Anda di halaman 1dari 11

DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN

PUSKESMAS PERAWATAN DAWAI


DISTRIK YAPEN TIMUR
JL. PENDIDIKAN – DAWAI
EMAIL : puskesmasdawai@gmail.com WEBSITE : https://puskesmasdawai.wixsite.com/page

PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL


PUSKESMAS PERAWATAN DAWAI

BAB I
DEFINISI

Kewaspadaan universal atau “Universal Precaution” (UP) merupakan upaya


pencegahan penyakit infeksi melalui darah dan cairan tubuh (blood and body fluid
precautions) secara universal tanpa memandang status infeksi pasien. Pada strategi
tersebut juga ditekankan tentang pengelolaan limbah yang tepat termasuk
pengolalan limbah yang berupa benda tajam. Dalam hal ini kewaspadaan universal
mengutamakan tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga
kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip
bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal
dari pasien maupun petugas kesehatan.
Prinsip kewaspadaan universal (Universal Precaution) di pelayanan
kesehatan adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan, serta
sterilisasi peralatan. Hal ini penting mengingat sebagian besar yang terinfeksi virus
lewat darah seperti HIV dan Hepatitis B tidak menunjukkan gejala fisik.
Kewaspadaan universal diterapkan untuk melindungi setiap orang (pasien dan
petugas kesehatan) apakah mereka terinfeksi atau tidak. Kewaspadaan universal
berlaku untuk darah, sekresi ekskresi (kecuali keringat), luka pada kulit, dan selaput
lendir.
Penerapan standar ini penting untuk mengurangi risiko penularan
mikroorganisme yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui (misalnya pasien,
benda terkontaminasi, jarum suntik bekas pakai, dan spuit) di dalam sistem
pelayanan kesehatan.
Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi lima kegiatan pokok yaitu mencuci
tangan guna mencegah infeksi silang, pemakaian alat pelindung diantaranya
pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan
infeksius lain, pengelolaan alat kesehatan, pengelolaan alat tajam untuk mencegah
perlukaan, dan pengelolaan limbah.
Pada tahun 1994 kewaspadaan universal dikembangkan sebagai upaya
pencegahan infeksi di rumah sakit yang berupa penerapan dua tingkat
kewaspadaan, yaitu :
1. Standard precaution atau Kewaspadaan standar, sebagai kewaspadaan
tingkat pertama yang merupakan kombinasi antara Universal Precaution
(UP) secara garis besar dan body substance isolations (BSI) yang
menekankan kewaspadaan terhadap bahan-bahan berupa darah, semua
cairan tubuh sekreta, ekskreta (tanpa memandang apakah dia
mengandung darah atau tidak), kulit dan mukosa yang tidak utuh.
Selanjutnya disebut juga sebagai kewaspadaan universal yang merupakan
kewaspadaan yang bersifat umum, dan diterapkan kepada semua pasien
tanpa memandang status diagnosisnya.
2. Transmission based precautions adalah kewaspadaan tingkat kedua yaitu
kewaspadaan terhadap infeksi berdasarkan cara penularan, dirancang
sebagai tambahan dari kewaspadaan universal tersebut diatas kalau

1
DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN
PUSKESMAS PERAWATAN DAWAI
DISTRIK YAPEN TIMUR
JL. PENDIDIKAN – DAWAI
EMAIL : puskesmasdawai@gmail.com WEBSITE : https://puskesmasdawai.wixsite.com/page

diperlukan dan untuk diterapkan kepada pasien yang terbukti atau diduga
berpenyakit menular.
BAB II
RUANG LINGKUP

