(Case Report)
Disusun oleh :
Anindita
1618012049
Pembimbing :
BANDAR LAMPUNG
2017
0
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena atas rahmat-Nya
Terganggu” tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan laporan kasus ini
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hi.
Abdul Moeloek Bandar Lampung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.
banyak sekali kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bukan hanya untuk penulis, tetapi juga bagi para pembaca.
Penulis
1
STATUS OBSTETRI
A. Anamnesa (Autoanamnesis)
I. Identifikasi
II. Keluhan
2
III. Riwayat Penyakit Sekarang
keputihan (-), R/ trauma (-), R/ minum jamu (-), R/ diurut-urut (-), mual (-),
bagian perut yang tiba- tiba. Perdarahan keluar tidak terlalu banyak dan
gumpalan darah maupun jaringan yang keluar seperti ati ayam dan mata
Menarche : 14 tahun
V. Riwayat Perkawinan
Menikah 2 kali. Usia pertama kali menikah tahun. Menikah dengan suami
pertama selama 2 tahun dan menikah dengan suami kedua selama 3 tahun
3
VI. Riwayat Kehamilan – Persalinan
Anak 2: pada tahun 2016 didiagnosis KET dan di tatalaksana laparotomi (di
RS kota agung)
ginekologi disangkal
B. PEMERIKSAAN FISIK
I. Status Present
4
Pernafasan : 20 x/menit, teratur
Suhu : 36,7o C
Berat badan : 52 kg
IMT : 25,45
Pemeriksaan Luar
5
nyeri tekan (+), massa (-)
Pemeriksaan Dalam
Inspekulo
Portio : Livide
OUE : Tertutup
Fluor : (-)
Fluksus : (+)
Erosi : (-)
E/L/P : (-)
VT
Portio kenyal
OUE tertutup
CD menonjol
RT tidak dilakukan
6
Pemeriksaan Penunjang
- Hematokel (+)
4. Hematokrit : 29%
6. MCV : 82 fL
7. MCH : 28 pg
8. MCHC : 35 g/dL
9. Hitung jenis
a. Eosinofil : 0%
b. Batang : 0%
c. Segmen : 68%
d. Limfosit : 28%
e. Monosit : 4%
11. CT : 9 menit
12. BT : 2 menit
7
Hematologi (14 Juni 2017 19.48 WIB)
Kuldosentesis (+)
PP test (+)
C. DIAGNOSIS
DD → Infeksi pelvis
Tumor ovarium
Appendisitis akut
D. PENATALAKSANAAN
8
Drip Ketorolac 1 gram/ 8 jam
USG konfirmasi
Informed consent
E. PROGNOSIS
Follow Up
HARI/
CATATAN INSTRUKSI
TANGGAL
14/06/2016 S/ KU P/
9
keputihan (-), R/ trauma (-), R/ - Bed rest
O/ Status present
Kesadaran : Composmentis
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,7oC
Status Obstetri
Kuldosentesis (+)
PP Test (+)
Lab
10
HB: 9,9
Leukosit: 10.700
Eritrosit: 3,5
Hematokrit: 29%
Trombosit: 253.000
MCV: 82
MCH: 28
MCHC: 35
Hitung jenis
-Eosinofil: 0%
-Batang: 0%
-Segmen: 68%
-Limfosit: 28%
-Monosit: 4%
LED: 55
CT: 9
BT: 2
Hematologi
HB: 9,2
Hematologi
HB: 8,3
11
14/06/2017 S/ Perdarahan dari kemaluan, P/
perdarahan
O/ KU baik
IVFD RL gtt
TD : 110/90 mmHg
xx/m
Nadi : 84 x/menit
R/ USG
RR : 22 x/menit
konfirmasi
T : 36.7 oC
R/ laparotomi a.i
USG:
normal
intraabdomen
-Hematokel (+)
terganggu
15/06/2017
Intra operatif
14.30 WIB Penderita dalam posisi
12
terlentang dalam keadaan
anastesi regional
Dilakukan tindakan
sekitarnya
Lapangan operasi
steril
Dilakukan insisi mediana
sampai menembus
peritoneum.
sebagaimana mestinya.
