Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


DIABETES MELITUS

Oleh :

D-IV Keperawatan Tingkat 2 Semester IV

NI NYOMAN TRIA SUNITA P07120214020

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2016
LAPORAN PENDHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal ,yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata , ginjal, saraf dan pembuluh darah,
disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskopik electron (Mansjoer, 2001).
Diabaetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner
dan Suddarth, 2000).
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat. (Price, 2000)
Dari beberapa definisi diatas tentang DM dapat diambil kesimpulan bahwa
DM adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal
(dalam hal ini adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas) dan
melibatkan metabolisme karbohidrat dimana seseorang tidak dapat
memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang
diproduksi denga baik, karena proses autoimmune, dipengaruhi secara
genetic dengan gejala yang pada akhirnya menuju tahap perusakan
imunologi sel-sel yang memproduksi insulin.
B. Anatomi dan fisiologi

ANATOMI DAN FISIOLOGI


SISTEM ENDOKRIN
Sistem Endokrin merupakan kelenjar yang mengirimkan hasil sekresi
langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa
melewati saluran Hasil dari sekresi tersebut dinamakan dengan hormon.
Adapun komponen dari sistem endokrin sebagai berikut:
1. Kelenjar pienal (Epifise)
Kelenjar ini terdapat didalam otak didalam ventrikel terletak dekat
korpus. Ini menghasilkan sekresi Interna dalam membantu pankreas
dan kelenjar kelamin.
2. Kelenjar Hipofise
Kelenjar ini terletak pada dasar tengkorak yang m,empunyai peran
penting dalam sekresi hormon-hormin semua sistem endokrin.
Kelenjar Hipofise terdiri dari 2 lobus. Yaitu lobus anterior dan lobus
posterior. Lobus anterior menghasilkan hormon yang berfungsi sebagai
zat Pengendali produksi dari semua organ endokrin.
a. Hormon Somatropik, yang berfungsi mengendalikan pertumbuhan
tubuh.
b. Hormon Tirotoprik yang berfungsi mengendalikan kegiatan
kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon tirooksin.
c. Hormon Adrenokortikotropik (ACTH) yang berfungsi
mengendalikan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan kortisol
d. Hormon Gonadotropik yang berasal dari Folicel Stimulating
Hormon (FSH) yang merangsang perkembangan folikel degraf
dalam ovarium dan pembentukan spermatozoa dalam testis
Adapun lobus posteror menghasilkan 2 jenis hormon yaitu:
a. Hormon anti diuretik (ADH) mengatur jumlah air yang keluar
melalui ginjal
b. Hormon oksitosin yang berguna merangsang dan menguat
kontraksi uterus sewaktu melahirkan dan mengeluarkan air susu
sewaktu menyusui.
3. Kelenjar Tiroid
Terdiri dari 2 lobus yang berada disebelah kanan dari trakea, yang
terletak didalam leher bagian depan bawah melekat pada dinding
laring. Adapun fungsi kelenjar tiroksin adalah mengatur pertukaran
metabolisme dalam tubuh damn mengatur pertumbuhan. Selain itu
juga kelenjar tiroid mempunyai fungsi:
a. Bekerja sebagai perangsang kerja oksidasi
b. Mengatur penggunaan oksidasi
c. Mengatur pengeluaran karbondioksida.
d. Pengaturan susunan kimia darah, jaringan
4. Kelenjar Timus
Kelenjar ini di mediastinum di belakang os sternum. Kelenjar timus
terletak di dalam thorak yang terdiri dari 2 lobus. Adapun fungsi dari
kelenjar timus adalah:
a. Mengaktifkan pertumbuhan badan.
b. Mengurangi aktifitas kelenjar kelamin.
5. Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal ada 2 bagian yaitu:
a. Bagian luar yang berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol
b. disebut korteks.
c. Bagian medula yang menghasilkan adrenalin (epineprin) dan non
d. adrenalin (non epineprin)
Non adrenalin dapat menaikkan tekanan darah dengan cara
merangsang serabut otot di dalam dinding pembuluh darah untuk
berkontraksi, adrenalin membantu metabolisme karbohidrat dengan
cara menambah pengeluaran glukosa dalam hati. Adapun fungi
kelenjar adrenal bagian korteks adalah:
a. Mengatur keseimbangan air, elektolit, dan garam.
b. Mempengaruhi metabolisme hidrat arang dan protein
c. Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid.
Dan fungsi kelenjar adrenal bagian medula adalah:
d. Vaso kontriksi pembuluh darah perifer.
e. Relaksasi bronkus.
6. Pankreas
Terdapat di belakang lambung di depan vertebra lumbalis 1 dan 2
terdiri dari sel- sel alpha dan beta. Sel alpha menghasilkan hormon
glukagon dan sel beta menghasilkan hormon insulin. Hormon yang di
gunakan untuk pengobatan diabetes adalah hormon insulin yang
merupakan sebuah protein yang turut di cernakan oleh enzim
pencernaan protein.
Fungsi hormon insulin adalah mengendalikan kadar glukosa dan bila
digunakan sebagai pengobatan adalah memperbaiki sel tubuh untuk
mengamati dan penggunaan glukosa dam lemak. Selain itu juga
terdapat pulau langerhans yang berbentuk oval yang tersebar ke
seluruh tubuh pankreas dan terbanyak pada bagian kedua pankreas.
Fungsi dari pulau langerhans adalah sebagai unit sekresi dalam
pengeluaran homeostastik nutrisi, menghambat sekresi insulin
glikogen dan poilipeptida pancreas serta menghambat sekresi glikogen.
Selain itu juga pankreas sebagai tempat cadangan bagi tubuh dan
penggunaan glukosa.
7. Kelenjar ovarika
Terdapat pada wanita dan terletak pada disamping kanan dan kiri
uterus dan menghasilkan hormon esterogen dan progesteron, hormon
inimempengaruhi uterus dan memberikan sifat kewanitaan.
8. Kelenjar Testika
Terdapat pada pria terletak pada skrotum dan menghasilkan hormone
testosteron yang mempengaruhi pengeluaran sperma.
C. Etiologi
1. Diabetes Mellitus tipe 1/ IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
DM tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas; factor
genetik; imunologi; dan mungkin pula lingkungan (virus) diperkirakan
turut menimbulkan distruksi sel beta.
a. Faktor genetic
Penderita DM tipe I mewarisi kecenderungan genetik kearah DM
tipe I, kecenderungan ini ditemukan pada individu yang memiliki
tipe HLA (Human Leucocyt Antigen) tertentu. Resiko meningkat
20 x pada individu yang memiliki tipe HLA DR3 atau DR4.
b. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana anti bodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi jaringan tersebut sebagai jaringan
asing.
c. Faktor lingkungan
Virus / toksin tertentu dapat memacu proses yang dapat
menimbulkan destruksi sel beta.
2. DM tipeII / NIDDM
Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan sekresi
insulin pada DM tipe 11 masin belum diketahui. Faktor resiko yang
berhubungan adalah obesitas, riwayat keluarga, usia (resistensi insulin
cenderung meningkat pada usia > 65 tahun. ( Brunner dan Suddarth,
2000)