Penerapan kewaspadaan universal merupakan bagian pengendalian infeksi


yang tidak terlepas dari peran masing-masing pihak yang terlibat didalamnya yaitu
pimpinan termasuk staf administrasi, staf pelaksana pelayanan, termasuk staf
penunjangnya dan juga para pengguna pelayanan yaitu pasien dan pengunjung
sarana kesehatan tersebut. Program ini hanya dapat berjalan bila masing-masing
pihak menyadari dan memahami peran dan kedudukan masing - masing.
a. Peran pimpinan dalam pengendalian infeksi Pimpinan berkewajiban
menyusun kebijakan mengenai kewaspadaan universal, memantau, dan
memastikan bahwa kewaspadaan universal dapat dilaksanakan tenaga
kesehatan dengan baik. Pimpinan bertanggung jawab atas penganggaran
dan ketersediaan sarana untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
kewaspadaan universal di unit yang dipimpinnya.
b. Peran tenaga kesehatan dalam pengendalian infeksi Tenaga kesehatan
wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dan orang lain serta
bertanggungjawab sebagai pelaksana kebijakan yang ditetapkan
pimpinan. Tenaga kesehatan juga bertanggungjawab dalam menggunakan
sarana yang disediakan dengan baik dan benar serta memelihara sarana
agar selalu siap pakai dan dapat dipakai selama mungkin. Secara rinci
kewajiban dan tanggungjawab tersebut meliputi:
1. Bertanggungjawab melaksanakan dan menjaga keselamatan kerja di
lingkungannya, wajib memtuhi instruksi yang diberikan dalam ranga
kesehatan dan keselamatan kerja, dan membantu mempertahankan
lingkungan bersih dan aman.
2. Mengetahui kebijakan dan menerapkan prosedur kerja, pencegahan
infeksi dan mematuhinya dalam pekerjaan sehari-hari.
3.Tenaga kesehatan yang menderita penyakit yang dapat
meningkatkan risiko penularan infeksi baik dari dirinya ke pada
pasien atau sebaliknya sebaiknya tidak merawat pasien secara
langsung.
c. Peran pasien dan keluarganya dalam pengendalian infeksi Setiap orang
berhak atas privasi dan sekaligus berkewajiban menjaga keselamatan
orang lain. Dengan demikina bila seorang pasien yang mengetahui dengan
pasti menderita penyakit yang dapat menular pada orang lain moral untuk
memberitahukannya. Terutama bila terkajadi kecelakaan kerja pada
petugas (tertusuk jarum atau terkena alat tajam lain bekas pasien dll)
maka pasien diatas sebaiknya memberi informasi atau izin untuk
pemeriksaan darah guna membantu tindak lanjut bagi tenaga kesehatan
yang mengalami kecelakaan tersebut. Anggota keluarga pasien berhak
untuk tidak mendapatkan penularan infeksi selama mereka menjalankan
fungsi sosialnya, baik sebagai penunggu atau sebagai pengunjung pasien.
Oleh karena itu mereka berhak pula mendapat informasi secukupnya agar
dapat melindungi diri mereka dari infeksi tanpa mengabaikan hak pasien
untuk tetap terjaga kerahasiaanya.

2
DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN
PUSKESMAS PERAWATAN DAWAI
DISTRIK YAPEN TIMUR
JL. PENDIDIKAN – DAWAI
EMAIL : puskesmasdawai@gmail.com WEBSITE : https://puskesmasdawai.wixsite.com/page

A. Cuci Tangan

Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam


pencegahan dan pengontrolan infeksi. Tujuan mencuci tangan adalah untuk
membuang kotoran dan organisme yang menempel dari tangan dan untuk
mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu.
Mikroorganisme pada kulit manusia dapat diklasifikasikan dalam dua
kelompok yaitu flora residen dan flora transien. Flora residen adalah mikroorganisme
yang secara konsisten dapat diisolasi dari tangan manusia, tidak mudah dihilangkan
dengan gesekan mekanisme yang telah beradaptasi pada kehidupan tangan
manusia. Flora transien yang flora tansit atau flora kontaminasi, yang jenisnya
tergantung dari leingkungan tempat bekerja. Mikroorganisme ini dengan mudah
dapat dihilangkan dari permukaan dengan gerakan mekanis dan pencucian dengan
sabun. Cuci tangan harus dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah melakukan
tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain untuk
menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada ditangan sehingga
penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Tangan
harus dicuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan. Cuci tangan tidak dapat
digantikan oleh pemakaian sarung tangan.
Mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
keperawatan walaupun memakai sarung tangan dan alat pelindung lain. Tindakan ini
untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan
sehingga penyebaran infeksi dapat dikurangi dan lingkungan kerja tetap terjaga. Cuci
tangan dilakukan pada saat sebelum:
1. Memeriksa (kontak langsung dengan pasien),
2. Memakai sarung tangan ketika akan melakukan penyuntikan dan
pemasangan infus. Cuci tangan harus dilakukan pada saat yang diantisipasi
akan terjadi perpindahan kuman.

B. Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lendir petugas
dari risiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret atau ekskret, kulit yang
tidak utuh dan selaput lendir pasien. Jenis tindakan yang berisiko mencakup
tindakan rutin. Jenis alat pelindung: sarung tangan, masker dan gaun pelindung.
Tidak semua alat pelindung tubuh harus dipakai, tetapi tergantung pada jenis
tindakan yang akan dikerjakan.
a. Sarung Tangan : Pemakaian sarung tangan bertujuan untuk melindungi
tangan dari kontak dengan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret,
ekskreta, kulit yang tidak utuh, selaput lendir pasien dan benda yang
terkontaminasi. Sarung tangan harus selalu dipakai oleh setiap petugas
sebelum kontak dengan darah atau semua jenis cairan tubuh.
b. Pelindung Wajah (Masker) : Pemakaian pelindung wajah ini dimaksudkan
untuk melindungi selaput lendir hidung, mulut selama melakukan
perawatan pasien yang memungkinkan terjadi percikan darah dan cairan
tubuh lain. Masker tanpa kacamata hanya digunakan pada saat tertentu

3
DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN
PUSKESMAS PERAWATAN DAWAI
DISTRIK YAPEN TIMUR
JL. PENDIDIKAN – DAWAI
EMAIL : puskesmasdawai@gmail.com WEBSITE : https://puskesmasdawai.wixsite.com/page

misalnya merawat pasien tuberkulosa terbuka tanpa luka bagian kulit


ataupun perdarahan. Masker kacamata dan pelindung wajah secara
bersamaan digunakan petugas yang melaksanakan atau membantu
melaksanakan tindakan berisiko tinggi terpajan lama oleh darah dan cairan
tubuh lainnya antara lain pembersihan luka, membalut luka, mengganti
kateter atau dekontaminasi alat bekas pakai. Bila ada indikasi untuk
memakai ketiga macam alat pelindung tersebut, maka masker selalu
dipasang dahulu sebelum memakai gaun pelindung atau sarung tangan,
bahkan sebelum melakukan cuci tangan bedah.
c. Gaun Pelindung : Gaun pelindung merupakan salah satu jenis pakaian
kerja. Jenis bahan sedapat mungkin tidak tembus cairan. Tujuan
pemakaian gaun pelindung adalah untuk melindungi petugas dari
kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan tubuh lain. Gaun
pelindung harus dipakai apabila ada indikasi seperti halnya pada saat
membersihkan luka, melakukan irigasi, melakukan tindakan drainase,
menuangkan cairan terkontaminasi kedalam wc, mengganti pembalut,
menangani pasien dengan perdarahan masif. Sebaiknya setiap kali dinas
selalu memakai pakaian kerja yang bersih, termasuk gaun pelindung.
Gaun pelindung harus segera diganti bila terkena kotoran, darah atau
cairan tubuh.

C. Pengelolaan Alat-Alat Kesehatan

Pengelolaan alat kesehatan bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi


melalui alat kesehatan atau untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan
siap pakai. Semua alat, bahan dan obatyang akan dimasukkan kedalam jaringan
dibawah kulit harus dalam keadaan steril. Proses penatalaksanaan peralatan
dilakukan melalui 4 tahap kegiatan yaitu dekontaminasi, pencucian, strerilisasi atau
DTT dan penyimpanan, pemilihan cara pengelolaan alat kesehatan tergantung pada
kegunaan alat tersebut dan berhubungan dengan tingkat risiko penyebaran infeksi.

D. Pengelonaan Benda Tajam

Benda tajam sangat berisiko menyebabkan perlukaan sehingga meningkatkan


terjadinya penularan penyakit melalui kontak darah. Penularan infeksi HIV, hepatitis
B dan C di sarana pelayanan kesehatan, sebagian besar disebabkan kecelakaan
yang dapat dicegah, yaitu tertusuk jarum suntik dan perlukaan alat tajam lainnya.
Untuk menghindari perlukaan atau kecelakaan kerja maka semua benda
tajam harus digunakan sekali pakai, dengan demikian jarum suntik bekas tidak boleh
digunakan lagi. Sterilisasi jarum suntik dan alat kesehatan yang lain yang menembus
kulit atau mukosa harus dapat dijamin. Keadaan steril tidak dapat dijamin jika alat-
alat tersebut didaur ulang walaupun sudah di otoklaf. Tidak dianjurkan untuk
melakukan daur ulang atas pertimbangan penghematan karena 17% kecelakaan
kerja disebabkan oleh luka tusukan sebelum atau selama pemakaian, 70% terjadi
sesudah pemakaian dan sebelum pembuangan serta 13% sesudah pembuangan.
Hampir 40% kecelakaan ini dapat dicegah dan kebanyakan kecelakaan kerja akibat
melakukan penyarungan jarum suntik setelah penggunaannya.
E. Pengelolaan Limbah

