Anda di halaman 1dari 19

Pertemuan IV

Sumber: Schubert, W.S. 1986


Pemakalah: Yohannes Telaumbanua, 14169032

LANDASAN SEJARAH KURIKULUM

A. LATAR BELAKANG
Kalau kita berbica sejarah, maka yang perlu kita simak adalah perspektif tentang
pendapat seseorang di masa lampau. Perspektif tersebut harus dipertahankan untuk dijadikan
sebagai sebuah pegangan di masa yang akan datang. Kalau seseorang telah berpikir dan
bekerja untuk satu bidang ilmu, maka dia harus mempertanggungjawabkannya untuk
mempelajari tentang apa yang telah terjadi sebelumnya. Dalam pembahasan berikut ini,
landasan historikal dari sebuah bidang ilmu yakni kurikulum akan didiskusikan.
Bidang ilmu kurikulum adalah sesuatu yang baru sebagai sebuah wilayah formal
kajian akademik. Karena ini merupakan kepentingan umat manusia yang paling hakiki maka
konsep ini abadi dan berkelanjutan. Sepanjang sejarah, kita tahu bahwa orangtua dan
masyarakat ingin sekali bagaimana cara yang terbaik untuk membantu pertumbuhan dan
kematangan anak-anak mereka. Tanggapan terhadap masalah ini lahirlah atau muncul sebuah
sejarah tidak tertulis dari ide dan tindakan kurikulum informal (tidak resmi). Masyarakat
sudah mulai berkembang, semakin bersikap formal dalam merespon sesuatu yang didukung
oleh berbagai institusi yang terus berkembang dalam memenuhi kebutuhan khusus, sekolah
dalam hal ini berevolusi untuk membantu anak sekolah tumbuh lebih efisien. Sekolah
mencoba memperkenalkan cara pandang dan cara hidup masyarakat mereka sekaligus
membantu mereka untuk mendapatkan pemahaman tentang warisan budaya mereka sendiri.
Asumsi bahwa masyarakat harus bertanggungjawab terhadap perkembangan generasi
penerus mereka telah diamanatkan dengan usaha yang sangat serius melalui anggota
perseptif/majelis kemanusiaan seperti para filsuf, para pakar ilmu social, para pemimpin
politik, pemuka agama serta para orangtua dan guru bertannya apa yang seharusnya
diajarkan dan dipelajari. Beberapa diantara anggota perseptif kemanusiaan memberanikan
diri untuk menanggapinya. Pertanyaan dan jawaban yang muncul itu merupakan awal
dari kajian kurikulum. Oleh karena itu, landasan historis kurikulum harus dilihat pertama
dari landasan teoritis dan praktis yang berkembang sebelum abad 20, dan yang kedua,
pengembangan teori dan praktek kurikulum sebagai sebuah kajian kurikulum yang muncul
selama abad 20.

