Anda di halaman 1dari 18

DOSEN : Prof.DR.dr.M.T.

Kamaluddin, SpFK,MSc FILSAFAT ILMU


PENGETAHUAN

NAMA : SISKA DELVIA


BKU : BIOLOGI
NIM : 041112681419004   
DOSEN : Prof.DR.dr.M.T.Kamaluddin, SpFK,MSc
Email : Mtk52@yahoo.com

DALAM MENGOPTIMALKAN SEMANGAT BELAJAR BAGI SAYA


SEBAGAI MAHASISWA BIOMEDIK
 Plato “Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli”.

 Aristoteles “Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung
di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika”.

 Al Farabi :Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud bagaimana hakekatnya
yang sebenarnya”.

Dari berbagai macam pengertian diatas, Saya bersimpulan untuk filsafat dan mempelajari
filsafat sangat penting untuk mengukur suatu kebenaran,dan penghayatan akan kebenaran
dalam kehidupan manusia. Cuma manusia yang bisa berpikir dan bersama filsafat kemudian kita
dihadapkan pada kedalaman akan arti realitas, Relitas kenyataan, realitas fungsi, Jika dikatakan
bahwa filsafat bagian eksistensial kesadaran manusia maka filsafat selalu diuji untuk menjawab
persoalan kehidupan manusia baik itu praktis kehidupan sehari-hari dan memberi penjelasan
praktis dan tentu saja akan mengarah pada hakikat sesuatu.
Dalam pengkajian suatu pengetahuan akan dicari fungsi praktisnya, Pembahasan tentang
pengetahuan filsafat sangat luas dan memiliki bagian utama pembahasan, misal tentang
ontologi, epistemologi, Etika, Estetika, Filsafat juga masuk ke wilayah yang lebih khusus misal
filsafat manusia, filsafat politik, filsfat agama, filsafat social, filsafat administrasi, filsafat

BY : DIANA
DOSEN : Prof.DR.dr.M.T.Kamaluddin, SpFK,MSc FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN

teknologi. Segala yang melatar belakangi tindakan manusia tentu ada system pemikiran, logika
pemikiran, dan keyakinan akan pemikiran yang mendorong pada tindakan praktis, misal
melakukan ritual agama, ikut aktivitas politik, memilih pekerjaan, berbisnis, memlih pasangan
hidup. Dalam kehidupan praktis kita juga menemukan sesuatu yang negatif misal perang,
pembunuhan manusia, perusakan alam. Tentu semua memliki system pemikiran. Tugas filsafat
tentu memikirkan semua tindakan manusia, fenomena alam, kemudian mendialogkan dengan
akal sehat, merefleksikan pikiran secara intensif dan ekstensif, Lalu apa ukuran dari kebenaran
suatu tindakan? Lalu apakah ada kearifan dalam tindakan itu? Misal juga kenapa orang
beragama dan mengapa orang bertindak atas nama doktrin agama? Apa fungsi Negara bagi
kesadaran manusia? Apa dampak negative teknologi pada kehidupan praktis manusia? Kenapa
indeks pembangunaan manusia suatu Negara status kualitas rendah? Kenapa biaya rumah sakit
mahal? Kenapa biaya pendidikan mahal? Kenapa lembaga pedidikan seperti penjara? Kenapa
semua orang sibuk mengejar aktualisasi diri dan Semua pemkiran ilmu memiliki dasar
kegelisahan atau rumusan masalah yang tentu saja berasal dari realitas, Pemikiran filsafat pun
adalah analisa dan refleksi dari realitas hidup, karena filsafat adalah bagian hidup manusia,
Sehingga bicara fungsi filsafat sebagai alat bantu memahami hidup praktis sungguh penting.
Mempelajari filsafat bisa membeningkan cara pandang, dimulai dengan pengakuan akan
kebebalan seperti dikemukakan Socrates “saya tahu bahwa saya tidak tahu apa-apa”. Lewat
kesadaran inilah kemudian kita berusaha untuk memahami kata-kata, memahami kembali
peristiwa-peristiwa dan kebiasaan-kebiasaan yang sudah dianggap lazim. Pengakuan akan
kebebalan secara otomatis akan menggiring kita kepada kesadaran cinta pada kearifan.

Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti
sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan
kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan
pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut
adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi sumber daya
manusia melalui kegiatan pengajaran.

BY : DIANA
DOSEN : Prof.DR.dr.M.T.Kamaluddin, SpFK,MSc FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN

Dari pemahaman diatas menjadi alasan saya kenapa saya meningkatkan pendidikan
berkelanjutan, untuk memperbaiki kwalitas hidup saya untuk selanjutnya. Saya mengambil
jurusan ilmu biomedik dimana mengambil jurusan biologi dengan tujuan harus dapat
menangani masalah kesehatan / kedokteran yang belum terpecahkan dengan pendekatan klinis,
bukan sekedar menyokong pendekatan klinis. Dengan tanggung jawab yang demikian besar saya
harus memiliki kerangka konsep untuk belajar mengenai imlu biomedik dengan semangat yang
besar bukan hanya istilah “ mendapat gelar saja”.

