Anda di halaman 1dari 11

965

“PENGARUH TEKNNIK RELAKSASI BENSON TERHADAP LAMA WAKTU TIDUR


PADA LANSIA”

Oleh:
Haikal Alpin
Dosen STIKES Graha Edukasi Makassar

ABSTRAK:
Jumlah lanjut usia (lansia) di seluruh dunia pada tahun 2005 dierkirakan ada 500
juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan bertambah.
Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk 14,3 juta dari 6,3 juta orang
tersebut terdapat 822.831 (13,06%) orang tergolong jompo, yaitu para lansia yang
memerlukan antuan khusus sesuai undang-undang bahkan mereka harus dipelihara oleh
Negara. Indonesia adalah termasuk Negara yang memasuki era penduduk berstruktur
lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke
atas sekitar 7,18%. Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2006 sebesar kurang
lebih 19 juta, dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2010 diperkirakan jumlah
lansia sebesar 23,9 juta (9,77%), dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Menkokesra,
2008).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “Apakah ada pengaruh Teknik
Relaksasi Benson Terhadap Lama Waktu Tidur Lansia
Jenis penelitian ini adalah adalah observasional analitik disain CrossSectional
Study,Dalam penelitian ini populasinya adalah lansia yang tinggal di kelurahan Paropo
kecamatan Panakukkang Kota Makassar jumlah lansia sebanyak 134 lansia. Dan jumlah
sampel dalam penelitian adalah 20 orang dengan menggunakan teknik pengambilan
sampel purposive Sampling.
Hasil uji skor relaksasi Benson dengan menggunakan analisis uji t berpasangan
ditemukan nilai significancy 0,000 yang lebih kecil dari nilai α 0,05. Hasil uji relaksasi
Benson (post-test) hari I menggunakan analisis uji t berpasangan.
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh teknik relaksasi Benson terhadap lama
waktu tidur lansi maka peneliti menyimpulkan bahwa pemberian latihan teknik relaksasi
Benson sangat membantu dalam memenuhi tidurnya apalagi bila lansia tersebut
mengalami kecemasan, depresi maupun adanya gangguan dalam tubuhnya misalnya:
sakit. Pemberian latihan secara teratur dan dibawah bimbingan seseorang belajar untuk
rileks dan menurunkan reaksinya terhadap stress. Cara ini bermanfaat untuk memenuhi
tidur lansia baik kualitas maupun kuantitasnya.

Kata Kunci : Lansia, Teknik relaksasi Benson, Lama waktu tidur

PENDAHULUAN baik dari segi fisik maupun segi mental


Manusia dikatakan lansia jika (Hardywinito dan Setiabudi, 2007).
seseorang berusia 60 tahun keatas. Lansia akan terjadi perubahan fisik,
Dimana secara fisik dan kekuatannya psikososial dan spiritual. Salah satu
menurun, namun nilai intelektualnya lebih perubahan tersebut adalah terjadi
tinggi (Suharno, 2009). Pada umumnya perubahan pola tidur. Tidur merupakan
kelompok lansia, mengalami degenerative kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
semua manusia untuk dapat berfungsi

