DISUSUN OLEH :
NIM : 15.9.3.004
KELAS: II.A
2017/2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui, memahami dan terampil dalamm elakukan sampling
cairan hayati (darah, urin, dan saliva).
2. Mengetahui dan mengerjakan prosedur penetapan kadar parasetamol dalam
sampel darah dengan metode Chafetz.
3. Mahasiswa mampu menetapkan panjang gelombang serapan maksimum
parasetamol dalam darah.
4. Mahasiswa mampu membuat serilarutan kadar parasetamol dalam darah dan
dapat menghitung kadar obat dalam darah berdasarkan persamaan kurva baku.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Parasetamol berupa serbuk hablur atau serbuk putih yang tidak berbau dengan
rasa agak pahit. Kelarutan parasetamol yakni larut dalam air mendidih dan dalam
NaOH 1 N, serta mudah larut dalam etanol (Anonim, 1995). Parasetamol merupakan
obat asam lemah dengan pKa 9,5 (Katzung, 1989).
Dua fungsi utama albumin adalah untuk transport molekul kecil dalam plasma
dasn cairan ekstraseluler, dan untuk mempertahankan tekanan osmotik dalam kapiler
nonspesifik (Montgomery et al., 1992) yang memiliki 2 tempat ikatan pada setiap
molekulnya (Rang et al., 2003).
Pengikatan molekul kecil pada protein dapat dituliskan dengan persamaan
umum sebagai berikut: [P] + [A] [PA], dimana [P] = protein yang tidak membentuk
kompleks dengan molekul kecil, [A] = kadar molekul kecil yang tidak terikat, dan
[PA] = kadar kompleks protein-molekul kecil (Montgomery et al., 1992).
Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu teknik analisis fisika kimia yang
mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik pada
panjang gelombang 190-380 nm (UV) dan 380-780 nm (Vis) dengan memakai
instrument spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995). Sedangkan kolorimetri
mencakup pengubahan senyawa tidak berwarna menjadi senyawa berwarna dan
penentuan fotometrinya dilakukan dalam daerah sinar tampak (400-800 nm) (Roth
dan Blaschke, 1981).
Metode Chafest sangat spesifik untuk parasetamol meskipun dipengaruhi oleh
salisilat (Chamberlain, 1995). Asam salisilat akan memberikan reaksi yang mirip
dengan parasetamol, tetapi di dalam plasma asam salisilat baru akan memberikan
intensitas warna yang mirip dengan 20 μg/ml parasetamol jika kadar asam salisilat di
dalam plasma 1000 μg/ mL. Sampel yang terkontaminasi oleh heparin yang
mengandung kresol sebagai pengawet dapat memberikan hasil yang semu sebesar 200
μg/ mL (Widdop, 1986).
Cincin aromatis dari parasetamol akan dinitrasi oleh asam nitrit menjadi 2-
nitro-4-asetamidofenol. Produk ini kemudian dilarutkan dalam natrium hidroksida
sehingga suasananya menjadi basa. Dalam suasana inilah larutan akan memberikan
kromofor yang kuat sehingga absorbansi dapat terbaca pada 430 nm (Chafetz et al.,
1971).
METODE PERCOBAAN
Darah + Heparin
Dicampur
Cara 2
1 ml plasma
Tambahkan 1 ml NaNO2
Mencaripersamaankurvabakuparasetamoldalamdarah
1) Buat larutan stok parasetamol dalam air dengan kadar 1 mg/ml (timbang 50
mg parasetamol dan larutkan sampai volumenya 25 ml)
2) Dari larutan stok parasetamol tersebut ambil 5 ml kemudian dilarutkan dalam
darah sampai volumenya tepat 10 ml
3) Dari larutan baku tersebut dibuat seri larutan parasetamol dalam darah dengan
kadar 50, 100, 150, 200, 250, dan 500 µg/ml. Kemudian diproses menurut
prosedur chafets
4) Baca serapannya pada panjang gelombang maksimum
5) Hitung persamaan kurva baku dengan regresi linear.
BAB IV
2. Percobaan II
No Bahan Reaksi yang terjadi
1 Paracetamol + HCl Warna tidak berubah (tetap bening)
2 Penambahan NaNO2 Warna kuning terang
3 Penambahan asam Adanya busa dan larutan menjadi
sulfamat sedikit hangat
4 Penambahan NaOH Reaksinya warna kuning pekat
3. Percobaan III
Sampel cairan plasma
klp Kadar sebenarnya absorbansi
1 1 ml 0,457
2 1 ml 0,440
3 1 ml 0,524
4 1 ml 0,969
5 1 ml 0,483
6 1 ml 0,476
3.2 Pembahasan
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 765, Depkes RI, Jakarta
Mulja,. M,. Dan Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Cetakan Pertama. Airlangga
University Press. Surabaya.pp. 6-9
Widdop, B., 1986, Hospital Toxicology and Drug Abuse Screening, in Moffat A.
C.,Jackson J.V., Moss, M.S., Widdop, B.,Greenfield, E.S., (Eds) Clarke’s Isolation and
Identification of Drug in Pharmaceutical, Body Luids, and Post Mortem Material, 2nd Ed.,
23, The Pharmaceutical Press, London
Wilmana, P.F., 1995, Analgesik-Antipiretik, Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid
dan Obat Pirai, dalam Ganiswara, S.G., Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, 214, Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia, Jakarta