Jika di lihat istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan
mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi
tanpa peserta didik atau tanpa kegiatan mengajar formal lain.

Untuk proses belajar dan bagaimana motivasinya dapat dilihat dari tujuan pembelajaran
menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai
dengan kompetensi dasar. Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik
untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat
belajar. Belajar merupakan proses internal peserta didik, sedang pembelajaran melibatkan
kondisi eksternal yang mempengaruhi proses belajar. Kondisi eksternal yang berpengaruh pada
proses belajar seperti, bahan ajar, suasana belajar, media belajar dan sumber belajar. Menurut
Morgan, suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut.

 Belajar adalah perubahan tingkah laku;


 Perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan;
 Perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup
lama

Dan jika Menurut pandangan saya, dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan
keseluruhan daya penggerak di dalam diri pembelajar yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis
yang bersifat non intelektual. Pembalajar yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa
gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya. Motivasi mempunyai peranan penting
dalam proses belajar mengajar baik bagi pendidik maupun peseta didik. Bagi pendidik

BY : DIANA
DOSEN : Prof.DR.dr.M.T.Kamaluddin, SpFK,MSc FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN

mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan
semangat belajar peserta didik. Motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar
sehingga pembelajar terdorong untuk melakukan perbuatan belajar.

Ada yang memandang filsafat sebagai sumber segala kebenaran yang mengharapkan
dari filsafat kebahagiaan hakiki dan jawaban atas segala pertanyaan-pertanyaan.

Akan tetapi ada pula yang menganggap bahwa filsafat tidak lain dari pada “Obrolan
Belaka”, ”Omong Kosong” yang sama sekali tak ada artinya bagi kehidupan sehari-hari. Yang
meragukan banyak orang ialah banyaknya pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para ahli,
pendapat-pendapat dan aliran-aliran yang sering banyak bertentangan satu sama lain. Inilah
sebabnya pengantar filsafat yang melulu melalui “Historis” itu biasanya menimbulkan banyak
salah paham dan mengecewakan. Dari uarian diatas jelaslah bahwa betapa besar kepentingan
filasafat bagi perwujudan dan pembangunan hidup kita dan harus kita akui tentang terbatasnya
kemampuanan budi manusia dalam usahanya untuk memecahkan soal-soal tentang “Ada”,
tentang manusia dan dunia ,tentang hidup dan Tuhan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk
mengetahui kegunaan dan tujuan filsafat, khususnya secara praktis.

Siapa pun yang yang dengan perhatian secara terbuka tanpa prasangka dalam melihat
segala sesuatu akan mengalami kemunculan rasa heran. Rasa heran menyebabkan orang
tersentak bangun dan mulai memeriksa kembali apa yang sebelumnya dianggap biasa-biasa
saja. Rasa heran itu kemudian melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang diikuti dengan usaha
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul sehingga mengetahui dan
memahaminya.

Tetapi apakah setelah mengetahui dan memahami maka rasa heran akan menjadi
musnah. Dalam kegiatan bertanya-tanya rasa heran terus memuncak-muncak. Setiap dapat satu
jawaban, jawaban itu menjadi objek rasa heran yang baru.

Mempelajari filsafat bisa mengeluarkan manusia dari rutinitas yang membosankan


menuju rutinitas yang mengasyikkan. Rutinitas adalah jebakan kebiasaan. Dengan rutinitas
manusia melewatkan segala kejadian dengan biasa-biasa saja. Namun begitu kita mau berhenti

BY : DIANA
DOSEN : Prof.DR.dr.M.T.Kamaluddin, SpFK,MSc FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN

sejenak untuk memperhatikan gejala-gejala benda-benda dan diri orang lain, kita akan
menemukan sesuatu yang aneh. Dan mulai mencari jawaban atas keanehan tersebut.

Kegunaan dan Tujuan Filsafat Secara Praktis Daya upaya manusia untuk memikirkan
seluruh kenyataan dengan sedalam-dalamnya itu tak dapat tiada pasti berpengaruh atas
kehidupannya. Hingga dengan sendirinya bagian filsafat yang teoritis akan bermuara pada
kehendak dan perbuatan yang praktis. Seseorang menginginkan pengertian agar dapat berbuat
menurut pengetahuan yang kita peroleh itu.