Jurnal Mitrasehat, Volume VI Nomor 1, Mei 2016 ISSN 2089-2551


966 ___ Pengaruh Teknnik Relaksasi Benson Terhadap.... Haikal Alpin

secara optimal baik sehat maupun yang siklus tidur. Tahap 1 dan 2 merupakan
sakit. Sejumlah factor yaitu factor biologis, karakteristik dari tidur dangkal dan
psikologis dan lingkungan dapat mengubah seseorang lebih mudah bangun. Tahap 3
kualitas dan kuantitas tidur, seperti penyakit dan 4 merupakan tidur dalam dan sulit
fisik, obat-obatan dan substansi, gaya untuk dibangunkan (Potter & Perry, 2005;
hidup, pola tidur yang biasa dan mengantuk Martono, 2009).
yang berlebihan pada siang hari, stress Gangguan tidur merupakan
emosional, lingkungan, latihan fisik dan masalah yang paling banyak dialami oleh
kelelahan, serta asupan makanan dan lanjut usia. Gangguan tidur dapat
kalori (Perry & Potter, 2005). meningkatkan biaya penyakit secara
Jumlah lanjut usia (lansia) di keseluruhan. Gangguan tidur juga dikenal
seluruh dunia pada tahun 2005 dierkirakan sebagai penyebab morbiditas yang
ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 signifikan. Pemahaman lansia tentang
tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 ganggua tidur yang dialaminya dapat
akan bertambah. Menurut data Biro Pusat berhubunga dengan perubahan fisik,
Statistik (BPS) jumlah penduduk 14,3 juta mental, psikososial dan perkembangan
dari 6,3 juta orang tersebut terdapat spiritualnya (Boyke, 2008). Ada beberapa
822.831 (13,06%) orang tergolong jompo, dampak serius gangguan pola tidur pada
yaitu para lansia yang memerlukan antuan lansia misalnya mengantuk berlebihan di
khusus sesuai undang-undang bahkan siang hari, gangguan atensi dan memori,
mereka harus dipelihara oleh Negara. mood, depresi, sering terjatuh, hipnotik
Indonesia adalah termasuk Negara yang yang tidak semestinya dan penurunan
memasuki era penduduk berstruktur lanjut kualitas hidup (Kozier, 2008).
usia (aging structured population) karena Lansia sering sekali mengatakan
jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke bahwa dirinya kesulitan untuk memulai
atas sekitar 7,18%. Jumlah penduduk tidur, sering terjaga sewaktu tidur dan tidak
lansia di Indonesia pada tahun 2006 dapat tidur lagi., menghabiskan waktu
sebesar kurang lebih 19 juta, dengan usia dalam tahap mengantuk serta sangat
harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun sedikit waktu dalam tahap mimpi. Lansia
2010 diperkirakan jumlah lansia sebesar dengan depresi, stress dan mempunyai
23,9 juta (9,77%), dengan usia harapan penyakit seperti stroke, jantung, paru-paru
hidup 71,1 tahun (Menkokesra, 2008). sering melaporkan bahwa kualitas tidurnya
Menurunnya derajat kesehatan dan buruk dan durasi tidurnya kurang bila
kemampuan fisik mengakibatkan para dibandingkan dengan lansia yang sehat
lansia secara perlahan menarik diri dari (Carpenito, 2000).
hubungan masyarakat di sekitarnya. Hal ini Lansia dengan depresi, stroke,
akan menyebabkan interaksi social mereka penyakit jantung, penyakit paru, diabetes,
menurun baik secara kualitas maupun arthritis atau hipertensi sering melaporkan
kuantitas, akibatnya perasaan dan bahwa kualitas tidurnya buruk dan durasi
kemampuan mereka dalam melakukan tidurnya kurang bila dibandingkan dengan
aktivitasnya sehari-hari (Stanley & Beace, lansia sehat. Gangguan tidur dapat
2006). meningkatkan biaya penyakit secara
Tidur normal melibatkan dua fase keseluruhan (Marcel dkk, 2009).
yaitu gerakan bola mata cepat atau rapid Gangguan tidur juga dikenal
eye movement (REM) dan tidur dengan sebagai penyebab morbiditas yang
bola mata lambat atau non rapid eye signifikan. Ada beberapa dampak serius
movement (NREM). Selama NREM gangguan tidur pada lansia misalnya
seseorang mengalami 4 tahapan selama mengantuk berlebihan di siang hari,
967