D. Patofisiologi
Diabetes Mellitus mengalami defisiensi insulin menyebabkan glukagon
meningkat sehingga terjadi pemecahan gula baru (Glukoneogenesis) yang
menyebabkan metabolisme lemak meningkat kemudian terjadi proses
pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya peningkatan keton didalam
plasma akan menyebabkan ketonuria (keton didalam urine) dan kadar
natrium menurun serta PH serum menurun yang menyebabkan asidosis.
Difisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi
menurun sehingga kadar glukosa darah dalam plasma tinggi
(hiperglikemia).
Jika hiperglikemianya parah dan melebihi ambang ginjal maka timbul
glikosuria. Glukosuria ini akan menyebabkan deuresis osmotik yang
meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi)
sehingga terjadi dehidrasi. Glukosuria menyebabkan keseimbangan kalori
negatif sehingga menimbulkan rasa lapar (polifagfi).Penggunaan glukosa
oleh sel menurun mengakibatkan produksi metabolisme energi menjadi
menurun sehingga tubuh menjadi lemah.
Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil (arteri kecil)
sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang yang
akan menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh . Karena suplai makanan
dan oksigen tidak adekuat yang mengakibatkan terjadinya infeksi dan
terjadi ganggren atau ulkus.
Gangguan pembuluh darah menyebabkan aliran ke retina menurun
sehingga suplai makanan dan oksigen berkurang, akibatnya pandangan
menjadi kabur. Salah satu akibat utama dari perubahan mikrovaskuler
adalah perubahan pada struktur dan fungsi ginjal sehingga terjadi
nefropati. Diabetes mempengaruhi saraf – saraf perifer, sistem saraf
otonom dan sistem saraf pusat sehingga mengakibatkan neuropati. (Price,
2000)

