Home
About
May16
Standard
Yang dimaksud dengan anak usia dini atau anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 0 sampai
6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program prasekolah atau kindergarten. Sedangkan di Indonesia
umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak dan kelompok bermain (play group).
Sementara itu, menurut direktorat pendidikan anak usia dini, pengertian anak usia dini adalah anak usia
0 – 6 tahun, baik yang terlayani maupun yang tidak terlayani di lembaga pendidikan anak usia dini. Hal
ini sesuai dengan ketentuan umum Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Dari pengertian tersebut tergambar bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0 –
6 tahun. Hal ini sejalan dengan Undang-undang sistem pendidikan nasional no. 20 tahun 2003 tentang
sisdiknas pasal 28 ayat 1 yaitu pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan
dasar. Sedangkan jenjang pendidikan dasar dimulai pada usia 7 tahun.
Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini sering disebut sebagai golden age. Hal ini karena pada masa ini pondasi otak manusia
sedang dibangun, pondasi yang kuat akan menghasilkan bangunan yang kuat dan tahan lama.
Perkembangan anak pada tahap pra sekolah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu usia 2-3 tahun
dan 4-6 tahun. Anak pada usia 2-3 tahun memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan masa bayi
(0-2 tahun). Mereka pada umumnya memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
Sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya, memiliki observasi yang tajam dan
keinginan keinginan belajar yang kuat
Mulai belajar mengembangkan emosi yang didasarkan pada bagaimana lingkungan memperlakukan
dia, sebab emosi bukan ditentukan oleh bawaan, namun lebih banyak pada lingkungan.
Perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan yang sangat bermanfaat untuk
pengembangan otot-otot kecil maupun besar.
Perkembangan bahasa sudah mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu
mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu
Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan rasa ingin tahu anak yang luar biasa
terhadap lingkungan sekitar.
Snowman mengemukakan ciri-ciri anak usia dini (3–6) tahun yang meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan
kognitif anak. Keempat ciri-ciri tersebut dijelaskan sebagai berikut :
Ciri fisik
Anak pada umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya
dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. Berikan kesempatan pada anak untuk lari,
memanjat dan melompat. Usahakan kegiatan-kegiatan tersebut di atas sebanyak mungkin sesuai
dengan kebutuhan anak dan selalu dibawah pengawasan guru.
Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup. Seringkali anak
tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktifitas yang tenang diperlukan anak.
Otot-otot besar pada anak usia dini lebih berkembang dari pada kontrol terhadap jari dan tangan.
Oleh karena itu biasanya anak belum terampil melakukan kegiatan yang rumit seperti misalnya mengikat
tali sepatu.
Anak masih mengalami kesulitan bila harus menfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang
ukurannya kecil. Itulah sebabnya koordinasi tangan kurang sempurna.
Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala anak yang melindungi otak masih lunak.
Anak perempuan lebih terampil dari pada anak laki-laki dalam mengerjakan tugas yang bersifat
praktis, khususnya motorik halus.
Ciri sosial
Pada umumnya anak cepat menyesuaikan diri secara sosial memiliki satu atau dua sahabat, tetapi
sahabat ini cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau
bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian
berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
Kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisasi dengan baik. Oleh karena
kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
Anak lebih mudah sering kali bermian bersebelahan dengan anak yang lebih besar. Perselisihan sering
terjadi namun dengan cepat kemudian berbaikan kembali.
Ciri emosional
Anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering
diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
Iri hati pada anak usia dini sering terjadi, sering memperebutkan perhatian guru.
Ciri kognitif
Anak pra sekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang berbicara, dan
sebagian dari mereka juga dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.
Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih
sayang.