gangguan atensi dan memori, mood, Apabila individu melakukan


depresi, sering terjatuh, penggunaan relaksasi ketika ia mengalami ketegangan
hipnotik yang tidak semestinya, dan atau kecemasan, maka reaksi-reaksi
penurunan kualitas hidup. Angka kematian, fisiologis yang dirasakan individu akan
angka sakit jantung dan kanker lebih tinggi berkurang, sehingga ia akan merasa rileks.
pada seseorang yang lama tidurnya lebih Apabila kondisi fisiknya sudah rileks, maka
dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per hari kondisi psikisnya juga tenang (Lichtein,
bila dibandingkan dengan seseorang yang 1993).
lama tidurnya antara 7 – 8 jam per hari Respon relaksasi yang melibatkan
(dalam Marcel dkk, 2009). keyakinan yang dianut menurut Benson
Keluhan tidur umumnya berupa (2000) akan mempercepat terjadinya
waktu tidur yang kurang, mudah terbangun keadaan relaks, dengan kata lain
malam hari, bangun pagi lebih awal, rasa kombinasi respon relaksasi dengan
mengantuk sepanjang hari dan sering melibatkan keyakinan akan melipat
tertidur sejenak. Banyak hal yang gandakan manfaat yang didapat dari
menyebabkan penurunan kualitas tidur respon relaksasi. Sehingga diharapkan
pada usia lanjut antara lain perubahan dengan semakin cepat mencapai kondisi
irama sirkadian, adanya penyakit medic, relaks maka seseorang akan lebih cepat
psikiatrik, efek samping obat-obatan dan untuk memasuki kondisi tidur yang berarti
kebiasaan tidir yang buruk (Zainul, 2011). akan dapat mengatasi gangguan insomnia
Salah satu cara untuk mengatasi yang dialami.
gangguan tidur ini adalah dengan metode Pelatihan relaksasi Benson cukup
relaksasi. Relaksasi adalah salah satu efektif yang memunculkan keadaan tenang
teknik di dalam terapi perilaku yang dan relaks dimana gelombang otak mulai
pertama kali dikenalkan oleh Jacobson, melambat akhirnya membuat seseorang
seorang psikolog dari Chicago, yang dapat beristirahat dengan tenang. Hal ini
mengembangkan metode fisiologis terjadi ketika subjek mulai merebahkan diri
melawan ketegangan dan kecemasan. dan mengikuti instruksi relaksasi yaitu pada
Teknik ini disebutnya relaksasi benson tahap pengendoran otot dari bagian kepala
yaitu teknik yang mengurangi ketegangan hingga bagian kaki. Selanjutnya keadaan
(Woolfolk, 1983). Jacobson berpendapat relaks mulai untuk memejamkan mata, saat
bahwa semua bentuk ketegangan termasuk tersebut frekuensi gelombang otak muncul
ketegangan mental didasarkan pada mulai melambat, dan menjadi lebih teratur.
kontraksi otot. Jika seseorang dapat Tahap ini subjek mulai merasakan relaks
diajarkan untuk merelaksasikan otot dan mengikuti secara pasif keadaan relaks
mereka, maka mereka benar-benar rileks tersebut sehingga menekan rasa tegang
(Utami, 1993). dan nyeri (Datak, 2008).
Pada waktu tidur individu Keuntungan dari relaksasi Benson
mengalami ketegangan dan kecemasan akan mendapatkan pengalaman-
yang bekerja adalah sistem saraf simpatis, pengalaman transendensi. Individu yang
sedangkan pada waktu relaksasi yang mengalami ketegangan dan kecemasan
bekerja adalah system saraf parasimpatis, yang bekerja adalah sistem saraf simpatis,
dengan demikian relaksasi dapat memekan sedangkan pada waktu relaksasi yang
rasa tegang dan rasa cemas dengan cara bekerja adalah sistem saraf parasimpatis,
resiprok, sehingga timbul counter dengan demikian relaksasi dapat menekan
conditioning dan penghilangan (Prawitasari, rasa tegang, cemas, insomnia, dan nyeri
1988). (Datak, 2008).

