Anda di halaman 1dari 20

A.

Pengertian Parotis
Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana
sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar
parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher
bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan
dapat timbul secara endemik atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-
anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).(Warta Medika,2010)
Parotitis ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah terutama
kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar ludah
terutama kelenjar parotis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa
pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Pada orang dewasa,
infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat,
payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau
tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan
tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium
dalam tubuh (Sumarmo,2011).

B. Anatomi Fisiologi
Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva mayor
dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar
submandibularis, dan kelenjar sublingualis (Dawes, 2008; Roth and Calmes, 1981).
Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di
depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang
meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik. Kelenjar parotis terbungkus dalam
selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi kelenjar.
Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok ke arah medial, menembus otot
buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang
atas.
Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua setelah
parotis, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula. Saluran submandibularis
bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di samping
frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat
terlihat saliva yang keluar.
Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam.
Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut
antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri
dan kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di
sekitar frenulum lingualis.
Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar labialis,
kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal. Kelenjar lingualis terdapat bilateral dan
terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di permukaan
inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar mukus anterior
dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar lingualis posterior berhubungan dengan tonsil
lidah dan margin lateral dari lidah. Kelenjar ini bersifat murni mukus.
Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini bersifat
mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunak
dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal memiliki
sifat sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di
lipatan glossopalatinal.

C. Etiologi
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok paramyxovirus,
yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle
disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ. Virus telah diisolasi
dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Mumps
merupakan virus RNA rantai tunggal genus Rubulavirus subfamily Paramyxovirinae dan
family Paramyxoviridae. Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-
neuramidase dan perpaduan protein. Virus ini juga memiliki dua komponen yang sanggup
memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari
nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan. Virus ini aktif
dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu
ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4 ºC, oleh formalin, eter, serta
pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. Virus masuk dalam tubuh melalui hidung
atau mulut.Virus bereplikasi pada mukosa saluran napas atas kemudian menyebar ke
kalenjar limfa local dan diikuti viremia umum setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang
berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah kalenjar parotis,
ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak. Virus masuk ke system saraf pusat
melalui plexus choroideus lewat infeksi pada sel mononuclear. Masa penyebaran virus ini
adalah 2-3 minggu melalui dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan
terinfeksi lain. Virus dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari
sesudah munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan terjadi 24 jam
sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan menghilang
(Sumarmo,2011)

D. Manifestasi Klinis
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan,
bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical).
Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu
dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut. Masa tunas (masa inkubasi) penyakit
Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang
timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sebagai
berikut : Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu
badan 38,5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri
rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit
membuka mulut). Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis)
yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar
mengalami pembengkakan. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian
berangsur mengempis. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang
(submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria dewasa adalanya
terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.

E. Klasifikasi Parotis
1. Parotitis Kambuhan
Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia antara 1
bulan hingga akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya anak telah
terinfeksi virus kemudian kambuh lagi.
2. Parotitis Akut
Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan dan
pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah yang
dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita usia lanjut, khususnya
apabila penggunaan anestesi umum lama dan adanya gangguan dehidrasi.
F. Patofisiologi
Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab parotitis
(terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain akibat: Percikan ludah, Kontak langsung
dengan penderita parotitis lain, Muntahan, urine. Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui
hidung atau mulut. Biasanya kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis. Infeksi akut
oleh virus mumps pada kelenjar parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan
IgG secara bermakna dari serum akut dan serum konvalesens. Semakin banyak
penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus
respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam aliran darah) dan
selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan menginfeksi
glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis. Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka
dalam 1-2 hari akan terjadi demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot. Kemudian
dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral
kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada manusia selama
fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas
kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.