E. Manifestasi Klinik
Menurut Mansjoer, 2001 Diabetes Mellitus awalnya diperkirakan dengan
adanya gejala yaitu:
1. Poliuri (sering kencing dalam jumlah banyak)
2. Polidipsi (banyak minum)
3. Polifagi (banyak makan)
4. Lemas
5. Berat Badan Menurun
6. Kesemutan
7. Mata kabur
8. Impotensi pada pria
9. Pruritus pasa vulva

F. Kompikasi
Komplikasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik
1. Komplikasi Akut, adalah komplikasi akut pada DM yang penting dan
berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka
pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah:
a. Diabetik Ketoasedosis (DKA) Ketoasidosis diabetik merupakan
defesiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalanan penyakit
DM. Diabetik ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin
atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata (Smeltzer,2002)
b. Koma Hiperosmolar Nonketonik (KHHN) Koma Hipermosolar
Nonketonik merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat
kesadaran. Salah satu perubahan utamanya dengan DKA adalah
tidak tepatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (Smeltzer,2000)
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi kalau kadar gula dalam darah turun dibawah
50- 60 mg/dl keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat
insulin atau preparat oral berlebihan, konsumsi makanan yang
terlalu sedikit (Smeltzer, 2000)
2. Komplikasi Kronik
Diabetes Mellitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah
diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik) dibagi menjadi 2 :
a. Mikrovaskuler
1) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan-perubahan
mikrovaskuler adalah perubahan pada struktural dan fungsi
ginjal.Bila kadar glukosa dalam darah meningkat, maka
mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang
menyebabkan kebocoran protein darah dalam urine
(Smeltzer,2000)
2) Penyakit Mata
Penderita DM akan mengalami gejala pengelihatan sampai
kebutaan keluhan pengelihatan kabur tidak selalu disebabkan
neuropati. Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang
berkepanjangan menyebabkan pembengkakan lensa dan
kerusakan lensa. (long,1996)
3) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf- saraf perifer, sistem saraf
otonom medulla spinalis atau sistem saraf pusat. Akumulasi
sorbital dan perubahan- perubahan metabolik lain dalam sintesa
fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat
menimbulkan perubahan kondisi saraf.
b. Makrovaskuler
1) Penyakit Jantung Koroner Akibat kelainan fungsi pada jantung
akibat diabetes maka terjadi penurunan kerja jantung untuk
memompakan darahnya ke seluruh tubuh sehingga tekanan
darah akan naik. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh
darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis)
dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke.
2) Pembuluh Darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf- saraf sensorik,
keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak
terdeteksinya infeksi yang menyebabkan ganggren. Infeksi di
mulai dari celah –celah kulit yang mengalami hipertropi, pada
sel-sel kuku kaki yang menebal dan kalus demikian juga pada
daerah –daerah yang terkena trauma
3) Pembuluh Darah ke Otak
Pada pembuluh darah otak daoat terjadi penyumbatan sehingga
suplai darah ke otak menurun (long,1996)

G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Obat Hipoglikemik Oral
1) Golongaan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan
dengan obat golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa
glukosidase atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek
utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta
pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM
tipe 2 dengan berat badan berlebihan
2) Golongan Biguanad /metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati,
memperbaiki pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa
perifer) dianjurkan sebagai obat tinggal pada pasien kelebihan
berat badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di
saluran pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula
sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula
puasa yang masih normal.
b. Insulin
1) Indikasi insulin
Pada DM tipe 1 yang tHuman Monocommponent Insulin (40
UI dan 100 UI/ml injeksi) yang beredar adalah actrapid Injeksi
insulin dapat diberikan kepada penderita DM tipe11 yang
kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil
dengan penggunaan obat-obatan anti DM dengan dosis
maksimal atau mengalami kontra indikasi dengan obat-obatan
tersebut. Bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar asidosis
laktat, stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat
, wanita hamil dengan gejala DM yang tidak dapat dikontrol
dengan pengendalian diet.
2) Jenis insulin
a) Insulin kerja cepat jenisnya adalah reguler insulin, cristalin
zink, dan semilente
b) Insulin kerja sedang Jenisnya adalah NPH (Netral
Protamine Hagerdon)
c) Insulin kerja lambat Jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc
Insulin)