Jurnal Mitrasehat, Volume VI Nomor 1, Mei 2016 ISSN 2089-2551


968 ___ Pengaruh Teknnik Relaksasi Benson Terhadap.... Haikal Alpin

Melihat beberapa permasalahan tidur merupakan kebutuhan dasar yang


yang terkait dengan lansia serta konsep harus dipenuhi oleh semua manusia.
kebutuhan dasar manusia tentang
pentingnya kebutuhan istirahat tidur pada METODE PENELITIAN
manusia, maka penulis ingin melihat sejauh A. Jenis Penelitian
mana upaya yang dilakukan oleh lansia Jenis penelitian ini adalah
dalam memenuhi kebutuhan tidurnya. menggunakan penelitian Deskriptif yaitu
Dalam penelitian ini penulis suatu penelitian yang bertujuan untuk
mencoba menggunakan teknik relaksasi mendapatkan gambaran Pengetahuan,
yang telah dikembangkan oleh Herbert tentang Pengaruh Teknnik Relaksasi
Benson selaku peneliti dari Harvard Benson Terhadap lama waktu Tidur Pada
Univercity. Dimana Benson melalui Lansia” guna mengetahui seberapa jauh
bukunya yang berjudul “Respon Relaksasi”, pengaruh teknik relaksasi Benson ini pada
lebih menekankan pada teknik latihan lama waktu tidur lansia dan hal ini
napas dengan menyebutkan salah satu merupakan kompetensi perawat untuk
kata yang bermakna secara berulang melakukan tindakan keperawatan.
hingga seseorang mencapai keadaan yang B. Lokasi dan Waktu Penelitian
tenang dan relaks. 1. Lokasi
Respon relaksasi inilah terbukti Penelitian ini dilakukan di kelurahan
mampu menurunkan kondisi tekanan darah Paropo kecamatan Panakukkang, RT 5
tinggi, kecemasan, kelelahan, gangguan RW III, dengan jumlah lansia 134 orang
tidur (insomnia) dan berbagai macam dan sampel penelitian sebanyak 20
gangguan psikologis lainnya. Hal ini orang.
didukung oleh hasil penelitian sebelumnya 2. Waktu
bahwa ada pengaruh latihan relaksasi pada Penelitian dilaksanakan pada tanggal
lansia sebelum dan sesudah latihan 17 Juni sampai 27 Agustus 2014 di
benson (Erna, Hartiah & Raini, 2008). Kelurahan Paropo Kecamatan
Indonesia adalah termasuk Negara Panakukkang RT 5 RW 3.
yang memasuki era penduduk berstruktur C. Populasi, Sampel, Sampling
usia lanjut (aging structured population) 1. Populasi
karena jumlah penduduk yang berusia 60 Populasi dalam penelitian ini
tahun ke atas sekitar 7,18%. Jumlah adalah keseluruhan dari suatu variabel
penduduk lansia di Indonesia pada tahun yang menyangkut masalah yang diteliti
2006 sebesar kurang lebih 19 juta, dengan (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini
usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun populasinya adalah lansia yang tinggal di
2010 diperkirakan jumlah lansia sebesar kelurahan Paropo kecamatan Panakukkang
23,9 juta (9,77%), dengan usia harapan Kota Makassar jumlah lansia sebanyak 134
hidup 67,4 tahun dan pada tahun 2020 lansia.
diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%), 2. Sampel
dengan usia harapan hidup 71,1 tahun Sampel adalah sebagian dari
(Menkokesra, 2008). keseluruhan obyek yang diteliti dan
Menurut data statistic jumlah dianggap mewakili seluruh populasi
penduduk Sulawesi Selatan 2005 sebanyak (Notoatmojo, 2000).
7.488.674 jiwa. Dari jumlah tersebut 1. Kriteria inklusi adalah karakteristik
penduduk lanjut usia (60+) sebanyak umum subjek penelitian dari suatu
559.602 jiwa. Sedangkan di kelurahan populasi target dan terjangkau yang
Paropo Kecamatan Panakukkang Kota akan diteliti (Nursalam, 2008), yaitu:
Makassar sekitar 134 lansia. Istirahat dan
969

