Anda di halaman 1dari 10

Judul : Stres dan Coping Stres pada Guru Bantu

Nama/NPM : Rani Utami Solihat/10502201


Pembimbing : Siti Mufattahah, Psi

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan stress dan coping stress pada
guru bantu, di mana dalam penelitian iniseorang wanita yang sudah lama bekerja sebagai
guru bantu dalam kurun waktu 7-10 tahun lebih yang hingga kini belum juga diangkat
sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil). Guru bantu pun di sini tidak hanya memiliki masalah
tentang tidak kunjungnya pengangkatan menjadi PNS, tetapi terdapat masalah-masalah
lain yang dimiliki oleh para guru bantu. Para guru bantu di sini adalah sebagai satu-
satunya pencari nafkah di dalam keluarga inti para guru bantu. Jika dilihat dari sisi
keuangan rumah tangga para guru bantu, jelas keadaan ekonomi rumah tangga dalam
keadaan kurang. Gaji guru bantu tidak dapat diandalkan sepenuhnya untuk keperluan
rumah tangga, apalagi gaji tersebut sering dirapel (ditunda). Dalam kehidupan
masyarakat, hal tersebut masih dianggap sebagai sesuatu hal yang melanggar norma
masyarakat, karena seharusnya setiap pasangan harus saling membantu dalam segala hal.
Keberadaan masalah yang dimiliki oleh para guru bantu ini dapat menimbulkan masalh-
masalah yang lain sehingga menimbulkan stress. Sehingga dapat membuat para guru
bantu seperti dihimpit oleh beban batin, di satu sisi guru memiliki tugas untuk mengabdi
sebagai pengajar bagi anak didiknya demi masa depan bangsa, namun di sisi lain
kehidupan guru jauh dari fasilitas yang memuaskan, bahkan justru kadang
memprihatinkan dan semakin berkurangnya kualitas mengajar guru. Tentunya untuk
meminimalkan atau menghilangkan stres yang ditimbulkan dari berbagai masalah yang
dihadapi, para guru bantu membutuhkan perilaku coping yang sesuai, sehingga mereka
akan dapat kembali berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai pendidik atau
pengajar dengan tugas-tugasnya masing-masing. Dari penjelasan di atas, maka bisa
terjadi permasalahan bagi para guru bantu. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti
gambaran stres dan coping stres pada guru bantu.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Subjek dalam
penelitian ini adalah wanita dewasa yang bekerja sebagai guru bantu yang berusia 38 dan
39 tahun. Jumlah subjek dalam penelitia ini adalah sebanyak 2 orang.
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa
hal-hal yang melatar belakangi para guru bantu menjadi stress adalah faktor ekonomi dan
permasalahan dalam rumah tangga. Bentuk stress yang dialami oleh para guru bantu
berupa gejala fisikal, emosional, intelektual, dan personal, contohnya seperti sakit kepala,
gelisah atau cemas, konsentrasi menurun, serta suka ingkar janji dan lain-lain. Sedangkan
macam-macam coping yang diloakukan oleh para guru bantu adalah dengan cara
membicarakan masalahnya dengan orang yang terpercaya, melakukan aktivitas lain yang
sifatnya menghibur untuk melupakan masalah yang bersifat sementara, membuat rencana
dengan mencari pekerjaan tambahan guna membantu kebutuhan ekonomi rumah tangga,
dan yang terakhir lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

Kata kunci : Stres, Coping Stres, Guru Bantu.


BAB I dari berbagai masalah yang dihadapi, para
guru bantu membutuhkan perilaku coping
A. PENDAHULUAN yang sesuai, sehingga mereka akan dapat
Menurut Undang-Undang berfungsi dengan baik sebagai individu
no.14 tahun 2005, guru bantu adalah maupun sebagai pendidik atau pengajar
pegawai non PNS departemen pendidikan dengan tugas-tugasnya masing-masing.
nasional yang ditugaskan secara penuh B. Pertanyaan Penelitian
untuk memenuhi kebutuhan guru bagi Berdasarkan latar belakang
sekolah-sekolah negeri dan swasta meliputi tersebut, maka permasalahan yang akan
TK, SD, SMP, SMA, SMK, serta SLB diajukan dalam penelitian adalah :
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan 1. Bagaimana gambaran stres yang
kontrak kerja. Guru bantu memiliki dialami oleh subjek?
kesamaan dengan guru PNS (Pegawai 2. Apa saja sumber-sumber stres yang
Negeri Sipil) dari segi tugas dan dialami oleh subjek?
kewajibannya sebagai seorang guru hanya 3. Bagaimana strategi coping yang
berbeda pada statusnya saja yang belum dilakukan oleh subjek?
diangkat sebagai guru PNS. Besarnya C. Tujuan Penelitian
jumlah guru bantu yang belum diangkat Tujuan dari penelitian ini adalah
menjadi guru PNS di daerah Jonggol, Jawa peneliti ingin mengetahui gambaran stres
Barat hingga saat ini berjumlah kurang lebih yang dialami oleh subjek lalu sumber-
96 orang, dan masih banyak yang menjabat sumber yang dapat menyebabkan subjek
sebagai guru bantu selama 10 tahun bahkan mengalami stres, dan strategi coping yang
lebih hingga saat ini belum diangkat menjadi digunakan oleh subjek untuk menyelesaikan
PNS. Guru bantu pun sering tidak masalahnya.
mendapatkan gajinya tepat setiap sebulan D. Manfaat Penelitian
sekali tetapi kerap dibayar secara rapel Penelitian ini diharapkan memiliki
(kelebihan uang yang belum terbayarkan) dua manfaat yaitu :
yang diberikan pada bulan-bulan berikutnya. 1. Manfaat Teoritis
Permasalahan yang dialami oleh para guru Hasil penelitian diharapkan dapat
bantu tidak hanya seputar selalu ditunda- memberikan masukan yang bermanfaat bagi
tunda sekian lamanya pengangkatan menjadi perkembangan ilmu psikologi khususnya
PNS saja, tetapi para guru bantu pun psikologi sosial dan psikologi pendidikan.
memiliki masalah yang lain seperti jumlah Di samping itu dapat pula menjadi manfaat
gaji yang hanya sekitar Rp 700.000,- yang untuk kemungkinan bagi peneliti lain untuk
dirasa masih sangat kurang dan belum lagi melanjutkan penelitiannya dibidang yang
guru bantu tersebut kerap memiliki masalah sama yaitu perilaku stres dan coping stres
dalam rumah tangganya khususnya dengan pada guru bantu.
pasangannya. Maka bila keadaan ini terjadi 2. Manfaat Praktis
berkepanjangan, dapat membuat guru Manfaat yang dapat diambil dari
mengalami tekanan yang dapat penelitian ini adalah untuk menambah
mengakibatkan stres dan semakin wawasan bagi para guru bantu tentang
berkurangnya kualitas mengajar guru. coping stres yang dilakukan guna
Masalah yang dihadapi guru menanggulangi stres yang sedang dialami
bantu tersebut akan menyebabkan timbulnya oleh para guru bantu. Sehingga langkah
stres. Stres timbul karena adanya stimulus yang digunakan oleh guru bantu ini dapat
baik yang datang dari faktor internal diikuti oleh para guru bantu yang lain yang
maupun eksternal. Stimulus- stimulus ini sedang memiliki masalah yang sama.
yang disebut sebagai stressor (Atwater &
Duffy, 1999) yang dapat mempengaruhi BAB II
batas kemampuan coping seseorang TINJAUAN PUSTAKA
(Atkinson, Atkinson, Smith & Bem, 1993). A. Pengertian Stres
Proses di mana seseorang berusaha untuk Dari definisi-definisi yang
mengelola tuntutan yang menekan tersebut dikemukakan oleh (Atwater & Duffy, 1999),
disebut sebagai coping (Atkinson et al., dan Feldman (1989), dapat dikatakan bahwa
1993). Tentunya, untuk meminimalkan atau stres adalah peristiwa yang dipersepsikan
menghilangkan stressor yang ditimbulkan
seseorang sebagai peristiwa yang menekan 3). Mudah membatalkan janji atau tidak
dan menuntut penyesuaian respon adaptif. memenuhinya
1. Sumber-sumber Stres 4). Suka mencari-cari kesalahan orang
lain atau menyerang orang dengan
Sumber stres selama hidup manusia menurut kata-kata
Sarafino (1990) berasal dari tiga hal yaitu : 5). Mengambil sikap terlalu
a. Sumber dari dalam diri individu membentengi dan mempertahankan diri.
(sources within the person) B. Coping Stres
b. Sumber dari keluarga (sources in the Menurut (Atkinson, Atkinson,
family) Smith & Bem, 1993), (Lazarus, dalam
c. Sumber dari dalam lingkungan dan Krohne, 1986), dan (Feldman, 1992), dapat
masyarakat (sources in the community disimpulkan bahwa coping merupakan suatu
and society). proses yang dipelajari, baik berupa perilaku
2. Gejala Stres maupun kognitif, ditujukan kepada stimulus
Berikut adalah gejala-gejala stres (Hardjana, eksternal maupun internal yang dirasakan
1994) : mengancam dengan tujuan untuk
a. Gejala Fisikal menyeimbangkan tuntutan dan kapasitas
1). Sakit kepala, pusing, pening yang dimilikinya.
2). Tidur tidak teratur, insomnia (susah 1. Strategi dan Jenis Coping
tidur), dan bangun terlalu awal Carver (1989) memberikan tiga
3). Gatal-gatal pada kulit belas strategi coping yang termasuk dalam
4). Urat tegang terutama pada leher dan tiga jenis coping tersebut, yaitu :
bahu a. Problem Focussed
5). Tekanan darah tinggi atau serangan Coping 1). Active coping
jamtung Proses pengambilan langkah aktif
6). Kelewat berkeringat dalam usaha menghilangkan atau
7). Lelah atau kehilangan daya energi mengelakkan stressor atau untuk
8). Bertambah banyak melakukan memperbaiki efek yang diberikan
kekeliruan atau kesalahan dalam oleh stressor tersebut.
kerja dan hidup. 2). Planning
b. Gejala Emosional Memikirkan bagaimana mengatasi
1). Gelisah atau cemas stressor.
2). Sedih, depresi, mudah menangis 3). Suppression of competing activities
3). Merana jiwa dan hati atau mood Mengesampingkan masalah lain,
berubah-ubah cepat mencoba untuk menghindar dari
4). Mudah panas dan marah distraksi kejadian yang lain, bahkan
5). Gugup membiarkan masalah lain muncul,
6). Rasa harga diri menurun atau merasa sehingga dapat berdamai dengan
tidak aman stressor.
7). Terlalu peka dan mudah tersinggung 4). Restraint coping
8). Emosi mengering atau kehabisan Menunggu sampai ada kesempatan
sumber daya mental (burn out). yang tepat untuk melakukan
c. Gejala Intelektual tindakan, menahan diri dan tidak
1). Sulit membuat keputusan bertindak prematur.
2). Daya ingat menurun 5). Seeking of instrumental social
3). Pikiran kacau support
4). Melamun secara berlebihan Mencari nasihat, bantuan atau
5). Kehilangan rasa humor yang sehat informasi dari orang lain.
6). Produktivitas atau prestasi kerja b. Emotion Focussed Coping
menurun 1). Seeking emotional social support
7). Susah berkonsentrasi atau Mendapatkan dukungan moral,
memusatkan pikiran. seperti simpati atau pengertian.
d. Gejala Interpersonal 2). Positive reinterpretation Berusaha
1). Kehilangan kepercayaan pada orang untuk mengatur emosi distress,
lain daripada mengatasi stressor.
2). Mudah mempersalahkan orang lain
3). Acceptance sesuai dengan kontrak kerja, serta
Respon coping yang fungsional, memperoleh imbalan yang dianggarkan
dalam artian seseorang yang lewat APBN/APBD.
menerima kenyataan mengenai Permasalahan Guru Bantu
Berikut akan dikemukakan beberapa
situasi menekan akan cenderung permasalahan yang kerap dialami oleh guru bantu
menjadi seseorang yang berusaha menurut (Hadikusumo, 2007) :
untuk mengatasi situasi tersebut. 1. SK pengangkatan menjadi CPNS belum jelas.
4). Denial 2. Gaji para guru bantu dari APBN sering terlambat.
Respon yang kadangkala muncul 3. Gaji guru bantu yang jumlahnya sangat minim.
pada saat primary appraisal. 4. Lamanya pengangkatan para guru bantu untuk
Seringkali memberi kesan kalau menjadi PNS.
5. Pemberdayaan dan peningkatan mutu kurang
denial itu berguna, mengecilkan dirasakan oleh para guru bantu.
distress dan memfasilitasi coping. 6. Kurangnya kesejahteraan para guru bantu.
5). Turning to religion 7. Kurangnya mutu pengajaran, sehingga masih banyak
Seseorang dapat beralih ke agama guru bantu yang tidak kompeten untuk mengajar
karena keterbatasan dalam penguasaan metodologi
atau kepercayaannya saat berada pengajaran.
dalam tekanan untuk berbagai 8. Masih adanya tindak kekerasan terhadap
macam alasan. murid.
c. Coping Maladaptif BAB III
1). Focusing On and Venting of
Emotion METODE PENELITIAN
Kecenderungan untuk memusatkan A. Pendekatan penelitian : metode kualitatif.
perhatian pada hal-hal yang B. Subjek Penelitian
dirasakan seseorang sebagai 1. Karakteristik Subjek Penelitian : Dalam
distress, dan kemudian melepaskan penelitian ini subjek penelitian memiliki
perasaan-perasaan tersebut. karakteristik yaitu para guru bantu dengan
2). Behavioral Disengagement usia dewasa yang sudah bekerja sebagai
Mengurangi usaha untuk melawan guru bantu selama tujuh hingga tujuh
stressor, tidak ingin lagi berusaha belas tahun dan hingga saat ini belum
untuk mencapai objek / kejadian di menjadi PNS.
mana stressor mengganggu,
2. Jumlah Subjek Penelitian : peneliti
behavioral disengagement mengambil dua orang subjek, dan
digambarkan melalui gejala
mengambil satu orang sebagai significant
perilaku yang disebut others,masing-masing satu significant
“helplessness”. others untuk tiap subjek.
3). Mental Disengagement C. Tahap-tahap Penelitian
Merupakan variasi dari behavioral 1. Tahap Persiapan Penelitian : Peneliti
disengagement, muncul bila ada membuat pedoman wawancara yang
keadaan-keadaan yang
disusun berdasarkan beberapa teori-teori
menghalangi munculnya yang relevan dengan masalah.
behavioral disengagement.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian : Dalam
4). Alcohol Drug Disengagement
Jenis coping ini sebenarnya penelitian ini, peneliti bertemu langsung
diajukan sebagai aspek dari mental dengan subjek yang bersangkutan untuk
menanyakan perihal subjek yang
disengagement, tetapi validitas
sekiranya bersedia diwawancarai.
tidak pernah memadai untuk
D. Teknik Pengumpulan Data : wawancara
dimasukkan sebagai aspek dari
jenis coping mental disengagement. dan observasi.
C. Guru Bantu E. Alat Bantu Pengumpul Data : Pedoman
Menurut Tugiran (dalam Suara Wawancara, pedoman observasi, alat
Merdeka, 2007) dan Undang-undang no.14 perekam, dan alat tulis
tahun 2005, guru bantu adalah pegawai non F. Keakuratan Penelitian
PNS departemen pendidikan nasional yang
a. Triangulasi Data
ditugaskan secara penuh untuk memenuhi
kebutuhan guru bagi sekolah-sekolah negeri Peneliti menggunakan berbagai sumber
dan swasta dalam jangka waktu tertentu data seperti dokumen hasil wawancara
dan hasil observasi dari subjek dan strategi coping yang telah dijelaskan
significant other pada bab II untuk digunakan dan
b. Triangulasi Pengamat menguji terkumpulnya data tersebut.
d. Triangulasi Metode
dosen pembimbing bertindak sebagai
Yaitu metode wawancara, metode
pengamat ( expert judgement) yang
observasi.
memberikan masukan terhadap hasil
pengumpulan data. G. Teknik Analisis Data : Mengorganisasikan
c. Triangulasi Teori Data, Pengelompokkan Berdasarkan
Yaitu penggunaan berbagai teori yang Kategori, Tema, dan Pola Jawaban, Menguji
berlainan untuk memastikan bahwa data Asumsi atau Permasalahan yang Ada
yang dikumpulkan sudah memenuhi Terhadap Data, Mencari Alternatif
syarat. berbagai teori tentang gejal- Penjelasan Bagi Data, Menulis Hasil
gejala stress, sumber-sumber stress, dan Penelitian.

BAB IV tegang, tekanan darah tinggi, serangan


jantung, kelewat berkeringat, lelah, dan
HASIL OBSERVASI SUBJEK
bertambah banyak melakukan kekeliruan
Subjek 1 dalam kerja dan hidup), gejala emosional
(gelisah, sedih, mudah menangis, depresi,
Gejala stress : kelewat berkeringat, lelah atau merana jiwa dan hati, mudah marah, gugup,
kehilangan daya energi, mudah panas dan marah. harga diri menurun, mudah tersinggung,dan
Coping stress : active coping, restraint emosi mongering), gejala intelektual atau
coping, turning to religion, mental kognitif (sulit membuat keputusan, daya
disengagement. ingat menurun, pikiran kacau, melamun,
kehilangan rasa humor, prestasi kerja
Subjek 2 menurun, susah konsentrasi).
Gejala stress : sakit kepala, pusing, pening, 2. Sumber-sumber Stres yang Dialami Guru
kelewat berkeringat, lelah atau kehilangan Bantu
daya energi, bertamabah banyak melakukan Stres yang dimiliki oleh subjek
kekeliruan, sedih, depresi, mudah menangis, pertama dan kedua yaitu pertama bersumber
mudah panas dan marah. dari dalam diri individu, seperti merasa
tertekan selama menjadi guru bantu karena
Coping stress : active coping, turning to dengan gaji yang begitu kecil belum dapat
religion, mental disengagement. memenuhi segala kebutuhan, dan subjek
belum merasa sejahtera sebagai guru bantu.
PEMBAHASAN Lalu stres yang bersumber dari keluarga
1. Gambaran Stres pada Guru Bantu Subjek dirasakan oleh subjek kedua, suami dan
pertama mengalami gejala- anak subjek komplain dengan gaji yang
gejala stres seperti nafsu makan berkurang, selalu dirapel membuat mereka telat
sering mengalami sakit kepala sehingga sulit mendapatkan kiriman uang, dan mengeluh
untuk tidur, mudah marah dan kesal, sering karena subjek harus menjalankan tugas guru
merasa sedih, konsentrasi menjadi bantu sehingga subjek hanya dapat bertemu
berkurang, dan melamun, serta cemas. keluarga dua minggu sekali. Stres yang
Subjek kedua pun mengalami gejala yang bersumber dari lingkungan dan masyarakat
sama seperti yang dirasakan oleh subjek dirasakan oleh subjek kedua, subjek sebagai
pertama, tetapi subjek kedua mengalami guru bantu diperlakukan berbeda oleh para
gejala yang lain seperti sakit maag dan muka guru PNS di sekolahnya. Hal ini sesuai
terlihat bengkak karena subjek darahnya dengan sumber stres yang dikemukakan oleh
naik, keringat berlebihan, dan terlihat sangat Sarafino (1990), yang terbagi menjadi tiga
lelah. Hal ini sesuai dengan gejala-gejala hal yaitu pertama sumber dari dalam diri
stres yang dikemukakan oleh Hardjana individu (sources within the person) yaitu
(1994), yaitu gejala-gejala stres terbagi stres dapat bersumber pada orang yang
menjadi empat yaitu gejala fisikal (sakit mengalami stress lewat penyakit (illness)
kepala, insomnia, gatal-gatal pada kulit, urat dan pertentangan (conflict), sumber dari
keluarga (sources in the family) yaitu Subjek pertama dan kedua
disamping hal-hal yang datang dari menggunakan strategi coping yang pertama
hubungan antar pribadi dan situasi keluarga yaitu problem focused coping, diantaranya
yang ada, keluarga dapat menjadi sumber active coping pada subjek pertama seperti
stress karena peristiwa-peristiwa yang subjek mencari uang tambahan dengan
berkaitan dengan para anggota keluarga, dan menjahit atau berjualan gado-gado dan
sumber dari dalam lingkungan dan gorengan, sedangkan subjek kedua seperti
masyarakat (sources in the community and melakukan pekerjaan tambahan membantu
society) terdiri dari dua lingkungan pokok teman mencari klien yang ingin mendirikan
yaitu lingkungan kerja (tuntutan kerja, bangunan, dan yang dilakukan oleh kedua
tanggung jawab kerja), dan lingkungan subjek bila keuangannya sudah sangat
hidup disekitar kita (lingkungan fisik kerja) terhimpit adalah meminjam uang. Selain
(dalam Hardjana, 1994). active coping, subjek pertama dan kedua
Sedangkan sumber stres yang bersifat melakukan planning, yaitu membagi waktu
fisik dirasakan pula oleh subjek pertama dan antara tugas sebagai guru bantu agar tidak
kedua seperti tidak merasa nyaman dengan berbentur dengan waktu bersama keluarga.
keadaan fisik bangunan tempat kerja para Suppression of competing activities pun
subjek yaitu banyaknya kerusakan pada dilakukan oleh subjek kedua yaitu lebih
bangunan sekolah dan kurangnya fasilitas mencari kesibukan yang lain yang dapat
sekolah, serta jauhnya jarak dari tempat menghasilkan sesuatu dari pada selalu
tinggal subjek menuju sekolah, dan mencemaskan masalah guru bantu. Strategi
membutuhkan ongkos yang cukup besar. coping selanjutnya yaitu restraint coping,
Lalu sumber stres yang bersifat psikologis yaitu subjek pertama berusaha untuk
yaitu tekanan dialami oleh subjek kesatu dan menenangkan diri agar rasa cemasnya
kedua, kedua subjek sudah menjadi guru memikirkan masalah guru bantu tidak
bantu sejak lama dengan tugas dan tanggung berlebihan, dan subjek kedua tetap fokus
jawab yang berat tetapi semua itu tidak pada mengajar meskipun sedang
sesuai dengan penghasilan yang diterima menghadapi masalah guru bantu. Subjek
oleh guru bantu serta kerap dirapel, dan pertama dan kedua menggunakan seeking of
status guru bantu yang selalu tidak menentu. instrumental social support, subjek pertama
Konflik pun terjadi pada subjek kedua, dan kedua sama- sama meminta nasehat atau
subjek sebagai guru bantu diperlakukan bantuan kepada orang-orang terdekatnya
berbeda di sekolahnya. Kecemasan yang seperti keluarga dan teman- temannya dalam
dialami oleh subjek pertama yaitu takut jika menghadapi masalah guru bantu. Hal ini
pada saat gaji dirapel bertepatan dengan sesuai dengan yang dikemukakan oleh
segala kebutuhan mendesak, dan cemas Carver (1989), yaitu problem focussed
tidak diangkat-angkat menjadi PNS. Rasa coping yang terdiri dari active coping,
cemas yang dialami oleh subjek kedua yaitu planning, suppression of competing
takut jika keadaan gaji dirapel tidak dapat activities, restraint coping dan seeking of
mengirim uang kepada suami dan anak, instrumental social support.
serta takut akan selamanya menjadi guru Subjek pertama dan kedua
bantu. Hal ini sesuai dengan yang menggunakan strategi coping yang kedua
dikemukakan oleh Atwater (1983), bahwa yaitu emotion focused coping, diantaranya
dalam kehidupan sehari-hari sumber stres seeking emotional social support pada
dapat bersifat fisik maupun psikologis, subjek pertama yaitu mendapatkan
secara psikologis terdapat empat macam dukungan dari keluarganya dan rekan-rekan
sumber stres yaitu tekanan, frustrasi, guru. Subjek kedua selalu mendapatkan
konflik, dan kecemasan. Sumber stres yang bantuan dari saudara dan teman-teman baik
bersifat fisik dapat berupa keadaan cuaca berupa nasehat maupun materi. Selanjutnya,
yang tidak menyenangkan atau menderita yaitu positive reinterpretation pada subjek
penyakit tertentu. Walaupun demikian baik pertama yaitu pada saat teman subjek
sumber stres yang bersifat fisik maupun diangkat menjadi PNS, subjek menganggap
psikologis akan saling mempengaruhi hal tersebut belum rezekinya dan
(Atwater, 1983). menjadikan hal tersebut sebagai acuan
3. Strategi Coping pada Guru Bantu semangat baginya. Sedangkan subjek kedua
belajar membesarkan hati ketika mengetahui
temannya diangkat menjadi PNS, dan beliau
berpikir memang belum saatnya menjadi BAB V
PNS. Masing-masing subjek pun melakukan KESIMPULAN
acceptance yaitu pada subjek pertama 1. Subjek Pertama
menerima dan bersabar, serta tidak patah a. Gambaran Stres pada Guru Bantu
semangat meskipun sudah beberapa kali Subjek pertama mengalami gejala-
mengikuti tes CPNS tetapi belum juga gejala stres seperti nafsu makan
diangkat menjadi PNS, dan jika subjek berkurang, sering mengalami sakit
diangkat menjadi PNS tetapi ditugaskan kepala sehingga sulit untuk tidur,
keluar daerah subjek akan menerima segala mudah marah dan kesal, sering merasa
keputusan suami, sedangkan subjek kedua sedih, konsentrasi menjadi berkurang,
tetap mensyukuri dan menerima apa dan melamun serta cemas.
adanyajika belum diangkat menjadi PNS b. Sumber-sumber Stres yang Dialami
meskipun sudah berkali-kali mengikuti tes, oleh Guru Bantu
dan subjek akan menerima jika diangkat Stres yang dimiliki oleh subjek pertama
menjadi PNS meskipun harus ditugaskan yaitu bersumber dari dalam diri
keluar daerah karena hal tersebut bukan individu, seperti merasa tertekan selama
masalah lagi bagi subjek jika harus tinggal menjadi guru bantu karena dengan gaji
berjauhan dengan keluarga. Subjek pertama yang jumlahnya begitu kecil belum
dan kedua melakukan turning to religion dapat memenuhi segala kebutuhan, dan
dengan mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal subjek belum merasa sejahtera sebagai
ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh guru bantu. Sumber stres yang
Carver (1989), yaitu emotion focused coping dirasakan oleh subjek pertama ada yang
yang terdiri dari seeking emotional social bersifat fisik, seperti tidak merasa
support, positive reinterpretation, denial, nyaman dengan keadaan fisik bangunan
dan turning to religion. tempat kerja subjek, yaitu banyaknya
Masing-masing subjek pun kerusakan pada bangunan sekolah,
menggunakan beberapa strategi coping yang kurangnya fasilitas di dalam sekolah,
satu ini yaitu maladaptive coping, dan jauhnya jarak tempuh dari rumah
diantaranya focusing on and venting of menuju sekolah, sehingga
emotion pada subjek pertama yaitu merasa membutuhkan ongkos yang cukup
sedih lalu merenung sambil melamun besar. Lalu sumber stres yang bersifat
memikirkan masalahnya, subjek kedua pun psikologis, yaitu subjek sudah menjadi
suka melamun bahkan menangis jika sedang guru bantu sejak lama dengan tugas dan
ada masalah yang berkaitan dengan guru tanggung jawab yang berat tetapi semua
bantu. Behavioral disengagement dilakukan itu tidak sesuai dengan penghasilan
oleh subjek kedua dengan merokok. Mental yang diterima oleh subjek serta kerap
disengagement pun dilakukan oleh para dirapel, dan status guru bantu yang
subjek untuk menghilangkan masalah guru selalu tidak menentu. Sumber stres yang
bantu yang bersifat sementara, seperti yang lain seperti berasal dari keluarga,
dilakukan oleh subjek pertama yaitu tidur lingkungan, dan masyarakat, serta
dan menonton televisi atau bermain serta konflik tidak dialami oleh subjek
bercanda dengan anak-anaknya, subjek pertama. Sedangkan sumber stres
kedua berjalan-jalan dan berkaraoke serta seperti kecemasan dialami oleh subjek
dugem bersama teman-temannya. yaitu merasa takut jika pada saat gaji
Selanjutnya yang terakhir adalah alcohol dirapel bertepatan dengan segala
drug disengagement, subjek kedua kebutuhan yang mendesak dan merasa
melakukan coping tersebut dengan masihnya cemas tidak diangkat-angkat menjadi
subjek meminum-minuman keras jika PNS.
sedang berkaraoke bersama teman- c. Strategi Coping pada Guru Bantu
temannya. Hal ini sesuai dengan yang Subjek pertama menggunakan strategi
dikemukakan oleh Carver (1989), yaitu coping yang pertama yaitu problem
coping maladaptif terdiri dari focusing on focused coping, diantaranya active
and venting of emotion, behavioral coping, seperti mencari uang tambahan
disengagement, mental disengagement, dan dengan menjahit atau berjualan gado-
alcohol drug disengagement. gado dan gorengan. Strategi yang
berikutnya yaitu planning, seperti keringat berlebihan, dan terlihat sangat
membagi waktu antara tugas sebagai lelah.
guru bantu tidak berbenturan dengan b. Sumber-sumber Stres yang Dialami
waktu bersama keluarga. Ketiga yaitu Guru Bantu
restrain coping, seperti berusaha untuk Sumber-sumber stress yang dialami
menenangkan diri agar rasa cemasnya oleh subjek kedua berasal dari dalam
memikirkan masalah guru bantu tidak diri individu yaitu merasa tertekan dan
berlebihan. Selanjutnya yaitu seeking of tidak sejahtera karena gaji guru bantu
instrumental social support, yaitu yng begitu kecil jumlahnya. Sumber
meminta nasehat atau bantuan kepada stres yang berasal dari keluarga
orang-orang terdekatnya guna dirasakan oleh subjek kedua, yaitu
menghadapi masalah guru bantu. suami dan anaknya selalu komplain
Subjek pertama tidak menggunakan dengan gajinya yang kerap dirapel
coping suppression of competing sehingga mereka telat mendapatkan
activities. Strategi coping yang kedua kiriman uang, dan selalu mengeluh
yaitu emotion focused coping, karena subjek hanya dapat bertemu
diantaranya seeking emotional social dengan keluarganya dua minggu sekali.
support yaitu mendapatkan dukungan Stres yang berasal dari lingkungan dan
dari keluarga dan rekan-rekan guru. masyarakat dirasakan oleh subjek,
Selanjutnya yaitu positive seperti mendapatkan perlakuan berbeda
reinterpretation, seperti pada saat teman oleh para guru PNS yang lain di
subjek diangkat menjadi PNS, subjek sekolahnya. Sedangkan sumber stress
menganggap hal tersebut belum yang bersifat fisik dirasakan oleh subjek
menjadi rejekinya, dan menjadikan hal kedua, yaitu bangunan sekolah yang
tersebut sebagai acuan semangat rusak, fasilitas yang tidak memadai,
baginya. Coping selanjutnya yaitu serta jauhnya jarak antara rumah dengan
acceptance, subjek pertama hanya dapat sekolah, sehingga membutuhkan
menerima dan bersabar, serta tidak banyak ongkos. Lalu sumber stres yang
patah semangat meskipun sudah bersifat psikologis pun dirasakan oleh
beberapa kali mengikuti tes CPNS, dan subjek kedua, seperti penghasilan yang
subjek pun menerima keputusan suami diterima subjek tidak sesuai dengan
jika keputusan tersebut baik untuk besarnya tugas dan tanggung jawab
subjek dan keluarganya. Subjek pertama yang diembannya, serta status guru
melakukan coping turning to religion, bantu yang tidak menentu. Konflik juga
yaitu dengan selalu mendekatkan diri dirasakan oleh subjek kedua, yaitu
kepada Tuhan. Strategi coping berikut diperlakukan berbeda di sekolahnya.
yaitu coping maladaptive , diantaranya Rasa cemas seperti takut jika gaji
focusing on and venting of emotion, dirapel tidak dapat mengirim uang
seperti merasa sedih lalu merenung kepada suami dan anaknya.
sambil melamun memikirkan c. Strategi Coping pada Guru Bantu
masalahnya. Lalu mental Subjek kedua menggunakan strategi
disengagement, seperti tidur dan coping yaitu problem focused coping,
menonton televisi, atau bermain dan diantaranya yaitu active coping, seperti
bercanda dengan anak-anak subjek. melakukan pekerjaan tambahan dengan
Pada maladaptive coping ini, subjek membantu teman mencari klien yang
tidak melakukan behavioral ingin mendirikan bangunan, dan
disengagement dan alcohol drug meminjam uang jika keadaan keuangan
disengagement. sudah terhimpit. Selain itu, subjek
2. Subjek kedua kedua melakukan planning yaitu
a. Gambaran Stres pada Guru Bantu mengatur waktu antara pekerjaan dan
Subjek kedua mengalami gejala-gejala keluarga, sehingga subjek dapat rutin
stres yang sama dengan subjek pertama, bertemu dengan keluarganya.
tetapi subjek mengalami gejala-gejala Suppression of competing activities
stres yang lain, seperti sakit maag dan dilakukan oleh subjek kedua dengan
muka terlihat bengkak karena subjek cara mencari kesibukan lain yang dapat
memiliki darah tinggi (hypertensi), menghasilkan uang dari pada harus
selalu mencemaskan persoalan guru 2. Bagi pemerintah agar secepatnya
bantu. Subjek kedua menggunakan mengangkat para guru bantu untuk menjadi
restraint coping yaitu tetep fokus PNS dan pemerintah daerah agar tidak
mengajar meskipun sedang menghadapi sering merapelkan gaji guru bantu, karena
masalah guru bantu. Seeking of itu merupakan hak mereka.
instrumental social support pun Bagi peneliti selanjutnya agar dapat
digunakan oleh subjek kedua, yaitu mengungkapkan aspek-aspek lain, seperti
meminta nasehat dan bantuan kepada persamaan dan perbedaan stres yang dirasakan
orang-orang terdekatnya. Coping oleh setiap gender, perbedaan stres yang
selanjutnya yang digunakan oleh subjek dirasakan oleh guru bantu di sekolah negeri dan
kedua, yaitu emotion focused coping, swasta, serta perbedaan guru bantu yang
yang diantaranya seeking emotional mengajar di SD, SLTP, dan SLTA, dan masih
social support, seperti mendapatkan banyak lagi yang berkaitan dengan stres dan
bantuan dari saudara dan teman-teman coping stres pada guru bantu.
baik berupa nasehat maupun materi.
Lalu positive reinterpretation, seperti DAFTAR PUSTAKA
belajar membesarkan hati ketika Appley, M.H.,& Trumbull, R. (1986). Development of The
Stres Concept. Dalam Appley, M.H. & Trumbull,
mengetahui temannya diangkat menjadi R. (eds.). Dynamic of stress : physiological,
PNS, dan berpikir memang belum psychological and social perspectives. New York :
saatnya menjadi PNS. Acceptance, yaitu Plenum Press.
tetap mensyukuri dan menerima apa
Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Smith, E.E., & Bem, D.J.
adanya jika belum diangkat menjadi (1993). Introduction to psychology (11th ed.). Fort
PNS meskipun sudah berkali-kali Worth : Harcourt Brace College.
mengikuti tes. Turning to religion pun
Atwater, E. (1983). Psychology of adjustment : Personal
dilakukan oleh subjek kedua dengan
growth in a changing world (2nd ed.). Englewood
selalu berserah diri kepada Tuhan. Cliffs : Prentice Hall.
Subjek kedua menggunakan strategi
coping yang berikut ini, yaitu Atwater, E., & Duffy, K.G. (1999). Psychology for living :
maladaptive coping, diantaranya Adjustment, growth, and behavior today (6th ed.).
New Jersey : Prentice-Hall.
focusing on and venting of emotion,
seperti melamun bahkan menangis. Billings, A.G., & Moos, R.H. (1982). Conceptualizing and
Behavioral disengagement, dilakukan Measuring Coping Resourcesand Processes.
Dalam Goldberger, L., & Breznitz, S. (Eds.),
oleh subjek kedua dengan merokok.
Handbook of stress : Theoretical and clinical
Selanjutnya mental disengagement, aspects (212-228). New York : Macmillan
seperti jalan-jalan, karaoke, dan dugem Publishing.
bersama teman-temannya. Lalu alcohol
Bootzin, R.R., Bower, G.H., Crocker, J., & Hall, E. (1991).
drug disengagement dilakukan oleh Psychology today : An introduction (7th, ed.). New
subjek kedua meminum minuman keras York : Mc Graw-Hill.
ketika sedang berkaraoke dengan
teman-temannya. Carver, C.S., Scheier, M.F., & Weintraub, J.K. (1989).
Assesing coping strategies : A theoritically based
SARAN approach. Florida : American Psychological
1. Bagi subjek penelitian Association, Inc.
a. Bagi subjek sebagai guru bantu, agar
Cohen, S. (1977). Special people : A brighter future for
tetap sabar dan selalu mencari langkah
everyone with physical, mental and emotional
yang terbaik guna menyelesaikan segala disabilities. New Jersey : Prentice-Hall.
permasalahan, serta semangat dalam
menjalankan tugas sebagai guru bantu Cooper, C.L. & Roy Payne. (1991). Personality and stress
individual differences in the stress process. John
b. Dengan adanya coping stres yang sudah
Wiley and Sons Ltd. England.
dilakukan subjek, semoga dapat
membuat subjek lebih mudah mengatasi Cox, T., & Ferguson, E. (1991). Individual Differencess,
stres dan meminimalkan stres tersebut. Stress, and Coping. Dalam Cooper, C.L., &
Payne, R. (Eds.). personality and stress :
c. Untuk para guru bantu yang sedang Individual differences in the stress process. West
memiliki masalah, semoga dapat Sussex : Wiley.
menjadi masukan untuk dapat
mengatasi stres dengan lebih baik. Depdiknas. (2005). Dampak pelaksanaan program guru
bantu. Http://www.depdiknas.com
Depdiknas. (2008). Jumlah guru Bantu per provinsi Mu’tadin, Z. (2002). Strategi coping. Http://www.e-
Indonesia. Http://www.tempointeraktif.com psikologi.com.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1990). Kamus Munandar, A.S. (2001). Psikologi industri dan organisasi.
besar bahasa Indonesia. (Ed. Ketiga). Jakarta : Jakarta : Universitas Indonesia.
Balai Pustaka.
Nazir, M. (1988). Metode penelitian. Jakarta : Ghalia
Djamarah, S.B. 2000. Guru dan anak didik dalam interaksi Indonesia.
edukatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Poerwandari, E. K.2001. Pendekatan kualitatif untuk
Effendi. T. (2006). Perihal pengangkatan guru bantu se penelitian perilaku manusia. Jakarta : Lembaga
Indonesia. Http://www.pikiran-rakyat.com. Pengembangan SaranaPengukuran dan
Pendidikan Psikologi (LPSP 3). Fakultas
Feldman, R.S. (1989). Adjustment : Applying psychology in Psikologi UI.
complex world. New York : Mc Graw-Hill. Poerwandari, E.K. (2005). Pendekatan kualitatif dalam
penelitian psikologi. Jakarta : Lembaga
Folkman. S., & Lazarus, R.S. (1988). Coping as a Mediator Pengembangan Sarana Pengukuran dan
of Emotion. Journal of personality and social Pengembangan dan Pendidikan Psikologi
psychology, 54, (3), 466-475. (LPSP3). Fakultas Psikologi UI.

Gatchel, R.J., Baum, A., & Krantz, D.S. (1989). An Prabowo, H. (1998). Pengantar psikologi lingkungan. Depok
introduction to health psychology (2nd ed.). New : Universitas Gunadarma.
York : Mc Grow-Hill.
Riyanto, Y. (2001). Metodelogi penelitian. Surabaya : SIC.
Hadikusumo. M.A. (2007). Permasalahan-permasalahan guru
bantu. Http://www.dprd-diy.go.id Sarafino, E. (1994). Health psychology : Biopsychology
interaction (2nd ed). New York : John Willey and
Hardjana, A. 1994. Stres tanpa distres : Seni mengolah stres. Sons. Inc.
Yogyakarta : Kanisius.
Soetopo, H. Soemanto, W. (1988). Kepemimpinan dan
Heru, Basuki, M.A, Msi. Dr. (2006). Pendekatan kualitatif supervisi pendidikan. Jakarta PT. Bina Aksara.
untuk ilmu-ilmu kemanusian dan budaya. Jakarta :
Universitas Gunadarma. Suprastowo, W.J.S. (2001). Guru pada era reformasi :
Kajian dalam meningkatkan profesionalisme
Krohne, H.W. (1986). Coping with stress : Disposition, guru. Penyunting : Bambang Indrianto. Jakarta :
strategies and the problem of Measurement. Pusat Penelitian Kebijakan Balitbang Depdiknas.
Dalam Appley , M.H. & Trumbull, R. (eds).
dynamics of stress : physiological, psychological Taylor, S.E. (1999). Health psychology (4th ed.). Boston : Mc
and social perspectives (207-223). New York : Grow-Hill.
Plenum Press.
Tugiran. (2007). Definisi guru bantu.
Katkovsky, W., & Garlow. (1976). The psychology of Http://.suaramerdeka.com.
adjusment : Current concepts and applications
(3rd ed). New York : Mc Graw Hill. Undang-Undang Republik Indonesia no.14 tahun 2005.
(2006). Tentang guru dan dosen. Jakarta : CV
Marshall, C & Rossman, G. B. (1989). Designing qualitative Laksana Mandiri.
reasearch. London : Age Publication.

Moleong, L.J. 1999. Metodologi penelitian kualitatif. Yin, R.K. (1994). Case study research : design second
Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. methods. New Berry Park, London : Sage
Publication Inc.

Anda mungkin juga menyukai