4
DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN
PUSKESMAS PERAWATAN DAWAI
DISTRIK YAPEN TIMUR
JL. PENDIDIKAN – DAWAI
EMAIL : puskesmasdawai@gmail.com WEBSITE : https://puskesmasdawai.wixsite.com/page

Limbah dari sarana kesehatan secara umum dibedakan atas:

a. Limbah rumah tangga atau limbah non medis, yaitu limbah yang tidak
kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya disebut sebagai risiko
rendah, yakni sampah-sampah yang dihasilkan dari kegiatan ruang tunggu
pasien, administrasi.
b. Limbah medis bagian dari sampah Puskesmas yang berasal dari bahan
yang mengalami kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya disebut
sebagai limbah berisiko tinggi.

Beberapa limbah medis dapat berupa: limbah klinis, limbah laboratorium,


darah atau cairan tubuh lainnya, material yang mengandung darah seperti perban,
kassa dan benda-benda dari kamar bedah, sampah organik, misalnya potongan
tubuh, plasenta, benda-benda tajam bekas pakai misalnya jarum suntik.

F. Kecelakaan Kerja

Pajanan darah atau cairan tubuh dapat terjadi secara parenteral melalui
tusukan, luka, percikan pada mukosa mata, hidung atau mulut dan percikan pada
kulit yang tidak utuh, misalnya pecah, terkikis atau kulit eksematosa. Kejadian seperti
tersebut harus dicegah dan keselamatan petugas harus diutamakan.
Apabila kecelakaan terjadi harus didokumentasikan dan dilaporkan kepada
atasan, kepada panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan pada panitia
infeksi nosokomial secepatnya, sehingga dapat dilakukan tindakan selanjutnya.
Imunisasi dapat dilakukan apabila tersedia, diberikan kepada semua staf yang
berisiko mendapat perlukaan karena benda tajam. Setelah terjadi kecelakaan harus
diberikan konseling.

G. Kewaspadaan Khusus

Kewaspadaan khusus merupakan tambahan pada kewaspadaan universal,


yang terdiri dari tiga jenis kewaspadaan, yaitu:

a. Kewaspadaan terhadap penularan melalui udara (airborne)


b. Kewaspadaan terhadap penularan melalui percikan (droplet)
c. Kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak

Dalam penerapannya maka dapat berupa kombinasi dari kewaspadaan


universal dan salah satu jenis kewaspadaan khusus tersebut sesuai dengan
indikasinya.

5
DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN
PUSKESMAS PERAWATAN DAWAI
DISTRIK YAPEN TIMUR
JL. PENDIDIKAN – DAWAI
EMAIL : puskesmasdawai@gmail.com WEBSITE : https://puskesmasdawai.wixsite.com/page

BAB III
TATA LAKSANA

A. Cuci Tangan

Sarana cuci tangan :

a. Air mengalir : Sarana utama untuk cuci tangan adalah air mengalir dengan
saluran pembuangan atau bak penampung yang memadai. Dengan
guyuran air mengalir tersebut maka mikroorganisme yang terlepas karena
gesekan mekanis atau kimiawi saat cuci tangan akan terhalau dan tidak
menempel lagi di permukaan kulit. Air mengalir tersebut dapat berupa kran
atau dengan cara mengguyur dengan gayung, namun cara mengguyur
dengan gayung memiliki risiko cukup besar untuk terjadinya pencemaran,
baik melalui gagang gayung ataupun percikan air bekas cucian kembali ke
bak penampung air bersih. Air kran bukan berarti harus dari PAM, namun
dapat diupayakan secara sederhana dengan tangki berkran di ruang
pelayanan / perawatan kesehatan agar mudah dijangkau oleh para petugas
kesehatan yang memerlukannya.
Selain air mengalir ada 2 jenis bahan pencuci tangan yang dibutuhkan,
yaitu: sabun atau deterjen dan larutan antiseptik.
b. Sabun dan deterjen : Bahan tersebut tidak membunuh mikroorganisme
tetapi menghambat dan mengurangi jumlah mikroorganisme dengan jalan
mengurangi tegangan permukaan sehingga mikroorganisme terlepas dari
permukaan kulit dan mudah terbawa oleh air. Jumlah mikroorganisme
semakin berkurang dengan meningkatnya frekuensi cuci tangan, namun
dilain pihak dengan seringnya menggunakan sabun atau deterjen maka
lapisan kemak dan kulit akan hilang dan membuat kulit menjadi kering dan
pecah-pecah. Hilangnya lapisan lemak akan memberi peluang untuk
tumbuhnya kembali mikroorganisme.
c. Larutan Antiseptik : Larutan antispetik atau disebut juga antimikroba topikal,
dipakai pada kulit atau jaringan hidup lainnya untuk menghambat aktivitas
atau membunuh mikroorganisme pada kulit. Antiseptik memiliki bahan kimia
yang memungkinkan untuk digunakan pada kulit dan selaput mukosa.
Antiseptik memiliki keragaman dalam hal efektivitas, aktivitas, akibat dan
rasa pada kulit setelah dipakai sesuai dengan keragaman jenis antiseptik
tersebut dan reaksi kulit masing-masing individu. Kulit manusia tidak dapat
disterilkan. Tujuan yang ingin dicapai adalah penurunan jumlah
mikroorganisme pada kulit secara maksimal terutama kuman transien.
Kriteria memilih antiseptik adalah sbb:
1. Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak mikroorganisme
secara luas (gram positif dan gram negatif, virus lipofilik, basilus dan
tuberkulosis, fungi, endospora)
2. Efektifitas
3. Kecepatan aktifitas awal