Ciri – ciri perkembangan secara umum yaitu :
Terjadinya perubahan dalam aspek fisik (perubahan berat badan dan organ organ tubuh) dan aspek
psikis (matangnya kemampuan berpikir, mengingat, dan berkreasi)
Terjadinya perubahan dalam proporsi; aspek fisik (proporsi tubuh anak beubah sesuai dengan fase
perkembangannya) dan aspek psikis (perubahan imajinasi dari fantasi kerealitas)
Lenyapnya tanda tanda yang lama; tanda – tanda fisik (lenyapnya kelenjar thymus (kelenjar anak
anak) seiring bertambahnya usia aspek psikis (lenyapnya gerak gerik kanak kanak dan perilaku impulsif).
Diperolehnya tanda tanda yang baru; tanda tanda fisik (pergantian gigi dan karakter seks pada usia
remaja) tanda tanda psikis (berkembangnya rasa ingin tahu tentang pengetahuan, moral, interaksi
dengan lawan jenis)
Menurut NAEYC (National Association for The Education of Young Children) adalah anak usia dni anak
yang berada pada rentang usia 0 – 8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di Taman
Penitipan Anak, penitipan anak pada keluarga, pendidikan prasekolah baik itu swasta ataupun negeri,
TK, dan SD. Untuk karakteristik anak usia dini bisa dilihat d bawah ini :
Anak usia dini sangat ingin tahu tentang dunia sekitarnya. Pada masa bayi rasa inign tahu ini ditunjukkan
dengan meraih benda yang ada dalam jangkauannya kemudian memasukkannya ke mulutnya. Pada usia
3-4 tahun anak sering membongkar pasang segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Anak
juga mula gemar bertanya meski dalam bahasa yang masih sangat sederhana.
Meskipun banyak kesamaan dalam pola umum perkembangan anak usia dini, setiap anak memiliki
kekhasan tersendiri dalam hal bakat, minat, gaya belajar, dan sebagainya. Keunikan ini berasal dari
faktor genetis dan juga lingkungan. Untuk itu pendidik perlu menerapkan pendekatan individual dalam
menangani anak usia dini.
Anak usia dini sangat suka membayangkan dan mengembangkan berbagai hal jauh melampaui kondisi
nyata. Bahkan terkadang mereka dapat menciptakan adanya teman imajiner. Teman imajiner itu bisa
berupa orang, benda, atau pun hewan.
Masa itu sering juga disebut sebagai “golden age” atau usia emas. Karena pada rentang usia itu anak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat di berbagai aspek. Pendidik perlu
memberikan berbagai stimulasi yang tepat agar masa peka ini tidak terlewatkan begitu saja. Tetapi
mengisinya dengan hal-hal yang dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak.
Pada usia ini anak memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Anak cenderung
mengabaikan sudut pandang orang lain. Hal itu terlhat dari perilaku anak yang masih suka berebut
mainan, menangis atau merengek sampai keinginannya terpenuhi.
Anak usia dini memiliki rentang perhatian yang sangat pendek. Pehatian anak akan mudah teralih pada
hal lain terutama yang menarik perhatiannya. Sebagai pendidik dalam menyampaikan pembelajaran
hendaknya memperhatikan hal ini.
Anak usia dini mulai suka bergaul dan bermain dengan teman sebayanya. Ia mulai belajar berbagi, mau
menunggu giliran, dan mengalah terhadap temannya. Melalui interaksi sosial ini anak membentuk
konsep dirinya. Ia mulai belajar bagaimana caranya agar ia bisa diterima lingkungan sekitarnya. Dalam
hal ini anak mulai belajr untuk berperilaku sesuai tuntutan dari lingkungan sosialnya karena ia mulai
merasa membutuhkan orang lain dalam kehidupannya
Tugas tugas perkembangan
Tugas-tugas perkembangan yaitu tugas-tugas yang harus dilakukan atau dikuasai oleh seseorang dalam
masa-masa atau usia tertentu sesuai dengan norma-norma dalam masyarakat dan kebudayaan tertentu
agar dapat hidup bahagia dan mampu menyelesaikan tugas-tugas perkembangan berikutnya. Robert
Havighurst (Adam & Gullota, 1983) melalui perspektif psikososial berpendapat bahwa periode yang
beragam dalam kehidupan individu menuntut untuk menuntaskan tugas-tugas perkembangan yang
khusus. Tugas-tugas ini berkaitan erat dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan
pengalaman beragama, dan hal lainnya sebagai persyaratan untuk pemenuhan kebahagiaan hidupnya.