a. Lansia yang tinggal di wilayah kerja Dari tabel distribusi didapatkan


Puskesmas umur 60 – 74 tahun sebanyak 9 orang
b. Lansia mengalami gangguan tidur (45,0%) lansia, sedangkan umur dari 75 –
c. Bersedia menjadi responden 90 tahun sebanyak 6 orang (30,0%) lansia
2. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan dan umur 90 tahun keatas sebanyak 5
atau mengeluarkan subjek yang orang (30,0%) lansia.
memenuhi criteria inklusi dari studi Dari tabel distribusi diatas,
(Nursalam, 2008). Yaitu: didapatkan jenis kelamin laki-laki dan
a. Lansia yang mengalami sakit berat perempuan memiliki jumlah yang sama
b. Tidak bersedia menjadi responden yaitu 10 orang (50,0%).
Besar sampel adalah banyaknya Grafik rerata berdasarkan lama
anggota yang akan dijadikan sampel waktu tidur pre-test dapat dilihat pada
(Chandra, 1995). Dalam menentukan besar gambar diatas dimana subjeknya 20
sampel peneliti menggunakan rumus: responden, hari pertama perlakuan dengan
lama waktu tidur pre-test (4,25 jam), hari
kedua perlakuan dengan lama waktu tidur
pres test (4,75 jam), hari ketiga perlakuan
dengan lama waktu tidur pres test (5,45
jam), hari keempat perlakuan dengan lama
waktu tidur pre test (5,75 jam), hari kelima
perlakuan dengan lama waktu tidur pre test
(6,15 jam), hari keenam perlakuan dengan
lama waktu tidur pre test (5,85 jam), hari
ketujuh perlakuan dengan lama waktu tidur
pre test (5,9 jam), hari terakhir atau hari ke
delapan perlakuan dengan lama waktu tidur
3. Sampling pre test (6 jam). Sedangkan berdasarkan
Sampling adalah suatu proses lama waktu tidur Post-Test dapat dilihat
dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk pada gambar diatas dimana, hari pertama
dapat mewakili populasi (Nursalam, 2008). perlakuan dengan lama waktu tidur post
Penelitian ini menggunakan Purposive test (4,7 jam), hari kedua perlakuan dengan
Sampling yaitu suatu teknik penetapan lama waktu tidur post test ( 5,15 jam), hari
sampel dengan cara memilih sampel ketiga perlakuan dengan lama waktu tidur
diantara populasi sesuai dengan yang post test (5,85 jam), hari keempat
dikehendaki peneliti, sehingga sampel perlakuan dengan lama waktu tidur post
tersebut dapat mewakili karakteristik test (5,9 jam), hari kelima perlakuan
populasi yang telah dikenal sebelumnya dengan lama waktu tidur post test (6,25
(Nursalam, 2008). jam), hari keenam perlakuan dengan lama
waktu tidur post test (6,2 jam), hari ketujuh
HASIL DAN PEMBAHASAN perlakuan dengan lama waktu tidur post
A. Hasil Penelitian test (6,15 jam), hari terakhir perlakuan
1. Analisa Univariat dengan lama waktu tidur post test (6,25
Hasil penelitian terhadap lama jam).
waktu tidur pada lansia di Kelurahan
Paropo kecamatan Panakukkang 2. Analisa Bivariat
Makassar, RT 5 RW 3 di dapatkan 20 Tabel 5.5 merupakan uji relaksasi
lansia. Benson (pre-test) hari I menggunakan
analisis uji t berpasangan. Dari uji t