Perbedaan pendapat antara orang yang berfilsafat dan orang yang tidak berfilsafat boleh
dikatakan terletak dalam sikap mereka terhadap hidup manusia. “ Hidup’’ disini meliputi segala
sesuatu yang dialami dan dirasakan manusia dalam dirinya sendiri sekaligus yang dirasakan,
dialami atau diderita pula oleh orang lain. Filsafat mengajarkan kita hidup lebih sadar dan bijak,
Memberikan pandangan tentang manusia dan hidupnya yang menerobos sampai inti sarinya,
Sehingga kita dengan lebih tegas dapat melihat baik keunggulannya, kebesaranya maupun
kelemahannya dan keterbatasannya.dari pengetahuan ini dapatlah kita peroleh perhatian bagi
sifat kepribadian yang menyendirikan setiap orang. Dan hati kita terbuka buat “Rahasia” yang
menjelma dalam setiap perseorangan yang akhirnya berarti hati kita tetbuka bagi sumber segala
rahasia ialah Tuhan.

Seorang yang bijaksana akan memiliki kemugkinan yang paling tepat dalam usahanya
mencapai “Kesejahteraan hidup” karena ia mempunyai wawasan yang tepat dan mendalam. Dia
berusaha mengerti apa artinya hidup dan dirinya dengan segala maslah yang muncul dan yang
ia hadapi. Disamping itu filsafat memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan
penelitian penalaran supaya kita dapat menyerasikan antara logika,Rasa,Rasio, pengalaman dan
agama didalam usaha manusia mencapai pemenuhan kebutuhannya dalam usaha yang lebih
lanjut yaitu “mencapai hidu yang sejahtera”.

Dalam hal ini manusia tidak dengan begitu saja menceburkan diri kedalam salah satu
perbuatan atau situasi, karena ia selalu sadar, bahwa ia berbuat tentang suatu atau tidak
berbuat tentang suatu itu. Disini peranan filsafat ialah secara kritis menyerasikan kehidupan

BY : DIANA
DOSEN : Prof.DR.dr.M.T.Kamaluddin, SpFK,MSc FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN

manusia, sehingga tampak hidup manusia serta arah yang mendasarinya didalam usaha mereka
mencapai kesejahteraan hidup tadi.

Adapun menurut sumber dapat dikutip kegunaan atau faal dari filsafat secara umum adalah
sebagai berikut :

Kegunaan dan Tujuan Filsafat Secara Umum


1. Dengan berfilsafat kita lebih menjadi manusia lebih mendidik dan membangun diri sendiri. Sifat
yang khusus bagi seorang filsuf ialah bahwa sesadar-sadarnya apa saja yang termasuk dalam
kehidupan manusia, Tetapi dalam pada itu juga mengatasi dunia itu, Sanggup melepaskan diri,
menjauhkan diri sebentar dari keramaian hidup dan kepentingan-kepentingan subyektif untuk
menjadikan hidupnya sendiri itu obyek peyelidikannya. Dan justru kepentingan-kepentingan dan
keinginan-keinginan subyektif itu maka ia mencapai keobyektifan dan kebebasan hati, Yang
perlu buat pengetahuan dan penilaian yang obyektif dan benar tentang manusia dan dunia. Dan
sifat ini, sifat mengatasi kesubyektifan belaka, Sifat melepaskan kepentingan-kepentingan dan
kebutuhan-kebutuhan sendiri,

2. Berusaha mempertahankan sikap yang obyektif mengenai intisari dan sifat-sifat objek-objek itu
sendiri. Bila seseorang semakin pantas di sebut “berkepribadian”, semakin mendekati
kesempurnaan kemanusiaan, Semakin memiliki “kebijaksanaan”.

3. Mengajar dan melatih kita memandang dengan luas dan menyembuhkan kita dari sifat Akuisme
dan Aku sentrimisme. Ini berhubungan erat pula dengan “Spesialisasi” dalam ilmu pengetahuan
yang membatasi lapangan penyelidikan orang sampai satu aspek tertentu dari pada keseluruhan
itu. Hal inilah dalam ilmu pengetahuan memang perlu akan tetapi sering membawa kita kepada
kepicikan dalam pandangan, Sehingga melupakan apa saja yang tidak termasuk lapangan
penyelidikan itu sendiri, Sifat ini sangat merugikan perkembangan manusia sebagai keutuhan
maka obatnya yang paling manjur ialah “pelajaran filsafat”.

BY : DIANA
DOSEN : Prof.DR.dr.M.T.Kamaluddin, SpFK,MSc FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN

4. Agar menjadi orang yang dapat berpikir sendiri.

Dengan latihan akal yang di berikan dalam filsafat kita harus menjadi orang yang sungguh-
sungguh “berdiri sendiri” / mandiri terutama dalam lapangan kerohanian, mempunyai pendapat
sendiri. Jika perlu dapat dipertahankan pula menyempurnakan ara kita berpikir, hingga dapat
bersikap kritis, melainkan mencari kebenaran dalam apa yang dikatakan orang baik dalam buku-
buku maupun dalam surat – surat kabar dan lain –lain.

