Anda di halaman 1dari 15

5.1.

Maksud Dan Tujuan Praktikum


Maksud dari percobaan ini adalah untuk melihat bagaimana batas cair dalam
mempengaruhi keadaan tanah.
Tujuan praktikum batas cair (liquid limit) adalah untuk menentukan nilai kadar air yaitu
batas dimana tanah mengalami perubahan dari kondisi cair menjadi plastis.

5.2. Dasar Teori


Bila tanah berbutir halus ( lempung dan lanau ) dicampur dengan air, maka tanah ini akan
melalui beberapa keadaan tertentu dari keadaan cair sampai keadaan padat.
Seorang ahli tanah berkebangsaan Swedia, A. Atterberg yang bekerja di bidang pertanian
( 1911 ) mengembangkan metoda untuk menjelaskan sifat konsistensi tanah berbutir halus pada
kadar air bervariasi. Bila kadar air terlalu tinggi, campuran tanah dan air akan menjadi sangat
lembek seperti cucian. Karena itu ada dasar teori yang dikandungnya.
Tanah dapat dipisahkan pada 4 keadaan :
 Padat
 Semi padat
 Plastis
 Cair
Gambar 5.1. Batas – batas Atterberg

Kadar air dimana terjadi transisi dari keadaan padat kekeadaan semi padat
didefenisikan sebagai batas sudut. Kadar dimana transisi dari keadaan semi padat kekeadaan
plastis menjadi terjadi dinamakan dengan batas plastis (plastic limit), dari keadaan plastis
kekeadaan cair dinamakan batas cair (liquid limit). Batas-batas ini dikenal dengan batas-batas
Atterberg (Atterberg limit).

Batas Cair (Liquid Limit)


Kadar air dimana untuk nilai-nilai diatasnya tanah akan berperilaku sebagai cairan
kental (campuran tanah – air tanpa kuat geser yang dapat diukur). Dalam teknik tanah, batas
cair ini didefenisikan secara kasar sebagai kadar air diamana 25 kali pukulan oleh alat batas
cair akan menutup celah (groove) standart yang dibuat pada lempengan tanah dengan panjang
12,7 cm. Casagrande (1958) dan yang lain telah memodifikasi percobaan yang awalnya
dibuat oleh Atterberg ini sehingga tidak terlalu tergantung pada penilaian operatornya, dan
dapat diulang kembali. Dengan peralatan standart berbagai operator akan mampu
menghasilkan kembali nilai-nilai batas cair dengan perbedaan sekitar 2 sampai 3 persen
(yaitu misalnya wL = 39 9 persen, dan bukan 39 x 0,02). Percobaan ini akan ditinjau secara
lebih terinci dalam pasal 4 - 2.

Batas Plastis (Plastic Limit)


Merupakan kadar air dimana untuk nilai-nilai dibawahnya tanah tidak lagi berperilaku
sebagai bahan yang palstis. Tanah akan bersifat sebagai bahan yang plastis dalam kadar air
yang berkisar antara wL dan wP. kisaran ini disebut indeks plastisitas dan dihitung dengan
rumus :
Ip = wL - wP
Dari defenisi Ip ini terlihat bahwa tidak mungkin didapatkan nilai yang negative.
Batas plastis secara kasar didefenisikan sebagai kadar air dimana selapis tanah yang
digulung sampai berdiameter 3 mm akan putus atau terpisah. Pengujian ini lebih tergantung
pada penilaian operator dari pada pengujian batas cair.

Batas Susut (Shrinkage Limit)


Kadar air, yang didefenisikan pada derajat kejenuhan = 100 persen, dimana untuk
nilai-nilai dibawahnya tidak akan terdapat perubahan volume tanah apabila dikeringkan terus.
Batas ini cukup penting didaerah yang kering dan untuk tanah jenis tertentu yang mengalami
perubahan volume yang cukup besar dengan berubahnya kadar air. Harus diketahui bahwa
apabila batas susut ini makin kecil, maka tanah akan lebih mudah mengalami perubahan
volume – yaitu semakin kecil ws. semakin sedikit air yang dibutuhkan untuk dapat mengubah
volume. Apabila batas cair 5 persen, maka bila kadar air dilapangan melebihi nilai ini, tanah
akan mulai mengembang.
Lokasi-lokasi relative dari wl, wp, dan ws pada suatu skala kadar air diperlihatkan
pada gambar 5.2.