1
B. SEJARAH KURIKULUM SEBELUM ABAD 20
Untuk memahami usulan-usulan dan berbagai permasalahan kurikulum kontemporer,
perlu mengenali sejarah dari praktek dan ide kurikulum yang membentang kembali di jaman
purbakala. Berikut ini adalah beberapa penjelasan sejarah kurikulum yang dimabil dari tradisi
barat.
1. Kurikulum di Zaman Dunia Kuno
Enam ribu tahun yang silam, Bangsa Mesir telah menitiberatkan pada ide yang
bersifat praktek dari pada ide-ide yang berisfat abstrak. Namun, pendapat tentang
kebaikan, keburukan dan keadilan dipercayakan kepada lembaga keagamaan dan
keluarga. Pada waktu itu, pendidikan lebih difokuskan pada anak laki-laki yang harus diajari
oleh bapak/ayahnya sendiri. Konsep kurikulum yang terapakan adalah konsep pendidikan
kejuruan dengan sistem magang yang diiukuti oleh pelatihan di rumah. Yang bisa magang
sekolah kahikaman dan pemerintahan adalah mereka yang terpelajar atau penulis. Mata
pelajaran yang dititiberakan pada waktu adalah mata pelajaran menulis melalui pembelajaran
symbol-simbol hieroglif. Para pendeta yang berperan besar dalam membangun pendidikan
sampai pada pendidikan tinggi. Secara tradisional, ada sebuah asumi bahwa penekanan
materi matemaktika, astronomi, obat-obatan, keteknikkan, dan geografi praktis sangat
berkontrbusi terhadap keajaiban arsitektur Mesir kuno meskupin ada yang mengatakan bahwa
itu keajaiban banguna-bangunan tersebut karena fisik manusia ditambah lagi dengan
kekuatan gaib atau kekuatan luar angkasa. Para sarjanawan mengungkapkan bahwa
penurunan peradaban Mesir disebabkan oleh kurangnya imaginasi kesusastraan, ide filsafat
dan kajian ilmiah yang mencari hal-hal yang bersifat abstrak atau pengetahuan umum yang
dapat dijeneralisasikan.
Sementara pada jaman Tiongkok kuno, ada sedikit perbedaan. Tokoh yang paling
berpengaruh di dunia pendidikan orang-orang Tiongkok pada saat itu adalah Lao-Tse (abad 6
B.C.) dan yang lainnya adalah Confucius (abad ke 5 B.C). Lao-Tse memandang pendidikan
sebagai sebuah hasil kontemplasi. Kehidupan spriritual membawa keadaan pikiran yang
sangat diperlukan jika pencapaian yang lain bermakna dan penting. Disisi lain, Confucius
memandang pendidikan yang lebih berorientasi kepada masyaraka dari pada individu.
Pendidikan adalah sebuah proses yang menyelamatkan masyarakat dan institusinya.
Dalam kaitannya dengan kurikulum, Confucius menyatakan bahwa kurikulum itu
harus mampu memproduksi kembali hukum, adat dan kebiasaan tradisional agar warga
Negara(nya) (berkehidupan) baik. Sementara Lao-Tse berpendapat bahwa warga Negara

