Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN BIOLOGI SOSIAL DENGAN POLUSI (RECYCLING)

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Biologi Sosial

Yang dibina oleh Dra. Amy Tenzer, M.S.

Oleh: Kelompok 7

Offering: H

Alfi laila Z. 110342422019


Fitria 110342422022
Nella Septiarina 110342422028

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
November 2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelurahan Sumbersari merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Lowokwaru,


Malang yang memiliki luas wilayah kurang lebih 92,4 Ha. Jumlah penduduk sebesar 14.235
jiwa yang terdiri dari 7.215 jiwa penduduk laki-laki dan 7.020 jiwa penduduk perempuan
pada 7 Rukun Warga (RW) dengan 41 Rukun Tetangga (RT) (Kantor Kelurahan Sumbersari,
Juli 2010). Banyaknya jumlah penduduk disebabkan banyaknya pendatang seperti mahasiswa
dan pedagang dari daerah lain yang berdomisili selain dari penduduk asli Kelurahan
Sumbersari. Pendatang tersebut setiap tahun semakin bertambah banyak dengan adanya
pembangunan terus-menerus, apalagi untuk rumah kos yang umunya selalu diperbaiki untuk
menamah kuota anak kos. Rahmanullah dalam Kompas, 13 Agustus 2003 mengatakan bahwa
laju pertumbuhan ekonomi di kota dimungkinkan menjadi daya tarik luar biasa bagi
penduduk untuk hijrah ke kota (urbanisasi). Akibatnya jumlah penduduk semakin
membengkak, konsumsi masyarakat perkotaan melonjak, yang pada akhirnya akan
mengakibatkan jumlah sampah juga meningkat. Pertambahan jumlah sampah yang tidak
diimbangi dengan pengelolaan yang ramah lingkungan akan menyebabkan terjadinya
perusakan dan pencemaran lingkungan (Tuti Kustiah, 2005:1).
Pengolahan sampah di Kelurahan Sumbersari masih belum diterapkan. Selama ini
pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat di Kelurahan Sumbersari hanya
menggunakan metode pengumpulan. Selanjutnya untuk proses pengangkutan, dan
penimbunan (collecting, transporting, and dumping) dilakukan oleh Dinas Kebersihan Kota
Malang yang diangkut ke TPS dan ditimbun di TPA Sumpit Urang. Berdasarkan wawancara
dengan Bapak Anton yang merupakan supir truk pengangkutan dari Dinas Kebersihan di
kelurahan Sumbersari menyatakan bahwa setiap hari beliau dapat mengangkut sebanyak 10-
12 ton sampah. Akan tetapi, metode-metode ini masih kurang efektif untuk terus dilakukan
dan dapat berdampak pada pencemaran lingkungan sehingga perlu adanya solusi untuk
pengelolaan sampah, terutama dengan metode recycle di lingkungan pemukiman di tiap RW
atau RT Kelurahan Sumbersari.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian polusi?
1.2.2 Bagaimana masalah polusi yang terjadi di Kelurahan Sumbersari, Malang?
1.2.3 Bagaimana solusi dalam menangani masalah polusi di Kelurahan Sumbersari,
Malang?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian polusi
1.3.2 Mengetahui masalah polusi yang terjadi di Kelurahan Sumbersari, Malang.
1.3.3 Mengetahui solusi dalam menangani masalah polusi di Kelurahan Sumbersari,
Malang.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Polusi


Limbah atau bahan buangan dapat berbentuk cair, padat, dan gas yang didalamnya
terdapat polusi atau bahan pencemar yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan yang
menerimanya (Kusnadi, 2003). Menurut Undang-undang Republik Indonesia (UU RI)
No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH),
definisi limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Definisi secara umum,
limbah adalah bahan sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses
produksi, baik pada skala rumahtangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk
limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis
limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).
Semakin meningkat kegiatan manusia, semakin banyak pula limbah yang
dihasilkan. Oleh karena itu perlu peraturan yang mengikat secara hukum terkait dengan
limbah dan pengelolaannya. UU No 32 Tahun 2009 sudah memuat aturan segala
sesuatu yang terkait limbah tersebut. Aturan itu menyangkut apa yang diperbolehkan,
dilarang dan sanksi hukumnya. UU No 32/2009 ini merupakan penyempurnaan dari UU
sebelumnya yaitu UU No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
UU No 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Disamping itu, sudah ada UU yang lebih khusus lagi yaitu UU No 18 tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah.
2.2 Masalah polusi di Kelurahan Sumbersari, Malang
Kelurahan Sumbersari merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Lowokwaru,
Malang yang memiliki luas wilayah kurang lebih 92,4 Ha. Jumlah penduduk sebesar 14.235
jiwa yang terdiri dari 7.215 jiwa penduduk laki-laki dan 7.020 jiwa penduduk perempuan
pada 7 Rukun Warga (RW) dengan 41 Rukun Tetangga (RT).
Tabel 3.1 Jumlah RT di masing-masing RW di Kelurahan Sumbersari

