan gabungan, yaitu
gabungan antara bahan matrik atau pengikat dengan penguat. Matrik adalah
bagian komposit yang secara kontinyu melingkupi penguat dan berfungsi mengikat
penguat yang satu dengan yang lain serta meneruskan beban yang diterima oleh
komposit ke penguat. Sedangkan penguat adalah komponen yang dimasukkan ke
dalam matrik yang berfungsi sebagai penerima atau penahan beban utama yang
dialami oleh komposit (Mehta, 1986). Bahan penyusun komposit tersebut masing-
masing memiliki sifat yang berbeda dan ketika digabungkan dalam komposisi
tertentu terbentuk sifat baru yang disesuaikan dengan keinginan (Krevelen, 1994).
Sekian banyaknya komposit, salah satunya serat yang sering dimanfaatkan
sebagai komposit serat, komposit serat merupakan perpaduan antara matrik dan bahan
baku sebagai penguatnya. Pada umumnya, serat yang digunakan memiliki kekuatan
tarik yang lebih kuat dibandingkan matrik. Setelah dua komponen dipadukan
diharapkan akan terbentuk komposit dengan harga.
Pemanfaatan serat kelapa sawit untuk produk teknologi yang bermanfaat
masih sangatlah terbatas, umumnya serabut kelapa sawit tersebut diolah secara
tradisional untuk menjadi pupuk kompos akan dimanfaatkan kembali sebagai pupuk
pada perkebunan kelapa sawit itu sendiri, malah karena banyaknya limbah itu di
lingkungan limbah serabut kelapa sawit hanya di jadikan untuk pengerasan badan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jalan.
Namun dewasa ini semakin dikembangkan menjadi produk–produk yang
bermanfaat bahkan telah menjadi produk–produk yang meniliki nilai jual. Banyak
penelitian ilmiah yang berhubungan dengan limbah serabut kelapa sawit yang telah
dikerjakan seperti: pembuatan papan partikel dengan perekat fenol formaldahyde, dan
bahan baku kertas. Pemanfaatan alternatif ini sangat beralasan yaitu: mudah
tersedianya bahan baku, umur pakai dapat lebih lama, mudah didesain, dapat didaur
ulang, bebas korosi, daya tahan tinggi dan mampu menyerap daya panas, serta
ekonomis.
komposit adalah gabungan dari beberapa bahan maka umumnya sifat
komposit lebih unggul setelah dilakukan penggabungan, keunggulan sifatnya antara
lain :
a. Mempunyai kekuatan dan kekakuan yang tinggi.
b. Komposit dapat dirancang sedemikian rupa sehingga dapat terhindar dari korosi.
c. Dapat memberikan penampilan dan kehalusan permukaan yang lebih baik
Menurut Hairul Abral tentang studi kekuatan tarik dan sifat fisik serat TKKS
sebelum dan setelah mengalami perlakuan alkali NaOH bahwa serat yang tidak diberi
perlakuan alkali memiliki kekuatan tarik paling kecil yaitu sebesar 19,4 MPa, dan
setelah pemberian perlakuan alkali selama satu jam kekuatan tarik rata-rata serat
meningkat sampai 29,9MPa. Dari pengujian diperoleh kekuatan tarik rata-rata serat
maksimal diperoleh pada serat yang diberikan treatment alkali selama 2 jam yaitu
sebesar 53,7 MPa, sementara setelah diberi perlakuan alkali selama 3 jam kekuatan
tarik rata-ratanya cenderung menurun menjadi 44,8 MPa. Penurunan kekuatan serat
tersebut dapat dikarenakan kerusakan struktur serat akibat waktu perlakuan terlalu
lama.(Abral, 2010)
Lokantara dan Suardana, 2007 telah meneliti tentang analisis arah serat tapis
serta rasio hardener terhadap sifat fisis dan mekanis komposit tapis/polyester dimana
mereka membandingkan perlakuan NaOH dan KmnO4 sehingga didapatkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan perlakuan KMnO4 2% selama 15 menit dengan arah serat 45o memiliki nilai
tertinggi terhadap sifat mekanis komposit, variasi persentase NaOH dan KMnO4 pada
proses perlakuan serat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kekuatan tarik
dan kekuatan bending komposit. Penelitian tentang sifat mekanis komposit serat
kelapa dengan resin poliester. Setelah dilakukan pengujian dan foto SEM didapatkan
fraksi volume serat yang optimal dari komposit serat kelapa yang dapat menahan
perambatan retak.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Josep untuk mengetahui efek perlakuan
alkali terhadap kekuatan serat kelapa sawit dengan matrik berupa karet alam.Tiga
perlakuan alkali diteterapkan yaitu konsentrasi NaOH 5%, 10%, dan 15%. Komposit
dengat serat yang dilakukan perlakuan alkali NaOH5% menghasilkan kekuatan tarik
9,95 MPa, sedangkan pada perlakuan alkali 10% NaOH dan 15% NaOH
menghasilkan kekuatan tarik 9,61 MP dan 8,865 MPa. Jadi perlakuan alkali NaOH
5% menghasilkan kekuatan tarik terbaik.(Josep. S, 2006 ).
Hasil pengujian yang dilakukan oleh Shirley Savetlana didapat bahwa
peningkatan kandungan serat pada komposit serat TKKS meningkatkan sifat mekanik
komposit. Penelitian ini dilakukan dengan perlakuan alkali 5% NaOH dan dilakukan
post-curing pada temperature 62oC dengan waktu penahanan selama 4 jam. Komposit
15% serat TKKS memiliki kekuatan bending, kekuatan tarik dan modulus elastisitas
tertinggi yaitu 63,63 MPa, 24,72 MPa, dan 3,37 MPa.(Savetlana, 2012)
Melihat fakta di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian betujuan
mengetahui karakterisitik komposit berpenguat tandan kosong kelapa sawit dengan
penambahan NaOH guna mendapatkan kekuatan tarik dengan melakukan pengujian
tarik.
1.2 Rumusan Masalah
Pada tahap ini keterbatasan penyusunan dalam ilmu pengetahuan yaitu, waktu
dan literatur maka perlu adanya rumusan-rumusan masalah dengan tujuan agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pembahasan setiap poin yang ada agar lebih terarah dan terselesaikan dengan baik.
Rumusan masalah yang saya bahas pada karakteristik komposit ini adalah.
1. Seberapa besar pengaruh perlakuan alkali pada kekuatan tarik komposit serat
TKKS?
2. Berapakah fraksi volume serat terbaik supaya dihasilkan komposit serat
TKKS dengan kekuatan tertinggi?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam hal ini penulis melakukan penelitian tentang serabut kelapa sawit yang
bertujuan untuk : .
1. Mengetahui fraksi volume serat terbaik terhadap kekuatan tarik pada
pengujian tarik.
2. Mengetahui fraksi volume serat terbaik terhadap regangan pada pengujian
tarik.
3. Mengetahui fraksi volume terbaik modulus elastisitas pada pengujian tarik
komposit.
4. Mengetahui jenis patahan yang terjadi pada bahan komposit setelah dilakukan
uji tarik.