2
yang baik hanya dapat datang kepada orang-orang yang memiliki wawasan dan nilai spiritual
yang tinggi.
Di India kuno, kurikulum itu adalah teks yang sangat rahasia seperti Upanishads,
Vedas dan Gita. Pendidikan dan kehidupan keagamaan muncul atau terjadi secara tdk
terpisahkan dengan tujun dari kehidupan itu sendiri yang menuju ke Nirvana yang mana
kelak jiwa manusia bersatu kedalam dunia roh.
2. Kurikulum di Zaman Yunani dan Romawi Kuno
2.1.Zaman Yunani
Keaslian kurikulum dapat dilacak di jaman Yunani kuno. Ini dapat dilihat dari
kontribusi para pemikir filsunya dalam pengembangan pendidikan mereka. Para pemikir
filsuf Yunani kuno (Pre-Socrates) yang berpengaruh terhadap dunia pendidikan saat itu
adalah
1. Aristippus (435-355 B.C).
- Hedonism yang merupakan tujuan dari kehidupan dunia dan pendidikan ini.
2. Epicurus (341-270 B.C)
- Kesederhanaan, Penahanan Hawa Nasfu dan Sikap sederhana dan tidak
berlebihan.
3. Zeno dari Citium (340-265 B.C)
- Kesabaran diri dalam menahan hawa nasfu terhadap kepemilikan materi.
Berikut ini adalah para filsuf yang sangat berpengaruh terhadap dunia pendidikan
dunia Barat adalah Socrates (470-399 B.B), Plato (428-348 B.C) dan Aristotle (384-322
B.C).
1. Socrates (470-399 B.B)
- Dialogues of Plato, his student
- Method of questioning
- Penggunaan diskusi dalam memacu penyelidikan atau analisis
- Dedikasinya terhadap pencarian kebajikan
- Membenci para kaum Sufi karena kesesatan pandangan mereka. Dia menilai
bahwa kaum Sufi yang berpikir memiliki pengetahuan, penekanan terhadapa
pendidikan kejuruan, pendidikan yang melembaga, dan belajar untuk
membayar.
2. Plato (428-348 B.C)
Plato memandang kurikulum sebagai sebuah proses pangjang yang harus dimulai
dari anak sekolah (pria dan laki-laki) berumur 6 tahun kemudian diperpanjang lagi
3
ke umur 18. Main areas of studies adalah 1. Music, kesusastraan dan sejarah
mendorong emosi anak yang lebih mulia, 2. Matematika yang melibatkan
organisasi pengetahuan, menghubungkan logika (reason) dengan proses-prose
alam, maka seseorang dapat menguasai lingkungannya, 3. Senam seperti kajian
tarian, irama atletis dan seni kemiliteran adalah bagian dari saling ketergantungan
dari pertumbuhan fisik dan mental.
Dalam dua belas tahun pertama, siswa itu harus mengikuti latihan militer selama
dua tahun yang diakhiri dengan ujian yang berkaitan dengan masa depan siswa.
Bagi mereka yang gagal, mareka harus siap menjadi tentara dan buruh sementara
bagi mereka lulus ujian matakuliah abstrak seperti epistemology, ilmu politik,
etika, psikologi, dan hukum akan mengikuti ujian berikutnya. Ujian berikut ini
akan menempatkan beberapa siswa untuk bekerja di instansi pemerintahan
semetara kaum elit akan menjadi raja filsuf yang menjadi pemimpin Negara
republic mereka.
3. Aristotle (384-322) dalam pandangan melihat pendidikan sebagai berikut
- Dia menyatakan bahwa pendidikan liberal akan membawa perbaikan persona
yang pada gilirinnya berdampak kepada dedikasi kepada Negara.
- Akhir dari filsafatnya adalah politik dan pendidikan adalah kebahagian yang
membahwa manusia kepada kebaikan.
- Oleh karena itu, kurikulum harus bersifat global atau luas namun tidak
langsung kepada pendidikan kejuruan.
- Pendidikan itu harus termasuk pendidikan senam (kesehatan raga), kesehatan
yang menghasilkan pertumbuhan pikiran, peningkatan semangat, keinginan,
dan rasa terhadap music, estetika, dan etika dan pendidikan logika harus
melalui filsafat dan sains.
- Dalam argumentasinya yang maha agung itu, Aristoteles secara tegas
menyatakan bahwa pengetahuan saja tidak cukup untuk membawa hidup saleh.
Baik kebiasaan dan pengalaman adalah sesuatu yang sangat diperlukan.
Seseorang harus memilih mempraktekkan hak-hal yang berkaitan dengan
kebiasaan moral sehingga dapat memberikan dapak positif terhadapa
pengembangan karakter yang baik yang membawa kepada kebahagiaan.
Dengan demikian, bagi Plato dan Aristoteles, pendidikan lebih dari
MENEMUKAN TENTANG APAKAH KEBENARAN; dan apa seharunya
kebenaran itu.
4
2.2. Zaman Romawi Kuno
- Pendidikan di zaman Romawi kuno tidak terlepas dari penguruh Yunani secara
khusus pada kebudayaan Romawi.
- Seperti bangsa Mesir yang telah mendahului mereka, bangsa Romawi sangat
terkenal dengan julukan insinyur handal dan cerdas.
- Sistem hukum dan Bahasa Latin bangsa Romawi memiliki pengaruh besar
terhadap pendidikan saat sekarang.
- Pada periode pertama, Bangsa Romawi melakasanakan Pendidikan pada tahun
700-275 B.C. oleh orang tua siswa. Orang tua siswa yang sangat dihargai dan
yang pendapat social mereka sangat menentukan keahlian dan bakat anak-anak
mereka.
- Pada periode ke dua (275-130), Model Kurikulum mereka didasarkan pada
filosofi bangsa Yunani seperti kesusastraan dan retorika.
- Setelah diasimilasikan dalam bentuk gaya kehidupan bangsa Romawi,
kurikulum itu beroreintasi kelatinan (Lathin) seperti: Tatabahasa Lathin di
sekolah yang sampai pada hari ini telah menjadi model pada pendidikan Barat.
- Pendidikan khusus secara prifat tentang Tatabahasa Lathin ditekankan pada
pembelajaran orasi (pelatihan para orator). Pelatihan para orator merupakan
simbol keberhasilan bangsa Romawi pada saat itu.
- Revolusi muncul dan merubah keadaan itu. Republik Romawi memberikan
jalan kepada kaisar untuk melakukan perubahan. Dampak dari perubahan ini
yang disertai dengan dukungan masyarakat secara umum, seni dan ilmu sains
hadir di sekolah-sekolah negeri.
- Pada tahun 300-500 B.C, kurikulum telah terpisahkan dari kehidupan.
Menghafal materi-materi kesusastraan dan pengawasan ketat kepada siswa
merupakan prioritas utama dan penting.
- Pendidikan teknik yang berorientasi kepada kegiatan dunia nyata.
- Sangat disayangkan, penyesuran (sensor) ide dan pemisahan para kaum
intelktual dari ahli kenegaraan (bangsawan) adalah awal dari keruntuhan
Kekaisaran Romawi.