CCavum abdomen dicuci
perdarahan
DDinding abdomen dijahit
13
lapis demi lapis
PPeritoneum dijahit jelujur
feston
OOtot dijahit satu-satu
FFascia dijahit jelujur
feston
SSubkutis dijahit satu-satu
KKutis dijahit jelujur
subkutikular
Observasi TVI
O/Status present
IVFD RL gtt XX/m
Sens : Composmentis
Kateter menetap 24 jam
KU : Tampak sakit sedang
post operasi (catat input-
TD : 120/80 mmHg
output)
Nadi : 88 x/menit
Inj Ceftriaxone 1 gr/12
RR : 20 x/menit
jam IV
T : 36.8oC
Inj. Asam Tranexamat
Lab:
500 mg/8 jam IV
HB awal 8,3 g/dl
Drip Ketorolac 1 gr/ 8
jam
Darah masuk 1 kolf (Dari OK)
Cek Hb post operasi
18.00 Darah masuk lagi 1 kolf
a.i KET
14
16/06/2017 S/ Nyeri pada bekas luka operasi, P/
10.00 WIB os belum flatus dan masih puasa Observasi TTV dan KU
RR : 21 x/menit
T : 36.5 oC
Lab
Mobilisasi ringan
O/ Bising usus (+)
Observasi TTV
Luka operasi tenang
-
A/ Post op salpingektomi dextra
15
TD : 110/80 mmHg Asam Mefenamat 3x500
Nadi : 84 x/menit mg
RR : 22 x/menit Mobilisasi
T : 36 oC
Observasi TTV
O/ KU baik
Cefadroxil tab 2x500 mg
Bising usus (+)
Asam Mefenamat 3x500
Luka operasi tenang
mg
RR : 23 x/menit
T : 36oC
A/ A/ Post op salpingektomi
16
dextra a.i KET hari ketiga
T : 36,5 oC
A/ A/ Post op salpingektomi
17
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
1. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah pir yang sedikit gepeng ke arah muka belakang,
ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri dari
otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar 5,25 cm dan tebal
Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi. Uterus terdiri dari
fundus uteri, corpus dan cervix uteri. Fundus uteri adalah bagian proksimal dari
uterus, disini kedua tuba falopii masuk ke uterus. Corpus uteri adalah bagian
uterus yang terbesar, pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai
tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat di corpus uteri disebut cavum
uteri. Cervix uteri terdiri atas pars vaginalis cervisis uteri dan pars supravaginalis
cervisis uteri. Saluran yang terdapat pada cervix disebut canalis cervicalis.
Secara histologis uterus terdiri atas tiga lapisan: 1) Endometrium: selaput lendir
18
Endometrium terdiri atas sel epitel kubis, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan
uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid pada seorang wanita dalam
kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi dan selanjutnya dalam masa
sekretorik. Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan di sebelah
luar berbentuk longitudinal. Di antara lapisan itu terdapat lapisan otot oblik,
berbentuk anyaman, lapisan ini paling penting pada persalinan karena sesudah
plasenta lahir, kontraksi kuat dan menjepit pembuluh darah. Uterus ini sebenarnya
mengapung dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan ligamentum yang
2. Tuba Falopii
Tuba falopii terdiri atas: 1) Pars interstisialis, bagian yang terdapat pada dinding
uterus, 2) Pars isthmika, bagian medial tuba yang seluruhnya sempit, 3) Pars
ampularis, bagian yang berbentuk saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi, 4)
Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai
3. Fimbrae
Fimbrae penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur kemudian disalurkan ke
dalam tuba. Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viseral yang merupakan
bagian dari ligamentum latum. Otot dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam)
otot longitudinal dan otot sirkuler. Lebih ke dalam lagi didapatkan selaput yang
19
berlipat-lipat dengan sel-sel yang bersekresi dan bersilia yang khas, berfungsi
untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi ke arah cavum uteri dengan arus yang
4. Ovarium
Ovarium kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang sekitar 4 cm,
lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Setiap bulan 1-2 folikel akan keluar yang dalam
2005).
tuba kearah ostium tuba abdominalis dan disalurkan terus kearah medial. Pada
porsio. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum uteri dan
tuba, dan hanya beberapa ratus yang dapat sampai ke bagian ampula tuba dimana
spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah siap untuk dibuahi. Hanya satu
memiliki kapasitasi ini akan berfusi dengan ovum, setelah menembus korona
radiata dan zona pelusida yang menyelubungi ovum dengan enzim hialuronidase
20
Pembelahan zigot terjadi dalam beberapa jam setelah pembuahan. Zigot menjalani
pembelahan perlahan selama 3 hari saat masih berada dalam tuba uterina menjadi
morula. Morula akan mencapai cavum uteri oleh arus serta getaran silia pada
permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba pada 3 hari pascafertilisasi. Akumulasi
(stadium blastula). Blastokista terdiri dari selubung trofoblas dan massa inner cell
maternal kedalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sel trofoblas akan berkembang
Proses ini terbagi menjadi 3 fase, yaitu: aposisi (perlekatan dini blastokista dan
epitel uterus), adhesi (meningkatnya kontak fisis antara blastokista dan epitel
C. Kehamilan Ektopik
21
1. Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana sel telur yang dibuahi berimplantasi
kehamilan yang berakhir abortus, dan sekitar 16% kematian dalam kehamilan
2. Etiologi
ovum yang dibuahi ke dalam cavum uteri, antara lain: a) Salpingitis, terutama
22
implantasi hasil zigot pada tuba falopii. b) Adhesi peritubal setelah infeksi
Namun ini jarang terjadi. d) Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau
e) Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan
progesteron
4. Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya
3.Klasifikasi
23
Abdominal : a) Primer, b) Sekunder 6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar
uterus.