G. Patway ( terlampir)
H. Komplikasi
Komplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi fasial,
obstruksi jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsi
nervus fasialis. Gondongan telah dilaporkan menyebabkan meningoensefalitis,
pankretitis, orkitis, miokarditis, perikarditis, arthritis, dan nefritis.
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi
kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat
menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal
tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.
Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang
kurang dini menurut Nelson (2000) :
1. Meningoensepalitis
Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang kemudian disusul
oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksia). Komplikasi
ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak.
2. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya rendah
(1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan
pendengaran mungkin sementara atau permanen.
3. Orkitis
Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena
mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen Sehingga
kemandulan dapat terjadi pada masa setelah puber dengan gejala demam tinggi
mendadak, menggigil mual, nyeri perut bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada
testis. Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis
terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil. Orkitis biasanya menyertai parotitis
dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3 – 14 hari.
Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan
merah. Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena menjadi atrofi.
Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%. Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.
4. Ensefalitis atau Meningitis
Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk,
mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan
kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami
ensefalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti
ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
5. Ooforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita wanita
pasca pubertas
6. Pankreatitis
Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita merasakan
mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1
minggu dan penderita akan sembuh total. Nyeri perut sering ringan sampai sedang
muncul tiba-tiba pada parotitis. Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan
pusing, mual, muntah, demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya
pankreatitis akibat mumps.
7. Nefritis
Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan viruria
terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum diketahui.
Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis. Nefritis ringan dapat
terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna tanpa meninggalkan kelainan pada
ginjal.
8. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi pada
umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan selanjutnya
antibodi antitiroid pada penderita.
9. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan
miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui. Miokarditis ringan dapat
terjadi dan muncul 5–10hari pada parotitis. Gambaran elektrokardiografi dari
miokarditis seperti depresi segmen S-T, flattening atau inversi gelombang T. Dapat
disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik.
10. Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan pembengkakan dan
kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna. Manifestasi lain yang jarang
tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang sering kali berpindah-pindah.
Gejala sendi mulai 1-2minggu setelah berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkena
adalah sendi besar khususnya paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1-12 minggu dan
sembuh sempurna.
11. Kelainan pada mata
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya bilateral,
dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala bervariasi dari
kehilangan penglihatan sampai kekaburan ringan dengan penyembuhan dalam 10–20
hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan fotofobia, keluar air mata, kehilangan
penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari; skleritis, tenonitis, dengan akibat
eksoftalmus; trombosis vena sentral.

I. Penatalaksanaan
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang sendiri) yang
berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus
“Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan suportif.
Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat, sialagog seperti
tetesan lemon, dan pijatan parotis eksterna. Cairan intravena mungkin diperlukan untuk
mencegah dehidrasi karena terbatasnya asupan oral. Jika respons suboptimal atau pasien
sakit dan mengalami dehidrasi, maka antibiotik intravena mungkin lebih sesuai.
Berikut tata laksana yang sesuai dengan kasus yang diderita:
1. Penderita rawat jalan
Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan umum
cukup baik).
a) Istirahat yang cukup, di berikan kompres.
b) Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
c) Kompres panas dingin bergantian
d) Medikamentosa
Analgetik-antipiretik bila perlu
 metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2 g/hari
 parasetamol : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin berisiko
menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka namun mematikan.
Obat-obatan anak yang terdapat di apotik belum tentu bebas dari aspirin.
Aspirin seringkali disebut juga sebagai “salicylate“ atau “acetylsalicylic acid“.
2. Penderita rawat inap
Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat, gejala
saraf perlu rawat inap diruang isolasi
a) Diet lunak, cair dan TKTP
b) Analgetik-antipiretik
c) Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi

J. Konsep Tumbuh Kembang


1. Pertumbuhan
Selama tahun ke 2 masa kehidupan masih nampak kelanjutan perlambatan
pertumbuhan fisis yaitu dengan kenaikan BB berkisar antara 1,5 – 2,5 kg ( rata – rata
) dan PB 6 –10 cm ( rata – rata 8 cm per tahun. Anak akan mengalami penurunan
nafsu makan sampai usia 3 tahun, hal ini mengakibatkan jaringan sub kutan berkurang
sehingga anak yang tadinya nampak gemuk dan montok akan menjadi lebih langsing
dan berotot. Demikian pula dengan pertumbuhan otak yang akan mengalami
perlambatan selama tahun ke 2, kenaikan lingkar pada tahun pertama mencapai
pertambahan sebesar 12 cm dan selanjutnya pada tahun ke 2 hanya bertambah 2 cm,
sedangkan lingkar dada pada tahun pertama berukuran sama.
Namun demikian untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel NCHS WHO
dengan menggunakan rumus :
Bila nilai riel hasil pengukuran  nilai median BB/U, TB/U atau BB/TB, maka

rumusnya : Zscore  nilairiel nilaimedian


SDUpper

Bila nilai riel hasil pengukuran  nilai median BB/U, TB/U atau BB/TB, maka
rumusnya : ZScore  nilairiel nilaimedian
SDLower

2. Parameter penilaian pertumbuhan fisik :


a. Ukuran antropometrik
 Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometrik terpenting, karena dapat
digunakan untuk menilai peningkatan/ penurunan semua jaringan yang ada
dalam tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain – lain

Untuk menilai berat badan normal yang sesuai usia todler dapat dilihat di tabel
NCHS terlampir

 Tinggi badan
Keistimewannya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan
meningkat terus sampai tinggi maksimal tercapai dan akhirnya berhenti pada
umur 18 – 20 tahun.