Jurnal Mitrasehat, Volume VI Nomor 1, Mei 2016 ISSN 2089-2551


970 ___ Pengaruh Teknnik Relaksasi Benson Terhadap.... Haikal Alpin

berpasangan ditemukan nilai rerata berpasangan ditemukan nilai significancy


kelompok pre-test hari I sebesar (1,60) dan 0,002 yang lebih kecil dari nilai α 0,05. Hal
nilai simpang baku (s.b) sebesar (0,50), ini dapat diartikan bahwa ada pengaruh
nilai perbedaan rerata ± s.b pre-test hari I. teknik relaksasi Benson terhadap lama
nilai rerata sebesar (0,55), nilai simpang waktu tidur lansia.
baku (0,11), nilai interval kepercayaan
(IK95%) pre-test hari I sebesar 0,78-0,31. PEMBAHASAN
Sedangkan hasil uji skor relaksasi Benson Tidur merupakan kebutuhan dasar
sebelum perlakuan (pre-test) pada hari ke yang dibutuhkan setiap manusia, namun
VIII sebesar (23,99) dan nilai simpang baku dalam keadaan sakit kebutuhan tidur akan
(0,89). Hasil uji skor relaksasi Benson terganggu yang disebabkan oleh berbagai
dengan menggunakan analisis uji t factor yaitu: factor psikologis, factor fisik
berpasangan ditemukan nilai significancy dan factor lingkungan. Berdasarkan hasil
0,000 yang lebih kecil dari nilai α 0,05. penelitian kepada lansia yang mengalami
Tabel 5.6 merupakan uji relaksasi gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
Benson (post-test) hari I menggunakan tidur pada kelompok perlakuan terjadi
analisis uji t berpasangan. Dari uji t peningkatan kebutuhan tidur. Hal tersebut
berpasangan ditemukan nilai rerata dipengaruhi pada kemamuan dan
kelompok post-test hari I sebesar (1,45) peningkatan pengetahuan dari lansia yang
dan nilai simpang baku (s.b) sebesar dapat dipengaruhi persepsi lansia akan
(0,51), nilai perbedaan rerata ± s.b post- manfaat dari kegiatan teknik relaksasi
test hari I. nilai rerata sebesar (0,40), nilai (Potter & Perry, 2005; Martono, 2009).
simpang baku (0,11), nilai interval 1. Pengaruh Teknik Relaksasi Benson
kepercayaan (IK95%) post-test hari I Terhadap Lama Waktu Tidur Lansia
sebesar 0,63-0,16. Sedangkan hasil uji Hasil analisis univariat dengan
skor relaksasi Benson sebelum perlakuan lama waktu tidur pre-test dapat dilihat pada
(post-test) pada hari ke VIII sebesar (1,05) gambar diatas dimana subjeknya 20
dan nilai simpang baku (0,22). Hasil uji skor responden, hari pertama perlakuan dengan
relaksasi Benson dengan menggunakan lama waktu tidur pre-test (4,25 jam), hari
analisis uji t berpasangan ditemukan nilai kedua perlakuan dengan lama waktu tidur
significancy 0,002 yang lebih kecil dari nilai pres test (4,75 jam), hari ketiga perlakuan
α 0,05. dengan lama waktu tidur pres test (5,45
Tabel 5.6 merupakan uji relaksasi jam), hari keempat perlakuan dengan lama
Benson (post-test dan post-test) hari I waktu tidur pre test (5,75 jam), hari kelima
menggunakan analisis uji t berpasangan. perlakuan dengan lama waktu tidur pre test
Dari uji t berpasangan ditemukan nilai (6,15 jam), hari keenam perlakuan dengan
rerata kelompok pre-test hari I sebesar lama waktu tidur pre test (5,85 jam), hari
(1,60) dan nilai simpang baku (s.b) sebesar ketujuh perlakuan dengan lama waktu tidur
(0,11), nilai perbedaan rerata ± s.b pre-test pre test (5,9 jam), hari terakhir atau hari ke
hari I. nilai rerata sebesar (0,55), nilai delapan perlakuan dengan lama waktu tidur
simpang baku (0,11), nilai interval pre test (6 jam). Sedangkan berdasarkan
kepercayaan (IK95%) post-test hari I lama waktu tidur Post-Test dapat dilihat
sebesar 0,78-0,31. Sedangkan hasil uji pada gambar diatas dimana, hari pertama
skor relaksasi Benson sebelum perlakuan perlakuan dengan lama waktu tidur post
(pre-test dan post-test) pada hari ke VIII test (4,7 jam), hari kedua perlakuan dengan
sebesar (1,05) dan nilai simpang baku lama waktu tidur post test ( 5,15 jam), hari
(0,22). Hasil uji skor relaksasi Benson ketiga perlakuan dengan lama waktu tidur
dengan menggunakan analisis uji t post test (5,85 jam), hari keempat
971