Dalam pendidikan kegunaan filsafat adalah sebagai berikut :

Kegunaan filsafat dalam pendidikan


Pendidikan adalah suatu proses kegiatan manusia yang khusus dalam mengarahkan
perkembangan kepribadian dan kemampuan baik pada orang lain maupun pada diri sendiri.
Pengarahan oleh orang lain maupun oleh diri sendiri tak dapat berlangsung dengan sendirinya.
Pengaruh dari orang lain maupun dari lingkungan selalu ada. Bahkan ada pengaruh khusus dari
sekolah sebagai lembaga pendidikan yang formal. Oleh karena itu setiap tindakan pendidikan
sebenarnya adalah hasil keputusan bertindak dalam kaitan tujuan yang diharapkan.
Pendidikan berperan sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia,
sebab pendidikan berpengaruh langsung kepada kepribadian umat manusia. Pendidikan sangat
menentukan terhadap model manusia yang dihasilkannya.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan, mempunyai kedudukan sentral, menentukan
kegiatan dan hasil pendidikan. Penyusunannya memerlukan fondasi yang kuat, didasarkan atas
hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Kurikulum yang lemah akan menghasilkan
manusia yang lemah pula.
Pendidikan merupakan interaksi manusia pendidik dan terdidik untuk mencapai tujuan
pendidikan. Interaksi pendidik dan terdidik dalam pencapaian tujuan, bagimana isi, dan proses
pendidikan memerlukan fondasi filosofis, agar interaksi melahirkan pengertian yang bijak dan
perbuatan yang bijak pula. Untuk mengerti kebijakan dan berbuat secara bijak, ia harus tahu
dan berpengetahuan yang diperoleh melalui cara berpikir sistematis, logis dan mendalam,
secara radikal, hingga ke akar-akarnya. Upaya menggambarkan dan menyatakan suatu
pemikiran yang sistematis dan komprehensif tentang suatu fenomena alam dan manusia
disebut berpikir secara filosofis. Filsafat mencakup suatu kesatuan pemikiran manusia yang
menyeluruh.
Pendekatan Ilmu dengan filsafat berbeda, ilmu menggunakan pendekatan analitik,
mengurai bagian-bagian hingga bagian yang terkecil. Filsafat mengintegrasikan bagian-bagian
hingga menjadi satu kesatuan yang menyeluruh dan bermakna. Ilmu berkaitan dengan fakta-

BY : DIANA
DOSEN : Prof.DR.dr.M.T.Kamaluddin, SpFK,MSc FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN

fakta sebagaimana adanya, secara objektif dan menghindari subjektifitas. Filsafat melihat
sesuatu secara das sollen (bagaimana seharusnya), faktor subjektif sangat berpengaruh. Tetapi
filsafat dan ilmu memiliki hubungan secara komplenter; saling melengkapi dan mengisi. Filsafat
memberikan landasan bagi ilmu, baik pada aspek ontologi, epistimologi, maupun aksiologinya.
Keputusan memilih, tindakan-tindakan pendidikan menjadi lebih penting maknanya
terlepas dari tujuan, karena hasil dalam arti tujuan yang dicapai baru diketahui bentuknya
sesudah beberapa waktu. kemudian. Tak ada pendidikan yang dapat langsung diketahui
hasilnya. Bahkan kerangka sistem instruksional, hasil yang diharapkan itu baru dapat diketahui
paling cepat setelah satu atau dua jam pelajaran. Itu pun pada praktek pendidikan di sekolah
dalam skala mikro yang menerapkan filsafat positivisme (yang anti metafisika).
Mengingat filsafat pendidikan memang bersumber pada berbagai pandangan filsafat,
orang-orang di sekitar kita, lingkungan yang dikenal dan sekolah-sekolah. Beberapa pandangan
filsafat pendidikan itu adalah:
1. Idealisme
Idealisme berpandangan bahwa pengetahuan sebenarnya sudah berada dalam jiwa
(mind) kita, tetapi membutuhkan usaha untuk dibawa pada tingkat kesadaran kita melalui suatu
proses yang disebut introspeksi. Idealisme merupakan suatu ajaran kefilsafatan yang berusaha
menunjukkan agar kita dapat memahami materi atau tatanan kejadian-kejadian yang terdapat
dalam ruang dan waktu sampai pada hakekatnya yang terdalam, maka ditinjau dari segi logika
kita harus membayangkan adanya jiwa atau roh yang menyertai dan yang dalam hubungan
tertentu bersifat mendasari hal-hal tersebut (Kattsoff., 1992: 224).
Implikasi pandangan ini adalah:
a. Tujuan pendidikan terlebih dahulu membentuk karakter manusia, baru pengembangan
kecerdasan dan pembentukan peserta didik sebagai makhluk sosial.
b. Peserta didik menurut pandangan ini bebas mengembangkan kepribadiannya dan kemampuan
serta bakatnya.
c. Peran guru adalah dengan bantuan alam sekitar akan melaksanakan proses pengembangan
manusia, terutama untuk membentuk lingkungan pendidikan bagi peserta didik yang kondusif
untuk belajar.
d. Kurikulum yang dikembangkan untuk membentuk kemampuan berpikir rasional.
e. Metode yang digunakan adalah metode dialektik dan metode lain yang efektif untuk
menstimulasi belajar.