6
DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN
PUSKESMAS PERAWATAN DAWAI
DISTRIK YAPEN TIMUR
JL. PENDIDIKAN – DAWAI
EMAIL : puskesmasdawai@gmail.com WEBSITE : https://puskesmasdawai.wixsite.com/page

4. Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam


pertumbuhan
5. Tidak mengakibatkan iritasi kulit
6. Tidak menyebabkan alergi
7. Efektif sekali pakai, tidak perlu diulang-ulang
8. Dapat diterima secara visual maupun estetik

B. Alat Pelindung

a. Sarung tangan : Dikenal tiga jenis sarung tangan, yaitu


1. Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang didisinfeksi
tingkat tinggi, dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit dan
selaput lendir misalnya tindakan medik pemeriksaan dalam,
merawat luka terbuka. Sarung tangan bersih dapat digunakan untuk
tindakan bedah bila tidak ada sarung tangan steril.
2. Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan dan
harus digunakan pada tindakan bedah. Bila tidak tersedia sarung
tangan steril baru dapat digunakan sarung tangan yang didisinfeksi
tingkat tinggi.
3. Sarung tangan rumah tangga adalah sarung tangan yang terbuat
dari latex atau viril yang tebal, seperti sarung tangan yang biasa
digunakan untuk keperluan rumah tangga. Sarung tangan rumah
tangga dipakai pada waktu membersihkan alat kesehatan, dan
permukaan meja kerja, dll. Sarung tangan jenis ini dapat digunakan
lagi setelah dicuci dibilas bersih.
b. Pelindung wajah (masker) : Masker tanpa kacamata hanya digunakan pada
saat tertentu misalnya merawat pasien tuberkulosis terbuka tanpa luka di
bagian kulit/perdarahan. Masker digunakan bila berada dalam jarak 1 meter
dari pasien. Masker, kacamata dan pelindung wajah secara bersamaan
digunakan petugas yang melaksanakan atau membantu melaksanakan
tindakan berisiko tinggi terpajan lama oleh darah dan cairan tubuh lainnya
antara lain pembersihan luka, membalut luka, mengganti kateter atau
dekontaminasi alat bebas pakai. Bila ada indikasi untuk memakai ketiga
macam alat pelindung tersebut, maka masker selalu dipasang dahulu
sebelum memakai gaun pelindung atau sarung tangan, bahkan sebelum
melakukan cuci tangan bedah.
c. Gaun pelindung : Tujuan pemakaian gaun pelindung adalah untuk
melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau
cairan tubuh lain yang dapat mencemari baju atau seragam. Adapun jenis
gaun pelindung tersebut berbagai macam bila dipandang dari berbagai
aspeknya, seperti gaun pelindung tidak kedap air dan gaun pelindung
kedap air, gaun pelindung steril dan non steril. Gaun pelindung steril dipakai
oleh ahli bedah dan para asistennya pada saat melakukan pembedahan,
sedang gaun pelindung non-steril dipakai di berbagai unit yang berisiko
tinggi, misalnya pengunjung kamar bersalin, ruang pulih di kamar bedah,
ruang rawat intensif (ICU), rawat darurat, dan kamar bayi. Gaun pelindung
dapat dibuat dari bahan yang dapat dicuci dan dapat dipakai ulang (kain),
tetapi dapat juga terbuat dari bahan kertas kedap air yang hanya dapat