1.4 Batasan Masalah
Karena terdapat begitu banyak hal yang dapat diteliti serta hal yang dapat
mempengaruhi karakteristik dari komposit partikel serabut kelapa sawit, maka
penulis memiliki batasan penelitian pada hal–hal sebagai berikut :
a) Pengujian yang dilakukan pada komposit adalah pengujian tarik.
b) Bahan penguat komposit adalah serat tandan kelapa sawit yang
mempunyai ukuran panjang 6cm–8cm, dengan fraksi volume serat
sebesar 4%, 6%, dan 8%.
c) Menggunakan cetakan yang terbuat dari kaca dengan ukuran: panjang 30 cm
dan lebar 20 cm.
d) Matrik yang digunakan sebagai bahan pengikat adalah resin polyester.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Komposit
Pengertian komposit adalah kombinasi dari dua material atau lebih yang
memiliki fasa yang berbeda menjadi suatu material baru yang memiliki properti lebih
baik dari keduanya. Komposit bisa diartikan bahan yang terbentuk apabila dua atau
lebih komponen yang berlainan digabung (Kroschwitz, 1987). K. Van Rijswijk et.al
dalam bukunya Natural Fibre Composite (2001) menjelaskan komposit adalah bahan
hibrida yang terbuat dari resin polimer diperkuat dengan serat, menggabungkan sifat–
sifat mekanik dan fisik.
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 2.1 dapat dilihat bahwa aplikasi komposit masih terbatas disebabkan
oleh faktor ekonomi. Komposit menggunakan serat gelas atau material teknik yang
lain sebagai penguat, biaya bahan mentah dan biaya fabrikasi akan menjadi tinggi.
Hal ini jelas terlihat pada bidang industri yang memanfaatkan material komposit,
seperti pada bidang penerbangan dan kelautan.
2.2 Natrium hidroksida
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik alkali itu adalah
dasar logam kaustik. Hal ini digunakan di banyak industri, terutama sebagai basis
kimia yang kuat dalam pembuatan pulp dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan
diterjen dan sebagai pembersih tiriskan. Produksi di seluruh dunia pada tahun 2004
adalah sekitar 60 juta ton, sementara permintaan adalah 51 juta ton. Natrium
hidroksida murni adalah padatan putih yang tersedia dipelet, serbuk, butiran, dan
sebagai larutan jenuh 50%. Ini adalah higroskopis dan mudah menyerap karbon
dioksida dari udara sehingga harus di simpan dalam wadah kedab udara. Hal ini
sangat larut dalam air dengan pembebasan panas. Hal ini juga larut dalam etanol dan
methanol meskipun pemeran kelarutan rendah dalam pelarut dari pada kalium
hidroksida. Natrium hidroksida cair merupakan basis yang kuat, namun suhu tinggi
yang di perlukan aplikasi batas, hal ini tidak larut dalam meter dan pelarut non-polar.
Sebuah larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain
dan kertas. Natrium hidroksida di dominasi ion, mengandung kation natrium
hidroksida dan anion. Anion hidroksida natrium hidroksida membuat dasar yang
sangat kuat yang bereaksi dengan asam membentuk air dan garam yang sesuai.
Natrium hidroksida bereaksi dengan asam protik untuk memberikan air dan garam
yang sesuai.
Sebagai contoh, dengan asam klorida, natrium klorida terbentuk:
NaOH (aq) + HCl (aq) → NaCl (aq) + H2 O (l)
Secara umum reaksi netralisasi tersebut diwakili oleh satu persamaan ionik sederhana
bersih:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
11
12
13
14
Sember: https://rajafiber.files.wordpress.com/2013/11/data-kekuatan-
material.jpg?w=530
2.3.3 Reinforcement atau Filler
Reinforcement (penguat) adalah salah satu bagian utama dari komposit yang
berfungsi sebagai penanggung beban utama pada komposit.
Reinforcement agent pada komposit dapat berbentuk:
a. Fiber (serat)
b. Partikel
c. Flake
Untuk lebih jelasnya, pembagian komposit dapat dilihat pada Gambar 2.6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
16
Komposit partikel ini berbeda dengan jenis serat acak sehingga bersifat
isotropis. Kekuatan komposit serat dipengaruhi oleh tegangan koheren di antara fase
partikel dan matrik yang menunjukkan sambungan yang baik.
Sifat-sifat komposit partikel dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:
1. Ukuran dan bentuk partikel
2. Sifat-sifat atau bahan partikel
3. Rancangan partikel
4. Rasio perbandingan antara partikel
Partikel sebagai elemen penguat sangat menentukan sifat mekanik dari
komposit karena meneruskan beban yang di distribusikan oleh matrik.Ukuran, bentuk
dan material partikel adalah faktor-faktor yang mempengaruhi property mekanik dari
komposit partikel. Pengaruh peningkatan kehalusan partikel pada komposit antara
lain :
1) Memperkecil diameter pori
2) Meningkatkan kerapatan
3) Meningkatkan nilai porositas
4) Meningkatkan kekuatan tekan dan kekuatan lentur
Keuntungan dari komposit yang disusun oleh reinforcement berbentuk partikel :
a. Kekuatan lebih seragam pada berbagai arah
b. Dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan meningkatkan kekerasan
material
c. Cara penguatan dan pengerasan oleh partikulat adalah dengan menghalangi
pergerakan dislokasi.
Komposit yang disusun oleh reinforcement berbentuk partikel, dimana
interaksi antara partikel dan matrik terjadi tidak dalam skala atomik atau molekular.
Partikel seharusnya berukuran kecil dan terdistribusi merata. Contoh dari
largeparticle composite adalah cemet dengan sand atau gravel, cemet sebagai matrik
dan sand atau gravel, cemet sebagai matrik dan sand sebagai partikel, Sphereodite
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
18
perekat. Komposit serat merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu
lamina atau satu lapisan yang menggunakan penguat berupa serat. Serat yang
digunakan bisa berupa fibers glass, fibers carbon ,fibers nylon, dan fibers graphite.
Serat ini disusun secara acak (chopped strand mat) maupun dengan orientasi tertentu
bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih komplek seperti anyaman, sebagai contoh
FRP (Fibrous Reinforce Plastik) plastik yang diperkuat dengan serat dan banyak
digunakan, yang sering disebut fiber glas, contoh lainya PCB (Pulp Cement Bord)
semen yang diperkaya dengan serat pulp dan dicetak dalam lembaran datar atau
gelombang. PCB menggantikan papan asbes dalam penggunaanya, karena asbes akan
terhisap dan merugikan kesehatan dengan menimbulkan ganguan kesehatan pada
paru-paru.
Fungsi utama dari serat adalah sebagai penopang kekuatan dari komposit,
sehingga tinggi rendahnya kekuatan komposit sangat tergantung dari serat yang
digunakan, karena tegangan yang dikenakan pada komposit mulanya diterima oleh
matrik akan diteruskan kepada serat. Sehingga serat akan menahan beban sampai
beban maksimum, oleh karena itu serat harus mempunyai tegangan tarik dan modulus
elastisitas yang lebih tinggi daripada matrik penyusun komposit.
Tinggi rendahnya kekuatan komposit sangat tergantung dari serat yang
digunakan, karena tegangan yang dikenakan pada komposit mulanya diterima oleh
matrik akan diteruskan kepada serat, sehingga serat akan menahan beban sampai
beban maksimum. Oleh karena itu serat harus mempunyai tegangan tarik dan
modulus elastisitas yang lebih tinggi dari pada matrik penyusun komposit (Vlack L.
H., 1985).