BY : DIANA
DOSEN : Prof.DR.dr.M.T.Kamaluddin, SpFK,MSc FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN

2. Realisme
Aliran ini berpandangan bahwa hakekat realitas adalah fisik dan roh, jadi realitas adalah
dualistik. Ada tiga golongan realisme yaitu realisme humanistik, realisme sosial dan realisme
yang bersifat ilmiah Implikasi pandangan ini adalah
a. Tujuan pendidikannya membentuk individu yang dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat
dan memiliki tanggung jawab, pada masyarakat.
b. Kedudukan peserta didik ialah memperoleh instruksi dan harus menguasai pengetahuan.
3. Pragmatisme
Pragmatisme tidak menemukan kebenaran tetapi menemukan arti atau kegunaan. Implikasi
pandangan ini dalam pendidikan adalah:
a. Tujuan pendidikannya menggunakan pengalaman sebagai alat menyelesaikan hal-hal
baru dalam kehidupan.
b. Kurikulum dirancang dengan menggunakan pengalaman yang telah diuji namun dapat
diubah kalau diperlukan.
c. Metode yang digunakan adalah "learning by doing".
d. Fungsi guru adalah mengarahkan pengalaman belajar peserta didik tanpa terlalu
mencampuri minat dan kebutuhannya.
4. Humanisme
Menurut pandangan ini pendidikan menekankan pada kebutuhan anak atau "child centered".
Kehidupan sekolah terus-menerus diperbaiki disesuaikan dengan motif/peserta didik.
Implikasi pandangan ini adalah sebagai berikut:
a. Tujuan pendidikan menekankan pada kebutuhan peserta didik untuk aktualisasi diri,
berkembang secara efektif dan terbentuknya moral anak.
b. Kurikulum menekankan pada minat peserta didik bukan pada materi.
c. Metode yang digunakan adalah penemuan dengan menekankan pada kreativitas untuk
mengembangkan keinginan alami peserta didik.
d. Peran guru sebagai agen kerja sama tanpa menunjukkan kekuasaan.
5. Behaviorisme
Menurut pandangan ini dengan menggunakan indra kita akan memperoleh pengetahuan
tentang realitas fisik, dan aturan mengikuti hukum-hukum alam.

BY : DIANA
DOSEN : Prof.DR.dr.M.T.Kamaluddin, SpFK,MSc FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN

Implikasi pandangan ini dalam pendidikan adalah;


a. Tujuan pendidikan mengubah atau memodifikasi tingkah laku.
b. Kurikulum dikembangkan untuk mencapai tujuan berdasarkan tingkah laku yang telah
ditetapkan.
c. Metode yang digunakan dengan menggunakan penguatan dalam belajar, pengajaran
berprogram dan kompetensi.
d. Peserta didik tidak memiliki kebebasan untuk menentukan sendiri apa yang akan
dipelajari.
6. Konstruktivisme
Dalam pengembangan konstruktivisme dikenal konstruktivisme kognitif,
konstruktivisme sosial, dan konstruktivisme kritis. Konstruktivisme kognitif
berpandangan bahwa seorang anak membangun pengetahuannya melalui berbagai jalur
yakni membaca, mendengarkan, bertanya, menelusuri dan melakukan eksperimen
terhadap lingkungannya, konstruktivisme sosial berpandangan bahwa belajar dilakukan
dalam interaksinya dengan lingkungan sosial maupun fisik seseorang. Pandangan
konstruktivisme kritis adalah bahwa dalam pembelajaran dilakukan dengan merangsang
peserta didik menggunakan teknik-teknik yang kritis.

Implikasi pandangan ini dalam pendidikan adalah:

a. Tujuan pendidikan menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk


menyelesaikan tiap persoalan yang dihadapi.
b. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
c. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai
dengan dirinya.
d. Guru berfungsi sebagai moderator, fasilitator dan teman yang membuat situasi yang
kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
e. Selain keenam pandangan filsafat pendidikan di atas, ada pula empat macam
mazhab lain, yaitu (1) esensialisme, (2) perenialisme, (3) progresivisme, dan (4)
Rekonstruksionisme.

