Anda di halaman 1dari 22

TEKNIK RADIOGRAFI PEMERIKSAAN OS NASAL

1. Pendahuluan

Teknik radiografi soft tissue dapat diaplikasikan pada seluruh tubuh termasuk jaringan
superficial, kecuali pada tulang. Teknik ini membutuhkan eksposi yang berbeda dari teknik
radiografi biasa dilaksanakan pada umumnya. Teknik ini akan menghasilkan densitas dan
kontras jaringan yang rendah dengan berbagai perubahan yang terjadi Pemilihan kVp dalam
teknik radiografi soft tissue sebaiknya bervariasi dalam kondisi penyinaran yang rendah. Hal
ini bertujuan untuk menyesuaikan perbedaan kontras jaringan dari yang rendah sampai yang
tinggi seperti tulang, udara yang memiliki berbagai tingkatan. Eksposi yang mencukupi
merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa struktur organ yang diperiksa dapat
direkam dengan kontras yang baik (Clark, 1974).

2. Persiapan Pemeriksaan Tulang Hidung


Persiapan pada pemeriksaan tulang hidung dibagi menjadi dua macam yaitu :
A. Persiapan Pasien
Dalam pemeriksaan radiografi tulang hidung tidak memerlukan persiapan khusus,
cuma membebaskan semua logam, plastik dan semua objek lain dipindahkan dari kepala
(Bontrager, 2001).
B. Persiapan alat dan bahan

 Pesawat sinar-X siap pakai dengan bucky table


 Kaset yang dilengkapi screen ukuran 18 x 24 cm
 Marker R / L
 Prosesing film
 Film occlusal ukuran 6x7 cm (Ballinger 1995).

3. Proyeksi Radiograf Tulang Hidung


A. Proyeksi Lateral

 Pasien semi prone diatas meja pemeriksaan dengan kepala dan kaki diatur dalam
posisi yang nyaman.
 Tempelkan bagian lateral dari kepala pada meja pemeriksaan, pastikan objek yang
diperiksa masuk pada kaset.
 Posisikan tulang hidung di tengah kaset, pastikan kepala dalam posisi true lateral serta
untuk kenyamanan posisikan tubuh dalam posisi oblik. Bila perlu letakkan soft bag di
bawah dagu, pastikan MSP (Mid Sagital Plane) paralel dengan meja
pemeriksaan. Interpupilary line tegak lurus dengan memposisikan infra orbita meatal
line tegak lurus di depan kaset.
 Arah sinar tegak lurus terhadap kaset.
 Titik bidik ½ inchi (1,25 cm) di bawah nasion.
 Jarak focus ke film 100 cm, eksposi saat diam.
 Kriteria : tampak bayangan dengan struktur soft tissue, tampak sutura nasofrontal dan
tampak anterior nasal spine

B. Proyeksi Parietoacanthial (Metode Waters)

 Pasien prone diatas meja pemeriksaan dengan kepala dan kaki diatur dalam posisi
yang nyaman. Ekstensikan kepala, posisikan dagu dan hidung menempel pada meja
pemeriksaan.
 Posisikan kepala sampai lips-meatal line (LML) tegak lurus, orbito meatal line (OML)
membentuk sudut 55º dengan image reseptor. Posisikan Mid sagital Plane (MSP)
tegak lurus pada pertengahan grid atau meja pemeriksaan, pastikan tidak ada rotasi
atau kemiringan dari kepala.
 Arah sinar tegak lurus dipusatkan keluar pada acantion.

 Jarak focus ke film 100 cm. kolimasikan 1 inchi (2,5 cm) pada tulang wajah.
 Kriteria : proyeksi parietoacanthial (waters method) dapat menampakkan bony nasal
septum, tulang petrom.

C. Proyeksi Superoinferior Tangential (Axial)

 Posisi pasien duduk tegak diatas kursi dan bersandar di atas meja pemeriksaan atau
tidur prone diatas meja pemeriksaan. Letakkan dagu diatas kaset dan atur sudut kaset
yang tepat di bawah dagu.
 Pastikan kaset tegak lurus dengan Glabella Alveolar Line (GAL). Mid Sagital Plane
(MSP) kepala tegak lurus terhadap arah sinar dan garis tengah kaset.
 Arah sinar dipusatkan pada hidung dan sudutkan dengan tepat agar paralel dengan
Glabella Alveolar Line (GAL). Titik bidik menuju glabela menuju gigi atas bagian
depan.
 Jarak fokus ke film 100 cm.
 Kriteria : tampak tulang nasal bagian tengah dan distal dalam posisi tangensial
(tampak sedikit superposisi dengan glabela atau alveolar ridge) dan tampak soft tissue
 Hidung