Untuk menilai tinggi bdan yang sesuai dengan usia todler dapat dilihat ditabel
NCHS terlampir

 Lingkar kepala
Lingkaran kepala mencerminkan volume intrakranial, dipakai untuk menaksir
pertumbuhan otak. Untuk rentang normal menurut nellhaus pada anak usia 1
tahun adalah 43,5 – 49( perempuan) & 43,5 – 49 ( laki – laki ) , kemudian anak
usia 2 tahun adalah 45 – 51( perempuan ) & 46 – 51( laki – laki ) dan anak usia
3 tahun adalah 46,25 – 53 (perempuan) & 46,25 – 53 ( laki – laki ). namun
demikian untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam grafik Nellhaus terlampir

 Lingkar lengan atas


LLA mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak
terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat
badan, laju tumbuh lambat, dari 11 cm waktu lahir menjadi 16 cm pada satu
tahun, selanjutnya tidak banyak berubah pada umur 1 – 3 tahun.

 Lipatan kulit
Tebalnya lipatan kulit pada daerah triseps dan subskapular merupakan refleksi
tumbuh jaringan lemak dibawah kulit, yang mencerminkan kecukupan energi.
dalam keadaan defisiensi lipatan kulit akan menipis dan sebaliknya menebal
jika masukan energi berlebihan

b. Gejala/tanda pemeriksaan fisik


 Keseluruhan fisik, jaringan otot, jaringan lemak, rambut, gigi geligi
c. Pemeriksaan laboratorium
 Hb, serum protein dan hormon.
d. Pemeriksaan radiologis
 Umur tulang
3. Perkembangan
Aspek perkembangan yang seharusnya dicapai anak pada usia todler adalah sebagai
berikut

a. Usia 12 – 18bulan
 Berjalan sendiri tidak jatuh
 Mengambil benda kcil dengan ibu jari dan telunjuk
 Mengungkapkan keinginan secara sederhana
 Minum sendiri dari gelas dan tidak tumpah
b. Usia 18 – 24 bulan
 Berjalan mudur setidaknya lima langkah
 Mencoret – coret dengan alat tulis
 Menunjuk bagian tubuh dan menyebut namanya
 Meniru melakukan pekerjaan rumah tangga
c. Usia 2 – 3 tahun
 Berdiri satu kaki tanpa berpegangan minimal 2 hitungan
 Meniru membuat garis lurus
 Menyatakan keinginan sedikitnya dengan 2 kata
 Melepas pakaian sendiri
4. Parameter penilaian perkembangan dengan DDST
Aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan DDSTadalah :

Alat yang Digunakan

 Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-


kuning-hijau- biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas,
dan pensil.
 Lembar formulir DDST
 Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes
dan cara menilainya.
Prosedur DDST terdiri dari dua tahap, yaitu:

 Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 3 – 6
bulan, 9 – 12 bulan, 18 – 24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.
 Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama kemudian dilarutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.

Penilaian

Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak tidak mendapat
kesempatan melakukan tugas (No Opportunity: N.O). Kemudian ditarik garis
berdasarkan umur kronologis, yang memotong garis horisontal tugas
perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing
sektor, berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil
tes diklasifikasi dalam normal, abnormal, meragukan (Questionable) dan tidak
dapat dites (Untestable).

 Abnormal
- Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
- Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1
sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama
tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia.
 Meragukan
- Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
- Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor
yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia.
 Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau
meragukan.
 Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas.