BY : DIANA
DOSEN : Prof.DR.dr.M.T.Kamaluddin, SpFK,MSc FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN

Berbagai pandangan dan aliran filsafat di atas dapat dirangkum seperti berikut untuk
kesimpilan yang mengacu kegunaan filsafat : Pandangan idealisme sejalan dengan aliran
esensialisme. Pandangan realisme sejalan dengan aliran perenialisme. Pandangan
pragmatisme sejalan dengan aliran progresivisme. Pandangan humanisme,
behaviorisme, dan konstruktivisme sejalan dengan aliran rekonstruksionisme.
Dengan memahami pandangan-pandangan yang ada dalam filsafat pendidikan
tersebut, dapat kami rumuskan bahwa filsafat pendidikan mempunyai fungsi sebagai
berikut:
1. Memberikan inspirasi, yakni menyatakan/mengemukakan tujuan pendidikan
negara bagi masyarakat yang meliputi pendidikan formal maupun non formal.
2. Melaksanakan analisis, yaitu menemukan dan menginterprestasikan arti dalam
kegiatan pembahasan tentang teori pendidikan maupun tentang praktek
pendidikan
3. Memberikan pengarahan, artinya memberikan arah yang jelas dan tepat untuk
melaksanakan praktek pendidikan sebagai implementasi dari rencana.
4. Melaksanakan penyelidikan dan mengajukan pertanyaan, menanyakan tentang
kebijakan pendidikan dan praktek di lapangan, dengan menggunakan rambu-
rambu dari teori pendidikan.
5. Pembicaraan tentang pembelajaran atau pengajaran tidak bisa dipisahkan dari
istilah kurikulum dan pengertiannya. Hubungan keduanya dapat dipahami
sebagai berikut: “pengajaran” merupakan wujud pelaksanaan (implementasi)
kurikulum, atau “pengajaran” ialah kurikulum dalam kenyataan implementasinya
(Munandir, 2001:255).
6. Mengenai peristilahan dan makna dari sudut bahasa, pengajaran berarti perihal
mengajarkan sesuatu. Kata pengajaran menyiratkan adanya orang yang tugasnya
mengajar, di sekolah umumnya disebut “guru”. Pengajaran lebih luas
pengertiannya daripada mengajar (teaching). Pengajaran sebagai suatu proses,
buah atau hasilnya adalah belajar (learning), yaitu terjadinya peristiwa belajar di
dalam diri siswa. Peristiwa belajar pada siswa ini menunjukkan adanya sikap,
seperti minat, perhatian, perasaan, percaya diri dan sikap lainnya.

BY : DIANA
DOSEN : Prof.DR.dr.M.T.Kamaluddin, SpFK,MSc FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN

Dalam perspektif ini, kurikulum sekolah keseluruhan (a whole school


curriculum) bukan hanya sangat kompleks namun juga merupakan satu kesatuan
yang ideal. Suatu sekolah juga memiliki a hidden curriculum‟…the largely
unintended effect of its social milieu, sedangkan the actual curriculum, yang
ditafsirkan sebagai siswa mengalami secara aktual dan guru mengajarkan secara
aktual, mungkin berbeda dengan apa yang direncanakan secara formal. Jurang
antara curriculum-as-intention dan curriculum-in-use (atau in-transaction)
mendasari kebutuhan mendasar dan kongkrit yang harus diperbuat dan
dipelajari siswa di sekolah, yang dirancang dalam public curriculum. Masalahnya
adalah bagaimana membuat suatu kurikulum yang efektif dan bermakna bagi
publik luas.

Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan, yakni (1). Melihatnya


sebagai suatu masalah riset terhadap pengajaran bukan sebagai perencanaan
umum. Kurikulum dilihat sebagai suatu spesifikasi dari konten dan prinsip-prinsip
untuk di investigasi dalam realita kelas; (2) Pendekatan kedua lebih menekankan
pada kurikulum sebagai keseluruhan dan sebagai isi (intention), misalnya sebagai
peta kebudayaan. Konsepsi integrative diterjemahkan menjadi analisis hambatan
terhadap guru dan sekolah, dan mengaitkan teori kurikulum dengan strategi
perubahan sosial jangka panjang.

Dalam konteks pendidikan nasional, kurikulum adalah rencana tertulis


tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi
yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai
kemampuan tersebut, dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan
tingkat pencapaian kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang
berkenaan dengan pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan
potensi dirinya pada satuan pendidikan tertentu.

Manfaat aktivitas dalam pembelajaran yang disebabkan oleh kemajuan


ilmu dan teknologi adalah agar pembelajar dapat mencari sendiri dan langsung

BY : DIANA
DOSEN : Prof.DR.dr.M.T.Kamaluddin, SpFK,MSc FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN

mengalami proses belajar. Belajar yang dimaksud berupa pembelajaran yang


dilaksanakan secara realistik dan kongkrit, sehingga mengembangkan
pemahaman dan berpikir kritis serta menghindari terjadinya verbalisme yang
terus-menerus. Penyampaian materi ajar yang tidak bervariasi dapat menjadi
penyebab tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Jadi proses
belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur
manusiawi yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang
mengajar.

