Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN PENYAKIT DIFTERI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.SAIFUL ANWAR MALANG

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.SAIFUL ANWAR MALANG
2017-2018

1
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAWATAN LUKA DI RUANG POLI KLINIK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Atis Beta Justica


2. Rizki Ardita Saraswati
3. Yesinia Eka Afrillia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2017-2018

2
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan Perawatan Luka


di Ruang Melati di RSUD Jombang

Nama Kelompok :
1. Atis Beta Justica
2. Rizki Ardita Saraswati
3. Yesinia Eka Afrillia

Telah Disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Rumah Sakit

NPP. NIP.

Mengetahui,
Kepala Ruangan

NIP.

3
PROGRAM PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES DIAN HUSADA MOJOKERTO
2017/2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Difteri
Pokok Bahasan: Pencegahan dan Penularan
Sasaran : Pasien Dan Keluarga Pasien
Tempat : Ruang 25 IRNA 1 RSSA Malang
Hari/Tanggal : Kamis, 18 Januari 2018
Waktu : 09.00 – 09.30
Penyuluh : Kelompok 5 Stikes Dian Husada Mojokerto

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Pada akhir penyuluhan, diharapkan semua peserta penyuluhan mengerti
dan memahami difteri dan cara mengatasi penularan, pencegahan dan
cara mengobati
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta mampu:
1) Memahami tentang pengertian difteri
2) Mengenal tentang penyebab difteri
3) Mengenal tentang tanda dan gejalanya
4) Mengetahui tentang cara penatalaksanaannya
Sub Pokok Bahasan
1) Pengertian difteri?
2) Penyebab difteri?
3) Tanda dan gejala difteri?
4) Penatalaksanaan difteri?
5) Pencegahan difteri?

4
B. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan
1 3 mnt Pembukaan :

1. Salam pembuka
2. Memperkenalkan diri, dan menjelaskan topik
penyuluhan dan tujuan penyuluhan.
3. Menggali pengetahuan tentang pencegahan
dan penanganan difteri
4. Mendengarkan dan memperhatikan
5. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
penyaji
2 20 mnt Penyajian :
1. Pengertian difteri?
2. Penyebab difteri?
3. Tanda dan gejala difteri?
4. Penatalaksanaan difteri?
5. Pencegahan difteri?

1. Memberi kesempatan untuk bertanya


2. Menjawab pertanyaan
3. Mendengarkan dan memperhatikan
4. Mengajukan pertanyaan bila kurang
mengerti.

5
3 7 mnt Penutup :

1. Melakukan evaluasi dengan memberikan


pertanyaan
2. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan
3. Memberi kesempatan kepada peserta untuk
bertanya kembali jika kurang jelas
4. Mengucapkan salam penutup.
5. Memperhatikan dan menjawab pertanyaan

6
C. Setting Tempat
Keterangan :
: Penyuluh
: Fasilitator
: Observer
: Moderator
: Peserta penyuluhan
: Pemateri

D. Media Penyuluhan
1. Media
Leaflet dan LCD
2. Sarana
Ruang penyuluhan, meja dan kursi
E. Pengorganisasian
Moderator :
Penyaji :
Observer :
Fasilitator :

F. Metoda
1. Ceramah
2. Tanya jawab

7
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
 Peserta ( anggota keluarga pasien ) hadir ditempat penyuluhan
 Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang 25 IRNA 1 RSSA
Malang
 Pengorganisasian penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
 Peserta antusias dengan materi penyuluhan
 Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan tanpa ada
urusan penting
 Peserta mengajukan pertanyaan dan memahami pertanyaan dengan
baik
3. Evaluasi Hasil
 Peserta penyuluhan dapat mengerti dan memahami tentang:
1) Pengertian difteri
2) Penyebab difteri
3) Tanda dan gejala difteri
4) Penatalaksanaan difteri
5) Penularan difteri
 Peserta penyuluhan memberikan pertanyaan tentang
difteripermasalahan yang di alami serta cara mengatasi.

8
MATERI PENYULUHAN

1. PENGERTIAN

Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Corynebacterium


diphetheria merangsang saluran pernafasan terutama pada balita.

Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular ( contagious disease).
Penyakit ini disebabkan olaeh bakteri Corynebacterium diphetheria yaitu kuman
yang menyerang saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring ( bagian
antara hidung dan faring atau tenggorokan) dan laring.

2. PENYEBAB

Disebabkan oleh corynebakterium diptheriae , bakteri gram positif yang bersifat


polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Pewarna sediaan langsung
dengan biru metilen atau biru toluidin. Basil ini dapat ditemukan dengan sediaan
langsung dari lesi. Sifat basil polimorf , gram positif, tidak bergerak dan tidak
membentuk spora, mati pada pemanasan 60 0C selama 10 menit, tahan sampai
bebera[pa minggu dalam es, air susu, dan lender yang telah mongering.

3. PENULARAN

Penyakit difteri menular melalui tetes udara atau percikan ludah yang dikeluarkan
oleh penderita ketika batuk atau bersin. Selain itu, dari jari – jari, handuk, dan
susu yang terkontaminasi juga bisa menularkan penyakit difteri kepada orang
lain.Penularan juga dapat terjadi melalui tissue/ sapu tangan atau gelas bekas
minum penderita atau menyentuh luka penderita.