5
3. KURIKULUM DI ERA KRISTEN
 Di abad pertengahan, kurikulum pendidikan dikembangkan oleh orang Kristen.
 Orang berfokus pada kehidupan dan makna kehidupan mereka.
 Orang harus memahami nilai-nilai Kekristenan untuk meraih perspektif ide dan
praktek kurikulum.
 Ajaran Yesus sangat berpengaruh kepada kehidupan dan makna kehiudupan
orang pada saat itu.
 Ajaran Yesus ini diwujudkan pada pengembangan kurikulum yang berpegang
kepada pengetahuan dimana yang paling penting adala roh manusia itu abadi, dan
kekal dari pada materi keduniaan.
 Transformasi kurikulum yang dipengaruhi oleh berbagai interpretasi orang
Kristen sepanjang abad pertengahan Misalnya oleh Tatin tentang korupsi yang
diabadikan oleh mereka yang mendukung warisan intelektual Yunani dan bangsa
Romawi dan mengumumkannya bahwa itu bertentangan dengan nilai-nilai
kekristenan.
 St. Augustine (354-430 AD) masehi memadukan ajaran Plato dengan ajaran
gereja. Dalam ajaran yang terkenal, Confessions, dia menyimpulkan bahwa
kebenara itu tidak ditemukan dari kesan sensori (sensory Impression) dari materi
dunia tapi itu berkaitan dengan kemutlakkan dunia ide.
 Dalam perspektif kurikulumnya, St. Augustine menekankan pada pendidikan
moral, mengajarkan sesuatu yang berharga kepada anak dan anak harus dihukum
apabila mereka tidak menaati arahan orang dewasa. Pendidikan moral sangat
penting karena kehidupan elit bangsa Romawi pada saat itu sangat korup.
4. Kurikulum di Era Renaisans, Reformasi dan Pencerahan
a. Renaisans
Renaissance Figures of Educators
1. Vittorino De Feltre of Italy (1378-1446)
2. Aenea Sylvio of Italy (1405-1464)
3. Desiderius Erasmus of Holland (1466-1536)
4. Thomas Elyot of England (1490-1546)
5. Michel de Montaigne of France (1533-1592)
Vittorino De Feltre’s School prepared children to be cultured gentlemen through
a curriculum of the seven liberal art (dialectic, rhetoric, grammar, astronomy,