7
DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN
PUSKESMAS PERAWATAN DAWAI
DISTRIK YAPEN TIMUR
JL. PENDIDIKAN – DAWAI
EMAIL : puskesmasdawai@gmail.com WEBSITE : https://puskesmasdawai.wixsite.com/page

dipakai sekali saja (disposable). Gaun pelindung sekali pakai ini biasanya
dipakai dalam kamar bedah, karena lebih banyak terpajan cairan tubuh
yang dapat menyebabkan infeksi. Gaun pelindung kedap air dapat pula
dibuat dari bahan yang dapat dicuci melalui proses dekontaminasi dan
dapat dipakai ulang, seperti misalnya plastik. Biasanya dipakai sebagai
pelapis di bagian dalam gaun pelindung steril tidak kedap air, untuk
mencegah tembusnya cairan tubuh kepada pemakai atau untuk keperluan
lain, seperti pembersihan, pemulasaran jenazah, dsb. Gaun pelindung
harus dipakai apabila ada indikasi, misalnya pada saat membersihkan luka,
melakukan irigasi, melakukan tindakan drainase, menuangkan cairan
terkontaminasi kedalam lubang pembuangan/WC/toliet, mengganti
pembalut, menangani pasien dengan perdarahan masif, melakukan
tindakan bedah termasuk otopsi, perawatan gigi, dsb. Sebaiknya setiap kali
dinas selalu memakai pakaian kerja yang bersih, termasuk gaun pelindung,
atau celemek. Gaun pelindung harus segera diganti bila terkena kotoran,
darah atau cairan tubuh.

C. Pengelolaan Alat Kesehatan

Proses penatalaksanaan peralatan dilakukan melalui 3 tahap kegiatan, yaitu:


a. Dekontaminasi : Dekontaminasi dilakukan dengan menggunakan bahan
desinfektan, yaitu suatu bahan atau larutan kimia yang digunakan untuk
membunuh mikroorganisme pada benda mati, dan tidak digunakan untuk
kulit dan jaringan mukosa. Dapat dijumpai berbagai macam disinfektan di
pasaran dengan daya kerja masing-masing. Salah satu yang biasa dipakai
terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah larutan klorin
0,5% atau 0,05% sesuai dengan intensitas cemaran dan jenis alat atau
permukaan yang akan didekontaminasi.
b. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) : Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
merupakan alternatif penatalaksanaan alat kesehatan apabila sterilisator
tidak tersedia atau tidak mungkin dilaksanakan. DTT dapat membunuh
semua mikroorganisme termasuk virus hepatitis B dan HIV, namun tidak
dapat membunuh endospore dengan sempurna seperti tetanus atau gas
gangren. Pada situasi dimana tetanus masih kering ditemukan, semua
peralatan harus disterilisasi. Ada beberapa cara melakukan disinfeksi
tingkat tinggi, diantaranya adalah dengan cara:
1. Merebus dalam air mendidih selama 20 menit : Merebus tidak
memerlukan peralatan yang mahal dan selalu tersedia maka cara
tersebut adalah cara yang lebih disukai di klinik kecil atau daerah
terpencil.
2. Rendam dengan desinfektan kimiawi seperti glutaraldehid,
formaldehid 8%.
3. DTT dengan uap (steamer) : Cara ini adalah yang terbaik untuk DTT
sarung tangan.
c. Sterilisasi : Sterilisasi adalah proses pengelolaan suatu alat atau bahan
dengan tujuan mematikan semua mikroorganisme termasuk endospora.
Sterilisasi adalah cara yang paling aman dan paling efektif untuk
pengelolaan alat kesehatan yang berhubungan langsung dengan darah

8
DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN
PUSKESMAS PERAWATAN DAWAI
DISTRIK YAPEN TIMUR
JL. PENDIDIKAN – DAWAI
EMAIL : puskesmasdawai@gmail.com WEBSITE : https://puskesmasdawai.wixsite.com/page

atau jaringan di bawah kulit secara normal bersifat steril. Strerilisasi dapat
dilakukan dengan 2 cara:
1. Fisik, seperti pemanasan atau radiasi, fitrasi.
2. Kimiawi, menggunakan bahan kimia dengan cara merendam (mis:
dalam larutan glutaraldehid) dan menguapi dengan gas kimia
(diantaranya dengan gas etilin oksida)