Berdasarkan penempatannya terdapat beberapa tipe serat pada komposit yaitu:
a. Continuous Fibre Composite
Tipe ini mempunyai susunan serat panjang dan lurus, membentuk lamina
diantara matriknya. Tipe ini mempunyai kelemahan pemisahan antar lapisan. Jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
komposit ini paling banyak digunakan. Kekurangan tipe ini adalah lemahnya kekuatan
antar lapisan. Hal ini dikarenakan kekuatan antar lapisan dipengaruhi oleh matriknya.
20
21
dari beberapa macam lamina atau lapisan yang diorientasikan dalam arah yang
diinginkan dan digabungkan bersama sebagai sebuah unit struktur. Struktur laminate
dapat dilihat pada Gambar 4.
b) Sandwich panels
Komposit sandwich merupakan salah satu jenis komposit struktur yang sangat
potensial untuk dikembangkan. Komposit sandwich merupakan komposit yang
tersusun dari 3 lapisan yang terdiri dari flat composite (metal sheet) sebagai kulit
permukaan (skin) serta meterial inti (core) di bagian tengahnya (berada di
antaranya).Core yang biasa dipakai adalah core import, seperti polyuretan (PU),
polyvynilClorida (PVC), dan honeycomb. Komposit sandwich dibuat dengan tujuan
untuk efisiensi berat yang optimal, namun mempunyai kekakuan dan kekuatan yang
tinggi. Sehinggga untuk mendapatkan karakteristik tersebut, pada bagian tengah
diantara kedua skin dipasang core. Struktur komposit sandwich bisa di lihat pada
Gambar 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
23
meningkatnya jumlah partikel yang ada (sampai pada batasan tertentu dimana matrik
masih mampu mengikat partikel), maka deformasi yang terjadi juga akan semakin
berkurang, karena beban yang sebelumnya diterima oleh matrik akan diteruskan atau
ditanggung juga oleh partikel sebagai penguat.
Ikatan antara matrik dan filler harus kuat. Apabila ikatan yang terjadi cukup
kuat, maka mekanisme penguatan dapat terjadi. Tetapi apabila ikatan antar
permukaan partikel dan matrik tidak bagus, maka yang terjadi adalah filler hanya
akan berperan sebagai impurities atau pengotor saja dalam spesimen. Akibatnya filler
akan terjebak dalam matrik tanpa memiliki ikatan yang kuat dengan matriknya.
Sehingga akan ada udara yang terjebak dalam matrik sehingga dapat menimbulkan
cacat pada spesimen. Akibatnya beban atau tegangan yang diberikan pada specimen
tidak akan terdistribusi secara merata. Hal inilah yang menyebabkan turunnya
kekuatan mekanik pada komposit.
Ikatan antar permukaan yang terjadi pada awalnya merupakan gaya adhesi
yang ditimbulkan karena kekasaran bentuk permukaan, yang memungkinkan
terjadinya interlocking antar muka, gaya elektrostatik yaitu gaya tarik menarik antara
atom bermuatan ion, ikatan Van der Waals karena adanya dipol antara partikel
dengan resin. Permulaan kekristalan (nukleasi) pada polimer bisa terjadi secara acak
di seluruh matrik ketika molekul-molekul polimer mulai bersekutu (nukleasi
homogen) atau mungkin juga terjadi disekitar permukaan suatu kotoran (impurities
asing), yaitu mungkin suatu nukleator sengaja ditambahkan sehingga terjadi nukleasi
heterogen. Jadi partikel yang ditambahkan pada polimer akan berpengaruh terhadap
kristalisasi dari polimer itu sendiri.
Peningkatan volume filler akan mengurangi deformability (khususnya pada
permukaan) dari matriksehingga menurunkan keuletannya. Selanjutnya, komposit
akan memiliki kekuatan lentur yang rendah. Namun apabila terjadi ikatan antara
matrikdan filler kuat sifat mekanik akan meningkat karena distribusi tegangan merata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Pola distribusi dari partikel juga akan mempengaruhi kekuatan mekanik. Pola
distribusi partikel dalam matrik dapat dianalisa secara sederhana dengan menghitung
densitas dari komposit pada beberapa bagiannya dalam satu variabel. Dari hasil
perhitungannya, densitas komposit memiliki nilai-nilai yang berbeda-beda dalam satu
variabelnya. Hal ini menunjukkan pola sebaran dari partikel yang kurang homogen.
Pada penelitian ini komposit dianalisa secara makroskopik. Makroskopik
adalah menganalisa bahan komposit dengan anggapan bahan komposit bersifat
homogen sehingga dalam analisa kekuatan komposit berdasarkan kekuatan komposit
secara keseluruhan. Sedangkan tinjauan secara mikroskopik pada penelitian ini
diabaikan. Mikroskopik adalah menganalisa bahan komposit berdasarkan interaksi
antara penguat dan matriknya.
2.6 Jenis-jenis Serat
Jenis-jenis serat yang banyak tersedia untuk menggunakan komposit, dan
jumlahnya hampir meningkat. Kekakuan spesifik yang tinggi (kekakuan dibagi oleh
berat jenisnya) dan kekuatan spesifik yang tinggi (kekuatan dibagi oleh berat
jenisnya) serat-serat tersebut disebut Advanced Fiber. Komposit terbuat dari serat-
serat tersebut yang disebut Advanced Composite. (Chawla, 1987).
Penelitian mengenai komposit yang mengabungkan antara matrik dan penguat
yang berupa serat harus memperhatikan beberapa faktor. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi performa fiber matrik composites antara lain :
2.6.1 Faktor Serat
Serat adalah bahan pengisi matrik yang digunakan untuk dapat memperbaiki
sifat dan struktur matrik yang tidak dimilikinya, juga diharapkan mampu menjadi
bahan penguat matrik pada komposit untuk menahan gaya yang terjadi.
2.6.2 Letak Serat
Dalam pembuatan komposit tata letak dan arah serat dalam matrik yang akan
menentukan kekuatan mekanik komposit, dimana letak dan arah dapat mempengaruhi
kinerja komposit tersebut. Menurut tata letak dan arah serat diklasifikasikan menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
26
1984). Sedangkan komposit serat pendek, dengan orientasi yang benar, akan
menghasilkan kekuatan yang lebih besar jika dibandingkan continous fiber. Hal ini
terjadi pada whisker, yang mempunyai keseragaman kekuatan tarik. Komposit
berserat pendek dapat diproduksi dengan cacat permukaan yang rendah sehingga
kekuatannya dapat mencapai kekuatan teoritisnya (Schwartz, 1984).
Faktor yang mempengaruhi variasi panjang serat chopped fiber composites
adalah critical length (panjang kritis). Panjang kritis yaitu panjang minimum serat
pada suatu diameter serat yang dibutuhkan pada tegangan untuk mencapai tegangan
saat patah yang tinggi (Schwartz, 1984).
2.6.4 Bentuk Serat
Bentuk Serat yang digunakan untuk pembuatan komposit tidak begitu
mempengaruhi, yang mempengaruhi adalah diameter seratnya. Pada umumnya,
semakin kecil diameter serat akan menghasilkan kekuatan komposit yang lebih tinggi.
Selain bentuknya kandungan seratnya juga mempengaruhi (Schwartz, 1984).
27
katalis berperan dalam reaksi tetapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis
memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu
lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi.
Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi yang lebih rendah.
Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi. Katalis
dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama: katalis homogen dan katalis
heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan
pereaksi dalam reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis homogen berada dalam
fase yang sama. Satu contoh sederhana untuk katalisis heterogen yaitu bahwa katalis
menyediakan suatu permukaan di mana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk
sementara terjerap.
Ikatan dalam substrat-substrat menjadi lemah sedemikian sehingga memadai
terbentuknya produk baru. Ikatan atara produk dan katalis lebih lemah, sehingga
akhirnya terlepas. Banyak sedikitnya katalis yang diberikan pada pembuatan
komposit juga berpengaruh pada sifat mekanik yang dihasilkan oleh komposit
nantinya.
2.6.7 Void
Void atau gelembung udara merupakan akibat yang tidak bisa dihindari pada saat
proses pembuatan. Untuk itu sebisa mungkin meminimalkan void yang dihasilkan
pada bahan komposit. Void (kekosongan) yang terjadi pada matrik sangatlah
berbahaya, karena pada bagian tersebut penguat tidak didukung oleh matrik,
sedangkan penguat selalu akan mentransfer tegangan ke matrik. Hal seperti ini
menjadi penyebab munculnya crack, sehingga komposit akan gagal lebih awal.
Kekuatan komposit terkait dengan void adalah berbanding terbalik yaitu semakin
banyak void maka komposit semakin rapuh dan apabila sedikit void komposit
semakin kuat. Void juga dapat mempengaruhi ikatan antara serat dan matrik , yaitu
adanya celah pada serat atau bentuk serat yang kurang sempurna yang dapat
menyebabkan matrik tidak akan mampu mengisi ruang kosong pada cetakan. Bila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
komposit tersebut menerima beban, maka daerah tegangan akan berpindah ke daerah
void sehingga akan mengurangi kekuatan komposit tersebut. Pada pengujian tarik
komposit akan berakibat lolosnya serat dari matrik. Hal ini disebabkan karena
kekuatan atau ikatan interfacial antara matrik dan serat yang kurang besar (Schwartz,
1984).
Sumber : http://3.bp.blogspot.com/-
3w_ee5g3rog/vrmevprtdyi/aaaaaaaaaqtw/ezr2qni0gzm/s320/new%2bpictur.jpg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Sumber :http://3.bp.blogspot.com/-
3w_ee5g3rog/vrmehgyrtdyi/aaaaaaaaaqtw/ezr2qni0gzm/s32uh8new%2bpictur.jpg
mc mm mr , (2.1)
Dengan :
mm = massa matrik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
mr = massa reinforcing
mc mm mr ( m Vm ) ( r Vr )
c , (2.3)
Vc Vc Vc
Dengan : m = kerapatan matrik
r = kerapatan reinforcing
Atau :
c ( f m m ) ( f r r ), (2.4)
Vm V
Dengan : f m dan f r r , (2.5)
Vc Vc
2.Fraksi Volume
Jika fraksi volume (%) adalah perbandingan volume bahan pembentuk
komposit terhadap volume komposit.
Misal : Vr = % Reinforcing
Vm = % Matrik
Vcat = % Katalis
Vcom = 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Vf Vm 1, (2.7)
Dengan :
Wf Wm 1, (2.8)
Dengan :
Massa jenis total komposit merupakan gabungan dari massa jenis komponen
penyusunnya :
32
Dengan :
c = fVf m(1 Vf )
c m
Vf = , (2.11)
f m
Release agent atau zat pelapis yang berfungsi untuk mencegah lengketnya
produk pada cetakan saat proses pembuatan. Pelapisan dilakukan sebelum proses
pembuatan dilakukan. Release agent yang biasa digunakan antara lain: waxes (semir),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
mirror glass, polyvynil alcohol, film forming, dan oli. Jenis-jenis release agent
lainnya dapat dilihat pada Gambar 2.15.
A B
C D
Gambar 2.15J jenis-jenis Release Agent: A. Spray Waxe, B. Greaze/paselin Oil, C.
Polyvinylalcohol, D. Film Morning.
Sumber : https://www.techtransfer.com/blog/oil-andgrease-aplplication-methods/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Satuan yang dipakai adalah dyne per sentimeter kuadrat (CGS) atau Newton
per meter kuadrat (MKS). Perpanjangan tarik ( ) adalah perubahan panjang ( l
)sampel dibagi dengan panjang awal ( l ):
l
(2.13)
l
Perbandingan tegangan ( ) terhadap perpanjangan ( ) disebut modulus tarik E
(2.14)
= Modulus tarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
36
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 SkemaPenelitian
Berikut ini merupakan diagram alir dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Bahan
BAHAN
1. Pembuatan cetakan
2. Pecetakan matrik tanpa
menggunakan serat
3. Pencetakan komposit
dengan komposisi
fraksi volume 4%, 6%,
8%
Uji tarik
Hasil penelitian
BAHAN
BAHAN
Studi pustaka Pembahasan
BAHAN BAHAN
Kesimpulan
BAHAN
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
3.2 Penyiapan Tempat Penelitian, Pembuatan Cetakan, Benda Uji dan Bahan
Komposit
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium ilmu logam jurusan Teknik Mesin
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sebelum melakukan penelitian terlebih
dahulu disiapkan alat dan bahan untuk membuat benda uji. Persiapan dimulai dengan
pembuatan cetakan di tukang kaca, kemudian membeli alat dan bahan yang akan
digunakan untuk pembuatan benda uji, terahir benda uji siap untuk proses pengujian.
3.2.2 Pembuatan Cetakan
Proses pembuatan cetakan pertama penulis sudah mempunyai material kaca
berbentuk persegi berukuran 1 meter x 1,5 meter sebanyak 2 buah. Dua kaca tersebut
lalu penulis mengantar ke tukang kaca untuk dipotong dan di bentuk sesuai dengan
ukuran yaitu 20cm x 30cmx 5mm, selain membuat cetakan penulis juga membuat
penutup untuk menutup cetakan saat proses mencetak komposit dengan material kaca
dengan ukuran 25cm x 4cm x 5mm.
3.2.3 Benda Uji
a) Sawit yang belum diolah dan sawit yang sudah diolah menjadi tankos dapat
dilihat pada Gambar 3.2
39
b) Tandan kosong yang sudah dihancurkan dan menjadi serat dapat dilihat pada
Gambar 3.3
40
2. Pemilihan Serat
Rendam serat menggunakan air supaya tekstur serat tidak kaku saat dipotong.
Potong serat dengan menggunakan gunting yang berukuran kecil dan berwarna putih,
karena ada bagian serat yang berwarna coklat dan memiliki ukuran yang tebal. Serat
yang berwarna coklat memiliki sifat getas karena sudah layu, sedangkan yang tebal
itu akan berpengaruh kepada ukuran serat yang digunakan oleh penulis.
3. Pembersihan Tandan Kosong Kelapa Sawit
Serat yang sudah dipotong kemudian di bersihkan menggunakan air mengalir
hingga bersih dari kotoran yang menempel di serat. Setelah bersih serat yang masih
basah di urai agar terpisah satu dengan yang lain, mengurai serat saat basah lebih
mudah karena tidak kaku.
4. Penjemuran Serat Tandan Kosong Kelapa Kawit
Serat yang terurai kemudian di jemur dengan bantuan sinarmatahari guna
mengilangkan air setelah dicuci. Tunggu serat sampai benar-benar kering, kira-kira
memerlukan waktu 3 hari.