Selanjutnya Robert J. Havighurst (Syamsu Yusuf, 2008 : 65) mengartikan tugas-tugas perkembangan itu
sebagai berikut “A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the
individual, successful achievement of which leads to his happiness and to success with later task. While
failure leads to un happiness in the individual, disapproval by society, and difficulty with later task”.
Maksudnya, bahwa tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu
dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa
kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, sementara apabila gagal, maka akan
menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan
masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
Yusuf (2008:66) tugas-tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku, atau keterampilan yang
seyogyanya dimiliki oleh individu, sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. Hurlock (1981)
menyebutkan tugas-tugas perkembangan ini sebagai social expectations. Dalam arti, setiap kelompok
budaya mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh
pola perilaku yang disetujui bagi berbagai usia sepanjang rentang kehidupan.
Pada setiap masa perkembangan individu, ada berbagai tugas perkembangan yang harus dikuasai,
adapun tugas perkembangan masa kanak-kanak menurut Carolyn Triyon dan J. W. Lilienthal
(Hildebrand, 1986 : 45) adalah sebagai berikut :
Berkembang menjadi pribadi yang mandiri. Anak belajar untuk berkembang menjadi pribadi yang
bertanggung jawab dan dapat memenuhi segala kebutuhannya sendiri sesuai dengan tingkat
perkembangannya di usia Taman Kanak-kanak.
Belajar memberi, berbagi dan memperoleh kasih sayang. Pada masa Taman Kanak-kanak ini anak
belajar untuk dapat hidup dalam lingkungan yang lebih luas yang tidak hanya terbatas pada lingkungan
keluarga saja, dalam masa ini anak belajar untuk dapat saling memberi dan berbagi dan belajar
memperoleh kasih sayang dari sesama dalam lingkungannya.
Belajar bergaul dengan anak lain. Anak belajar mengembangkan kemampuannya untuk dapat bergaul
dan berinteraksi dengan anak lain dalam lingkungan di luar lingkungan keluarga.
Mengembangkan pengendalian diri. Pada masa ini anak belajar untuk bertingkah laku sesuai dengan
tuntutan lingkungannya. Anak belajar untuk mampu mengendalikan dirinya dalam berhubungan dengan
orang lain. Pada masa ini anak juga perlu menyadari bahwa apa yang dilakukannya akan menimbulkan
konsekuensi yang harus dihadapinya.
Belajar bermacam-macam peran orang dalam masyarakat. Anak belajar bahwa dalam kehidupan
bermasyarakat ada berbagai jenis pekerjaan yang dapat dilakukan yang dapat menghasilkan sesuatu
yang dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat menghasilkan jasa bagi orang lain. Contoh, seorang
dokter mengobati orang sakit, guru mengajar anak-anak di kelas, pak polisi mengatur lalu lintas, dan lain
sebagainya.
Belajar untuk mengenal tubuh masing-masing. Pada masa ini anak perlu mengetahui berbagai anggota
tubuhnya, apa fungsinya dan bagaimana penggunaannya. Contoh, mulut untuk makan dan berbicara,
telinga untuk mendengar, mata untuk melihat dan sebagainya.
Belajar menguasai ketrampilan motorik halus dan kasar. Anak belajar mengkoordinasikan otot-otot
yang ada pada tubuhnya, baik otot kasar maupun otot halus. Kegiatan yang memerlukan koordinasi otot
kasar diantaranya berlari, melompat, menendang, menangkap bola dan sebagainya. Sedangkan kegiatan
yang memerlukan koordinasi otot halus adalah pekerjaan melipat, menggambar, meronce dan
sebagainya.