2. Penatalaksanaan Secara Keperawatan


a. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan
makanan walaupun telah mendapat penyuluhan perencanaan
makanan, lebih dari 50% pasien tidak melaksanakannya. Penderita
DM sebaiknya mempertahankan menu yang seimbang dengan
komposisi Idealnya sekigtar 68% karbohidrat, 20% lemak dan 12%
protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan
mencugah agar berat badan ideal dengan cara:
1) Kurangi Kalori
2) Kurangi Lemak
3) Kurangi Karbohidrat komplek
4) Hindari makanan manis
5) Perbanyak konsumsi serat
b. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena
membuat insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu
menurunkan berat badan, memperkuat jantung dan mengurangi
stress .Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan
lebih baik tetapi janganmmelakukan olahraga terlalu berat.

H. Pemeriksaan Penunjang
Mansjoer, 1999 mengatakan bahwa pemeriksaan penunjang sangat penting
dilakukan pada penderita DM untuk menegakkan diagnose kelompok
resiko DM yaitu kelompok usia dewasa tua (lebih dari 40 tahun), obesitas,
hipertensi, riwayat keluarga DM riwayat kehamilan dengan bayi lebih dari
4000 gram, riwayat DM selama kehamilan. Pemeriksaan dilakukan dengan
pemeriksaan gula darah sewaktu kemudian dapat diikuti dengan Test
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) Untuk kelompok resiko yang hasil
pemeriksaan nya negatif, perlu pemeriksaan ulang setiap tahunnya.
Pada pemeriksaan dengan DM dipemeriksaan akan didapatkan hasil gula
darah puasa >140 mg/dl pada dua kali pemeriksaan. Dan gula darah post
prandial >200mg/dl. Selain itu juga dapat juga dilakukan pemeriksaan
antara lain:
1. Aseton plasma (keton) > positif secara mencolok
2. Asam lemak bebas:kadar lipid dan kolesterol meningkat
3. Elektrolit :natrium naik ,turun kalium naik, turun, fosfor turun
4. Gas Darah Arteri :menunjukkan PH menurun dan HCO3 menurun
(Asidosis Metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
5. Urine: Gula dan aseton positif (berat jenis dan osmolaritas meningkat.
6. Kultur dan Sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih infeksi saluran pernafasan, dan infeksi pada luka

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas
Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama klien,
umur, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, agama, suku, alamat.
Dalam identitas data/ petunjuk yang dapat kita prediksikan adalah
Umur, karena seseorang memiliki resiko tinggi untuk terkena diabetes
mellitus tipe II pada umur diatas 40 tahun.
2. Keluhan Utama
Pasien diabetes mellitus datang kerumah sakit dengan keluhan utama
yang berbeda-beda. Pada umumnya seseorang datang kerumah sakit
dengan gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan
berat badan turun.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan
informasi apakah terdapat factor-faktor resiko terjadinya diabetes
mellitus misalnya riwayat obesitas, hipertensi, atau juga
aterosclerosis
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas dari
DM, penyebab terjadinya DM serta upaya yang telah dilakukan
oleh penderita untuk mengatasinya.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal
ini berhubungan dengan proses genetik dimana orang tua dengan
diabetes mellitus berpeluang untuk menurunkan penyakit tersebut
kepada anaknya.