D. Pengelolaan Benda Tajam

Untuk menghindari perlukaan atau kecelakaan kerja maka semua benda


tajam harus digunakan sekali pakai, dengan demikian jarum suntik bekas tidak boleh
digunakan lagi. Sterilitas jarum suntik dan alat kesehatan lain yang menembus kulit
atau mukosa harus dapat dijamin. Keadaan steril tidak dapat dijamin jika alat-alat
tersebut didaur ulang walaupun sudah diotoklaf. Tidak dianjurkan untuk melakukan
daur ulang atas pertimbangan penghematan karena 17 % kecelakaan kerja
disebabkan oleh luka tusukan sebelum atau selama pemakaian, 70% terjadi sesudah
pemakaian dan sebelum pembuangan serta 13% sesudah pembuangan. Hampir
40% kecelakaan ini dapat dicegah dan kebanyakan kecelakaan kerja akibat
melakukan penyarungan jarum suntik setelah penggunaannya.
Kecelakaan yang sering terjadi pada prosedur penyuntikan adalah pada saat
petugas berusaha memasukkan kembali jarum suntik bekas pakai ke dalam
tutupnya. Oleh karena itu sangat tidak dianjurkan untuk menutup kembali jarum
suntik tersebut melainkan langsung saja dibuang ke tempat penampungan
sementaranya, tanpa menyentuh atau memanipulasi bagian tajamnya seperti
dibengkokkan, dipatahkan atau ditutup kembali. Jika jarum terpaksa ditutup kembali
(recaping), gunakanlah cara penutupan jarum dengan satu tangan (single handed
recapping method) untuk mencegah jari tertusuk jarum.

E. Pengelolaan Limbah

Limbah yang berasal dari sarana kesehatan secara umum dibedakan atas:
1. Limbah rumah tangga, atau limbah non-medis, yaitu limbah yang tidak
kontak dengan darah atau cairan tubuh sehingga disebut sebagai risiko
rendah. Semua limbah yang tidak kontak dengan tubuh pasien umumnya
dikenal sebagai sampah non-medik, yakni sampah-sampah yang dihasilkan
dari kegiatan di ruang tunggu pasien atau penunjang, raunag administrasi
dan kebun. Sampah jenis ini meliputi sisa makanan, sisa pembungkus
makanan, plastik dan sisa pembungkus obat. Sampah jenis ini dapat
langsung dibuang melalui pelayanan pengelolaan sampah kota.
2. Limbah medis, yaitu bagian dari sampah kesehatan yang berasal dari
bahan yang mengalami kontak dengan darah atau cairan tubuh pasien dan
dikategorikan sebagai limbah berisiko tinggi dan bersifat menularkan
penyakit, limbah medis dapat berupa:
a. Limbah klinis : Limbah klinis merupakan tanggung jawab sarana
kesehatan lain dan memerlukan perlakuan khusus. Karena
berpotensi menularkan penyakit, maka dikategorikan sebagai
limbah berisiko tinggi.

9
DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN
PUSKESMAS PERAWATAN DAWAI
DISTRIK YAPEN TIMUR
JL. PENDIDIKAN – DAWAI
EMAIL : puskesmasdawai@gmail.com WEBSITE : https://puskesmasdawai.wixsite.com/page

Cara penanganan limbah klinis ini yaitu dengan cara sebelum


dibawa ketempat pembuangan akhir / pembakaran (insenerator)
semua jenis limbah klinis ditampung dalam kantong kedap air,
biasanya berwarna kuning, dan ikat secara rapat kantong yang
sudah berisi 2/3 penuh.
b. Limbah laboratorium : Setiap jenis limbah yang berasal dari
laboratorium dikelompokkan sebagai limbah berisiko tinggi.
Cara penanganan limbah laboratorium ini dengan cara sebelum
keluar dari ruang laboratorium dilakukan strerilisasi dengan otoklaf
selanjutnya ditangani secara prosedur pembuangan limbah klinis,
cara penanganan terbaik untuk limbah medis adalah dengan
insenerasi, dan cara lain adalah menguburnya dengan metode
kapurisasi.
3. Limbah berbahaya, adalah limbah kimia yang mempunyai sifat beracun.
Limbah jenis ini meliputi produk pembersih, disinfektan, obat-obatan
sitotoksik dan senyawa radio aktif. Upaya penanganan limbah di
pelayanan kesehatan meliputi penanganan limbah cair dan limbah padat
(sampah). Adapun teknik penanganan sampah meliputi pemisahan,
penanganan, penampungan sementara dan pembuangan.