Batas Lengket (Sticky Limit)


Kadar air diamana tanah kehilangan sifat adhesinya dan tidak dapat lengket lagi pada
benda lainnya seperti jari atau permukaan yang halus dari logam spatula. Batas ini berguna
dalam bidang pertanian dan untuk kontraktor-kontraktor pekerjaan tanah, karena tahanan
pada alat penggaru akan bertambah apabila tanah cukup basah untuk menjadi lengket.

Tanah
Daerah Plastis Tanah sebagai
Tidak plastis Ip =
wL - wP Cairan kental

w=0 ws wP wL

Kadar air yang bertambah w, %

Gambar 5.2. Lokasi-lokasi relative dari daerah plastis dan cair suatu tanah
Batas Kohesi (Cohesion Limit)
Kadar air dimana butiran tanah tidak dapat melekat lagi, yaitu dimana pengambilan
tanah tidak menghasilkan lempeng-lempengan yang bersatu. Batas ini juga lebih banyak
berguna untuk ahli pertanian dibandingakan untuk insinyur tanah.
Batas-batas cair, batas plastis dan susut diketahui diseluruh dunia ini. Batas lengket
telah diapakai di Eropa, tetapi pada umumnya batas-batas lengket dan kohesi tidak digunakan
oleh insinyur geoteknik.
Uraian ini bersama dengan defenisi-defenisi untuk tanah kohesif dan tanah tak kohesif
dalam bagian sebelumnya, menunjukkan bahwa batas-batas Atterberg lainnya hanya berlaku
untuk tanah kohesif.

Kelembaban Tanah
Kelembaban atau kadar air suatu tanah telah didefenisikan sebelumnya sebagai rasio
dari berat air didalam pori-pori tanah terhadap berat butiran tanah. Perbedaan telah dibuat
antara penentuan kadar air yang dapat dilakukan dilaboratorium lewat sejumlah conto tanah
dan kadar air yang menunjukkan nilai pada suatu saat dilapangan. Nilai yang disebut terakhir
ini diberi nama kelembaban alamiah atau kadar air dari tanah, dan diberi symbol wN.
Nilai kelembaban lapangan alamiah wN ini berfariasi tergantung pada lokasi conto
tanah, yaitu pada ataupun dekat dengan permukaan tanah, dalamnya, didasar danau ; saat
terjadinya hujan yang terakhir dan sebagainya.
Jelas bahwa kadr air conto yang diambil dari tanah yang berada dibawah air tanah yang tetap
mungkin tidak akan berubah dari hari kehari atau dari tahun ketahun.

5.3. Bahan Dan Peralatan


5.3.1. Bahan Dan Fungsinya
Bahan – bahan yang dipergunakan selama praktikum beserta fungsinya adalah :
1. Conto tanah yang lolos saringan no. 40, sebagai sampel untuk menentukan kadar air dan
batas cair.
2. Air suling, untuk membasahi conto tanah agar tanah dapat dibuat alur tanpa retakan

5.3.2. Peralatan Dan Fungsinya


Peralatan yang dipergunakan selama praktikum beserta fungsinya adalah :
1. Alat batas uji standar, sebagai alat uji untuk menentukan kadar air tanah yang menyatu pada
pukulan ke 25.
2. Plat kaca berukuran 55 x 55 x 0,9 cm, berfungsi sebagai alas bagi conto tanah untuk
memadatkan conto tanah
3. Neraca dengan ketelitian 0,001 gr, sebagai pengukur sampel dan cawan.
4. Krus aluminium ( cawan ) sebagai wadah sampel. Spatula (Grooving tools) dengan panjang
12,5 cm sebagai pembuat alur pada conto tanah.
5. Oven dengan pengatur suhu untuk mengeringkan sampel.
6. Sendok sampel ( scrab ), untuk mengambil conto tanah yang telah menyatu.