5. Pemilihan Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit
Serat tandan kosong kelapa sawit yang sudah di jemur sampai kering kemudian
dipilih dan di ukur dengan panjangserat 6-8 cm dan dengan rata-rata diameternya
1,97 mm.
41
42
c. Release Agent
Bahan tambah yang di gunakan dalam pembuatan atau pencetakan komposit ada
beberapa antara lain adalah release agent. Mengantisipasi lengketnya produk dengan
cetakan, maka digunakan release agent agar memudahkan saat melepaskan produk
dari cetakan.Sifatnya yang lengket menyebabkan produk merekat dengan cetakan,
bahkan tidak bisa di lepas harus dengan memecahkan cetakan baru terlepas. Pelapisan
menggunakan release agent dilakukan sebelum melakukan pencetakan, penulis
menggunakan jenis mirror glaze. Jenis-jenis release agent ada banyak antara
lainwaxe (semir), mirror glaze, polyvinylalcohol, film morning, paselin dan oil.
Release agent yang penulis gunakan bisa dilihat pada Gambar 3.6
43
44
2. Ember
Ember digunakan sebagai alat untuk merendam serat pada proser alkali
menggunakan NaOH. Ember yang dilihat pada Gambar 3.10.
3. Cetakan
Cetakan berbahan kaca berukuran 30 cm x 20 cm x 5 mm yang terbuat dari kaca,
berfungsi sebagai media mencetak komposit. Cetakan dapat dilihat pada Gambar
3.11.
Gambar3.11 Cetakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
4. Gunting
Berfungsi untuk memotong serat menjadi lebih pendek dan memisahkan serat,
dari serat yang berwarna putih dengan yang berwarna coklat. Gunting yang
digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.12.
Gambar3.12 Gunting
5. Penggaris
Untuk mengukur panjang serat supaya berukuran panjang 6-8 cm. Penggaris dapat
dilihat pada Gambar 3.13.
46
47
9. Kuas
Berfungsi sebagai alat untuk meratakan mirror glaze pada cetakan supaya
komposit mudah di lepas dari cetakan. Kuas dapat dilihat pada Gambar 3.17.
48
Gambar 3. 19 Sepatula
12. Gerinda
Berfungsi sebagai alat pemotong benda uji. Gerinda dapat dilihat pada Gambar
3.20
49
50
51
Dimana:
m = massa serat tandan kosong kelapa sawit
= jenis serat massa tandan kosong kelapa sawit
V = volume serat tandan kosong kelapa sawit
b. Langkah selanjutnya setelah mendapatkan massa jenis dari serat TKKS adalah
menghitung komposisi serat tandan kosong kelapa sawit, resin dan katalis
berdasarkan volume cetakan dan prosentase komposisi yang diinginkan. Langkah-
langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Menghitung volume cetakan
Dengan asumsi:
Volume cetakan = volume komposit total
Vcetakan = Vkomp
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
95,6
Resin = x 300 cm3
100
= 288 cm3
= 286,8 ml
0,4
Katalis = x 286,8 cm3
100
= 1,147cm3
= 1,1 ml
• Untuk fraksi volume 6% serat tandan kosong kelapa sawit:
6
Serat = x 300 cm3 x 0,501 gr/cm3
100
= 18 cm3x 0,501 gr/cm3
= 9,018 gr
93,6
Resin = x 300 cm3
100
= 280,8cm3
= 280,8 ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
0,4
Katalis = x 280,8 cm3
100
= 1,123 cm3
= 1,1 ml
• Untuk fraksi volume 8% serat tandan kosong kelapa sawit:
8
Serat = x 300 cm3 x 0,501 gr/cm3
100
= 24 cm3 x 0,501 gr/cm3
= 12,024 gr
91,4
Resin = x 300 cm3
100
= 274,2 cm3
0,4
Katalis = x 274,2 cm3
100
= 1,104 cm3
= 1,09 ml
3.4 Pembuatan benda uji
3.4.1 Pembuatan Benda Uji Resin (polyester)
pembuatan benda uji resin atau tanpa bahan tambah serat TKKS, resin
menggunakan jenis resin Yukalac 157. Langkah-langkah pembuatan benda uji resin
antara lain:
1. Mencuci cetakan dan kaca penutup dengan air mengalir hingga bersih,
kemudian cetakan di jemur hingga kering dengan bantuan sinar matahari.
2. Menyiapkan release agent, setelah cetakan dan penutup kering dilapisi
dengan mirror glaze untuk mengantisipasi resin lengket dengan cetakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
3. Resin dan katalis disiapkan, resin dituang pada gelas ukur secara perlahan
agar menggurangi void pada resin, sebanyak 300 ml
4. Menambahkan resin dengan katalis sebanyak 1,2 ml dengan menggunakan
suntikan yang berukuran 3 ml.
5. Resin dan katalis diaduk secara perlahan dan stabil selama 5-7 menit, hal ini
bertujuan agar katalis tercampur secara merata. Proses pengadukan yang
kurang stabil akan menimbulkan banyak void yang dapat menyebabkan
kekuata resin menurun.
6. Setelah resin dan katalis tercampur, resin dituang secara merata pada cetakan
agar tidak ada bagian yang kosong atau tidak terisi dengan resin.
7. Cetakan dititup dengan kaca penutup, supaya bertujuan permukaan atas
komposit resin bisa halus.
8. Proses pengeringan bisa mencapai 2 hari (48jam).
9. Komposit yang sudah kering dilepas dan melakukan proses pemotongan
sesuai dengan ASTM D-638.
3.4.2 Proses Pembuatan Komposit Berbahan Tambah Serat
Proses yang dilakukan dalam pembuatan benda uji komposit adalah proses
hand lay-up. Berikut adalah langkah-langkah pembuatan benda uji komposit:
1. Serat tandan kosong kelapa sawit disiapkan, sebelum serat di cetak
sebelumnya serat dilakukan proses alkali terlebih dahulu dengan
menggunakan NaOH. Proses perendaman serat tersebut pertama ember
dan NaOH disiapkan, lalu NaOH sebanyak 5 gr dilarutkan pada 1 liter air.
Perendaman serat dengan NaOH berlangsung selama 2 jam, setelah 2 jam
serat diangkat dan dicuci dengan menggunakan air mengalir sampai
bersih, proses ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan minyak yang
masih ada pada serat. Perendaman serat menggunakan NaOH dapat dilihat
pada Gambar 3.23.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
2. Cetakan dan penutup disiapkan dan dicuci, kemudian cetakan dan penutup
dilapisi dengan menggunakan release agent
3. Serat yang sudah mendapat perlakuan alkali di siapkan, kemudian di cuci
dan jemur. Serat setelah proses alkalisasi dapat dilihat pada Gambar 3.24.
56
4. Resin dan katalis disiapkan, tuang resin pada gelas ukur sesuai
perhitungan dan tambahkan katalis sebanyak 1,1 ml.
5. Campuran resin dan katalis diaduk secara perlahan dan teratur, agar kedua
zat tersebut dapat tercampur secara sempurna.
6. Resin dituang pada cetakan sebanyak setengah dari cetakan.
7. Serat yang tadi di jemur di masukan pada cetakan, metode yang digunakan
untuk menata serat adalah metode acak, serat yang dimasukan sesuai
dengan banyaknya tiap variasi.
8. Setelah serat selesai ditata, resin sisa dituangkan sampai habis.
9. Kemudian cetakan ditutup menggunakan penutup, saat proses menutup
dilihat apakah ada void atau tidak. Jika terdapat void bisa di ambil void
tersebut menggunakan kayu kecil.