Belajar mengenal lingkungan fisik dan mengendalikan. Pada masa ini diharapkan anak mampu
mengenal benda-benda yang ada di lingkungan, dan dapat menggunakannya secara tepat. Contoh, anak
belajar mengenal ciri-ciri benda berdasarkan ukuran, bentuk, dan warnanya. Selain dari itu, anak dapat
membandingkan satu benda dengan benda lain berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki benda tersebut.
Belajar menguasai kata-kata baru untuk memahami anak/orang lain. Anak belajar menguasai berbagai
kata-kata baru baik yang berkaitan dengan benda-benda yang ada di sekitarnya, maupun berinteraksi
dengan lingkungannya. Contoh, anak dapat menyebutkan nama suatu benda, atau mengajak anak lain
untuk bermain, dan sebagainya.
Mengembangkan perasaan positif dalam berhubungan dengan lingkungan. Pada masa ini anak belajar
mengembangkan perasaan kasih sayang terhadap apa-apa yang ada dalam lingkungan, seperti pada
teman sebaya, saudara, binatang kesayangan atau pada benda-benda yang dimilikinya.
Pada masa pendidikan anak usia dini (PAUD) maupun masa taman kanak-kanak anak akan cenderung
melakukan pembelajaran seperti yang telah disebutkan diatas. Untuk itulah sebagai pendidik anda harus
bisa menyesuaikan tugas-tugas dalam periode perkembangan anak ini, hal itu dimaksudkan agar proses
pembelajaran anak bisa berjalan efektif dan efisien.
Secara rinci tugas perkembangan mansia dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu sebagai berikut
Dewasa tua
Keempat tahapan perkembangan anak usia dini tersebut (neonates sampai pra sekolah) dapat diuraikan
menjadi:
Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan.
Implikasinya adalah membantu orang tua untuk mengidentifikasi dan menemukan kebutuhan yang tidak
ditemukan.
Pada tahap ini, tumbuh kem bang terbagi menjadi 4tahap perkembangan, yaitu
Mengangkat kepala
Menirukan suara
Mengulang bunyi yang didengarnya
Pada usia ini terjadi peningkatan kemampuan psikososial dan perkembangan motorik, baik motorik
halus maupun kasar. Tahap ini terbagi menjadi 3 tahap perkembangan, yaitu
Usia 18 – 24 bulan
Menyusun 6 kotak
Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil
Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang yang lebih besar
Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain – main dengan mereka
Usia 2-3 tahun
Bertanya
Menggambar lingkaran
Pada masa pra sekolah pertumbuhan fisik lebih lambat. Ketika sedang bermain anak mencoba
pengalaman baru dan peran sosial. Tahap ini terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu:
Ketangkasan meningkat
Melompat tali
Bermain sepeda
Memperlihatkan tempertantrum
Fungsi tugas perkembangan anak usia dini bagi guru dan orang tua
Fungsi tugas perkembangan anak bagi guru khususnya di sekolah adalah agar guru bisa memberikan
kegiatan yang sesuai dengan perkembangan anak dan perkembangan anak bisa meningkat kearah
perkembangan yang lebih kompleks. Fungsi tugas perkembangan ini sangat menentukan perkembangan
selanjutnya bagi anak. Dan guru bisa memberikan rangsangan sesuai dengan arah perkembangan anak.
Begitu juga dengan orang tua, fungsi tugas perkembangan anak sangat penting bagi orang tua dalam
memberikan tugas-tugas ataupun kegiatan yang sesuai dengan perkembangan anak. Sehingga anak bisa
berkembang secara optimal.
Peran guru dan orang tua dalam membantu mencapai tugas perkembangannya
Bagi anak, orang tua (ayah ibu) merupakan figur orang dewasa pertama yang dikenal anak sejak bayi.