di Tuba ( 97% ), yang mana 55% muncul di pars ampullaris, 25% di isthmus,
al.,2015)
4. Patofisiologi
berturut-turut adalah isthmus (12%), fimbriae (5%), dan bagian kornu dan
daerah intersisial tuba (2%), dan seperti yang disebut pada bagian diatas,
kehamilan ektopik non tuba sangat jarang. Kehamilan pada daerah intersisial
gejala yang muncul lebih lama dari tipe yang lain, dan sulit di diagnosis, dan
biasanya menghasilkan perdarahan yang sangat banyak bila terjadi ruptur (Taran
et al,, 2015).
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama
dengan halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau
interkolumner. Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot
vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan diresorbsi. Pada nidasi
24
nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang
mudah villi korialis menembus endosalping dan masuk dalam lapisan otot-otot
dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas
gravidatis dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek, dan endometrium
tidak teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang atau berbusa, dan kadang-
kadang ditemukan mitosis. Perubahan ini hanya terjadi pada sebagian kehamilan
dalam tuba. Karena tuba bukan merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan
hasil konsepsi, tidak mungkin janin dapat tumbuh secara utuh seperti di uterus.
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 minggu
25
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena
keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya saja yang
2. Abortus tuba
dalam tuba tergantung pada implantasi telur yang dibuai. Arbotus tuba lebih
dinding tuba oleh vili koriales kearah peritoneum biasanya terjadi pada
menjadi mola kruenta. Perdarahan akan keluar melalui fimbriae dan masuk
rongga abdomen dan terkumpul secara khas di kavum Douglas dan akan
26
membentuk hematokel retrouterina. Bila frimbriae tertutup, tuba fallopii
3. Ruptur tuba
pada saluran lahir pada beberapa tempat. Sebelum metode pengukuran kadar
trimester pertama oleh rupture intraperitoneal. Pada kejadian ini lebih sering
terjadi bila ovum berimplantasi pada isthmus dan biasanya muncul pada
muncul pada kehamilan yang lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara
spontan, atau karena trauma ringan seperti koitus atau pemeriksaan vagina.
Ruptur sekunder dapat terjadi bila terjadi abortus dalam tuba dan ostium
tuba tertutup. Dalam hal ini dinding tuba yang sudah menipis karena invasi
dari trofoblas, akan pecah karena tekanan darah dalam tuba. Kadang-kadang
Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila
robekan kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba.
Bila pasien tidak mati dan meninggal karena perdarahan, nasib janin
bergantung pada kerusakan yang diderita dan tuanya kehamilan. Bila janin
mati dan masih kecil, dapat diresorbsi kembali, namun bila besar, kelak
dapat diubah menjadi litopedion. Bila janin yang dikeluarkan tidak mati
dengan masih diselubungi oleh kantong amnion dan dengan plasenta yang
27
utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam rongga abdomen sehingga terjadi
5. Gejala Klinis
Secara umum gejala klinis kehamilan ektopik terganggu adalah sebagai berikut:
a) Nyeri. Nyeri panggul dan nyeri abdomen yang kadang-kadang jelas lebih
satu sisi abdomen bawah dan dengan cepat menyebar ke seluruh abdomen
ruptur tuba, nyeri abdomen dapat timbul dibagian mana saja pada
abdomen. Nyeri timbul setelah mengangkat beban berat, buang air besar,
sebagian besar pasien. Periode amenorea umumnya 6-8 minggu, tetapi dapat
Hanifa. 2005).