No. Nama Rukun Warga (RW) Jumlah Rukun Tangga (RT)


1 1 12
2 2 6
3 3 6
4 4 5
5 5 3
6 6 4
7 7 5
Jumlah 7 41
Sumber : Kantor Kelurahan Sumbersari ( Juli 2010 )
Di RW II terdapat 6 RT, RT terbanyak terdapat di RT 02 dengan jumlah sebanyak 87
rumah dan RT tersedikit di RT 03 dengan jumlah sebanyak 31 rumah. Letak RT 02 disebelah
barat Universitas Negeri Malang dan letak RT 03 di belakang Universitas Muhammadiyah
Malang. Hal tersebut menjadikan sebagian besar rumah yang terdapat di RW ini dijadikan
kos-kosan.
Batas-batas wilayah RW 02 sebagai berikut.
Utara : RW 01 Kelurahan Sumbersari
Selatan : RW 03 Kelurahan Sumbersari
Timur : RW 05 Kelurahan Sumbersari
Barat : RW 06 Kelurahan Sumbersari
Sistem pengelolaan sampah di Kelurahan Sumbersari khususnya pada RW II sudah
terlaksana dengan bantuan pengangkutan oleh pasukan kuning. Dari hasil penelitian
diperoleh data yang menunjukkan bahwa jumlah rumah yang terlayani oleh petugas
kebersihan sudah mencakup keseluruhan rumah di RW II. Namun, sistem pengolahan
tersebut masih kurang efektif. Hal ini dikarenakan masih banyak sampah yang berserakan di
depan rumah warga. Kesadaran warga akan kepedulian lingkungan masih kurang, dimana
dari hasil survey masih banyak warga yang membuang sampah tidak pada tempatnya,
meskipun sudah disediakan dua tempat sampah setiap rumahnya. Sumber sampah yang
dihasilkan kebanyakan berasal dari sampah rumah tangga. Untuk jenis sampah yang
dihasilkan berdasarkan sifatnya adalah berupa sampah organik seperti dedaunan, sisa
potongan sayuran dan sisa makanan serta sampah non-organik seperti plastik, kertas, botol,
dll. Seperti yang tampak pada gambar berikut.

Sumber: Dokumen Pribadi

Pengolahan sampah di Kelurahan Sumbersari terutama pada RW II masih belum


diterapkan. Selama ini pengelolaan sampah yang dilakukan oleh warga di Kelurahan
Sumbersari hanya menggunakan metode pengumpulan. Selanjutnya untuk proses
pengangkutan, dan penimbunan (collecting, transporting, and dumping) dilakukan oleh Dinas
Kebersihan Kota Malang yang diangkut ke TPS dan ditimbun di TPA Sumpit Urang. Akan
tetapi, metode-metode ini masih kurang efektif untuk terus dilakukan dan dapat berdampak
pada pencemaran lingkungan sehingga perlu adanya solusi untuk pengelolaan sampah,
terutama dengan metode recycle di lingkungan pemukiman di tiap RW atau RT kelurahan
Sumbersari. Berikut gambar proses pengolahan sampah di Kelurahan Sumbersari.