4. Pola Aktivitas
a. Pola Nutrisi
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi
insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga
menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak
minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan
penderita.
b. Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik
yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan
pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi
relatif tidak ada gangguan.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan
mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola
tidur dan waktu tidur penderita
d. Pola Aktivitas
Adanya kelemahan otot – otot pada ekstermitas menyebabkan
penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara
maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
e. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran
pada keluarga ( self esteem ).
f. Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami neuropati /
mati rasa pada kaki sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
g. Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seks,
gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada
proses ejakulasi serta orgasme.
h. Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik,
perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi
psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah
tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif /
adaptif.
5. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda – tanda vital.
b. Head to Toe
1) Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran
pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah
gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.
2) Sistem integumen
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang
mengalami dehidrasi, kaji pula adanya luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah
sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar
luka, tekstur rambut dan kuku.
3) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes
ketoasidosis, kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada.
Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
4) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi,
aritmia, kardiomegalis. Hal ini berhubungan erat dengan
adanya komplikasi kronis pada makrovaskuler
5) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau
sakit saat berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam
bentuk urin.
6) Sistem muskuloskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan,
penyebaran masa otot,berubah. Pasien juga cepat lelah,
lemah.
7) Sistem neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system
neurologis pasien sering mengalami penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat,
kacau mental, disorientasi.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari
200mg/dl). Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang
menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
b. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
c. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
d. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
e. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat
menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan
propensitas pada terjadinya aterosklerosis

B. Diagnosa keperawatan

1. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah

2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

3. Kelebihan volume cairan

4. Nyeri akut

5. Ansietas
C. Intervensi

NO. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


1 Risiko Setelah diberikan asuhan  NIC Label :
Ketidakstabilan keperawatan selama .... x 24 1. Hyperglycemia Management
Kadar jam diharpakan : - Pantaukadarguladarah
GlukosaDarah - Pantautandadangejaladarihipe
 NOC Label : rglikemia : polyuria,
1. Blood Glucose Level polydipsia, polyphagia,
- Guladarah kelemahan, letargi, malaise,
- Gula urine kekaburanpenglihatan,
- Keton urine atausakitkepala
ket : - Pantauketondalam urine
- Pantautekanandarahortostatik
skala 1 = penyimpangan parah dannadi
- Kelola insulin
skala2 = penyimpangan (sepertiketentuan)
substansial - Pastikan intake cairan oral
- Pantau status cairan (input
skala 3 = penyimpangan
dan output)
sedang
- Pertahankanakses IV
skala 4 = penyimpangan - Identifikasipenyebabpastihipe
ringan rglikemia
- Antisipasikondisiketikakebut
skala 5 = tidak ada uhan insulin bertambah
penyimpangan - Kurangilatihanketikakadargul
adarahmelebihi 250
2. Hyperglycemia Severity mg/dLatauterdapatketondala
-Peningkatanpengeluar m urine
an urine - Instruksikanpasienmengenaip
- Peningkatan rasa haus encegahandanmanajemenunt
- Kelaparan yang ukhiperglikemia
berlebih - Pertahankanpemantauankadar
- Malaise guladarahsecaramandiri
- Rasa tidakenak - Ajarkanpasienuntukmenafsir
- Kekaburanpengelihata kankadarglukosadarahnya
n - Ulascatatanguladarahbersama
- Kehilanganberatbadan pasiendankeluarga
tanpa alas an - Instruksikanuntukmelakukan
- Kehilangannafsumaka test ketondalam urine
n - Anjurkan pasien dan keluarga
- Mual tentang manajemen diabetes
- Mukosabibirkering selama sakit, termasuk
- Konsentrasibercabang penggunaan insulin dan / atau
- Perubahan status agen oral, pemantauan
mental asupan cairan, penggantian
- Kadar karbohidrat, dan kapan harus
glukosadarahtinggi mencari bantuan profesional
Ket : kesehatan, yang sesuai
- Fasilitasiketaatan diet
skala 1 = penyimpangan parah danlatihan
- Lakukanteskadarglukosapada
skala 2 = penyimpangan anggotakeluarga
substansial

skala 3 = penyimpangan 2. Nutritional Monitoring


sedang - Pantauberatbadanpasien
- Pantaupertumbuhandanperke
skala 4 = penyimpangan mbangan
ringan -