K. Hospitalisasi pada anak

Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah
sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam peawatan atau pengobatan dalam perawatan
atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya. Tetapi pada
umumnya hospitalisasi dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat
menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emos atau
tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama
dirawat dirumah sakit. Hospitalisasi pada anak akan memberikan dampak negatif seperti
trauma, cemas dan ketakutan (Wong, 2000).tressor Dalam Hospitalisasi Saat dirawat di
rumah sakit atau tengah menjalani proses hospitalisasi, klien (dalam hal ini adalah anak),
tentu akan mengalami stress akibat dari segala macam bentuk perubahan yang ia alami,
seperti perubahan lingkungan, suasana, dan lain sebagainya.

a. Reaksi Hospitalisasi Anak Usia


 Sering bertanya
 Menangis perlahan
 Menolak makan
 Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
 Kehilangan kontrol
 Pembatasan aktivitas
 Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman, sehingga ada perasaan
malu, takut sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak,tidak mau
bekerja sama dengan perawat (Wong, 2000).
b. Faktor-Faktor Penunjang Hospitalisasi
 Kepribadian Manusia
Tidak setiap orang peka terhadap hospitalisasi. Kita melihat ada sebagian orang
yang sangat menderita dan sangat tergantung pada pada apa yang diberikan
lingkungannya
 Sikap Pemberi Pertolongan
 Suasana Bagian Perawatan
c. Reaksi keluarga terhadap hospitalisasi
 Perasaan Cemas dan Takut
 Perasaan Sedih
 Perasaan Frustasi
 Perasaan Bersalah
d. Peran Perawat dalam mengurangi stress akibat hospitalisasi.
 Mencegah/meminimalkan dampak dari perpisahan
 Rooming in
 Partisipasi orangtua
 Membuat ruang perawatan seperti situasi rumah
 Membantu anak mempertahankan kontak (relasi)
 Mencegah perasaan kehilangan kontrol
 Physical Restriction
 Gangguan dalam Memenuhi kegiatan sehari-hari
 Meminimalkan rasa takut terhadap perlakuan tubuh dan rasa nyeri
 Memaksimalkan manfaat dari hospitalisasi
 Membantu perkembangan hubungan orangtua-anak
 Memberi kesempatan untuk pendidikan
 Meningkatkan self mastery
 Memberi kesempatan untuk sosialisasi
 Memberi support pada anggota keluarga
 Memberi informasi
 Melibatkan sibling
L. Pengkajian
Pengakjian merupakan langkah awal dasar dari proseskeperawatan. Tujuan utama dari

pengkajian ini adalah untuk mendapatkan data secara lengakap dan akurat karena dari data

tersebut akan ditentukan masalah keperawatan yang dihadapi klien.

1. Pengkajian umum :

a) Identitas klien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal pengkajian,

diagnosa medis, rencana terapi

b) Identitas penanggung jawab : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat

c) Alasan masuk rumah sakit

2. Data riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat klien pernah menderita penyakit akut / kronis, Riwayat klien pernah

menderita tumor lainnya, Riwayat klien pernah memakai kontrasepsi hormonal, pil

,suntik dalam waktu yang lama, Riwayat klien sebelumnya sering mengalami

peradangan kelenjer parotis.

b) Riwayat kesehatan sekarang

1) Lamanya sakit

Lamanya klien menderita sakit kronik / akut

2) Factor pencetus

Apakah yang menyebabkan timbulnya nyeri, sters, posisi, aktifitas tertentu

3) Ada tidak nyakeluhan sebagai berikut: demam, batuk, sesak nafas, nyeri dada, malaise

c) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular atau

kronis.Menderita penyakit kanker atau tumor.

3. Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum
b) TTV

c) Tingkat kesadaran

d) Rambut dan hygiene kepala.

Keadaan rambut biasanya kotor, berbau, biasanya juga ada lesi, memar,dan bentuk

kepala

e) Mata

Pemeriksaan mata meliputi konjungtiva, sclera mata, keadaan pupil

f) Gigi dan mulut

Meliputi kelengkapan gigi, keadaan gusi, mukosa bibir, warna lidah, peradangan pada

tonsil.

g) Leher

Inspeksi dalam keadaan istirahat pembengkakan yang abnormal, Penderita juga

diperiksa dari belakang. Kulitnya abnormal, Dinilai saluran-saluran keluar kelenjer

ludah dan melakukan pemeriksaan intraoral

Inspeksi pada gerakan Dinilai fungsi n.facialis, n.hipoglosus dan otot-otot, trismus

fiksasi pada sekitarnya ada pembnengkakkan atau tidak.

Palpasi Selalu bimanual, dengan satu jari di dalam mulut dan jari-jari tangan lainnya

dari luar. Tentukan lokalisasi yang tepat, besarnya (dalam ukuran cm), bentuk,

konsistensi dan fiksasi kepada sekitarnya.