6
arithmetic, geometry, and music,), Greek and Latin Language, history and fine
art=senirupa. Those subjects rely on LECTURE AND MEMORIZATION.
Sylvio and others teaching method and their advocacy of Greek Literature
focused on reason, beauty, virtue.
Erasmus stressed on teaching methodology and argued that Instruction must be
based on the understanding of the learners and psychology of learning. He
stated that PLAY could be an integral to learning and that audiovisual aids were
helpful teaching devices
Montaigne’s theories of curriculum stressed on observation, direct experience,
interaction with the world, integration of the mind and body, and emphasis
on the students’ needs and interest.
b. Reformasi
Reformation Figures of Educators
1. Martin Luther of Germany (1483- 1546) focused on education (compulsory
education of boys and girls, rich and poor). Education was controlled by state.
Music, physical education to the curriculum and classical languages in
academic subjects. Martin and Calvin emphasized the importance of homes
education where the parents as the foundation builders of sound discipline.
2. John Calvin of France (1509-1546) developed home supervision to ensure that
parents taught catechism correctly and expected that NOT educational
activities that were contrary to proper religious principles.
c. Pencerahan
Benyamin Franklin (1706-1790)
- Pedidikan yang berkaitan denga kehidupan professional
- Kurikulum sangat bermakna kepada warga kelas dua untuk mengembangkan
orientasi usaha mereka.
French Philosopher, Jean Jacques Rousseau (1712-1778)
- Curriculum should allow for free play in natural settings during the first five
years of life.
- Child Centre Curriculum, with its emphasis on individual needs and
interests, owes a great debt to J.J. Rousseau.
Johann Basedow of German (1723-1790)
- Learning is direct experience (field trip or brief excursions/tour to learn about
practical topics from firsthand explanation/exposure to them)
7
Immanuel Kant (1724-1804)
- Curriculum: adapted students’ need and abilities
- Students should be free to pursue (mengejar) their interest as long as they did
not impinge (menimpa) upon those of others.

8
9
10
11
Pertemuan IV
Sumber: Allan C. Ornstein dan Francis P. Hunkins (2013)
LANDASAN SEJARAH KURIKULUM

PENDAHULUAN

Banyak kurikulum sering kali kekurangan perspektif historis, mereka bersandar pada
sejarah dari pendidikan Amerika untuk meneliti warisan dari kurikulum. Kajian pertama 200
tahun (atau lebih) dari kurikulum, sampai ke putaran abad ke 20, kita dapat memandang
kurikulum terutama dalam kaitan dengan menggunakan istilah mengembangkan pokok
bahasan atau isi yang dominan dari filsafat perennialisme. Bukan sampai peningkatan
progresif dan ilmu pengetahuan di dalam pendidikan (pemakaian metoda-metoda empiris,
analisa dari perilaku manusia, dan generalisasi). Pergeseran ini terjadi pada awal tahun dari
abad ke 20.

A. PERIODE KOLONIAL (1642-1772)

a) Tujuan sekolah yang utama adalah mengajar anak-anak membaca Kitab Injil dan
menyampaikan pesan sosial.
b) Materi pokok : membaca, menulis, mengeja untuk pemahaman hukum adat
c) Membaca dan keterampilan dalam berbahasa menjadi dasar dalam kurikulum SD
pendidikan di Amerika.

Tiga Daerah Kolonial

Tahun 1642 : Sekolah perlu orang tua walimurid bahwa anak mereka dapat membaca,
paham prinsip agama, hukum, tindakan yang dituakan. Tahun 1647 :Sekolah perlu didirikan
tiap-tiap kota sebanyak 50 sekolah. Satu sekolah butuh = 100 pengajar (dari keluarga)
Kurikulum sekolah terdiri dari pelajaran dasar (agama, keimanan,pengembangan tatakrama
dan akhlak.

1) Sekolah Kolonial

Hanya diikuti oleh sebagian kecil anak-anak usia SD secara regular.

2) Sekolah Kota

Merupakan SD populer dan dikendalikan. Kehadiran anak disekolah tergantung pada kondisi
cuaca dan kebutuhan keluarga.