D. Proyeksi Lateral Dengan Film Occlusal

 Penderita semi prone diatas meja pemeriksaan dengan tangan dan kaki diatur dalam
posisi yang nyaman. Kepala penderita diatur sehingga Mid Sagital Plane kepala
paralel terhadap meja pemeriksaan dan interpupilary line tegak lurus terhadap meja
pemeriksaan.
 Mengatur film occlusal diatas spon diletakkan di sudut bawah supra orbital. Sudut-
sudut film dibuat tidak tajam, sehingga dapat diletakkan tanpa mengganggu
kenyamanan penderita. Sudut pinggir film diletakkan pada sisi hidung pada inner
canthus dan tekan bagian atas film sehingga paralel terhadap Mid Sagital Plane (MSP)
kepala.
 Arah sinar vertikal tegak lurus kaset dengan titik bidik pada pada 0,25 inchi atau 1,9
cm dari distal nasion menuju tengah film, jarak focus ke film 90 cm dan eksposi saat
penderita diam.
 Kriteria : tampak gambaran lateral tulang hidung dan jaringan lunak tanpa ada rotasi,
tampak spina nasalis anterior dan sutura fronto hidung

E. Tangensial Intra Oral

 Penderita duduk di atas meja pemeriksaan. Kepala penderita diatur sehingga Mid
Sagital Plane (MSP) dan Glabello Alveolar Line dalam posisi vertikal. Film occlusal
dimasukkan dalam mulut penderita kurang lebih 1 inchi atau 2,5 cm, kemudian
mengatur glabelo alveolar line tegak lurus terhadap film.
 Penderita disuruh mengatupkan bibir dan gigi sehingga film terfiksasi.
 Arah sinar horizontal tegak lurus terhadap film dengan titik bidik pada glabelo
alveolar line menuju tengah film. Jarak focus ke film 100 cm , eksposi saat diam.
 Kriteria : tampak gambaran tulang hidung sedikit superposisi dengan tulang frontal
dan gigi atas.
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI SKULL “METHODE TOWNE”

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan radiografi skull merupakan pemeriksaan radiografi yang relatif perlu


diperhatikan, selain karena anatomi dari skull yang kompleks serta bentuk wajah dan variasi
anatomis pada setiap orang berlainan immobilisasi maksimal juga sangat dibutuhkan untuk
mendapatkan gambar radiograf skull yang berkualitas. Secara garis besar pemeriksaan skull
dpat dipisahkan menjadi pemeriksaan tengkorak (skull), sinus, nasal bones, facial bones,
orbita, zygoma dan mandibula.

Untuk pemeriksaan skull banyak memiliki variasi proyeksi yang digunakan, hal ini
bertujuan untuk mendapatkan spesialisasi dan karakter gambaran radiograf yang berbeda dari
masing-masing anatomi skull. Dan dalam kesempatan kali ini akan dibahas mengenai teknik
pemerikaan radografi skull dengan methode towne

.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

 Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi skull dengan menggunakan method towne .


 Bagaimana kriteria gambar yang dihasilkan melalui pemeriksaan skull dengan
methode towne.

1.3. Tujuan

Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini maka dapat disimpulkan tujuan
penulisan makalah ini menjadi dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1. TujuanUmum
Mahasiswa dapat memahami teknik pemeriksaan radiografi skull terutama towne
methode.

1.3.2. Tujuan Khusus

 Mengetahui posisi pasien dan persiapan lainnya yang perlu diperhatikan dalam
pemeriksaan radiografi skull methode towne.
 Memahami kriteria gambaran radiograf yang tepat pada pemeriksaan methode towne.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Memberikan gambaran mengenai pemeriksaan radiograf skull dengan methode towne


secara jelas.

Memberikan pemahaman tentang kriteria gambaran radiograf methode towne yang baik dan
benar.