skala 5 = tidak ada


penyimpangan

2 Ketidakseimbangan Setelah diberikan asuhan  NIC Label :


Nutrisi Kurang dari keperawatan selama .... x 24 1. Nutritional Monitoring
Kebutuhan Tubuh jam diharpakan : - Pantau berat badan pasien
- Pantau pertumbuhan dan
 NOC Label : perkembangan
1. Nutritional status - Pantau turgor kulit
- Intake nutrient - Identifikasi abnormalitas
- Intake makanan kulit (perdarahan, terlalu
- Intake cairan banyak memar,
- Tenaga penyembuhan luka yang
- Rasioberatbadandantin buruk)
ggibadan - Identifikasi abnormalitas
- Hidrasi rambut (kering, rapuh,
Ket : rontok)
- Identifikasi abnormalitas
skala 1 = penyimpangan parah kuku (bentuk sendok, rapuh,
berpuncak runcing)
skala 2 = penyimpangan - Pantau mual dan muntah
substansial - Pantau intake dan diet kalori
- Tentukan rekomendasi
skala 3 = penyimpangan
sumber energy (diet yang
sedang
diperbolehkan, tergantung
skala 4 = penyimpangan kondisi pasien : usia, berat
ringan badan, jenis kelamin,
aktivitas fisik)
skala 5 = tidak ada - Identifikasi perubahan
penyimpangan aktivitas akibat kelelahan
- Pantau tipe dan jumlah
2. Nutritional Status : latihan biasa
Nutrient Intake - Pantau status mental
- Intake kalori (bingung, depresi, cemas)
- Intake protein - Mulaipengobatanataurujukan,
- Intake karbohidrat biladiperlukan
- Intake vitamin 2. Nutrition Management
- Intake mineral - Tentukan status nutrisipasien
ket : - Identifikasialergimakananata
uintoleransi
skala 1 = tidakadekuat - Beritahupasiententangkebutu
hannutrisi (diskusipanduan
skala 2 = sedikitadekuat diet danpiramidamakanan)
- Tentukanbanyaknyakaloridan
skala 3 = cukup tipenutrisi yang diperlukan
- Sesuaikan diet
skala 4 = penyimpangan (ediakanmakanantinggi
ringan protein,
mengurangiataumenambahka
skala 5 = adekuat lori,
mengurangiataumenambah
vitamin, mineral,
dansuplemen)
- Rawatkebersihanmulutpasien
sebelummakan
- Kelolapengobatan/medikasise
belummakan
- Pantau intake dan diet kalori
- Pantaugejalakelebihanatauke
kuranganberatbadan
- Instruksikanpasienuntukmem
antau intake dan diet kalori
3 Kelebihan volume NOC : Fluid Balance NIC :
cairan Fluid Management :
- Terbebas dari edema,
efusi, anasarka 1. Kaji status cairan ; timbang
- Bunyi nafas bersih,tidak berat badan,keseimbangan
adanya dipsnea masukan dan haluaran, turgor
- Memilihara tekanan vena kulit dan adanya edema
sentral, tekanan kapiler 2. Batasi masukan cairan
paru, output jantung dan 3. Identifikasi sumber potensial
vital sign normal. cairan
4. Jelaskan pada pasien dan
keluarga rasional pembatasan
cairan
5. Kolaborasi pemberian cairan
sesuai terapi.

Hemodialysis therapy

1. Ambil sampel darah dan


meninjau kimia darah (misalnya
BUN, kreatinin, natrium,
pottasium, tingkat phospor)
sebelum perawatan untuk
mengevaluasi respon thdp
terapi.
2. Rekam tanda vital: berat badan,
denyut nadi, pernapasan, dan
tekanan darah untuk
mengevaluasi respon terhadap
terapi.
3. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk
menghilangkan jumlah yang
tepat dari cairan berlebih di
tubuh klien.
Bekerja secara kolaboratif
dengan pasien untuk
menyesuaikan panjang dialisis,
peraturan diet, keterbatasan
cairan dan obat-obatan untuk
mengatur cairan dan elektrolit
pergeseran antara pengobatan