Selain kedekatan karena faktor biologis, anak biasanya cukup dekat dengan ayah ibunya karena hampir
seluruh hidupnya dekat dan dihabiskan bersama orangtuanya. Oleh karena itu, ayah ibu meniliki
pengaruh besar terhadap perkembangan anak.
memperlakukan anak sesuai dengan karakteristik anak dan memahami bahwa setiap anak bersifat
unik;
memenuhi kebutuhan dasar anak, seperti kebutuhan kasih sayang, pemberian makanan bernutrisi,
rasa aman, dan nyaman;
memperhatikan pola pendidikan yang diajarkan oleh guru di sekolah anak dan mencoba
menyelaraskan pola tersebut dengan pola pendidikan di rumah;
memberikan dukungan dan penghargaan ketika anak menampilkan perilaku yang terpuji;
Pada periode ini peran orang tua yang dibutuhkan anak adalah pemberian kasih sayang dengan
menyusui dan membelai atau mengusap. Anak merasakan nikmat dan kenyamanan kalau bibirnya
disentuh oleh payudara ibunya yag lembut dan hangat, dibelai dengan penuh kasih sayang oleh tangan
dan kulit ibunya yang halus. Sentuhan dan belaian ini akan menimbulkan kesan kejiwaan nyaman,
tentram, dan damai dan persaan dilindungi.
Erik Erikson (1960) mengemukakan bahwa anak yang mengalami kesan kepuasan seperti ini memiliki
keyakinan dasar yang benar dan bagus tentang dunia (basic trust). Sebaliknya anak yang tidak disusui,
sedikit sekali disentuh dan dibelai dan miskin kasih sayang akan memilki kesan kejiwaan yang negative
tentang kehidupan ini. Anak merasa diabaikan, tidak dilindungi, tidak aman dan ini menjadi sumber
kekecewaan dalam menghadapi kehidupan. Anak menghayati dunia sebagai keadaan yang kejam, tidak
menyenangkan dan tidak aman sehingga dalam menghadapi kehidupan selalu curiga, cemas, dan
perasaan tidak tentram.
Dalam fase ini peran orangtua yang diharapkan untuk anak adalah melatih anak buang air yang tertib.
Anak-anak dilatih buang air pada tempat yang pantas, lebih penting lagi menciptakan suasana hati yang
tenang dan tentram selama buang air. Erikson memperingatkan orangtua agar tidak melakukan latihan-
latihan buang air dengan disiplin yang keras, karena dapat menimbulkan krisis kejiwaan pada masa ini
dan setelah dewasa nantinya ia akan menjadi orang dewasa yang suka memaksa.
Orangtua yang dijadikan saingan (rival) hendaknya tetap menunjukkan sayang dan perhatian yang
dalam terhadap anaknya. Jauhilah sifat bermusuhan terhadap anak, sehingga anak selalu mendapat
kesan bahwa orangtuanya yang dijadikannya saingan, tetap baik dan menyayanginya.
Antara kedua orangtua hendaknya menampakkan saling menyayangi, saling menghormati dan saling
menonjolkan kebaikan pihak lain. Dalam hal ini misalnya ibu hendaknya selalu membanggakan ayah
didepan anak laki-lakinya begitupun sebaliknya.
Fase laten
Pada fase ini peran orangtua yang diharapkan adalah memberi kesempatan dan menyokong berbagai
ide anak untuk berbuat sesuatu sampai berhasil. Orangtua hendaknya memberikan kesempatan kepada
anak untuk berkarya. Hubungan anak yang beralih kepada teman sebaya hendaknya di pupuk oleh
orangtua dengan mendekati dan mengakrapi teman sebaya anak-anaknya. Perkembangan moral anak
dikembangkan dengan memberikan contoh dari orangtua dan melaksanakan disiplin secara induktif.
Disiplin dengan cara induktif maksudnya memberikan larangan dengan alas an-alasan mengapa ia boleh,
atau tidak boleh melakukan sesuatu.
Peran guru
Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa
perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Jadi dapat diartikan proses belajar
adalah sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri anak.
Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan
sebelumnya. Guru adalah pihak utama yang langsung berhubungan dengan anak dalam upaya proses
pembelajaran, peran guru itu tidak terlepas dari keberadaan kurikulum. Tetapi menurut Brenner (1990)
sebenarnya pendidikan anak prasekolah terefleksi dalam alat-alat perlengkapan dan permainan yang
tersedia, cara perlakuan guru terhadap anak, adegan dan desain kelas, serta bangunan fisik lainnya yang
disediakan untuk anak. (M. Solehuddin, 1997 : 55). Di Indonesia pembelajaran pendidikan prasekolah
lebih bersifat akademik, di mana anak lebih banyak duduk di bangku dan harus tertib seperti di sekolah.
Jarang guru memberikan kesempatan kepada anak untuk berksplorasi, mengekspresikan perasaannya,
dan melakukan sendiri apa yang mereka minati, sampai menemukan pemecahan masalah sendiri.
Guru berperan sebagai pengajar. Dalam hal ini guru harus mengajar sesuai dengan kurikulum tanpa
melihat minat anak. Semua anak dianggap botol kosong yang harus diisi oleh berbagai informasi tanpa
melihat perbedaan bahkan meski anak tidak berminat pun guru harus tetap menyampaikan apa yang
sudah dugariskan dalam kurikulum tersebut.
Guru berperan membelajarkan anak. Pada pendekatan ini guru berpegang pada panduan kemampuan
yang akan dicapai anak dengan cara memahami minat, perasaan dan pengalaman anak. Guru hanya
berperan sebagai fasilitator dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan
pengalaman, perasaannya melalui berbagai interaksi kepada guru maupun teman sebaya. Dalam hal ini
anak dapat dengan leluasa mengekspresikan apa saja yanga ada dalam pikirannya Pendekatan semacam
ini merupakan pendekatan yang efektif dan terbaik karena anak dapat berkembang secara utuh (Tini
Sumartini, 2005 :47)
Daftar pustaka
Ramli, M. 2005. Pendampingan Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional
http://pgalvihidayah.wordpress.com/anak-usia-dini/
http://lailatur-rahmah.blogspot.com/2011/05/psikologi-perkembangan-ciri-ciri-dan.html
http://paudbook.blogspot.com/2012/01/tugas-tugas-perkembangan-anak-usia-dini.html
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/artikel-utk-p4tk-sb.pdf
http://tatangjm.wordpress.com/peran-guru-dalam-paud/
Share this:
Related
CARA-CARA PENGEMBANGAN AGAMA DAN MORAL SERTA CARA MENGEMBANGKAN DISIPLIN DAN
EMOSI
CARA MEMBANTU ANAK DENGAN GANGGUAN PERILAKU, EMOSI DAN SOSIAL AGAR BERHASIL DALAM
PENDIDIKAN INKLUSIF
About mellyhandayani
Post navigation
Previous Post Next Post
Leave a Reply
Search for:
Recent Posts
CARA MEMBANTU ANAK DENGAN GANGGUAN PERILAKU, EMOSI DAN SOSIAL AGAR BERHASIL DALAM
PENDIDIKAN INKLUSIF
CARA MEMBANTU ANAK YANG MEMILIKI KECERDASAN DAN BAKAT ISTIMEWA (CI-BI) AGAR BERHASIL
DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF
Archives
May 2015
March 2014
December 2013
May 2013
March 2013
February 2013
December 2012
November 2012
Categories
Uncategorized
Meta
Register
Log in
Entries RSS
Comments RSS
WordPress.com
kalender ku
May 2015 M T W T F S S
« Mar
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.
my profil
mellyhandayani
mellyhandayani
Flag Counter
animasi ku
Flag Counter
animasi lagi
Animated graphics
Follow
Follow “mellyhandayanicyrus”
:)
https://mellyhandayanicyrus.wordpress.com/2015/05/16/ciri-ciri-umum-dan-tugas-perkembangan-
anak-usia-dini-2/