TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hemodialisis
2.1.1 Definisi
dialiser yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah kembali lagi
suatu mekanisme untuk membawa darah pasien ke dan dari dializen (tempat
terjadi pertukaran cairan, elektrolit dan zat sisa tubuh), serta dializer. (Siswadi,
komposisi solut darah oleh larutan lain (cairan dialisat) melalui membran
tetapi pada prinsipnya hemodialisis adalah suatu proses pemisah atau penyaringan
atau pembersihan darah melalui suatu membran yang semi permeabel yang
dilakukan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal baik yang kronik maupun
berdasarkan perbedaan konsentrasi zat atau molekul. Laju difusi terbesar terjadi
pada perbedaan konsentrasi molekul yang terbesar. Ini adalah mekanisme utama
untuk mengeluarkan molekul kecil seperti urea, kreatin, elektrolit dan untuk
6
Universitas Sumatera Utara
7
viskositas dan ukuran molekul yang dibuang (molekul besar akan terdifusi dengan
lambat). Dengan meningkatnya klirens dari zat terlarut dengan berat molekul
konsentrasi yang tinggi. Zat terlarut yang terikat tidak dapat dibuang melalui
difusi karena proteinyang terikat tidak dapat melalui membran. Hanya zat terlarut
yang tidak terikat protein yang dapat melalui membran atau terdialisis.
Ultrafiltrasi adalah aliran aliran konveksi (air dan zat terlarut) yang terjadi
akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik maupun tekanan osmotik. Air dan zat
terlarut dengan berat molekul kecil dapat dengan mudah melalui membran
mempunyai permukaan kontak yang lebih tipis dan memiliki pori-pori besar
protein lain yang terlibat dalam proses inflamasi atau sindrom uremia. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
8
penganti ginjal (TPG) pada pasien dengan perkiraaan laju filtrasi glomerolus
(elFG) kurang dari 15 Ml/ menit/ 1,73 m² (PGK tahap 5). Akan tetapi kemudian
terdapat bukti-bukti penelitian baru bahwa tidak terdapat perbedaan antara yang
memulai dialisis dini dengan yang terlambat memulai dialisis (early versus late
dyalisis) oleh karena itu HD dilakukan apabila ada keadaan sebagai berikut :
hipertensi.
pengikat fosfat.
yang jelas
7. Penurunan berat badan atau malnutrisi, terutama apabila disertai gejala mual,
pleuritis atau perikarditis yang tidak disebabkan oleh penyebab lain, serta
2011).
Universitas Sumatera Utara
9
adanya kesulitan vaskular, fobia terhadap jarum, gagal jantung dan koagulopati.
terutama pada pasien dengan diabetes. Sejumlah faktor resiko terjadinya hipotensi
vaskular (vascular filling) yang tidak adekuat, gangguan respon vasoaktif atau
graft dapat mengalami gagal jantung high output akibat adanya shunt darah pada
akses dan mungkin memerlukan ligasi dari fistula atau graft. Pemakaian buffer
asetat dalam dialisat sudah mulai ditinggalkan karena efek vasodilatasi dan
hipotensi selama dialisis telah menurun. Hipotensi saat hemodialisis dapat dicegah
dengan melakukan evaluasi berat badan kering dan modifikasi dari ultrafiltrasi,
sehinggah diharapkan jumlah cairan yang dikeluarkan lebih banyak pada awal
dan menghindar makan berat selama dialisis. Kram otot juga sering terjadi selama
dialisis dan penyebab masih belum jelas. Beberapa faktor pencetus yang
hubungkan dengan kejadian kram otot ini adalah adanya gangguan perfusi otot
Universitas Sumatera Utara
10
karena pengambilan cairan yang agresif dan pemakaian dialisat rendah sodium.