Stasiun-stasiun kelenjer regional Selalu dinilai dengan teliti dan dicatat besar,

lokalisasi, konsistensi, dan perbandingan terhadap sekitarnya. Selalu diperlukan

pemeriksaan klinis daerah kepala dan leher seluruhnya.

h) Dada / thorak

Biasanya jenis pernapasan klien dada dan perut, terjadi perubahan pola nafas dan lain-

lain
i) Cardiovaskuler

Biasanya akan terjadi perubahan tekanan darah klien dan gangguan irama jantung

j) Pencernaan/Abdomen

Ada luka, memar, keluhan (mual, muntah, diare) dan bising usus

k) Genitalia

Kebersihan dan keluhan lain nya

l) Ekstremitas

Pembengkakan, fraktur, kemerahan, dan lain-lain.

m) Aktifitas sehari-hari

Pada aktifitas ini biasanya yang perlu diketahui adalah masalah, makan, minum, bak,

bab, personal, hygine, istirahat dan tidur. Biasanya pada klien dengan tumor parotis

tidak terjadi keluhan pada saat beraktifitas karena kien tidak ada mengeluhkan nyeri

sebelum dilakukan operasi.

n) Data social ekonomi

Menyangkut hubungan pasien dengan lingkungan social dan hubungan dengan

keluarga

o) Data psikologis

Kesadaran emosional pasien

p) Data spiritual Data diketahui, apakah pasien/keluarga punya kepercayaan yang

bertentangan dengan kesehatan


M. Diagnosa Keperawatan dan intervensi

DIAGNOSA NOC NIC

Nutrisi Kurang Dari NOC: 1. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah


kebiasaan makan
Kebutuhan Tubuh :  Status gizi; tingkat 2. Pantau nilai laboratotium, khususnya Hb, Ht,
ketersediaan zat gizi untuk albumin, dan elektrolit
Factor yang 3. Ketahui makanan kesukaan pasien
memenuhi kegiatan
berhubungan : 4. Tentukan kemampuan pasien untuk
metabolic
memenuhi kebutuhan nutrisi
 Kesulitan  Status gizi: pengukuran 5. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada
mengunyah atau biokimia; komponen dan catatan asupan
menelan kimia cairan yang 6. Timbang pasien pada interval yang tepat
 Kurang mengindikasikan status 7. Ajarkan metode untuk perencanaan makan
pengetahuan dasar nutrisi 8. Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan
tentang nutrisi yang berizi dan tidak mahal
 Status gizi: asupan makanan
 Hilang nafsu 9. Manajemen nutrisi: berikan informasi yang
makan dan cairan; jumlah makanan tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
 Mual dan muntah dan cairan yang dikonsumsi bagaimana memenuhinya
Batasan karakteristik tubuh dalam waktu 24 jam 10. Diskusikan dengan ahli gizi dalam
menentukan kebutuhan protein pasien yang
Subjektif Tujuan dan criteria evaluasi mengalami ketidakadekuatak asupan protein

 Kram abdomen Setelah dilakukan tindakan


 Nyeri abdomen keperawatan selama
 Menolak makan
Objektif x 24 jam :

 Bising usus  Memperlihatkan status gizi:


hiperaktif asupan makanan dan cairan,
 Kurang yang dibuktikan indicator
informasi/informasi sebagai berikut:
yang salah
 Kurangnya minat Indikator Saat Target
terhadap makanan dikaji
 Rongga mulut
terluka Makanan
 Kelemahan otot oral,
yang berfungsi pemberian
untuk menelan atau
mnengunyah makanan
lewat selang,
atau nutrisi
parenteral
total

Asupan
cairan oral

atau IV

Ket : 1. Tidak adekuat 2. Sedikit


adekuat;

3.Cukup adekuat 4. Adekuat 5.