Tinjauan Teori

2.1. Anatomi Skull

Skull atau tengkorak membentuk rangka kepala dan muka, termasuk pula mandibula,
yaitu tulang rahang bawah. Tengkorak terdiri atas 22 tulang (atau 28 tulang termasuk
tulang telinga), dan ditambah lagi 2 atau lebih tulang-tulang rawan hidung yang
menyempurnakan bagian anteroinferior dari dinding-dinding lateralis dan septum hidung
(nasal). Adapun pembagiannya dapat di gambarkan sebagai berikut :

1. 8 buah tulang tengkorak (cranial bones)

Tulang – tulang yang berfungsi melindungi otak (gubah otak), terdiri dari :

 1 os. Frontal
 2 os. Parietal
 1 os. Occipital
 1 os. Ethmoid
 1 os. Sphenoid
 2 os. Temporal
 2 Os. Maleus
 2 Os. Inkus
 os. Telinga
 2 Os. Stapes
 14 tulang rangka muka (facial bones)
Berfungsi memberi bentuk, struktur pada wajah serta menyokong tulang-tulang di dalam
wajah,
Bersama-sama cranial membentuk lengkung mata (eye sockets), tediri dari :
 2 os. maxillary bones
 2 os. nasal
 2 os. lacrimal
 2 os. zygoma (malar)
 2 os. Palatine
 2 os. inferior nasal conchae
 1 os. vomer
 1 os. mandible

2.2. Landmark Dalam Pemeriksaan Radiografi Skull

Saat memposisikan kepala pasien, harus diperhatikan bentuk wajah dan variasi anatomis
landmark untuk dapat menentukan bidang yang akan digunakan setepat mungkin disesuaikan
dengan posisi kaset. Telinga, hidung, dan dagu bukanlah patokan yang tepat. bagian tubuh
seperti mastoid tipos, dan orbital margin merupakan landmark yang tepat.

Adapun beberapa garis anatomi yang digunakan sebagai landmark pemeriksaan radiografi
skull antara lain :
Gb. 2. Anterior Landmark

2.2. Teknik Pemeriksaan Radiografi Skull

Ada lima posisi dasar yang umumnya digunakan dalam pemeriksaan radiografi skull,
yakni :

PA

PA Axial (Caldwell)

Lateral

AP Axial (Towne)

SMV (Submentovertical).

Ringkasan singkat mengenai proyeksi pemerikaan radiografi skull dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 1. Proyeksi Pemeriksaan Radiografi Skull (dalam bahasa Inggris)

Pembahasan Dan Hasil

3.1. Towne Methode (AP Axial)

Meskipun metode towne menunjukkan keadaan umum, pada tahun 1912 Grashey
mempresentasikan deskripsi pertamanya poyeksi AP Axial tulang kranium. Tahun 1926
Altschul merekomendasikan dengan tekanan dagu dan CR langsung melewati foramen
magnum dngan sudut 400 ke caudad. Towne merkomendasikan bahwa dengan tekanan dagu,
CR langsung MSP dari titik 3 inci (7,5 cm) di atas alis ke foramen magnum. Towne tidak
spesifik memberikan sudut CR, tapi tentu saja ini akan tergantung pada kelenturan leher.

Gb. 3. Towne Method


3.2. Teknik Pemeriksaan Methode Towne

3.2.1. Indikasi Pemeriksaan

Berhubung menurut sumber yang di dapat tidak ada yang menyebutkan alasan klinis khusus
mengenai penggunaan methode towne, maka dapat dikatakan penggunaan methode towne
pada pemeriksaan skull bertujuan untuk mendapatkan detail gambaran anatomi daripada
tulang oksipital dan foramen magnum. Di samping juga dorsum sellae, petrous bones, dan
juga os. Mastoids

3.2.2. Persiapan Pasien dan Persiapan Alat

a. Persiapan Pasien

Beberapa persiapan yang perlu dilakukan terhadap pasien antara lain :

 Melepaskan benda-benda logam yang dikenakan pasien di daerah yang akan diperiksa
seperti : perhiasan-perhiasan logam agar tidak merusak gambar radiografi.
 Mempersilahkan pasien untuk mengganti pakaian yang dikenakan dengan baju khusus
yang telah dipersiapkan sebelumnya.

b. Persiapan Alat

Persiapan pada alat atau bahan yang akan digunakan pada saat pemeriksaan radiografi
antara lain :

 Pesawat sinar-X (faktor eksposisi : kV, mA, S dan kondisi pesawat)


 Kaset dan film yang sesuai dengan daerah yang akan diperiksa (untuk method towne
digunakan ukuran 10 x 12 inchi (24 x 30 cm)
 Marker (pemberi tanda R :right, L :left)
 Alat fiksasi (mencegah pergerakan objek seperti : sand bag, spoon, dsb)