10. Proses penutupan selesai lalu tunggu cetakan sampai kering selama 2 hari
(48 jam).
11. Setelah kering komposit dilepas dari cetakan, kemudian komposit
dipotong sesuai ukursn yang sudah dientukan.
3.5 Standar Uji Dan Ukuran Uenda Uji
Ukuran benda uji komposit yang digunakan menurut standar ASTM D-638
”Standard Test Method for Tensile Properties of Plastics”dengan dimensi yang
disesuaikan seperti pada tabel 3.1 (tipe III).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
58
59
60
BAB IV
61
tarik didapatkan data beban dan pertambahan panjang. Data tersebut dapat
dihitung kekuatan tarik, regangan dan modulus elastisitas dari setiap benda uji.
Langkah-langkah perhitungannya yaitu sebagai berikut:
1. Semua spesimen dilakukan proses pengujian tarik dan menghasilkan data
pada setiap variasinya
2. Mencari data yang layak digunakan pada setiap variasi benda uji, karena
terdapat range data yang cukup lebar pada setiap variasi 0%, 4%, 6% dan
8%. Proses mencari data yang layak menggunakan metode Standar
Deviasi. Menggunakan metode Standar Deviasi dapat dilihat pada tabel
4.1 dan 4.2.
y
2
y
2
n
S (4.1)
n 1
Tabel 4.1.1 Standar Deviasi Data Kekuatan Tarik dengan Fraksi Volume Serat
0% (matrik)
62
(𝛴𝑢𝑡𝑠)²
𝛴𝑢𝑡𝑠²−
Standar Deviasi S =√ 𝑛
𝑛−1
(16401,6)²
16401,6−
=√ 6
6−1
= √26,52
S = 5,15
63
Tabel 4.2 Hasil Standar Deviasi Data Kekuatan Tarik dengan Fraksi Volume
Serat 0% (matrik)
UTS
Spesimen
(MPa)
B - 0% 49.9
C - 0% 54.8
D - 0% 56.8
E - 0% 55.7
F - 0% 52.3
3. Mencari luas penampang benda uji sebelum melakukan pengujian tarik. Cara
mencari luas penampang dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
6. Dari data pertambahan panjang dan panjang awal bisa dicari regangan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Data hasil pengujian tarik dengan benda uji komposit resin dengan
menggunakan resin polyester Yukalac 157, serta hasil perhitungan data matrik, dapat
dilihat pada Tabel 4.3-4.9.
Dari data matrik Tabel 4.3-4.9 merupakan data yang didapatkan setelah proses
Standar Deviasi. Proses tersebut karena terlihat ada range data yang cukup lebar, agar
didapatkan data yang layak untuk digunakan.
Tabel 4.3 Standar Deviasi Matrik Polyester Yukalac 157
UTS
No Spesimen
(MPa)
1 A - 0% 42.8
2 B - 0% 49.9
3 C - 0% 54.8
4 D - 0% 56.8
5 E - 0% 55.7
6 F - 0% 52.3
Rata-rata 52.1
Hasil
Σ1-6 312.4
Standar Deviasi 5.1
Data Terbesar 57.2
Data Terkecil 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Dimensi Komposit
Lebar Tebal A
No Spesimen (Mm) (mm) (mm2)
Komposit Resin
66
Dari hasil pengujian tarik matrik didapatkan diagram kekuatan tarik, regangan
dan modulus elastisitas yang dapat dilihat pada Gambar 4.1, 4.2, 4.3.
80
70
60 56.8 55.7
KEKUATAN TARIK (MPa)
54.8 53.9
52.3
49.9
50
40
30
20
10
0
B - 0% C - 0% D - 0% E - 0% F - 0% Rata-rata
POLYESTER YUKALAC 157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
7 6.4
6 5.6
5 4.4 4.52
REGANGAN (%)
3.8
4
3 2.4
2
0
B - 0% C - 0% D - 0% E - 0% F - 0% Rata-rata
POLYESTER YUKALAC 157
25 23.2
MODULUS ELASTISITAS (MPa)
20
15 13.8 13.4
11.3
9.8
10 8.9
0
B - 0% C - 0% D - 0% E - 0% F - 0% Rata-rata
POLYESTER YUKALAC 157
68
D – 0% dengan nilai sebesar 56,8 MPa, sedangkan untuk data terkecil terdapat pada
spesimen B – 0% 49,9 MPa. Gambar 4.2 menunjukan nilai rata-rata regangan pada
variasi 0% (matrik) adalah 4,5%, data terbesar terdapat pada D – 0% yaitu 6,4%
sedangkan data terkecil terdapat pada spesimen E – 0% yaitu 2,4%. Gambar 4.3 nilai
rata-rata modulus elastisitasnya pada spesimen 0% adalah sebesar 13,4 MPa, data
terbesar pada spesimen 0% (matrik) terdapat pada spesimen E – 0% adalah sebesar
23,2 MPa dan data terkecil terdapat pada spesimen D – 0% yaitu dengan nilai 8,9
MPa.
Data hasil pengujian tarik serta hasil perhitungan data komposit, dapat dilihat
pada tabel 4.11sampai tabel 4.23
69
Tabel 4.8 Dimensi Komposit dengan Fraksi Volume Serat 4% dengan menggunakan
NaOH Sebelum Diseleksi
Dimensi Komposit
A (mm2)
komposit serat TKKS 4%
Tabel 4.9 Sifat Mekanis Komposit dengan Fraksi Volume Serat 4% Dengan
Menggunakan NaOH Sebelum Diseleksi
70
Tabel 4.10 Sifat Mekanis Komposit dengan Fraksi Volume Serat 4% dengan
menggunakan NaOH Sebelum Diseleksi
Lo
(mm) L (mm) ΔL (mm) regangan (%) modulus elastisitas (MPa)
50 59.5 9.5 1,9 18,8
50 58 8 1,6 21,6
50 56.5 6.5 1,3 17,3
50 60.5 10.5 2,1 17,6
50 61 11 2,2 19,3
50 59.1 9.1 1,8 1.9
Data komposit serat berpenguat serat tandan kosong kelapa sawit dengan
fraksi volume 4% ada data yang memiliki range cukup lebar, selanjutnya digunakan
standar deviasi untuk mendapatkan data yang layak.
Data setelah diseleksi dengan standar deviasi maka didapatkan data yang
layak digunakan.