Sumber: Dokumen Pribadi

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Anton yang merupakan supir truk
pengangkutan dari Dinas Kebersihan di kelurahan Sumbersari menyatakan bahwa setiap hari
beliau dapat mengangkut sebanyak 10-12 ton sampah. Dari hasil timbunan sampah tersebut
jenis sampah yang paling mendominasi yaitu: sampah organik dan plastik.
2.3 Solusi masalah polusi di Kelurahan Sumbersari, Malang
Prinsip dalam pengelolaan limbah adalah 3R, “REDUCE, REUSE, RECYCLE”
(Soenarno, 2011).
1. Reduce (pengurangan) adalah mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan
timbulnya limbah. Sedapat mungkin kita mengurangi penggunaan bahan-bahan yang
akan menghasilkan limbah. Contoh: penggunaan sapu tangan untuk menghapus
keringat akan mengurangi limbah dari kertas tissue yang kita gunakan,
menggunakan botol minum permanen yang sehat akan mengurangi limbah berupa
gelas plastik atau botol plastik air mineral, pemilihan produk dengan kemasan yang
dapat didaur-ulang.
2. Reuse (daur pakai) adalah kegiatan penggunaan kembali limbah yang masih dapat
digunakan baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain. Sedapat mungkin kita
menggunakan kembali bahan-bahan yang masih memungkinkan untuk dipakai lagi.
Contoh: kertas yang digunakan bolak-balik akan mengurangi limbah kertas, gunakan
wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang, gunakan baterai yang dapat di-
charge kembali.
3. Recycle (daur ulang) adalah mengolah limbah menjadi produk baru. Ada bahan-bahan
tertentu yang dapat didaur-ulang, contoh: kertas, karton, plastik, botol, besi, dan
berbagai limbah organik.

Solusi untuk menangani masalah polusi di kelurahan Sumbersari, dalam hal proses
pengolahan sampah khususnya dengan metode recycle, diantaranya:

1. Pembuatan Kompos
Menurut Santoso (2013) pengelola Bank Sampah Malang menyatakan bahwa
pembuatan pupuk kompos terdapat 2 cara, yaitu pembuatan secara takatura dan komposter
a. Metode Takatura
Caranya, pertama menyiapkan keranjang yang cukup besar sebagai tempatnya.
Kemudian memasukkan dua buah bantal berisi sekam ke dalam keranjang. Setelah itu
memasukkan karton ditepi-tepi keranjang sebagai dindingnya. Selanjutnya membuat
mikroorganisme pengurai sebagai aktivator/stater. Pembuatannya menggunakan air leri/air
beras, jus tape dan E4. Air leri yang digunakan harus air perasan beras yang pertama kali.
Dalam pembuatannya pertama menyiapkan 1 liter air, ½ kg tape, 2 sendok makan gula pasir
kemudian diblender menjadi satu. Selanjutnya menyiapkan sampah organik terutama sampah
yang berupa daun atau sisa sayuran dan kain gelap sebagai penutup.
Setelah semua disiapkan sedemikian rupa maka dapat memulai untuk pembuatannya.
Pertama keranjang yang telah dilapisi karton diikat dengan menggunakan bendrat/kawat
sebagai dinding. Kedua bagian bawah/dasar diberi bantal sekam. Ketiga, memotong atau
mencacah sampah organik kemudian mencampurnya dengan mikroorganisme selanjutnya
memasukkannya ke dalam keranjang. Cara mencacah atau memotong sampah organik yaitu
meletakkan sampah organik diatas plastik yang lebar kemudian mencacahnya dengan
menggunakan balok sebagai landasan dan pisau atau golok yang tajam untuk mencacahnya.
Setelah hampir penuh menutupnya dengan bantal sekam kembali dan menutupnya dengan
kain gelap dan terakhir menutup kembali keranjang.

Sumber : Dokumen Pribadi

Namun cara takatura tersebut memerlukan perawatan khusus. Dimana keranjang


tersebut tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung, kemudian menghindarkan dari
air hujan atau ditaruh ditempat yang teduh. Setelah 4-5 hari sekali melihat keranjang apakah
komposnya sudah kering. Jika sudah kering membasahi lagi dengan air leri dan melakukan
cara tersebut secara terus-menerus sampai seluruh sampah menjadi hitam dan hancur.

Setelah 40 hari kompos siap dipanen. Cara memanennya yang pertama setelah
kompos menjadi seperti tanah menjemurnya sebentar kemudian diayak. Kemudian kompos
dimasukkan dalam plastik untuk pengepakannya. Kompos tetap ditempatkan di tempat yang
teduh. Kompos yang telah jadi ini dapat digunakan sebagai stater awal pembuatan kompos
kembali.
b. Metode Komposter
Cara komposter ini memerlukan wadah seperti drum atau ember plastik sebagai tempat
pembuatannya. Kemudian memberi lubang bagian dasar dan samping wadah tersebut sebagai
air lindi dan pertukaran udara. Selanjutnya bahan sampah yang telah dicacah, dimasukkan
didalam wadah, kemudian dicampur kompos atau mikroorganisme/stater. Setelah itu
melakukan terus-menerus selapis demi selapis sampai wadah penuh. Kemudian dsiram
dengan air secara merata. Pada hari ke 5-7, media diaduk secara berulang-ulang dan bertahap
kemudian pengadukan berhenti apabila kompos sudah menjadi hitam dan hancur. Kompos
pun siap untuk dipakai.