perlakuan dengan lama waktu tidur post Dari uji t berpasangan ditemukan nilai
test (5,9 jam), hari kelima perlakuan rerata kelompok pre-test hari I sebesar
dengan lama waktu tidur post test (6,25 (1,60) dan nilai simpang baku (s.b) sebesar
jam), hari keenam perlakuan dengan lama (0,11), nilai perbedaan rerata ± s.b pre-test
waktu tidur post test (6,2 jam), hari ketujuh hari I. nilai rerata sebesar (0,55), nilai
perlakuan dengan lama waktu tidur post simpang baku (0,11), nilai interval
test (6,15 jam), hari terakhir perlakuan kepercayaan (IK95%) post-test hari I
dengan lama waktu tidur post test (6,25 sebesar 0,78-0,31. Sedangkan hasil uji
jam). skor relaksasi Benson sebelum perlakuan
Hasil analisis bivariat antara (pre-test dan post-test) pada hari ke VIII
pengaruh teknik relaksasi Benson dengan sebesar (1,05) dan nilai simpang baku
lama waktu tidur lansia didapatkan nilai (0,22). Hasil uji skor relaksasi Benson
hasil uji skor relaksasi Benson (pre-test) dengan menggunakan analisis uji t
hari I menggunakan analisis uji t berpasangan ditemukan nilai significancy
berpasangan. Dari uji t berpasangan 0,002 yang lebih kecil dari nilai α 0,05. Hal
ditemukan nilai rerata kelompok pre-test ini dapat diartikan bahwa ada pengaruh
hari I sebesar (1,60) dan nilai simpang teknik relaksasi Benson terhadap lama
baku (s.b) sebesar (0,50), nilai perbedaan waktu tidur lansia.
rerata ± s.b pre-test hari I. nilai rerata Menurut Potter & Perry (2005),
sebesar (0,55), nilai simpang baku (0,11), mengatakan bahwa seseorang akan
nilai interval kepercayaan (IK95%) pre-test tertidur jika ia merasa nyaman dan rileks.
hari I sebesar 0,78-0,31. Sedangkan hasil Hal ini dapat dicapai melalui latihan teknik
uji skor relaksasi Benson sebelum relaksasi. Relaksasi merupakan
perlakuan (pre-test) pada hari ke VIII pembebasan mental dan fisik dari
sebesar (23,99) dan nilai simpang baku ketegangan dan stress. Teknik relaksasi
(0,89). Hasil uji skor relaksasi Benson memberikan kesempatan kepada individu
dengan menggunakan analisis uji t untuk dapat control diri dan lingkungan.
berpasangan ditemukan nilai significancy Teknik ini dapat digunakan saat individu
0,000 yang lebih kecil dari nilai α 0,05. sehat maupun sakit. Teknik ini merupakan
Hasil uji relaksasi Benson (post-test) hari I upaya pencegahan untuk membantu tubuh
menggunakan analisis uji t berpasangan. segar kembali dan beregenerasi setiap
Dari uji t berpasangan ditemukan nilai hari. Klien akan menggunakan teknik ini
rerata kelompok post-test hari I sebesar dengan berhasil mengalami beberapa
(1,45) dan nilai simpang baku (s.b) sebesar perubahan baik fisiologis maupun perilaku.
(0,51), nilai perbedaan rerata ± s.b post- Pada kondisi relaksasi seseorang
test hari I. nilai rerata sebesar (0,40), nilai berada dalam keadaan sadar namun rileks,
simpang baku (0,11), nilai interval tenang, istirahat pikiran, otot-otot rileks,
kepercayaan (IK95%) post-test hari I mata tertutup dan pernapasan dalam yang
sebesar 0,63-0,16. Sedangkan hasil uji teratur. Keadaan ini menurunkan
skor relaksasi Benson sebelum perlakuan rangsangan dari luar (Udjiati, 2002).
(post-test) pada hari ke VIII sebesar (1,05) Relaksasi pernapasan member
dan nilai simpang baku (0,22). Hasil uji skor respon melawan mass discharge
relaksasi Benson dengan menggunakan (pelepasan impuls secara missal), pada
analisis uji t berpasangan ditemukan nilai respon stress dari sistem saraf simpatis.
significancy 0,002 yang lebih kecil dari nilai Kondisi menurunkan tekanan perifer total
α 0,05. Sedangkan hasil uji relaksasi akibat tonus vasokontriksi arteriol (Udjiati,
Benson (post-test dan post-test) hari I 2002). Penurunan vasokontriksi arteriol
menggunakan analisis uji t berpasangan. member pengaruh pada perlambatan aliran