Sangat Adekuat

Nyeri NOC: 1. Lakukan pengkajian nyeri secara


komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,
Factor yang  Tingkat kenyamanan : awitam durasi frekuensi, kualitas, intensitas
berubungan : tingkat persepsi positif ,atau keparahan nyeri dan factor
terhadap kemudahan fisik presipitasinya
Agen – agen psikologis 2. Observasi isyarat nonverbal
penyebab cedera :  Pengendalian nyeri : ketidaknyamanan
biologis, kimia, fisik tindakan individu untuk 3. Minta pasien untuk menilai nyeri dengan
dan psikologis mengendalikan nyeri skala (1-10)
 Tingkat nyeri : keparahan 4. Pengaturan posisi yang nyaman
Batasan karakteristik nyeri yang dapat diamati 5. Terapi oksigen
atau dilaporkan 6. Monitor TTV
Subjektif Tujuan dan criteria evaluasi 7. Informasikan kepada pasien tentang
prosedur yang dapat menungkatkan nyeri
Mengungkapkan secara Setelah dilakukan tindakan dan tawarkan strategi koping yang
verbal atau melaporkan keperawatan selama ditawarkan
nyeri dengan isyarat 8. Berikan informasi tentang nyeri, seperti
x 24 jam :Menunjukan penyebab nyeri,.
Objektif tingkat nyeri 9. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis (relaksasi, distraksi, terapi)
 Posisi untuk Indicator sebagai berikut: 10. Pemberian analgetik
menghindari nyeri Laporkan pada dokter jika tindakan tidak
 Perubahan selera Indikator Saat Target berhasil
makan dikaji
 Perubahan ekspresi
misal : gelisah, Nyeri yang
merinih, meringis, dilaporkan
menangis
 Bukti nyeri dapat Ekspresi
diamati nyeri pada
Gangguan tidur wajah

Ketegangan
otot

Durasi
episode nyeri

Merintih dan
menangis

Gelisah

Ket : 1. Sangat Berat; 2. Berat;


3. Sedang

4. Ringan; 5. Tidak ada


Kerusakan Integritas NOC: 1. Perawatan area insisi (NIC): inspeksi adanya
Kulit kemerahan, pembengkakan atau tanda-tanda
 Penyembuhan luka: primer; dehisensi atau eviserasi pada area insisi
Factor yang tingkat regenerasi sel dan 2. Perawatan luka (NIC): inspeksi luka pada
berubungan : jaringan setelah penutupan setiap mengganti balutan
yang disengaj 3. Kaji luka terhadap karakteristik tersebut:
 Zat kimia  Penyembuhan luka: lokasi, luas dan kedalaman, adanya dan
 Kelembaban sekunder; tingkat regenerasi karakter eksudat, termasuk kekentalan, warna
 Hipertermia sel dan jaringan pada luka dan bau, ada atau tidaknya granulasi atau
 Hipotermia terbuka epitelialisasi, ada atau tidaknya jaringan
 Factor mekanik nekrotik. Deskripsikan warna, baud an
(terpotong, tertekan, banyaknya.
akibat restrain) Tujuan dan criteria evaluasi 4. Konsultasikan pada ahli gizi tentang makanan
 Obat tinggi protein, mineral, kalori dan vitamin.
 Kelembaban kulit
Setelah dilakukan tidakan 5. Rujuk ke perawat terapi enterostma untuk
 Imobilisasi fisik keperawatan selama x24 jam : mendapatkan bantuan dalam pengkajian,
 Radiasi penemuan derajat luka, dan dokumentasi
 Perubahan status  Menunjukkan integritas perawatan luka atau kerusakan kulit.
cairan jaringan: kulit dan 6. Bersihkan dengan salin normal atau
 Perubahan
membrane mukosa, serta pembersih nontoksik, jika perlu.
pigmentasi penyembuhan luka primer 7. Bersihkan dan balut luka area pembedahan
 Perubahan turgor
dan sekunder, yang menggunakan prinsip steril atau tindakan
 Factor
dibuktikan oleh indicator asepsisi medis berikut, jika perlu:
perkembangan sebagai berikut :
 Ketidakseimbangan Indikator Saat Target
nutrisi dikaji
 Deficit imunologis
 Gangguan sirkulasi Suhu,
 Penonjolan tulang elastisitas,
Objektif hidrasi dan
sensasi
 Kerusakan pada
lapisan kulit Perfusi
 Kerusakan pada jaringan
permukaan kulit
 Invasi struktur Keutuhan
tubuh kulit

Eritema kulit
sekitar
Luka berbau
busuk

Pembentukan
jaringan
parut

Penyusutan
luka

Note : 1. Berat; 2. Cukup Berat;


3. Sedang;

4. Ringan 5. Tidak ada


gangguan
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.Jakarta : EGC
Ngastiyah. 2012. Perawatan Pada Anak. Jakarta : EGC
Nelson. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta : EGC
Soemarmo.2011.Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2.Jakarta : IDAI

Anda mungkin juga menyukai