Tabel 4.11 Dimensi Komposit dengan Fraksi Volume Serat 4% dengan
menggunakan NaOH Setelah Diseleksi
Dimensi Komposit
Komposit Serat TKKS 4%
Rata-rata 12.9 5 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Tabel 4.12 Sifat mekanis Komposit dengan Fraksi Volume Serat 4% dengan
menggunakan NaOH Setelah Diseleksi
kekuatan tarik komposit
Komposit Serat TKKS 4%
Tabel 4.13 Sifat Mekanis Komposit dengan Fraksi Volume Serat 4% dengan
menggunakan NaOH Setelah Dieleksi
Lo Modulus Elastisitas
(mm) L (mm) ΔL (mm) Regangan (%) (MPa)
50 59.5 9.5 1,9 18,8
50 58 8 1,6 21,6
50 60.5 10.5 2,1 17.6
50 61 11 2,2 19,3
50 59.7 9.7 19.5 19,3
72
45
38.6
40 36.2 36.3
35.6 34.6
KEKUATAN TARIK (MPa) 35
30
25
20
15
10
5
0
A - 4% B - 4% E - 4% F - 4% Rata-rata
KOMPOSIT
Gambar 4.4 Diagram Kekuatan Tarik Komposit Serat dengan Fraksi Volume 4%
dengan Menggunakan NaOH
2.5
2.2
2.1
1.9 1.95
2
1.6
REGANGAN (%)
1.5
0.5
0
A - 4% B - 4% E - 4% F - 4% Rata-rata
KOMPOSIT
Gambar 4.5 Diagram Regangan Komposit Serat dengan Fraksi volume 4% dengan
Menggunakan NaOH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
25
21.6
15
10
0
A - 4% B - 4% E - 4% F - 4% Rata-rata
KOMPOSIT
Gambar 4.6 Diagram Modulus Elastisitas Komposit Serat dengan Fraksi Volume 4%
dengan Menggunakan NaOH
Gambar 4.4 nilai rata-rata kekuatan tarik pada bahan komposit dengan fraksi
volume serat 4% dengan menggunakan NaOH adalah sebesar 36,3 MPa, data terbesar
terdapat pada spesimen F – 4% yaitu sebesar 38,6 MPa dan data terkecil pada
spesimen komposit serat 4% terdapat pada spesimen B – 4% dengan nilai yaitu 34,6
MPa. Gambar 4.5 menunjukan nilai rata-rata regangan pada komposit serat fraksi
volume serat 4% yaitu 1,9%, data terbesar terdapat pada spesimen F – 4% yaitu
sebesar 2,2% dan data terkecil terdapat pada spesimen B – 4% yaitu 1,6%. Gambar
4.6 nilai rata-rata modulus elastisitasnya pada bahan komposit dengan fraksi volume
serat 4% adalah sebesar 19,3 MPa, data terbesar pada variasi ini terdapat pada
spesimen B – 4% yaitu sebesar 21,6 MPa sedangkan untuk data terkecil terdapat pada
spesimen E – 4% dengan nilai yaitu 17,6 MPa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tabel 4.15 Sifat Mekanis Komposit Fraksi Volume Serat 6% dengan Menggunakan
NaOH
75
Tabel 4.16 Sifat Mekanis Komposit Serat Fraksi volume serat 6% dengan
Menggunakan NaOH
Hasil dari pengujian tarik komposit dengan fraksi volume serat 6% dengan
menggunakan NaOH didapatkan diagram kekuatan tarik, regangan, dan modulus
elastisitas yang dapat dilihat pada Gambar 4.7, 4.8, dan 4.9.
40 36.4 36.8
35
30.5
KEKUARAN TARIK (MPa)
30 28.3
26.3
24.6
25
20
15
10
5
0
A - 6% B - 6% D - 6% E - 6% F - 6% Rata-rata
KOMPOSIT
76
2.5
2.2
2.1
2
1.7 1.76
REGANGAN (%) 1.6
1.5
1.2
0.5
0
A - 6% B - 6% D - 6% E - 6% F - 6% Rata-rata
KOMPOSIT
24
22 20.5
MODULUS ELASTISITAS (MPa)
20
17.3 17.5
18 16.4 16.7 16.7
16
14
12
10
8
6
4
2
0
A - 6% B - 6% D - 6% E - 6% F - 6% Rata-rata
KOMPOSIT
77
Gambar 4.7 Menunjukan nilai rata-rata kekuatan tarik pada bahan komposit
dengan fraksi volume 6% menggunakan NaOH adalah 32 MPa, data terbesar terdapat
pada spesimen F – 6% yaitu sebesar 36,8 MPa sedangkan untuk data terkecil terdapat
pada spesimen A – 6% yaitu dengan nilai 26,3 MPa. Gambar 4,8 menunjukan nilai
rata-rata regangan pada bahan komposit dengan fraksi volume serat 6% adalah 1,7%,
data terbesar tedapat pada spesimen F – 6% yaitu sebesar 2,2% sedangkan data
terkecil terdapat pada spesimen B – 6% dengan nilai yaitu 1,2%. Gambar 4.9 nilai
rata-rata modulus elastisitas pada bahan komposit dengan fraksi volume partikel 6%
adalah sebesar 17,5 MPa, pada data terbesar komposit serat 6% terdapat pada
spesimen D – 6%, E – 6%, F – 6% yaitu dengan nilai sebesar 20,5 MPa sedangkan
untuk data terkecil terdapat pada spesimen A – 6% dengan nilai yaitu 16,4 MPa.
Dimensi Komposit
komposit serat TKKS 8%
78
Tabel 4.18 Sifat Mekanis Komposit Serat Fraksi Volume 8% dengan Menggunakan
NaOH
Modulus Elastisitas
L (mm) ΔL (mm) Regangan (%) (MPa)
50,6 0,6 1,2 1.9
50,75 0,75 1,5 1.3
5,75 0,8 1,6 1.8
50,75 0.75 1,5 1.8
50,75 0,725 1,45 1.7
Hasil dari pengujian tarik komposit dengan fraksi volume serat 8% didapatkan
diagram kekuatan tarik, regangan, dan modulus elastisitas yang dapat dilihat pada
Gambar 4.10, 4.11, dan 4.12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
30 28.4
27.3
24.4
25 22.9
KEKUATAN TARIK (MPa)
19.1
20
15
10
0
A - 8% C - 8% D - 8% F - 8% Rata-rata
KOMPOSIT
1.8
1.6
1.6 1.5 1.5 1.45
1.4
1.2
REGANGAN (%)
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
A - 8% C - 8% D - 8% F - 8% Rata-rata
KOMPOSIT
80
25
15 12.7
10
0
A - 8% C - 8% D - 8% F - 8% Rata-rata
KOMPOSIT
Gambar 4.10 Nilai rata-rata kekuatan tarik pada bahan komposit dengan
fraksi volume serat 8% dengan menggunakan NaOH adalah sebesar 24,4 MPa, data
terbesar terdapat pada spesimen F – 8% yatu sebesar 27,3 MPa serta untuk data
terkecil terdapat pada spesimen C – 8% dengan nilai yaitu 19,1 MPa. Gambar 4.11
menunjukan nilai rata-rata regangan pada komposit serat fraksi volume 8% dengan
menggunakan NaOH adalah 1,45 %, untuk data terbesar terdapat pada spesimen D –
8% yaitu dengan nilai sebesar 1,6% sedangkan untuk data terkecil terdapat pada
spesimen A – 8% yaitu dengan nilai 1,2%. Gambar 4.12 menunjukan nilai rata-rata
modulus elastisitas pada bahan komposit dengan fraksi volume 8% dengan
menggunakan NaOH adalah 16,9 MPa, data terbesar terdapat pada spesimen A – 8%
dengan nlai sebesar 19,1 MPa, sedangkan untuk data terkecil terdapat pada spesimen
C – 8% dengan nilai yaitu 12,7 MPa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
4.2.3 Hasil Rata-rata Pengujian Benda Uji Tarik Matrik dan Komposit
Data hasil rata-rata pengujian tarik serta hasil perhitungan data matrik, dan
komposit, dapat dilihat pada Tabel 4.25. pnegujian sebelu,nya pada tabel 4.1
menunjukan rerata kekuatan tarik serat dan akan di gabungkan pada gambar 4.14.