BY : DIANA
DOSEN : Prof.DR.dr.M.T.Kamaluddin, SpFK,MSc FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN

Assalamualaikum.wr.wb.
Maaf bapak, materi dan pendapat saya diatas adalah materi yang saya susun sebagai
dasar saya memahami filsafat dari selain dari materi yang bapak berikan dengan memahami
filsafat saya dapat menyimpulkan beberapa hal mengenai ilmu filsafat itu sendiri :
Awalnya saya berpikiran kuliah di S2 ini hanya sekedar melanjutkan studi saya,
mengingat merupakan persyaratan untuk karir menjadi pengajar sebenarnya itu, tetapi setelah
saya memahami tentang ilmu dari fisafat bahwasannya motivasi semangat belajar sangatlah
penting sekali untuk membangun semangat kemampuan untuk belajar di program studi
biomedik karena hakikatnya melanjutkan studi itu bukan hanya melaksanakan kewajiban, akan
tetapi ada suatu hasil yang didapat dan bias berbagi dengan memahami filsafat dapat
membantu mengembangkan kepribadian dan metode yang digunakan untuk mendapatkan
keberhasilan dalam belajar dan aktualisasi diri yag baik karena merupakan keinginan alami dari
setiap orang jadi pada intinya filsafat sangatlah penting untuk membangun konsep dalam
keberhasilan belajar apalagi dalam ilmu biomedik menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk
masyarakat umum terutama dalam bidang kesehatan.
Dengan memahami filsafat sebagai sumber segala kebenaran yang mengharapkan dari
filsafat kebahagiaan hakiki dan jawaban atas segala pertanyaan-pertanyaan. Akan tetapi ada
pula yang menganggap bahwa filsafat tidak lain dari pada “Obrolan Belaka” ,”Omong Kosong”
yang sama sekali tak ada artinya bagi kehidupan sehari-hari. Yang meragukan banyak orang ialah
banyaknya pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, pendapat-pendapat dan
aliran-aliran yang sering banyak bertentangan satu sama lain. Inilah sebabnya pengantar filsafat
yang melulu melalui “Historis” itu biasanya menimbulkan banyak salah paham dan
mengecewakan. Dari uarian diatas jelaslah bahwa betapa besar kepentingan filasafat bagi
perwujudan dan pembangunan hidup kita dan harus kita akui tentang terbatasnya

BY : DIANA
DOSEN : Prof.DR.dr.M.T.Kamaluddin, SpFK,MSc FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN

kemampuanan budi manusia dalam usahanya untuk memecahkan soal-soal tentang “Ada”,
tentang manusia dan dunia ,tentang hidup dan Tuhan.
Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengetahui kegunaan dan tujuan filsafat,
khususnya secara praktis.
Memberikan definisi filsafat bukan perkara mudah. Tiap filosof mempunyai definisi
masing-masing tentang filsafat. Perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan konotasi filsafat,
pengaruh lingkungan dan pandangan hidup yang berbeda dari filosof itu sendiri. Berikut definisi
filsafat dari bahan diatas oleh berbagai filosof.
 Plato “Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran
yang asli”.
 Aristoteles “Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang
terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik dan estetika”.
 Al Farabi :Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud bagaimana
hakekatnya yang sebenarnya”.
Mempelajari filsafat bisa membeningkan cara pandang, dimulai dengan pengakuan akan
kebebalan seperti dikemukakan Socrates “saya tahu bahwa saya tidak tahu apa-apa”. Lewat
kesadaran inilah kemudian kita berusaha untuk memahami kata-kata, memahami kembali
peristiwa-peristiwa dan kebiasaan-kebiasaan yang sudah dianggap lazim. Pengakuan akan
kebebalan secara otomatis akan menggiring kita kepada kesadaran cinta pada kearifan.
Siapa pun yang yang dengan perhatian secara terbuka tanpa prasangka dalam melihat
segala sesuatu akan mengalami kemunculan rasa heran. Rasa heran menyebabkan orang
tersentak bangun dan mulai memeriksa kembali apa yang sebelumnya dianggap biasa-biasa
saja. Rasa heran itu kemudian melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang diikuti dengan usaha
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul sehingga mengetahui dan
memahaminya.
Tetapi apakah setelah mengetahui dan memahami maka rasa heran akan menjadi
musnah. Dalam kegiatan bertanya-tanya rasa heran terus memuncak-muncak. Setiap dapat satu
jawaban, jawaban itu menjadi objek rasa heran yang baru.