28
c) Nyeri tekan abdomen dan panggul. Abdomen penderita biasanya tegang
dan terlihat agak cembung. Pada kehamilan ektopik dini yang belum ruptur,
nyeri tekan jarang dijumpai. Namun, dengan ruptur, nyeri tekan hebat
Douglass, atau teraba massa pada salah satu sisi uterus (Bagian Obsgin FK
e) Perubahan uterus. Uterus dapat terdorong ke salah satu sisi oleh massa
darah sistolik dapat terjadi pada awal keluhan. Namun, tekanan darah akan
menurun dan nadi meningkat jika terjadi perdarahan lanjut dan hipovolemia
g) Nyeri bahu dan leher. Adanya darah pada rongga perut menyebabkan
iritasi subdiafragma yang ditandai dengan nyeri pada bahu (Bagian Obsgin
29
Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas dan
kehamilan, sampai terjadinya abortus tuba atau ruptur tuba (Taran et al.,
2015).
yang paling sering disampaikan ialah nyeri di perut bawah yang tidak
sukar ditentukan. Keadaan ini juga masih harus dipastikan dengan alat
gejala yang tidak jelas. Gejala dan tanda bergantung pada lamanya
30
kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan,
akut biasanya tidak sulit. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan
ektopik terganggu (KET). Pada ruptur tuba, nyeri perut bagian bawah
menyebabkan penderita pingsan, tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat
serta perdarahan yang lebih banyak dapat menimbulkan syok, ujung ekstremitas
pucat, basah dan dingin. Rasa nyeri mula-mula terdapat dalam satu sisi,
tetapi setelah darah masuk kedalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke
bagian tengah atau keseluruh perut bawah dan bila membentuk hematokel
ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin dan berasal dari
bila digerakkan dan kavum Douglas yang menonjol dan nyeri raba. Pada
abortus tuba biasanya teraba dengan jelas suatu tumor di samping uterus
31
dalam berbagai ukuran dengan konsistensi agak lunak. Hematokel retouterina
6. Diagnosis
Rachimhadhi, 2005):
a) HCG-β : Pengukuran subunit beta dari HCG-β (Human Chorionic
darah yang diisap berwarna hitam (darah tua) biar pun sedikit, membuktikan
32
e) Ultrasonografi : Keunggulan cara pemerikssan ini terhadap laparoskopi
ialah tidak invasif, artinya tidak perlu memasukkan rongga dalam rongga
perut. Dapat dinilai cavum uteri, kosong atau berisi, tebal endometrium,
adanya massa di kanan kiri uterus dan apakah cavum Douglas berisi cairan.
f) Tes Oksitosin : Pemberian oksitosin dalam dosis kecil intravena dapat
dalam letak paksa. Pada foto lateral tampak bagian-bagian janin menutupi
vertebra ibu.
h) Histerosalpingografi : Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan
lebih besar dari biasa, dengan janin di luar uterus. Pemeriksaan ini
dengan USG (Ultra Sono Graphy) dan MRI (Magnetic Resonance Imagine)
Trias klasik yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen, perdarahan vagina
7. Penatalaksanaan
a) Terapi bedah
atau laparatomi. Laparatomi merupakan teknik yang lebih dipilih bila pasien
atau ada hambatan teknik untuk melakukan laparaskopi. Pada banyak kasus,
33
pasien-pasien ini membutuhkan salpingektomi karena kerusakan tuba yang
banyak, hanya beberapa kasus saja salpingotomi dapat dilakukan. Pada pasien
diindikasikan pada pasien hamil ektopik yang belum rupture dan besarnya
tidak lebih dari 5 cm pada diameter transversa yang terlihat komplit melalui
antimesenterik dari tuba dengan kauter kecil, gunting, atau laser. Kemudian
dikeluarkan secara perlahan melalui insisi dan tempat yang berdarah di kauter.
ini baik untuk pasien dengan tempat implantasi di ampulla tuba. Kehamilan
(Ramakrishnan, 2006).
Pasien dengan implantasi pada isthmus akan mendapatkan hasil yang lebih
baik dari reseksi segmental dan anastomosis lanjut. Bagaimanapun juga, jika
diagnosis ditegakkan lebih awal, maka pada tempat idthmus dapat dilakukan
34
dapat dilakukan gerakan seeperti memeras (milking) untuk mengeluarkan
jaringan. Secara umum, perawatan pada laparaskopi lebih cepat dan lebih
dengan riwayat penyakit tuba yang masih ada dan diketahui mempunyai faktor
resiko untuk kehamilan ektopik. Komplikasi bedah yang paling sering adalah
b) Terapi nonfarmakologi
mempertahankan patensi dan fungsi tuba, dan biaya yang lebih murah.