Alat
batas uji standar
Spatula
Neraca Oven

Sendok sampel ( scrab ) Plat kaca

Krus aluminium ( cawan )


Gambar 5.3. Gambar alat – alat pada percobaan batas cair

5.4. Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan selama praktikum adalah :
1. Meletakkan ± 150 gram conto tanah diatas plat kaca.
2. Mengaduk sampel conto tanah dengan menggunakan dempul, dan menambahkan air suling
sedikit demi sedikit sampai homogen.
3. Mengambil sebagian conto uji dan meletakkannya diatas mangkok alat batas cair, meratakan
permukaan sehingga sejajar dengan dasar alat.
4. Membuat alur dengan cara membagi conto uji menjadi dua bagian dengan alat grooving tool
atau casagrande untuk conto tanah yang kohesif.
5. Dengan menggunakan alat uji batas cair standar, menjalankan alat uji dan mencatat jumlah
pukulan pada saat conto uji tersebut bersinggungan.
6. Menimbang berat sampel dengan wadah cawan.
7. Memasukkan cawan ke dalam oven untuk mendapat berat kering dan kadar airnya.

5.5. Pembahasan
Beradasarkan percobaan maka didapat data sebagai berikut:

Tabel 5.1. Data hasil percobaan pada percobaan Batas cair


Weight 1 2 3
Weight of Continer (W1) gr 82,7 gr 72,0 gr 76,7 gr
Weight of Wet Soil + Continer (W2) gr 109 gr 111 gr 113 gr
Weight Dry Soil + Continer (W3) gr 99,1 gr 94,7 gr 97,5 gr
Weight of Water (Ww) gr 9,9 gr 16,3 gr 15,5 gr
Weight of Dry Soil (W4) gr 16,4 gr 22,7 gr 20,8 gr
Moisure Content % 60,36 % 71,80 % 74,51 %
No. of Blows 32 22 12
Average 68,89 %

Kadar air ( moisture content ) dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :

Pada Sampel I
Berat kering (W4) = (Berat Cawan + Tanah Kering (W3) ) –
(Berat Cawan (W1)
Berat kering (W4) = 99,1 gr – 82,7 gr
= 16,4 gr
Berat Air (Ww) = ( Berat Cawan + Tanah Basah (W2)) –
( Berat Cawan + Tanah Kering (W3) )
Berat Air (Ww) = 109 gr – 99,1 gr
= 9,9 gr

- = 60,36 %
Maka kadar air Sampel I = 51,5 % pada pukulan ke – 32
Pada Sampel II
Berat kering (W4) = (Berat Cawan + Tanah Kering (W3)) –
(Berat Cawan (W1)
Berat kering (W4) = 94,7 gr – 72 gr
= 22,7 gr
Berat Air (Ww) = ( Berat Cawan + Tanah Basah (W2)) –
( Berat Cawan + Tanah Kering (W3) )
Berat Air (Ww) = 111 gr – 94,7 gr
= 16,3 gr

- = 71,80 %
Maka kadar air Sampel II= 71,80 % pada pukulan ke – 22

Pada Sampel III


Berat kering (W4) = (Berat Cawan + Tanah Kering (W3) ) –
(Berat Cawan (W1)
Berat kering (W4) = 97,5 gr – 76,7 gr
= 20,8 gr
Berat Air (Ww) = ( Berat Cawan + Tanah Basah (W2)) –
( Berat Cawan + Tanah Kering (W3) )
Berat Air (Ww) = 113 gr – 97,5 gr
= 15,5 gr

- = 74,51 %
Maka kadar air Sampel III = 74,51% pada pukulan ke – 12
Perbedaan hasil yang didapat dengan keadaan conto tanah yang sama namun berat
berbeda disebabkan karena perbedaan distribusi air suling. Semakin banyak penambahan air
suling maka conto tanah akan semakin padat sehingga untuk dapat menyatu diperlukan
jumlah pukulan yang lebih banyak ( > 25 pukulan ), pada sampel diatas telah dilakukan
pukulan lebih dari 25 pukulan.