Beberapa strategi yang dipakai untuk mencegah kram otot adalah mengurangi
ultrafiltrasi, dan pemakaian dialisat yang mengandung kadar natrium tinggi atau
mengandung selulosa. Reaksi ini biasanya muncul segera setelah terapi dimulai
(dalam beberapa menit pertama) dan dapat berkembang menjadi reaksi anafilaksis
yang full-blown jika dialisis tidak segera dihentikan. Untuk mengatasinya, dapat
diberikan steroid atau epinefrin apabila gejala klinisnya berat. Reaksi tipe B terdiri
dari kumpulan gejala dari nyeri dada dan punggung yang tidak spesifik yang
gejala ini biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah dialisis dimulai dan akan
penyebab utama kematian pasien ginjal tahap terakhir selain dari infeksi.
ginjal kronis dikenal dengan faktor resiko yang tradisional seperti yang didapat
dari penelitian Framingham dan faktor resiko non-tradisional atau yang berkaitan
Universitas Sumatera Utara
11
komplikasi yang telah disebutkan diatas pasien akan mengalami kelelahan fisik,
kekurangan energi serta fatigue yang sering dialami pasien hemodialisis. Fatigue
dialisis.
2.2 Fatigue
2.2.1 Definisi
lesu, dan perasaan kehilangan energi. Fatigue adalah suatu gejala akibat proses
penggunaan energi yang tidak seimbang dengan kekuatan yang ada dan
menurunnya kapasitas kerja fisik serta mental. Fatigue biasa terjadi pada penyakit
kronik maupun akut dan dapat juga dialami pada kondisi normal keadaan sehat
Universitas Sumatera Utara
12
2.2.2 Etiologi
infeksi diare, sterss, gangguan tidur, cemas, depresi, kurang melakukan aktivitas
malnutrisi, anemia dan insomnia. Faktor fisiologi yang akan dilihat pada
penelitian ini adalah anemia, malnutrisi dan insomnia yang dialami pasien yang
menjalani hemodialisis.
A. Status Nutrisi
Ternyata semakin jelek status nutrisi semakin jelek kualitas hidup penderita gagal
ginjal terminal Malnutrisi pada gagal ginjal terminal disebabkan oleh toksin uremi
dan oleh prosedur hemodialisa. Anoreksi pada penderita gagal ginjal terminal
yang dilakukan hemodialisa kronis sering terjadi, hal ini disebabkan oleh
dalam tubuh. Selain itu, toksik uremi juga memacu pemecahan protein dan
Universitas Sumatera Utara
13
Pada saat dilakukan hemodialisa ternyata banyak protein dan vitamin yang
gr asam amino, karena masuk ke dalam cairan dialisat dan toksin lainnya.
Sepertiga asam amino yang terbuang tadi adalah asam amino esensial. Disamping
glukosa, maka setiap kali hemodialisa akan dikeluarkan glukosa sebanyak 20-30
C. Insomnia
sudah lama berbaring di tempat tidur. Mereka bukannya tidak mengantuk, namun
memang tidak bisa tertidur. Keadaan seperti ini bahkan bisa berlangsung berhari-
(Prasetyono, 2013). Efek insomnia pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
jam. Insomnia jangka panjang bahkan dapat mempengaruhi gaya hidup dan emosi
asa ketika bangun sendirian pada malam hari dan merasa kualitas tidurnya tidak
Universitas Sumatera Utara
14
akan tercapai. Pada akhirnya, insomnia yang dialami pasien gagal ginjal kronis
yang tidak aktif , 14% akan mengalami fatigue pada level lebih rendah
berhubungan dengan level fisik yang lebih tinggi. Pasien hemodialisis cendrung
Universitas Sumatera Utara
15
Disamping itu, perawat juga harus memahami dampak faktor ekonomi terhadap
yang tepat. jumlah pendapatan hasil bekerja perbulan sesuai dengan upah
Dukungan dari keluarga, tenaga kesehatan dan lingkungan sangat diperlukan pada
depresi. Fatigue juga akan dirasakan bila pasien mengalami hipotensi intradialisis.
penyakit yang menyebabkan klien mengalami end stage renal disease (ESRD)
(Sulistini, 2010).
Universitas Sumatera Utara