Zat-zat kimia yang telah diteliti termasuk glukosa hiperosmolar, urea, zat
(1983) dan Ory dkk. yang menggunakannya sebagai terapi garis pertama
35
sengan semakin banyaknya keberhasilan memakai obat, maka mulai
pemakaian methotrexate. Ukuran dari massa ektopik juga penting dan oleh
baik bila usia gestasi kurang dari 6 minggu, massa tuba kurang dari 3,5 cm
diameter, janin sudah mati, dan β-hCG kurang dari 15.00 mIU. Menurut
penyakit hati atau ginjal, penyakit paru aktif, dan ulkus peptik
(Prawirahardjo, 2014).
antagonis asam folat dan poten apoptosis induser pada jaringan trofoblas.
dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati. Methotrexate diberikan
dalam dosis tunggal (50 mg/m2 IM) atau dengan menggunakan dosis
36
kemungkinan ada massa ektopik persisten atau ada perdarahan
III. PERMASALAHAN
37
1. Apakah anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan ginekologi, dan
Analisis kasus
kehamilan ektopik.
ektopik.
4) Os juga memiliki riwayat operasi a.i KET pada tahun 2016 → salah
38
b) Dari pemeriksaan fisik, nadi, pernafasan, dan suhu Os masih dalam
kategori normal, yaitu: nadi 88x/ menit, pernafasan 20x/menit dan suhu
36,7oC. Tekanan darah dalam batas normal yaitu 100/70 mmHg. Pada
konjungtiva tampak anemis, akral dingin dan abdomen yang datar, simetris
kanan dan kiri, nyeri tekan (+) → salah satu gejala klinis kehamilan
ektopik.
uteri tidak teraba, tidak teraba massa pada abdomen, terdapat tanda cairan
bebas pada abdomen dan terdapat nyeri tekan. Nyeri tekan dan tanda
ektopik.
dan vagina, portio livide, OUE tertutup, fluor (-), fluksus (+), erosi dan
laserasi (-), dan polip (-), perdarahan tidak aktif. Pada pemeriksaan VT
tidak terdapat nyeri goyang porsio dan ukuran uterus sesuai normal (tidak
c) Pemeriksaan penunjang:
39
Pada pemeriksaan HB serial ditemukan penurunan kadar Hb, jumlah
peningkatan LDH.
Penatalaksanaan kasus ini sudah sesuai dengan teori. Pada kehamilan ektopik,
40
bedah ini dapat radikal (salpingektomi) atau konservatif (biasanya
atau ada hambatan teknik untuk melakukan laparaskopi. Pada banyak kasus,
banyak, hanya beberapa kasus saja salpingotomi dapat dilakukan. Pada pasien
persiapan baju operasi untuk Os, dan puasa yang harus dilakukan Os.
41
inflamasi non-steroid yang juga berfungsi mengatasi nyeri yang bersifat
8,3 gr/dl. Lalu dilakukan transfusi sebanyak 2 kolf. 1 kolf pertama diberikan
dilakukan observasi pasca operasi pada pasien berupa bising usus hingga
diberikan yaitu Cefadroxil tab 2x500 mg sebagai antibiotik spektrum luas dan
berguna sebagai penghilang rasa nyeri. Setelah tanda vital dan kondisi os
Pada kejadian ini lebih sering terjadi bila ovum berimplantasi pada isthmus
42
dapat terjadi secara spontan, atau karena trauma ringan seperti koitus atau
pemeriksaan vagina.
Ruptur sekunder dapat terjadi bila terjadi abortus dalam tuba dan ostium tuba
tertutup. Dalam hal ini dinding tuba yang sudah menipis karena invasi dari
Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila
robekan kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba.
Bila pasien tidak mati dan meninggal karena perdarahan, nasib janin
bergantung pada kerusakan yang diderita dan tuanya kehamilan. Bila janin
mati dan masih kecil, dapat diresorbsi kembali, namun bila besar, kelak dapat
diubah menjadi litopedion. Bila janin yang dikeluarkan tidak mati dengan
masih diselubungi oleh kantong amnion dan dengan plasenta yang utuh,
43
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, et al. 2013. Obstetri Williams. Edisi 23. Jakarta: EGC.
Jones HW. Ectopic Pregnancy. 1997. In: Novak’s Text Book of Gynecology. 3rd
Edition. Balltimore, Hongkong, London, Sydney: William & Wilkins.
Prawirohardjo.
44
Taran FA, Kagan KO, Hubner M, Markus H, Wallwiener D, dan Brucker S.
Int.
45