BY : DIANA
DOSEN : Prof.DR.dr.M.T.Kamaluddin, SpFK,MSc FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN

Mempelajari filsafat bisa mengeluarkan manusia dari rutinitas yang membosankan


menuju rutinitas yang mengasyikkan. Rutinitas adalah jebakan kebiasaan. Dengan rutinitas
manusia melewatkan segala kejadian dengan biasa-biasa saja. Namun begitu kita mau berhenti
sejenak untuk memperhatikan gejala-gejala benda-benda dan diri orang lain, kita akan
menemukan sesuatu yang aneh. Dan mulai mencari jawaban atas keanehan tersebut.
Daya upaya manusia untuk memikirkan seluruh kenyataan dengan sedalam-dalamnya itu
tak dapat tiada pasti berpengaruh atas kehidupannya. Hingga dengan sendirinya bagian filsafat
yang teoritis akan bermuara pada kehendak dan perbuatan yang praktis. Seseorang
menginginkan pengertian agar dapat berbuat menurut pengetahuan yang kita peroleh itu.
Perbedaan pendapat antara orang yang berfilsafat dan orang yang tidak berfilsafat boleh
dikatakan terletak dalam sikap mereka terhadap hidup manusia. “ Hidup’’ disini meliputi segala
sesuatu yang dialami dan dirasakan manusia dalam dirinya sendiri sekaligus yang dirasakan,
dialami atau diderita pula oleh orang lain. Filsafat mengajarkan kita hidup lebih sadar dan bijak,
Memberikan pandangan tentang manusia dan hidupnya yang menerobos sampai inti sarinya,
Sehingga kita dengan lebih tegas dapat melihat baik keunggulannya, kebesaranya maupun
kelemahannya dan keterbatasannya. dari pengetahuan ini dapatlah kita peroleh perhatian bagi
sifat kepribadian yang menyendirikan setiap orang. Dan hati kita terbuka buat “Rahasia” yang
menjelma dalam setiap perseorangan yang akhirnya berarti hati kita tetbuka bagi sumber segala
rahasia ialah Tuhan.
Seorang yang bijaksana akan memiliki kemugkinan yang paling tepat dalam usahanya
mencapai “Kesejahteraan hidup” karena ia mempunyai wawasan yang tepat dan mendalam. Dia
berusaha mengerti apa artinya hidup dan dirinya dengan segala maslah yang muncul dan yang
ia hadapi. Disamping itu filsafat memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan
penelitian penalaran supaya kita dapat menyerasikan antara logika,Rasa,Rasio, pengalaman dan
agama didalam usaha manusia mencapai pemenuhan kebutuhannya dalam usaha yang lebih
lanjut yaitu “mencapai hidu yang sejahtera”.
Dalam hal ini manusia tidak dengan begitu saja menceburkan diri kedalam salah satu
perbuatan atau situasi, karena ia selalu sadar, bahwa ia berbuat tentang suatu atau tidak
berbuat tentang suatu itu. Disini peranan filsafat ialah secara kritis menyerasikan kehidupan

BY : DIANA
DOSEN : Prof.DR.dr.M.T.Kamaluddin, SpFK,MSc FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN

manusia, sehingga tampak hidup manusia serta arah yang mendasarinya didalam usaha mereka
mencapai kesejahteraan hidup tadi.
Sedangkan jika dilihat dari cabang ilmu biomedik itu sendiri menjelaskan fenomena
hidup pada tingkat molekul,sel,organ,dan organisme utuh yang hubungannya dengan penyakit
serta mengembangkan bahan yang tepat untuk mencegah,mengobati dan memulihkan
kerusakan akibat penyakit

Dengan melihat ranah ilmu biomedik saja sangatlah penting untuk memahami apa yang
sedang di jalani dan harus memiliki motivasi yang cukup untuk menyelesaikan pendidikan

Dengan penguatan ini menambah semangat saya untuk medalami ilmu biomedik dengan
semangat filsafat, agar apa yang di dapat dari pendidikan bisa ada manfaat yang baik,

Sekian deksripsi dari saya mengenai ilmu filsafat dan manfaatnya dengan ilmu biomedik
yang saya ambil dan hubungannya dengan manfaat belajar filsafat, untuk mengoptimalkan
semnagat saya menjadi mahasiswa biomedik.

TERIMAKASIH BANYAK PAK, atas waktunya telah mau membaca ringkasan dari saya
untuk pemikiran saya mengenai filsafat itu sendiri dan manfaat untuk saya belajar ilmu
biomedik   

Wassalamualaikum,wr,wb

Daftar Rujukan

BY : DIANA
DOSEN : Prof.DR.dr.M.T.Kamaluddin, SpFK,MSc FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN

1. Good, T. L. dan Brophy, J. E. (1990). Educational Phsycology: A Realistic Approach. New


York: Longman.
2. Kattsoff, Louis O. (1992). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana.
3. Mudyahardjo, Redja. (2002). Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar. Bandung:
Remadja Rosda Karya.
4. Mudyahardjo, Redja, dkk (2002). Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Pusat Penerbitan
UT Depdiknas.
5. Sudrajat, Akhmad. (2008). Teori Pendidikan dan Kurikulum. Tersedia:
akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/teori-pendidikan-dan-kurikulum. [16
Maret 2009]
6. Sukmadinata, Nana Saodih, 2008, Pengembangan Kurikulum-Teori dan Praktek.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
7. Watson, J. B. (1957). Behaviourism. Chicago: University of Chicago Press.

BY : DIANA

Anda mungkin juga menyukai