3.2.3. Posisi Pasien

 Pasien dalam keadaan supine/duduk tegak, pusatkan MSP tubuh ke garis


tengah grid.
 Tempatkan lengan dalam posisi yang nyaman dan atur bahu untuk dibaringkan
dalam bidang horizontal yang sama.
 Pasien hyprshenic dalam posisi duduk tegak jika memungkinkan.
 Bila ini tidak memungkinkan, untuk menghasilkan proyeksi yang diinginkan
pada bagian oksipital asal oleh penyudutan CR Caudad dengan mengangkat
kepala dan mengaturnya dalam posisi horizontal. Stewart, merekomendasikan
sudut 400. Proyeksi oksipitofrontal ditemukan oleh Hass dapat digunakan
dalam proyeksi AP Axial pada pasien hypersthenic.
 Metode Hass adalah kebalikan dari proyeksi AP Axial (Towne), tapi
memberikan hasil sebanding

3.2.4. Posisi Objek

 Atur pasien sehingga MSP tegak lurus dengan garis tengah kaset.
 Fleksikan leher secukupnya, garis orbito meatal tegak lurus ke bidang film.
 Bila pasien tidak dapat memfleksikan lehernya, aturlah aturlah sehingga garis
infra orbito meatal tegaklurus dan kemudian menmbah sudut CR 70 .
 Untuk memperlihatkan bagian oksipito basal atur posisi film sehingga batas
atas terletak pada puncak cranial. Pusatkan kaset pada foramen magum.
 Untuk membatasi gambaran dari dorsum sellae dan ptrous pyramid, atur kaset
sehingga titik tengah akan bertepatan dengan CR
 Periksa kembali posisi dan imobilisasi kepala.
 Tahan napas saat ekspose.

Gb. 4. Posisi Pasien method towne (supine)

3.2.5. FFD (SID) 40 inchi (96 cm)

3.2.6. Arah Sinar (CR) dan Titik Bidik (CP)


 CR (central ray) Untuk pemeriksaan umum, arahkan CR ke foramen magnum dengan
penyudutan caudad (1) 300 ke garis orbito meatal atau (2) 370 ke garis infraorbitomeatal.
 CP (central point) diarahkan menuju MSP (mid sagittal plane) dengan titik kira-kira
2-2,5 inchi (6 cm) diatas glabella, dan diarahkan ke pertengahan film.

3.2.7. Struktur Gambar dan Kriteria Gambar


 Struktur Gambar yang Tampak

Proyeksi AP Axial menunjukkan gambaran simetris dari petrous pyramid, bagian


posterior, foramen magnum, tulang oksipital dan bagian posteiror tulang parietal, proyeksi
dorsum sellae dan procesus clinoid dalam foramen magnum. Proyeksi ini juga digunakan
untuk mempelajari tomographic telinga, canal wajah, foraminal jugular dan foramina
rotundum.

 Kriteria Gambar
 Hal-hal berikut seharusnya diperlihatkan dengan jelas :
 Jarak dari batas lateral tengkorak ke tepi lateral foramen magnum sama kedua
sisinya.
 Petrous pyramid sama kedua sisinya.
 Dorsum sellae dan procesus clinoid posterior tampak dalam foramen magnum.Tulang
oksipital dan foramen magnum harus tampak jelas

Gb. 5.

Kriteria gambar proyeksi AP Axial (towne method)


3.2.8. Proteksi Radiasi Untuk petugas

 Atur jarak (min 1 m)


 Shielding (pelindung Pb)
 Waktu (s)
 Untuk Pasien
 Faktor Eksposi (kV, mA, s)
 Shield gonads (apron)
 Batasi lapangan / area penyinaran
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penulisan makalah ini antara lain :

 Methode towne pada pemeriksaan skull bertujuan untuk mendapatkan detail


gambaran anatomi daripada tulang oksipital dan foramen magnum. Di
samping itu juga dorsum sellae, petrous bones, dan juga os. Mastoids.
 Hal-hal berikut seharusnya diperlihatkan dengan jelas :
 Jarak dari batas lateral tengkorak ke tepi lateral foramen magnum sama
kedua sisinya.
 Petrous pyramid sama kedua sisinya.
 Dorsum sellae dan procesus clinoid posterior tampak dalam foramen
magnum
 Tulang oksipital dan foramen magnum harus tampak jelas

3.2. Saran

Beberapa saran yang ingin penyusun utarakan menyangkut penyusunan makalah ini
antara lain :

 Penggunaan methode towne dapat menghasilkan gambaran radiograf yang jelas dari
oksipital dan foramen magnum pada pemeriksaan skull. Sehingga dalam dunia kerja
nantinya proyeksi ini hendaknya dapat diaplikasikan semaksimal mungkin oleh
seorang radiografer.
TEKNIK RADIOGRAFI MANDIBULA

PROYEKSI PA DAN PA AXIAL


POSISI PASIEN :

 Pasien diposisikan prone atau duduk


 Tempatkan lengan pada posisi yang nyaman dan atur bahu, sehingga berada pada
bidang trasversal yang sama.