4 Gangguan Rasa NOC : NIC :


Nyaman (Nyeri
Akut ) a. Pain level a. Lakukan pengkajian nyeri
b. Pain control secara komprehensif termasuk
c. Comfort level lokasi, karakteristik, furasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
Setelah dilakukan tindakan b. Observasi reaksi nonverbal dari
keperawatan selama ... x 24 ketidaknyamanan
jam. Pasien tidak mengalami c. Bantu pasien dan keluarga
nyeri, dengan : untuk mrncari dan menemukan
dukungan
d. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti
Kriteria Hasil suhu rungan, pencahayaan dan
kebisingan
a. Mampu mengontrol nyeri
e. Kurangi faktor presipitasi nyeri
(tahu penyebab nyer,
f. Kaji tipe dan sumber nyeri
mampu menggunakan
untuk menentukan intervensi
teknik nonfarmakologi
g. Ajarkan tentang teknik non
untuk mengurangi nyeri,
farmakologi : napas dalam,
mencari bantuan)
relaksasi, distraksi, kompres
b. Melaporkan bahwa nyeri
hangat/dingin
berkurang dnegan
h. Berikan informasi tentang nyeri
menggunakan
seperti penyebab nyeri, berapa
manajemen nyeri
lama nyeri akan berkurang dan
c. Mampu mengenali nyeri
antisipasi ketidaknyamanan dari
(skala, intensitas,
prosedur
frekuensi dan tanda
i. Monitor vital sign sebelum dan
nyeri)
sesudah pemberian analgesik
d. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
e. Tanda vital dalam
rentang normal
f. Tidak mengalami
gangguan tidur

5 Ansietas NOC NIC

 Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan


 Anxiety level kecemasan)
 Coping
a. Gunakan pendekatan yang
menenangkan
Setelah melakukan asuhan b. Jelaskan semua prosedur dan
keperawatan 3x24 jam apa yang dirasakan selama
diharapkan rasa cemas pasien prosedur
berkurang dengan Kriteria c. Pahami prespektif pasien
terhadap situasi stress
d. Temani pasien untuk
Hasil : memberikan keamanan dan
mengurangi takut
1 Klien mampu e. Dorong keluarga untuk
mengidentifikasi dan menemani pasien
mengungkapkan gejala f. Dengarkan dengan penuh
cemas perhatian
2 Mengidentifikasi, g. Identifikasi tingkat kecemasan
mengungkapkan dan h. Bantu pasien mengenal situasi
menunjukkan tehnik yang menimbulkan kecemasan
untuk mengontrol cemas i. Dorong pasien untuk
3 Vital sign dalam batas mengungkapkan perasaan,
normal ketakutan, persepsi
4 Postur tubuh, ekspresi j. Instruksikan pasien
wajah, bahasa tubuh dan menggunakan teknik relaksasi
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan

D. Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh


perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya : Intervensi dilaksanakan
sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ; ketrampilan
interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi
serta dokumentasi intervensi dan respon pasien. Pada tahap implementasi
ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi yang telah
dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul
pada pasien

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses


keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan
terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi berfokus
pada ketepatan perawatan yang diberikan dan kemajuan pasien atau
kemunduran pasien terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi merupakan
proses yang interaktif dan kontinu karena setiap tindakan keperawatan
dilakukan, respon klien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan
hasil yang yang diharapkan. Kemudian berdasarkan respon klien, direvisi
intervensi keperawatan atau hasil yang diperlukan. Ada 2 komponen untuk
mengevaluasi kualitas tindakan computer keperawatan, yaitu :

1. Proses (sumatif)
Fokus tiopeini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus
dilaksanakan sesudah perencanaan keperawatan, dilaksanakan
untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
2. Hasil (formatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status
kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth , 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah.


Terjemahan Suzanne C. Smeltzer. Edisi 8. Vol 8. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, Joanne M., Wagner,
Sheryl M. 2013. Nursing Intervension Classification (NIC) Sixth Edition. St
Louis Missouri : Elsevier Mosby

Lynda Juall Carpenito. 2001.Handbook Of Nursing Diagnosis.Edisi 8. Jakarta :


EGC.

Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, Meridean L., Swanson, Elizabeth.


2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Measurement of Health
Outcomes Fifth Edition. St Louis Missouri : Elsevier Mosby

Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan NANDA NIC NOC (Indonesian Version) Jilid 3. Yogyakarta :
Mediaction

Mansjoer, Arif, dkk, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media


Aesculapius

Price, SA. 2000. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih


Bahasa Peter. Jakarta : EGC
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. EGC: Jakarta

Wijaya &Putri . 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Gianyar, April 2016

Pembimbing Praktik / CI Mahasiswa

( ) NI NYOMAN TRIA SUNIITA

NIP. NIM.P07120214020

Pembimbing Akademik / CT

( )
NIP.

Anda mungkin juga menyukai