F. Kecelakaan Kerja

Apabila terjadi kecelakaan kerja berupa perlukaan seperti tertusuk jarum


suntik bekas pasien atau terpercik bahan infeksius maka perlu pengelolaan yang
cermat dan tepat serta efektif untuk mencegah semaksimal mungkin terjadinya
infeksi nosokomial yang tidak diinginkan. Yang terpenting disini adalah segera
mencucinya dengan sabun antiseptik, dan usahakan untuk meminimalkan kuman
yang masuk ke dalam aliran darah dengan menekan luka hingga darah keluar. Bila
darah mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur dengan air beberapa kali, bila
mengenai mata cucilah mata dengan air mengalir (irigasi) atau garam fisiologis, atau
bila percikan mengenai hidung hembuskan keluar hidung, dan bersihkan dengan air.

G. Kewaspadaan Khusus

Kewaspadaan khusus terdiri dari tiga jenis, yaitu:


1. Kewaspadaan Terhadap Penularan Melalui Udara : Kewaspadaan terhadap
penularan melalui udara digunakan untuk pasien yang diketahui atau
diduga menderita penyakit serius dengan penularan melalui percikan halus
diudara. Kewaspadaan ini bertujuan untuk menurunkan penularan penyakit
melalui udara, baik yang berupa bintik percikan di udara (airborne droplet
ruclei) atau partikel debu yang berisi agen infeksi.
2. Kewaspadaan Terhadap Penularan Melalui Percikan : Sebagai tambahan
dari kewaspadaan universal, kewaspadaan terhadap penularan melalui
percikan ditujukan untuk pasien yang diketahui atau diduga menderita
penyakit serius dengan penularan melalui percikan partikel besar. Transmisi
percikan terjadi bila partikel percikan yang benar dari orang yang terinfeksi
mengenai lapisan mukosa hidung, mulut atau konjungtiva mata orang yang
rentan. Percikan dapat terjadi pada waktu seseorang berbicara, batuk,

10
DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN
PUSKESMAS PERAWATAN DAWAI
DISTRIK YAPEN TIMUR
JL. PENDIDIKAN – DAWAI
EMAIL : puskesmasdawai@gmail.com WEBSITE : https://puskesmasdawai.wixsite.com/page

bersin ataupun pada waktu pemeriksaan jalan nafas seperti intubasi atau
bronkoskopi. Transmisi melalui percikan besar berbeda dengan transmisi
penularan melalui udara karena pada transmisi percikan memerlukan
kontak yang dekat antara sumber dan penerima, karena percikan besar
tidak dapat bertahan lama di udara dan hanya dapat berpindah dari dan ke
tempat yang dekat.
3. Kewaspadaan Terhadap Penularan Melalui Kontak : Sebagai tambahan dari
kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak digunakan untuk pasien
yang diketahui atau diduga menderita penyakit yang ditularkan melalui
kontak langsung (misalnya kontak tangan atau kulit ke kulit) yang terjadi
selama perawatan rutin, atau kontak tak langsung (persinggungan) dengan
benda di lungkungan pasien. Pasien harus ditempatkan di ruang tersendiri
bila mungkin. Bila tidak tersedia, dapat di bangsal umum dengan pasien
sejenis. Sarung tangan harus dipakai sebagai pencegahan, sebagaimana
pada kewaspadaan universal terhadap kontak dengan darah dan bahan
tubuh. Pada kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak ini sarung
tangan harus diganti setelah menyentuh bahan yang mengandung
mikroorganisme dengan konsentrasi tinggi (misalnya tinja atau cairan luka).
Sarung tangan harus dibuka sebelum meninggalkan ruangan dan kemudian
harus cuci tangan dengan bahan pencuci antiseptik. Gaun pelindung yang
bersih dan nonsteril harus dipakai bila diduga terjadi kontak yang cukup
rapat dengan pasien, bila pasien tidak dapat menahan buang air besar
(inkontinensia) atau bila ada luka basah yang tidak dapat ditahan dengan
pembalut. Gaun pelindung harus dilepas sebelum meninggalkan ruangan.

Dawai, ……………….20….
Kepala Puskesmas Dawai

dr. Andi Raya Sarjatno


NIP : 19811008201004 1 001

11

Anda mungkin juga menyukai