POSISI OBJEK :

 Letakan kepala dimana dahi dan hidung pasien menempel pada bidang film.Untuk
mendapatkan ramus mandibula, pusatkan ujung hidung berada pada pertengahan
bidang film.
 MSP kepala tegak lurus pada bidang film.
 Pastikan tidak terjadi pergerakan/ perputaran pada objek kepala
 CR Untuk Proyeksi PA : CR tegak lurus bidang film dengan CP di pertengahan
antara kedua bibir ( general survey / ramus mandibula)
 CR Untuk Proyeksi PA AXIAL : CR diarahkan 20 –25 derajat cranially dengan CP
 menembus ujung hidung ( untuk condylus mandibula).
 KRITERIA GAMBARAN
 Kedua ramus dan bodi mandibula terproyeksi simetris
 Keseluruhan bagian mandibula terproyeksi tidak terpotong
 Pada proyeksi PA Axial kedua condylus mandibula terproyeksi dengan jelas
 Marker R/L tampak di bagian tepi film radiografi.
PROYEKSI EISLER
POSISI PASIEN :

 Prone , semi oblique

POSISI OBJEK :

 Kepala diatur true lateral, Bagian pipi pasien ditempatkan pada bagian tengah kaset
(melintang).
 Atur agar bagian objek 1,2 cm anterior dan 2,5 cm inferior dari MAE diletakkan
dipertengahan kaset.
 Leher ekstensi dan atur agar ramus mandibula sejajar bidang film
 Central Ray disudutkan 25 derajat cranially
 CP : menembus angulus mandibula yang jauh dari film

 KRITERIA GAMBARAN:

 Ramus mandibula
 Condilus mandibula
 Angullus mandibula
 Ramus mandibula kanan dan kiri tidak overlapping
Teknik Radiografi Orbita

Orbita

PROYEKSI POSTERO ANTERIOR (PA) AXIAL ( Cadwell ) (Merril's Atlas ; Philip W.


Ballinger)

Ukuran Kaset : 24 x 30 cm melintang

FFD : 90 cm

CR : 30 derajat caudally

setinggi pertengahan orbita

CP : pertengahan kedua orbita

Posisi Pasien

 Pasien diposisikan prone atau erect dengan MSP tubuh tepat pada mid line meja
pemeriksaan
 Bahu bertumpu sejajar pada bidang transversal dengan lengan diletakkan disamping
tubuh dalam posisi yang senyaman mungkin
 Kepala diposisikan True PA dengan menempatkan dahu dan hidung menempel diatas
kaset
 Posisikan kepala sehingga OML tegak lurus dengan bidang film
 Lakukan fiksasi dengan menggunakan spon dan sandbag untuk mencegah
pergerakan dari objek kepala pasien
 Atur luas kolimasi atau luas lapangan penyinaran sesuai objek yang akan di foto,
tidak terlalu luas dan tidak terlalu kecil
 Jangan lupa gunakan marker R atau L sebagai penanda objek kiri atau kanan
 Jangan lupa gunakan grid untuk menyerap radiasi hambur supaya gambaran yang
dihasilkan baik
 Lindungi gona pasien dengan menggunakan apron atau karet timbal
 Jika posisi pasien sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang
sudah ditentukan untuk pemotretan Orbita proyeksi PA Axial (Cadwell)

Copy the BEST Traders and Make Money


 Kriteria Gambar
 kedua orbita tampak
 Petrous ridge kiri dan kanan simetris terproyeksi dibawah bayangan orbita
 Sinus frontalis dan sinus maxillaris terproyeksi
 Jarak Batas Lateral orbita dengan batas lateral kepala kiri dan kanan sama
(simetris)
 Tampak kolimasi atau luas lapangan penyinaran sesuai dengan ukuran objek
yang diperiksa
 Tampak marker R atau L sebagai penanda objek kiri atau kanan
Copy the BEST Traders and Make Money

Anda mungkin juga menyukai