9
4. MANIFESTASI KLINIS

Gejala umum yang timbul berupa :

a. Demam tinggi
b. Lesu dan lemah
c. Pucat
d. Anoreksia
e. pusing

Gejala khas yang menyertai:

a. Nyeri menelan
b. Sesak nafas
c. Serak
d. Kelenjar getah bening di leher atau leher membengkak
e. Selaput berwarna putih

Tanda dan gejalanya umumnya muncul 2 – 5 hari setelah terinfeksi, namun


mungkin juga baru muncul 10 hari kemudian.

5. PATOFISIOLOGI
Corynebacterium dipteriae masuk kehidung atau mulut dimana basil akan
menempel dimukosa saluran nafas bagian atas, kadang kadang kulit, mata atau
mukosa genital. Setelah 2 – 4 jam hari masa inkubasi kuman dangan corynephage
menghasilkan toksik yang mula mula diabsorsi oleh membrane sel, kemudian
penetrasi dan interferensi dengan sintesa protein bersama – sama dengan sel
kuman mengeluarkan suatu enzim penghancur terhadap Nicotinamide Adenine.
Dinucleotide ( NAD ). Sehingga sintesa protein terputus karena enzim
dibutuhkan untuk memindahkan asam amino dan RNA dengan memperpanjang
rantai polipeptida akibatnya terjadi nekrose sel yang menyatu dengan nekrosis
jaringan dan membentukeksudat yang mula – mula dapat diangkat , produksi

10
toksin kian meningkat dan daerah infeksi makin meluas akhirnya terjadi eksudat
fibrin, perlengketan dan membentuk membrane yang berwarna dari abu – abu
sampai hitam tergantung jumlah darah yang tercampur dari perbentukan
membrane tersebut apabila diangkat maka akan terjadi pendarahan dan akhirnya
menimbulkan difteri.
Hal tersebut dapat menimbulkan beberapa dampak antara lain sesak nafas
sehingga menyebabkan pola nafas tidak efektif , anoreksia sehingga penderita
tampak lemah , sehingga terjadi intoleransi aktifitas.

6. KOMPLIKASI

a) Nafas berhenti atau apnea


b) Neuritis
Neuritis merupakan peradangan pada saraf
c) Miokarditis
Miokarditis adalah peradangan atau inflamasi pada miokardium
d) Nefritis
Nefritis adalah kerusakan pada bagian glomerulus ginjal akibat infeksi kuman
umumnya bakteri streptococcus
e) Paralisis
Kelumpuhan (paralisis) adalah hilangnya gerakan sukarela (fungsi motorik).
Sehingga hampir setiap satu dari sepuluh orang yang menderita penyakit difteri
akan meninggal karenanya.
Anak –anak yang berumur kurang dari 5 tahun sangat beresiko tertular penyakit
difteri demikian pula mereka yang tinggal dilingkungan padat penduduk atau
lingkungan yang kurang bersih dan juga mereka yang kurang gizi dan tidak
diimunisasi DPT.

7. PENCEGAHAN

Seorang dapat terinfeksi oleh difteri, tetapi kerentanan terhadap infeksi


bergantung dari pernah tidaknya ia terinfeksi oleh difteri dan pada juga

11
kekebalannya. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kebal akan mendapatkan
kekebalan pasif, tetapi tak akan lebih dari 6 bulan dan pada umur 1 tahun
kekebalannya habis sama sekali. Seseorang yang sembuh dari penyakit difteri
tidak selalu mempunyai kekebalan abadi. Paling baik adalah kekebalan yang
didapat secara aktif dengan imunisasi.
Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan
pertusis ( DPT ) sebanyak tiga kali sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang
penyuntikan satu dua bulan. Pemberian imunisasi akan memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus dalam waktu bersamaan .
Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri, dan bengkak pada
permukaan kulit, dan mengatakannya cukup diberikan obat penurun panas.
Pencegahan penyakit difteri adalah dengan memberikan imunisai DPT ( difteri
pertusis tetanus) saat anak berumur 2, 4, 6, 18 bulan dan 5 tahun. Sedangkan pada
usia 10 tahun sampai 18 tahun diberikan imunisasi TT ( Toxoid Tetanus ) saja.
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang
menderita penyakit kejang demam kompleks. Juga tidak boleh diberikan pada
anak batuk yang diduga mungkin sedang menderita batuk rejan. Bila pada
suntikan DPT pertama terjadi reaksi yang berat maka sebaiknya suntikan
berikutnya jangan diberikan DPT lagi melainkan DT saja ( tanpa P )

12
DAFTAR HADIR PESERTA PENCEGAHAN PENYAKIT DIFTERI DI
RUANG 25 IRNA 1 RSUD DR SAIFUL ANWAR
MALANG

NO NAMA TTD
1. 1. 2.
2.
3. 3. 4.
4.
5. 5. 6.
6.
7. 7. 8.
8.
9. 9. 10.
10.
11. 11. 12.
12.
13. 13. 14.
14.
15. 15. 16.
16.
17. 17. 18.
18.
19. 19. 20.
20.

Mengetahui, Malang 2017

Pembimbing Praktek Ketua Kelompok

………………………… ………………………

13

Anda mungkin juga menyukai