3) Sekolah Swasta

12
Dibentuk oleh masyarakat, minoritas, berbagai kesukuan, agama. Materi pelajaran :
membaca, menulis, khotbah agama
4) Sekolah Dasar Latin
5) Didirikan tahun 1635 di kota Boston, Mengikuti pendidikan selama 8 tahun,
kurikulumnya dari pelajaran klasik, suasana belajar sangat religius, guru menguji muridnya
melalui khotbah.
6) Akademi
7) Didirikan tahun 1751 Pendidikan tingkat menengah (gagasan dari B.Franklin)
Menawarkan suatu kurikulum praktis bagi siswa yang tidak akan masuk ke Perguruan Tinggi.
8) Perguruan Tinggi
Siswa kebanyakan kuliah ke Harvard atau Yale. Terpanggil untuk menjadi pendeta dan
mengajarkan Kitab Injil. Siswa harus mampu dalam pelajaran bahasa Latin dan Yunani
Klasik

B. PERIODE NASIONAL (1776-1850)

Misi baru pendidikan mulai muncul pada periode Revolusioner sampai periode
Nasional Jefferson : “Jika suatu bangsa diharapkan untuk menjadi bodoh dan hidup tanpa
peradaban, harapan tersebut tidak akan pernah ada dan tidak akan pernah terjadi nantinya jika
masih ada pendidikan
1) Rush :Ilmu Pengetahuan, Kemajuan dan Bebaskan Pendidikan
2) Benjamin Rush (1745-1813) : Seorang pakar, materi klasik. Mendorong munculnya
prasangka dalam rakyat jelata, yang simpati terhadap institusi belajar, Kurikulum : materi
pembacaan, penulisan,perhitungan di tingkat SD.
3) Jefferson (1743-1826) : Pendidikan Untuk Kewarganegaraan Masyarakat agraris dan
kaum tani kota besar untuk demokrasi. Negara bertanggungjawab untuk membiayai
pendidikan menuju masyarakat yang demokratis yang diambilkan dana dari biaya pajak.
4) Para siswa yang superior agar diterima disekolah menengah, dengan biaya gratis, dan di
perguruan tinggi. Webster (1758-1843): Pemilik Sekolah dan Nasionalisme Budaya Webster,
menentang Amerika dalam pemerintah yang memakai bahasa Inggris, dan diharuskan
memakai bahasa sendiri. Akhirnya dia mendirikan pendidikan berkaitan dengan bahasa
Amerika, menulis ejaan untuk para siswanya.
5) McGufey (1800-1873) : Pembaca dan Kebaikan Amerika

13
6) Menaruh rasa hormat pada Eropa atas pemberian Ilmu pengetahuan, seni, hukum,
literatur, tatakrama yang telah ditanamkan Eropa selama penjajahan ke Amerika.

C. PENGARUH EROPA ABAD KE- 19


Tema perubahan pada diskusi pendidikan kurikulum tradisional lebih menekankan
bahasa Latin Yunani, tidak pada pelajaran bahasa klasik. Praktek dalam pendidikan baru telah
dikembangkan yang bertentangan dengan metoda menghafal tanpa belajar berpikir,
penghafalan dan hukuman badan.
2. Pestalozzi (1746-1827): Metoda Khusus dan Umum
2. Pembaharu bidang pendidikan, meletakan SD Modern
3. Menyatakan, Proses pendidikan harus didasarkan pada pengembangan alami anak dan
pengaruh sensory yang berhubungan dengan perasaan dimana pikiran ini sama dengan
pemikiran dari aliran progresif dan enviromentalis.
4. Kurikulum pada pengalaman anak-anak baik dalam keluarga dan dirumah mereka.
5. Metoda khusus mempertibangkan pikiran sehat melalui visual dan indera
pendengaran anak-anak dalam proses pendidikan.
6. Bangsa Jerman
7. Istilah : Kebun anak, usia 3-4 tahun
8. Pendidikan anak pada pengaturan permainan
2. Froebel (1782-1852) : Pergerakan Taman Kanak-Kanak