5.6. Kesimpulan Dan Saran


5.6.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dan pengolahan data dapat diambil kesimpulan bahwa batas
cair dari sampel adalah 35 % yaitu berdasarkan kurva moisture content ( % ) vs No of Blows
seperti pada lampiran. Dengan nilai batas cair 35 % maka dapat disimpulkan bahwa suatu
massa tanah masih layak digunakan untuk kegunaan dalam kemantapan lereng.

5.6.2. Saran

1. Saran praktikan untuk praktikum selanjutnya, agar penyampaian materi praktikum


dilakukan di dalam ruangan sebelum kegiatan pengujian dilakukan.
2. Diharapkan agar setiap praktikum agar mengulang beberapa kali cara kerja atau pun
nama alat yang akan digunakan.

Indeks plastisitas adalah selisih antara bc dan bg menunjukkan perbedaan kadar air pada batas cair
dengan batas gulung tanah tanah liat umumnya mempunyai indeks plastisitas yang tinggi sedang
tanah2 pasir mempunyai indeks plastisitas yang rendah

BAB I

TANAH

1.1. UMUM

Mekanika Tanah adalah bagian dari geoteknik yang merupakan salah satu cabang dari
ilmu teknik sipil, dalam bahasa Inggris mekanika tanah berarti soil mechanics atau soil
engineering dan Bodenmechanik dalam bahasa Jerman.

Istilah mekanika tanah diberikan oleh Karl von Terzaghi pada tahun 1925 melalui
bukunya "Erdbaumechanik auf bodenphysikalicher Grundlage" (Mekanika Tanah berdasar
pada Sifat-Sifat Dasar Fisik Tanah), yang membahas prinsip-prinsip dasar dari ilmu mekanika
tanah modern, dan menjadi dasar studi-studi lanjutan ilmu ini, sehingga Terzaghi disebut
sebagai "Bapak Mekanika Tanah".

Dalam pandangan teknik sipil, tanah adalah himpunan mineral , bahan organic, dan
endapan-endapan yang relative lepas (loose), yang terletak di atas batuan dasar (bedrock)
butiran yang relative lemah disebut karbonat, zat organic, atau oksida yang mengendap
diantara partikel-partikel. Proses pelapukan batuan atau proses geologi ataupun yang lainnya
yang terjadi didekat permukaan bumi membentuk tanah dapat juga bersifat fisik maupun
kimia.

Umumnya pelaukan terjadi akibat proses kimia yang dapat dipengarungi oleh oksigen,
karbondioksida, dan air (terutama yang mengandung asam dan alkali). Jika hasil pelapukan
masih berada di tempat asalnya maka tanah ini disebut tanah residual (residual soil) dan
apabila tanah berpindah tempat nya disebut tanah terangkut (transported soil).

Istilah pasir, lempung, lanau atau lumpur digunakan untuk menggambarkan sifat tanah
yang khusus, sebagai contoh lempung adalah jenis tanah yang bersifat kohesif dan
plastis,sedangkan pasir digambarkan sebagai tanah yang tidak kohesif(granular).Ukuran
partikel dapat bervariasi dari lebih besar 100 mm sampai dengan lebih kecil dari 0,001mm.

1.2. BERAT VOLUME TANAH DAN HUBUNGAN-HUBUNGANNYA

Dalam tanah yang jenuh juga terdapat dua bagian yaitu bagian padat atau butiran
dan air pori. Dalam keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari tiga bagian yaitu bagian dalam
(butiran), pori-pori udara dan air pori.
Gambar.Diagram fase tanah.

1.6.3 Indeks Plastisitas ()

Indeks plastisitas (PI),

PI = LL – PL

Indeks plastisitas (PI) merupakan

KONSEP PERBAIKAN TANAH

Perbaikan Tanah adalah kumpulan upaya-upaya yang dapat dilakukan terhadap


tanah yang memiliki karakteristik teknis (engineering properties) yang bermutu
rendah menjadi material yang layak digunakan sebagai material konstruksi
(mempunyai karakteristik teknis yang lebih baik).