Sumber : Dokumen Pribadi

2. Penerapan Perkampungan Kompos

Penerapan perkampungan kompos sudah dilakukan oleh warga Jl. Sinabung,


Kelurahan Pisang Candi, Malang. Sampah sisa rumah tangga, khususnya sampah organik di
perkampungan tersebut diolah menjadi pupuk kompos di depan tiap-tiap rumah warga. Akan
lebih baik jika penerapan perkampungan kompos tersebut juga diterapkan oleh warga di
Kelurahan Sumbersari, sehingga dapat sedikit mengurangi polusi di daerah tersebut. Dengan
adanya penerapan ini, diharapkan menimbulkan kepedulian warga Kelurahan Sumbersari
terhadap kebersihan lingkungan, sehingga tercipta perkampungan bersih, sehat dan asri.
Disamping itu, setiap rumah dapat menambah penghasilan dari penjualan pupuk kompos dan
juga dapat menggunakan pupuk kompos tersebut sebagai pupuk tanaman di lingkungan
rumahnya. Sehingga, dapat mengurangi polusi udara yang berasal dari asap kendaraan
bermotor disekitar lingkungan rumah. Berikut gambar hasil obervasi perkampungan kompos
di Jl. Sinabung, kelurahan Pisang Candi, Malang.

Sumber: Dokumen Pribadi


3. Pembuatan Home Industri Pengolahan Limbah Plastik

Berkaitan dengan banyaknya jenis sampah plastik yang tidak dapat didaur ulang
secara biologi, akan lebih bermanfaat apabila diadakan pembuatan home industri pengolahan
limbah plastik di Kelurahan Sumbersari dari limbah tiap RT/RW. Seperti halnya yang
dilakukan oleh CV. KIKI di Jl. Simpang Kepuh No.53 Sukun, Malang dalam memanfaatkan
limbah plastik menjadi bahan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Misalnya pembuatan
bola plastik, celengan plastik, wadah petis, wadah obat pertanian,dll guna menambah
penghasilan bagi masyarakat di Kelurahan Sumbersari. Berikut gambar hasil obervasi
pengolahan limbah plastik di CV. KIKI.

Sumber: Dokumen Pribadi


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Polusi adalah Limbah atau bahan buangan dapat berbentuk cair, padat, dan gas
yang terdapat polutan atau bahan pencemar yang mempengaruhi kualitas
lingkungan yang menerimanya.
3.1.2 Masalah polusi di kelurahan Sumbersari yaitu pengolahan sampah yang kurang
efektif.
3.1.3 Solusi dalam menangani masalah polusi di kelurahan Sumbersari, Malang
meliputi pembuatan kompos, penerapan perkampungan kompos dan pembuatan
home industri pengolahan limbah plastik.

3.2 Saran
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan dalam makalah ini, maka diharapkan
kepada mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya agar dapat menanggulangi
pencemaran lingkungan terutama masalah polusi melalui proses recycling dengan cara
pembuatan kompos, penerapan perkampungan kompos dan pembuatan home industri
pengolahan limbah plastik.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Lingkungan Hidup, 1997, Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1997, tentang


Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta.

Kementerian Lingkungan Hidup, 2008, Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008, tentang


Pengelolaan Sampah, Jakarta.

Kompas, 13 Agusrus 2003, Sampah, Cermin Wajah Perkotaan, diakses dari


http://www.kompas.com, diakses pada tanggal 27 Maret 2008.

Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi (common textbook edisi revisi). Departemen Biologi
FMIPA. Bandung.

Santoso, Dwiyono. 2013. Pembuatan Pupuk Kompos. Malang: BSM.

Soenarno, Sri Murni. 2011. Pengolahan Limbah. Banyuwangi: The Indonesian Wildlife
Conservation Foundation (IWF).

Tuti Kustiah, 2005, Kajian Kebijakan Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pekerjaan Umum, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai