A. Latar Belakang.
Arab Saudi adalah negara Arab yang terletak di Jazirah Arab. Arab Saudi terletak di
antara 15°LU - 32°LU dan antara 34°BT - 57°BT. Negara Arab Saudi ini berbatasan
langsung (searah jarum jam dari arah utara) dengan Yordania, Irak, Kuwait, Teluk Persia,
Uni Emirat Arab, Oman, Yaman, dan Laut Merah. Luas kawasannya adalah 2.240.000 km².
Arab Saudi merangkumi empat perlima kawasan di Semenanjung Arab dan merupakan
negara terbesar di Asia Timur Tengah. Arab Saudi beribukota di Riyadh, dengan bahasa
resmi bahasa Arab. Mata uang Arab Saudi yaitu real. Penduduk Arab Saudi mayoritas
berasal dari kalangan bangsa Arab (mayoritas Islam), sekalipun juga terdapat keturunan dari
bangsa-bangsa lain.
Arab Saudi adalah negara yang menganut hukum berbasis Islam di mana hukum
syariah sebagai dasar konstitusi dan sistem hukum. Arab Saudi merupakan salah satu Negara
timur tengah yang terkenal dengan limpahan minyak bumi. Arab Saudi merupakan salah
satu Negara terbesar penghasil minyak bumi yang hasilnya di ekspor ke berbagai Negara di
dunia. Hal ini menjadi salah satu pendapatan terbesar Negara ini. Penemuan ladang minyak
dan peningkatan konsumsi minyak pada awal tahun 1970-an mendorong perkembangan
industri dan urbanisasi yang begitu pesat.
Kerajaan Arab Saudi berdiri pada tahun 1932 dan menempati 80 persen luas
semenanjung Arab. Secara geografis negara ini berbatasan dengan Jordania, Kuwait, dan
Irak di sebelah utara, Laut Merah di sebelah barat, Qatar dan Uni Emirat Arab di sebelah
timur, serta Yaman dan Oman di sebelah selatan. Saudi Arabia adalah negara yang
menganut hukum berbasis Islam dimana hukum syariah sebagai dasar konstitusi dan sistem
hukum.
Saat ini, 70% populasinya menghuni kota-kota besar dan tulang punggung
perekonomian masih bergantung pada industri minyak sementara Arab Saudi banyak
menggunakan tenaga asing karena kebutuhan SDM yang begitu besar. Hal ini seyogyanya
memunculkan kesejahteraan bagi rakyatnya, baik dari sisi financial, kesehatan maupun
pendidikan.
Bentuk pemerintahan yang bersifat monarki sesungguhnya sangat mempengaruhi
berbagai kebijakan yang diambil pemerintah Arab Saudi dalam menangani berbagai aspek
kehidupan bermasyarakat, termasuk salah satunya pendidikan. Dengan pendapatan negara
yang terkategori sangat besar dari hasil minyak bumi, aspek pendidikan seharusnya bisa
menjadi salah satu prioritas dengan upaya dan focus dalam peningkatan kemampuan
pendidikan rakyat.
Namun pada kenyataannya, berdasarkan data yang diperoleh UNESCO pada tahun
1999, sekitar 37% rakyat Arab Saudi belum mampu baca tulis, atau iliterasi. Selain itu, juga
ditemukan bahwa jumlah wanita yang tidak mampu baca tulis lebih besar jka dibandingkan
dengan jumlah pria. Hal ini, secara umum, merupakan dampak dari kultur bangsa Arab
Saudi yang berpendapat bahwa kaum wanita tidak terlalu memerlukan pendidikan.
Untuk menyempurnakan regulasi negara atas dasar Syariat Allah, pada tanggal 27
Sya'ban 1412 H bertepatan dengan tanggal 1 Maret 1992 M, Pelayan Dua Kota Suci Raja
Fahd Bin Abdul Aziz – rahimahullah – mengeluarkan Undang-undang tentang Sistem
Pemerintahan, Syura (Permusyawaratan) dan Daerah untuk mengatur berbagai macam
kehidupan di Kerajaan Arab Saudi.
1. Komisi Majelis Syura
1. Komisi Urusan Keislaman, Peradilan dan Hak Asasi Manusia.
2. Komisi Urusan Sosial, Keluarga dan Pemuda.
3. Komisi Urusan Ekonomi dan Energi.
4. Komisi Urusan Keamanan.
5. Komisi Administrasi, SDM dan Petisi.
6. Komisi Urusan Pendidikan dan Riset.
7. Komisi Urusan Kebudayaan dan Informasi.
8. Komisi Urusan Luar Negeri.
9. Komisi Perairan, Infrastruktur dan Layanan Umum.
10. Komisi Urusan Kesehatan dan Lingkungan.
11. Komisi Urusan Keuangan.
12. Komisi Tranportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi Informasi.
Misi reformasi, dimana negara Saudi didirikan, mewakili inti pokok pemerintah.
Misi ini berdasarkan realisasi aturan Islam, implementasi hukum Islam (Syariah),
mengamalkan kebaikan dan melarang kejahatan, termasuk mereformasi ajaran Islam dan
memurnikannya dari segala penyimpangan. Sistem ini mengadopsi doktrin dari prinsip
Islam yang benar, yang beredar pada awal kelahiran Islam.
Pendidikan telah menjadi perhatian utama di Arab Saudi semenjak tahun 1932
dimana hal ini menjadi perhatian yang lebih serius sejak tahun 1945 dengan dibentuknya
kementerian pendidikan. terbentuknya kementerian ini sekaligus melahirkan tujuan
pendidikan dalam upaya pembangunan nasional, yaitu:
Secara umum, pendidikan di Arab Saudi dibagi menjadi tiga jenis pendidikan, yaitu:
(1) pendidikan umum untuk laki-laki, (2) pendidikan umum untuk perempuan, (3)
pendidikan Islam untuk laki-laki. Untuk pendidikan umum, baik laki-laki dan perempuan
mendapat kurikulum yang sama dan ujian tahunan yang sama pula. Pendidikan umum dibagi
menjadi 4 bagian: Pendidikan Dasar yang terdiri dari SD (6-12 tahun), Pendidikan
Menengah (12-15 tahun), Pendidikan Sekunder (15-18 tahun) dan Pendidikan Tinggi
(Universitas atau Akademi).
Pendidikan Islam tradisional bagi laki-laki difokuskan untuk membentuk calon-calon
anggota dewan ulama. Kurikulum untuk sekolah Islam tradisional juga sebagian
menggunakan kurikulum pendidikan umum, tetapi fokusnya pada Studi Islam dan Bahasa
Arab. Untuk pendidikan agama, dilakukan di bawah supervisi dari Universitas Islam Imam
Saud (Riyadh) dan Universitas Islam Madinah (Madinah). Namun demikian, di universitas-
universitas umum, pelajaran agama Islam merupakan mata kuliah wajib apapun jurusan
yang diambil mahasiswa.
Secara umum, sistem pendidikan di Arab Saudi terdiri dari pendidikan dasar,
pendidikan sekunder/lanjutan, dan pendidikan tinggi yang akan dijabarkan lebih jauh
sebagai berikut:
ditentukan, kita harus menyelesaikan tesis kurang lebih selama satu tahun ( 2
semester), sedangkan untuk jalur kuliah, kita hanya perlu menyelesaikas seluruh
mata kuliah yang telah ditentukan, namun dengan jumlah mata kuliah yang lebih
banyak.
- Strata 3 (Doctor). Untuk S3, lama waktu yang dibutuhkan adalah 3 tahun setelah
menyelesaikan S2. untuk S3, kita harus menyelesaikan mata kuliah dan
mengumpulkan disertasi yang merupakan hasil riset independen yang telah
dilakukan.
D. Manajemen Pendidikan
1. Otorita
Dalam pengelolaan pendidikan, kmenterian pendidikan mengelola sekolah dasar,
menengah pertama dan menengah atas pria serta bebebrapa lembagalembaga khusus. Badan
administrasi khusus pendidikan wanita (GAGE) pada dasarnya mengelola hal yang sama
dengan kementerian pendidikan. Sebagian besar sekolah di Arab Saudi dijalankan dalam
tiga tingkat pengelolaan: tingkat sekolah, tingkat distrik dan tingkat nasional. Pada tingkat
sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab melaksanakan operasional sekolah sehari-hari,
seperti penegakan displin, supervsisi guru, dll. Semua sekolah dalam distrik tertentu
termasuk ke dalam sebuah direktorat distrik yang bertindak sebagai penghubung antara
masing-masing sekolah dan kementerian atau organisasi pemerintah pusat yang
membawahinya. Direktorat distrik bertanggung jawab atas penempatan guru-guru,
pertikaian antar guru dan kepala sekolah, pengaduan orang tua, logistic sekolah, dll.
Kementerian atau badan-badan lain tingkat nasional berfungsi mengangkat personil,
menetapkan kebijakan dan kurikulum, mengalokasikan dana, membuat perencanaan,
melakukan pemilihan dan pencetakan buku teks, melaksanakan supervisi dan
pengadminitrasian berbagai upaya pendidikan.
2. Personalia
Kecepatan perluasan endidikan di Arab Saudi berakibat pada kekurangan guru, baik
jumlahnya maupun kualitasnya. Tiga kebijakan utama telah diambi oleh pemerintah untuk
menanggulangi masalah kekurangan guru ini:
a. Merekrut personil asing, kebanyakan dari Negara-negara tetangga,
b. Memperkerjakan staf pengajar dan staf administrasi Arab Saudi yang latar belakang
keguruannya tidak memadai
c. Membangun fasilitas pelatihan bagi personil saudi
Dengan demikian, kualifikasi personil saudi menunjukkan peningkatan dari tahun ke
tahun. Pada tahap awal, kementerian pendidikan dan GAGE sering mengangkat guru-guru
yang hanya tahu membaca dan menulis. Untuk mengangkat guru-guru daam rangka
perluasan sekolah dasar di saudi, lembaga pendidikan guru didirikan oleh pemerintah.