Dari keseluruhan uji pembebanan dapat diketahui bahwa seiring bertambahnya


panjang cerucuk dan semakin besar diameter, maka daya dukung tanah akan terus
meningkat. Penambahan pada panjang dan diameter akan memberikan pola
peningkatan yang cenderung linear. Oleh karena itu pada penelitian ini belum bisa
didapatkan suatu nilai optimum dari penambahan panjang maupun diameter.

Tanah gambut
Masalah Tanah Ekspansif dan Beberapa Solusi

TANAH
Himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-endapan yg relatif lepas (loose) yg
terletak di atas batuan dasar (bedrock)
Proses pelapukan batuan atau proses geologi lainnya yg tjd di permukaan bumi
emmbentuk tanah
Pembentukan tanah : - proses fisik - proses kimia
Klasifikasi
Tanah residual: Tanah hasil pelapukan yg msh berada di tempat asalnya
Tanah terangkut (transported soil) : tanah yg sudah berpindah tempatnya
Lempung: jenis tanah yg bersifat kohesif dan plastis
Pasir : tanah yg tdk kohesif dan tdk plastis
Tanah Bermasalah
-Tanah Lempung Lunak (Soft Soil)
Definisi:
Tanah lempung lunak (soft clay) didefinisikan sebagai tanah lempung yang memiliki
kuat geser undrained, Cu < 0.25 kg/cm2 , atau
perkiraan nilai SPT, N < 5 blows/ft, atau
nilai perlawanan konus qc < 15 kg/cm2
PERMASALAHAN
• Muka air banjir relatif tinggi
• Daya dukung sangat rendah
• Kompresibilitas tinggi
• Konsolidasi terjadi dalam waktu lama
TEKNIK PERBAIKAN TANAH
ü Prakonsolidasi
ü Penggunaan Vertical drain (Sand drain atau PVD)
ü Geosintetis
ü Pondasi tiang

-Tanah Gambut (Peat Soil)


Definisi:
Tanah gambut (peat soil) merupakan tanah yang mengandung bahan organik dalam
jumlah yang desar sehingga mempengaruhi sifat rekayasa tanah tersebut. Dengan
demikian sistem klasifikasi tanah berbeda dengan tanah lempung.
Permasalahan:
• Muka air tanah tinggi
• Daya dukung sangat rendah
• Kompresibilitas tinggi
• Konsolidasi sekunder berlangsung sangat lama
• Proses dekomposisis berlangsung lama
• Kestabilan dalam arah lateral
LANGKAH PENANGANAN
• Tentukan jenis tanah berdasarkan serat
• Tentukan metode prediksi pemampatan di lapangan
• Tentukan metode stabilisasi

- Tanah Ekspansif (Swelling Soil)


Tanah ekspansif adalah tanah yang memiliki sifat kembang susut yang besar dan
perilakunya sangat dipengaruhi oleh air
• Berdasarkan kandungan mineralnya: Montmorillonite
dan bentonite merupakan mineral tanah ekspansif
• Berdasarkan kandungan unsur kimianya, makin tinggi
valensi dari unsur yang ada makin mudah partikel lempung
menyerap air
• Berdasarkan konsistensi tanah (LL, PL, IP, SL) dan
kandungan koloidnya
PERMASALAHAN
• Retak pada lantai dan dinding basement bangunan
• Retak memanjang pada perkerasan jalan
• Stabilitas dalam arah lateral
• Kembang susut terjadi terus menerus

TEKNIK PERBAIKAN TANAH


ü Penggantian tanah atau rigid pavement untuk jalan
ü Lantai bangunan dipisahkan dari tanah pondasi (plat wafel)
ü Hindarkan pengaruh air
ü Pondasi tiang
ü Stabilisasi Kimia (kapur, semen, fly ash, ASP, dll)

- Tanah Runtuh (Collapsible soil)