Tabel 4.20 Hasil Nilai Rata-Rata Perhitungan Benda Uji Tarik Matrik dan Komposit
Dari hasil hasil rata-rata pengujian tarik serta hasil perhitungan data matrik
dan komposit didapatkan diagram kekuatan tarik, regangan, dan modulus elastisitas
yang dapat dilihat pada Gambar 4.13, 4.14, dan 4.15.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
90
80.50
80
5
4.52
4.5
4
3.5
REGANGAN (%)
3
2.5
1.95
2 1.76
1.45
1.5
1
0.5
0
RERATA RERATA K- RERATA K- RERATA K-
RESIN 4% 6% 8%
JENIS KOMPOSIT
83
25
MODULUS ELASTISITAS(MPa)
19.3
20
17.5 16.9
15 13.4
10
0
RERATA RERATA K- RERATA K- RERATA K-
RESIN 4% 6% 8%
JENIS KOMPOSIT
Gambar 4.13 dapat dilihat hasil rat-rata nilai kekuatan tarik atau tegangan
dari benda uji polyester dan benda uji komposit serat tandan kosong kelapa sawit
grafik tersebut dapat dilihat bahwa semakin banyak fraksi volume serat menyebabkan
kekuatan tarik semakin menurun. Nilai rata-rata kekuatan tarik terbesar terdapat pada
komposit komposit resin polyester yaitu dengan nilai 54,9 MPa. Fraksi volume serat
tandan kosong kelapa sawit dengan menggunakan NaOH yang memiliki kekuatan
tarik terbesar terdapat pada fraksi volume 4% yaitu dengan nilai sebesar 36,3 MPa.
Kekuatan tarik pada fraksi volume 6% dan 8% mengalami penurunan nilai yaitu 32
MPa dan 24,4 MPa.
Gambar4.14 menunjukan hasil rata-rata nilai regangan dari benda uji
polyester dan benda uji komposit serat kelapa sawit. Pertambahan fraksi volume juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Pada pengujian tarik komposit resin dan komposit serat tandan kosong
kelapa sawit telah didapatkan hasil bahwa komposit resin lebih kuat dibandingkan
dengan komposit serat. Hasil tersebut sebabkan beberapa faktor seperti terdapat void
pada komposit, penumpukan serat pada masing-masing variasi komposit serat. Kadar
minyak pada serat yang masih banyak juga bisa mempengaruhi pada saat
pencampuran serat dengan resin pada saat pencetakan. Secara keseluruhan nilai
kekuatan tarik fraksi volume serat 4%, 6% dan 8% yang memiliki kekuatan tarik
paling baik adalah fraksi volume 4%.
85
Jenis susunan serat juga mempengaruhi dari segi kekuatan, jenis susunan
serat acak lebih memungkinkan terjadinya kerusakan awal. Arah serat yang tidak rapi
memungkinkan serat tertekuk atau serat yang lebih pendek ukuranya terlepas dari
serat lain yang lebih panjang. Lepasnya ikatan serat pada awal pembuatan
menyebabkan kerusakan saat komposit mengalami beban tarik.
86
87
88
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. komposit serat tandan kosong kelapa sawit dengan dengan fraksi volume
4%, 6% dan 8% dengan menggunakan NaOH menghasilkan komposit
dengan kekuatan tarik terbaik yaitu fraksi volume 4% dengan nilai 36,3
MPa. Fraksi volume serat 4% menjadi variasi terbaik dibandingkan dengan
fraksi volume lainya, dikarenakan jumlah serat yang paling sedikit
dibandingkan dengan yang lainya. Semakin bertambahnya fraksi volume
yang ditambahkan malah mengakibatkan penurunan pada kekuatan
komposit, karena semakin banyak memungkinkan penumpukan serat
sehingga menimbulkan rongga yang dapat menyebabkan resin sulit masuk
pada saat pencetakan.
2. Fraksi 4% juga menjadi variasi yang memiliki nilai regangan yang paling
baik di bandingkan lainya yaitu dengan angka 1,95%. Menjadikan fraksi ini
menjadi yang paling ulet dibandingkan lainnya.
3. Nilai modulus elastisitas tertinggi justru malah dimiliki oleh variasi 4%
yaitu dengan angka 19,3 MPa, walaupun menjadi variasi dengan kekuatan
tarik dan regangan tertinggi namun malah menjadikan variasi ini memiliki
sifat getas. Setiap penambahan fraksi serat terjadi penurunan modulus
elastisitas, hal ini dapat disimpulkan bahwa fraksi yang sedikit membuat
nilai modulus elastisitasnya membaik.
4. Patahan yang terjadi pada komposit serat tandan kosong kelapa sawit
disetiap variasi adalah patah debounding. Hal ini dapat disebabkan adanya
interphase atau void yang timbul pada waktu proses pencetakan yang
kurang sempurna. Disebabkan juga antar serat tidak terikat dengan baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
5.2 Saran
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, maka
dari itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun demi kesempurnaan hasil penelitian ini. Penulis juga menyarankan
beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam proses diperhatikan pencetakan
komposit serat tandan kosong kelapa sawit:
1. Proses penyusunan serat harus secara merata agar setiap bagian komposit
terisi dengan serat secaa merata.
2. Foto pada saat proses pengerjan dari saat masih berbentuk serat sampai
menjadi komposit.
3. Pembersihan serat setelah perendaman dengan NaOH harus sampai bersih,
karena NaOH yang mempunyai sifat yang lecin dapat menyebabkan matrik
tidak dapat merekat dengan serat.
4. Meminimalisasi void pada komposit yang akan di buat sehingga akan
menaikan kekuatan komposit.
5. Proses pengadukkan rsin dengan katalih harus sangat teratur, agar tidak
mengakibatkan timbulnya void.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
DAFTAR PUSTAKA
Abral, Hairul. 2010. “Studi Kekuatan Tarik dan Sifat Fisis Serat Cyathea
Contaminans Sebelum dan Sesudah Mengalami Perlakuan Alkali NaOH”.
Jurnal, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang.
ASTM D 638, 2002, Standard Test Method for Tensile Properties of Plastic,
American Society for Testing Materials, Philadelphia, PA.
Chawla, K.K. 1987. Composites Materials. First ed. Berlin: Springer-Verlag New
York Inc.
Hartanto, Ludi. (2009). Study Perlakuan Alkali dan Fraksi Volume Serat Terhadap
Kekuatan Bending, Tarik, dan Impak Komposit Berpenguat Serat Rami
Bermatrik Polyester BQTN 157.Skripsi. Surakarta, Indonesia: Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Khristianto, Johanes. 2006. Jurnal. “Sifat–Sifat Fisik dan Mekanis Komposit Serabut
Kelapa”
91
Lokantara, Putu dan NPG Suardana., 2007, “Analisis Arah dan Perlakuan Serat
Tapis serta Rasio Epoxy Hardener terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Komposit
Tapis/Epoxy”,JurnalIlmiah Teknik Mesin CAKRAM,Vol.1No.1.
Van Rijswijk, Brouwer K., Beukers W.D. 2002. “Application of Natural Fibre
Composites in The Development of Rural Societies”, Strutctures and Materials
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Vlack Lawrence. H., V. 1985.Ilmu dan Teknologi Bahan. Terjemahan Ir. Sriati
Djaprie. Jakarta : Erlangga.
93
LAMPIRAN
94
95
96
97
98
99