Program pendidikan berlangsung selama tiga tahun yang kemudian di tempatkan di sekolah
dasar. Guru-guru untuk sekolah menengah pertama dan atas pada umumnya adalah tamatan
perguruan tinggi yang telah menempuh studinya selama 4 tahun.
3. Pendanaan
Kecuali pada sekolah swasta yang tergantung pada dana SPP, semmua sekolah di
Arab Saudi tidak memungut biaya atau grats untuk semua murid. Sebagian lembaga
pendidikan, seperti fakultas, institute keagamaan, dan institusi pendidikan teknik dan khsus,
bahkan juga memberikan biaya hidup bulanan kepada mahasiswanya. Tahun per tahun,
pemerintah Arab Saudi terus meningkatkan anggaran dana pendidikan. anggaran dana
pendidikan Arab Saudi tahun 2013 tercatat sebesar $54,4, milyar dari total $330 milyar
(16,3% dari total pendapatan kotor negara). Anggaran ini meningkat sebesar 21 % dari
anggaran pendidikan pada tahun 2012 dan merupakan yang tertinggi semenjak tahun 2007.
Anggaran ini diarahkan untuk pembangunan 539 sekolah baru dan 15 universitas baru, 3
rumah sakit di 3 universitas, beasiswa luar negeri, disamping melengkapi berbagai fasilitas
yang ada di lebih 2000 sekolah.
merancang dua model pelatihan bagi guru, yaitu pelatihan bagi para calon guru dan
pelatihan bagi guru yang telah bertugas.
6. Penelitian Pendidikan
Terdapat perbaikan kualitas Penelitian pendidikan di Saudi Arabia dalam tahun-
tahun 1980-an. Penelitian pendidikan yang dilakukan kurang relevan dengan apa yang
dihadapi di lapangan. Penelitian pendidikan di Arab Saudi masih tetap pragmatis.
Berkaitan dengan situasi pendidikan di Arab Saudi, maka dapat dianalisis beberapa
poin seperti berikut ini:
1. Semenjak tahun 1954 pemerintah Arab Saudi terus menunjukkan perbaikan
kebijakan dan arah pendidikan di Arab Saudi.
2. Peningkatan yang dilakukan belum menunjukkan hasil yang memuaskan dengan
melihat data yang dimiliki UNESCO pada tahun 1999 dimana 37% penduduk Arab
Saudi menderita iliterasi.
3. Fakta besarnya iliterasi penduduk Arab Saudi menuntut adanya reformasi pendidikan
secara menyeluruh yang terkait dengan aspek-aspek sumber daya manusia,
kurikulum, manajemen pendidikan serta lingkungan belajar.
4. Reformasi pendidikan yang dilakukan pemerintah Arab Saudi menuntut anggaran
yang tidak sedikit, yang pada tahun 2013 mencapai $54 milyar.
5. Sejarah pendidikan di Arab Saudi menunjukkan bahwa anggaran pendidikan yang
besar tidak cukup untuk menyelesaikan masalah pendidikan. Hal ini dikarenakan
sebagian besar anggaran pendidikan yang dikucurkan dipergunakan untuk
membangun lebih banyak sekolah. Hal ini memunculkan permasalahan baru terkait
dengan jumlah serta kualitas guru. Dengan kata lain, sumber keuangan yang besar
harus diseimbangkan dengan sumber daya manusia yang mampu menggunakannya
untuk kepentingan rakyat dan Negara.
6. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan di Arab
Saudi semenjak tahun 2000:
a. Kebijakan pemerintah Arab Saudi dalam mengatasi masalah kuantitas guru
dilakukan dengan merekrut tenaga pengajar dari beberapa Negara tetangga.
Disisi lain, permasalahan kualitas guru masih belum menunjukkan indikasi
penyelesaian yang memuaskan mengingat bahwa masih kurangnya tenaga
pendidik yang professional dan berkualifikasi di bidang-bidang tertentu.
b. Penerimaan pemerintah Arab Saudi untuk memberikan layanan akses internet
bagi para guru dan siswa dalam lingkungan sekolah dan univesitas.
c. Peningkatan penggunaan berbagai bentuk alat teknologi dalam proses
pembelajaran.
d. Pengembangan kurikulum yang tidak hanya diarahkan pada materi keagamaan
semata, tapi mulai dikembangkan pada pendalaman riset dan teknologi.
e. Pengembangan program-program pelatihan bagi calon guru dan guru untuk
meningkatkan kualitas pengajaran.
f. Peningkatan persentase pembiayaan beasiswa luar negeri bagi siswa yang
berprestasi.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiar Syah Nur. 2001. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung: Penerbit
Lubuk Agung.
http://diharjaangga.blogspot.co.id/2010/05/politik-pemerintahan-arab-saudi.html
http://makalahnih.blogspot.co.id/2014/09/pendidikan-islam-di-saudi-arabia.html.