Tanah collapsible adalah jenis tanah yang akan mengembang pada saat
ditambahkan air, namun apabila kadar air meningkat melebihi kondisi optimum
sehingga kejenuhan melebihi 100%, tanah akan runtuh akibat hancurnya ikatan
antar butiran tanah (tanah berperilaku seperti lumpur). Umumnya terjadi pada tanah
yang mempunyai kohesi rendah seperti:
Silt, tanah tak jenuh, tanah loess, tanah timbunan yang dipadatkan pada kondisi dry
of optimum
• Specific gravity antara 2,6 – 2,8
• Sebagian besar partikel lolos saringan no 200
• Kerapatan kering di lapangan antara 1 – 1,65 t/m3
• Kerapatan kering pada kondisi optimum 1,55 – 1,75 t/m3
• Batas Atterberg LL 25 – 55%; PL 15 – 30%
• Kadar air optimum 12 – 20%
Angka pori 0,67 – 1,50
PERMASALAHAN
• Penurunan yang besar (excessive settlement)
• Penurunan yang berbeda (differentian settlement)
• Peneurunan terjadi secara tiba-tiba
LANGKAH PENANGANAN
ü Pengamatan yang teliti pada kondisi tanah
ü Memampatkan atau menjenuhkan tanah sebelum kegiatan konstruksi
ü Hindarkan pengaruh air
ü Pondasi tiang
ü Stabilisasi Kimia (kapur, semen, fly ash, ASP, dll)
-Tanah Rentan Likuifaksi
Likuifaksi adalah peristiwa dimana tanah jenuh air berubah perilakunya menjadi
seperti benda cair (liquify) akibat beban dinamis (biasnya akibat gempa) sehingga
menimbulkan bahaya yang cukup besar terhadap konstruksi diatasnya
Potensi likuifaksi dari suatu lapisan tanah dapat ditentukan dari kombinasi sifat-sifat
tanah, faktor lingkungan dan karakteristik gempa.
Potensi likuifaksi
Bedasarkan sifat-sifat tanah: Modulus geser (G), damping (redaman, J), porositas
(n), karakteristik butiran, dan kepadatan relatif (Dr).
Faktor Lingkungan: Riwayat pembentukan tanah, riwayat geologis, koef tekanan
tanah lateral (Ko), confining stress (so)
Karakteristik gempa: Intensitas getaran, lama getaran, besar dan arah getaran
Perbaikan tanah:
• Meningkatan kerapatan (densifikasi)
• Perbaikan dengan cara kimiawi (Solidifikasi)
• Menurunkan derajat kejenuhan dengan dewatering
• Dissipasi tekanan air pori dengan drainase
• Kontrol deformasi (memasang dinding diafragma)
• Memperkuat pondasi
• Penggunaan flexible joint dalam struktur untuk mengurangi bahaya likuifaksi
• Penggunaan geogrid untuk memperkuat pondasi
• Penggunaan sheet-pile untuk embankment (timbunan)

KUAT GESER tanah:merupakan gaya tahanan internal yg bekerja per satuan luas
masa tanah untuk menahan keruntuhan atau kegagalan sepanjang bidang runtuh
dalam masa tanah tersebut
-uji gesr langsung untuk penentuan fondasi -uji tiga paksi untuk kstabilan lereng -uji
tekan bebas
Atterberg limit test
Test aterberg tujuan untuk mengetahui sifat karakteristik serta klasifikasi dari tanah
• Memberikan batas2 konsistensi dari tanah berbutir halus dgn mempertimbangkan
kandungan air tanah
Batas2 tsb :
• Batas cair (liquid limit)
Kadar air yg dibutuhkan tanah kering yg ditunjukan dlm persen sampai mencapai
kondisi plastis
• Batas plastis (plastic limit)
Suatu contoh tnah kadar air yg dinyatakan dlm persen dari suatu mssa tanah pada
kondisi kering pada batas antara kondisi plastis dan stengah cair
• Batas susut (shrinkage limit)
Batas plastis (PL) didefinisikan sbg
n Purpose of Soil Exploration
n Different methods

1. Test trenches and Pits


2. Auger and Wash Boring
3. Rotary Drilling
4. Geophysical Methods

Soil Sampling (Disturbed and Undisturbed)

Anda mungkin juga menyukai