3. Herbart (1776-1841) : Moral dan Pengembangan Intelektual


Pendidikan : Pengembangan karakter moral (minat akan pengetahuan ;data empiris, data
faktual, gagasan teoritis; dan minat etis: hukuman pribadi, kebajikan, rasa hormat, keadilan )
4. Spencer: Pendidikan Ilmiah dan Bermanfaat
Kurikulum mencakup :
Mendukung kehidupan
Meningkatkan kehidupanMembantu membesarkan anak-anak
Memelihara hubungan sosial dan politis
Meningkatkan kesenangan, tugas dan perasaan.

D. MUNCULNYA PENDIDIKAN UNIVERSAL (1820-1920)


Persamaan dan individualisme merupakan konsep penting, yang dinyatakan dalam
pernyataan kemerdekaan. Argumentasi tradisional menyatakan bahwa pendidikan “masa”
14
mempunyai arti penting dalam keikutsertaan dalam demokrasi, politis dan meluas di sekolah
umum ke sekolah menengah.
1) Sekolah Monitorial Menciptakan sekolah murah Siswa yang cerdas: sebagai instruktur
bagi 10 siswa. Pendidikan mempunyai suatu nilai atau harga pasar.
2) Kurikulum Tingkat SD
Menambahkan kursus pada materi pelajaran dasar yang penting : membaca, mengeja, tata
bahasa, dan berhitung, Doktrin agama mengubah pembelajaran tatakrama dan moral
3) Akademi. Menawarkan kurikulum yang luas. Tujuan : penetapan pelajaran yang punya
nilai dan mempersiapkan siswa ke perguruan tinggi, pelajaran utama : ilmu modern untuk
menghadapi kondisi berubah-rubah.

E. MASA TRANSISI (1893-1918)


1.Penegasan Kembali Kurikulum Tradisional (Panitia Tiga)
Asosiasi Pendidikan Nasional (NEA) mengatur 3 panitia. Panitia merupakan pakar-pakar
yang menguasai dan spesialisasi dalam pelajaran tertentu: Panitia 15: Pendidikan Dasar.
Panitia 10: Sekolah Menengah. Panitia untuk kebutuhan memasuki Perguruan Tinggi.
2. Flaxner (1866-1959) : Sebuah Kurikulum Modern.
Menolak kurikulum tradisional untuk sekolah menengah. Mengusulkan 4 kurikulum : 1)
Science, 2) Industry, 3) Civics, 4) Aestetics
3. John Dewey (1859-1952) : Pendidikan Pragmatis dan Prinsip Ilmiah Menerbitkan buku
pendidikan dan demokratis. Menyatakan bahwa, pelajaran tidak bisa ditempatkan dalam satu
nilai hirarki. Pelajaran bertujuan : meningkatkan kemampuan perkembangan pengalaman
anak, dan pengalaman yang dirangsang untuk berkembang, dan internalisasi kemampuan
intelektual dalam proses pendidikan anak.

F. LAHIRNYA KURIKULUM SEBAGAI SISTEM INFORMASI (1918-1949)


Awal abad ke-20 merupakan masa fermentasi bidang pendidikan, metode pelatihan riset,
pengaruh psikologi, pergerakan belajar, gagasan efisiensi dalam industri, pergerakan
progresive dalam masyarakat, semuanya mempengaruhi pendidikan
1. Bobbit dan Charters (1876-1956): Behaviorisme dan Prinsip Ilmiah
Dipengaruhi oleh gagasan efisiensi yang mengutamakan bisnis dan industri.
Prinsip perencanaan kurikulum dengan memusatkan atas pendekatan aktivitas. Mempunyai
suatu pengaruh dalam kurikulum adalah : (1) Prinsip yang dikembangkan (tujuan,sasaran,
kebutuhan dan belajar pengalaman), (2) Mengaris bawahi penggunaan sasaran hasil tingkah
15
laku dalam berbagai gagasan pendidikan, (3) Memperkenalkan gagasan tentang lingkungan
sasaran hasil, (4) Penekanan kurikulum membuat potongan materi pelajaran.
2. Buku Tahunan ke -26
Tahun 1927 untuk Studi Pendidikan (NSEE) menerbitkan buku tahunannya yang ke 26.
Pembuatan kurikulum : Masa lampau dan masa kini. Kurikulum yang ideal harus memuat :
1. Terpusat pada hubungan dalam kehidupan manusia
2. Berhadapan dengan kenyataan dan permasalahan lokal, nasioanl dan masyarakat
internasional.
3. Memungkin para siswa untuk berpikir kritis
4. Menginformsikan dan mengembangkan suatu sikap
5. Mempertimbangkan minat siswa dan kebutuhan, diskusi, gagasan
6. Berhadapan dengan isu kehidupan modern. Historis, budaya
7. Mempertimbangkan pemecahan masalah aktivitas, praktek
8. Berisikan pemecahan masalah dan latihan
9. Berhadapan dengan perikemanusiaan, sikap membangun.
3. Rugg dan Caswell (1920-1940):
Periode Pengembangan
Kurikulum harus direncanakan terlebih dahulu oleh guru sebelum melanjutkan kepada proses
pembelajaran. Terdapat tujuh poin penting yang dipermasalahkan dalam membuat kurikulum
adalah :
1) Apa sesungguhnya kurikulum itu
2) Mengapa dibutuhkan revisi kurikulum
3) Apa yang merupakan fungsi pokok dari materi pelajaran
4) Bagaimana cara kita menentukan sasaran hasil bidang pendidikan
5) Bagaimana cara kita mengatur kurikulum
6) Bagaimana cara kita memilih materi peljaran
7) Bagaimana cara kita mengukur hasil pelajaran
4. Tyler (1902): Prinsip Dasar
1. Menerbitkan = 700 artikel dan 16 atas pokok materi Kurikulum, pembelajaran dan
evaluasi.
2. Model Tyler : masuk akal, logis, dan pendekatan sistematis dalam kurikulum
3. Bahwa : semua pelajaran dapat diorganisir disekitar model, gagasan berakar pada
aliran progresive (yang menekankan kebutuhan pelajar), prosedur ilmiah, dan
behaviorisme lingkungan , sasaran hasilnya menjadi pertimbangan yang paling utama.
16
KESIMPULAN

1) Landasan Sejarah kurikulum dari periode kolonial ke sekitar PD I, adalah sebagai


pengembangan pendidikan terkait dengan prinsip hasil pengaruh orang Eropa .
2) Beberapa perubahan dari perennialisme ke progresif muncul abad ke 19, Tetapi
gagasan-gagasan ini dibatasi pada diskusi dan teoritis sedikit; beberapa yang terisolasi dan
inovatif di sekolah.
3) Gagasan untuk prinsip dan proses dari kurikulum mulai menjelma setelah putaran dari
abad ke 20, beserta penekanan pada prinsip-prinsip yang ilmiah dan filsafat progresif.
Kurikulum sebagai suatu ladang dari studi, dengan metoda-metoda kepunyaannya dan teori-
teori dan jalan? cara permasalahan pemecahan, sudah mewujudkan uang muka telah
berlangsung sejak Tyler menulis teks dasarnya di kurikulum. Banyak dari uang muka ini
bersifat discussed.

17
MAKALAH PRESENTASI

ANALISIS DAN
PENGEMBANGAN KURIKULUM

Topik bahasan IV
FONDASI HISTORIS KURIKULUM

Dosen
Prof. Drs. Mohd Ansyar, M.Ed, Ph.D
Dr. Alwen Bentri M.Pd

Oleh
Yohannes Telaumbanua
14169032

PROSI S3 ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014

18
19

Anda mungkin juga menyukai