Jurnal Mitrasehat, Volume VI Nomor 1, Mei 2016 ISSN 2089-2551


972 ___ Pengaruh Teknnik Relaksasi Benson Terhadap.... Haikal Alpin

darah yang melewati arteriol dan kapiler, Pemberian teknik relaksasi Benson
sehingga mempunyai waktu untuk terhadap lama waktu tidur lansia ini di
mendistribusikan oksigen dan nutrisi ke sel harapkan oleh penulis dapat meningkatkan
terutama jaringan otak atau jantung dan kemandirian responden dalam melakukan
menyebabkan metabolism sel menjadi lebih aktivitas sehari-hari. Teknik pengumpulan
baik Karena produksi ATP meningkat, dank data menggunakan metode observasi.
arena produksi ATP yang meningkat Berdasarkan uji statistic terhadap rata-rata
kondisi tubuh akan menjadi lebih stabil, tingkat ketergantungan pada responden
sehingga pikiran menjadi rileks. sebelum dan sesudah dilaksanakan
Pernapasan lamban, menarik relaksasi Benson.
napas panjang dan membuangnya dengan Berdasarkan hasil penelitian
napas pelan-pelan juga memicu terjadi pengaruh teknik relaksasi Benson terhadap
sinkronisasi getaran seluruh sel tubuh dan lama waktu tidur lansi maka peneliti
gelombang medan bioelektrik menjadi menyimpulkan bahwa pemberian latihan
sangat tenang (Setiawan, 2000). teknik relaksasi Benson sangat membantu
Keadaan ini menurunkan dalam memenuhi tidurnya apalagi bila
rangsangan dari luar terhadap formation lansia tersebut mengalami kecemasan,
reticuler. Perangsangan pada nulkei depresi maupun adanya gangguan dalam
reticuler non spesifik yang mengelilingi tubuhnya misalnya: sakit. Pemberian
thalamus dan nuclei dalam difus sering latihan secara teratur dan dibawah
mampu mencetuskan gelombang dalam bimbingan seseorang belajar untuk rileks
sistem thalamokortikal. Dengan relaksasi dan menurunkan reaksinya terhadap
maka proses pernapasan, ventilasi, difusi stress. Cara ini bermanfaat untuk
dan perfusi menjadi terkontrol. Adanya memenuhi tidur lansia baik kualitas
pemusatan pikiran maka impuls dari maupun kuantitasnya.
stressor negative bisa dialihkan sehingga
secara tidak langsung akan membantu KESIMPULAN DAN SARAN
dalam menjaga keseimbangan homeostatis 1. Kesimpulan
tubuh melalui jalan HPA Axis, yang dapat 1. Setelah diberikan latihan teknik
merangsang produksi kortisol dalam batas relaksasi benson, responden yang
normal. Kortisol yang normal akan mengalami gangguan tidur
menciptakan keseimbangan berkurang menjadi 2 orang (10%)
neurotransmitter tubuh yang bermuara sedangkan responden yang
pada keseimbangan homeostatisnya tertangani insomnianya sebanyak
(Guyton, 1997). 18 orang (90%).
Pada waktu tarik napas panjang 2. Ada pengaruh pemberia teknik
otot-otot dinding perut (rektus abdominalis, relaksasi benson terhadap
transverses abdominalis, internal dan pemenuhan kebutuhan tidur pada
eksternal oblique) menekan iga bagia lansia. Hal ini berdasarkan hasil uji
bawah kearah belakang serta mendorong statistic Mann Whitney Test
sekat diafragma ke atas dapat berakibat dengan nilai signifikansi p=0,010
meninggikan tekanan intra abdominal, dengan demikian H1 diterima.
sehingga dapat merangsang aliran darah 3. Pemberian teknik relaksasi benson
baik pada vena cava inferior maupun aorta efektif untuk mengatasi gangguan
abdominalis, mengakibatkan aliran darah tidur pada lansia jika kesulitan
(vaskularisasi) menjadi meningkat ke untuk memulai tidur. Dimana
seluruh jaringan tubuh terutama organ- dengan pemberian teknik relaksasi
organ vital seperti otak (Sudarsono, 1995). benson lansia akan lebih mudah
973

tertidur dan kebutuhan tidurnya Herlina, Nina dkk. 2009. Faktor-Faktor


terpenuhi. Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Anemia Pada Ibu
2. Saran Hamil.(http://irvantonius.blogspot.co
Penelitian ini dilakukan, maka dari m/2010/02/faktor-faktor-yang-
pengalaman hasl penelitian menawarkan berhubungan-dengan_07.html,
beberapa saran yaitu: Diakses tanggal 25 februari 2015).
1. Bagi pihak kelurahan Paropo Hadju, V, 1997. Diktat Gizi Dasar, Jurusan
Kecamatan Panakukkang, agar dapat Gizi FKM Unhas Makassar.
melanjutkan terapi ini kepada lansia Hardyanthi, dkk.2013. Gambaran Pola
yang sudah teratasi masalah tidurnya Makan Dan Anemia Ibu Hamil Di
agar masalahnya tidak kambuh Pesisir Tallo Kecamatan Tallo
kembali. Makassar, (Online)
2. Bagi pihak keluarga, keterlibatan http://repository.unhas.ac.id diakses
keluarga dalam membantu melatih pada tanggal 15 September 2015
relaksasi pada lansia sangat penting Hasibah, 2005. Hubungan Konsumsi Tablet
apabila lansia mengalami kesulitan Fe Dengan Kejadian Anemia Gizi
tidur untuk memenuhi lama waktu Pada Ibu Hamil di Puskesmas Ujung
tidurnya. Pandang Baru. Skripsi tidak
diterbitkan, Fakultas Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA Masyarakat Univeristas Hasanuddin.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Laporan
Cunningham. 2005. Hubungan Karakteristik Hasil Riset Kesehatan Dasar
Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia (Riskesdas) 2013. Jakarta:
di PKM Banjara n(diakses 14 Kementerian Kesehatan RI
februari 2015). Almatsier, Sunita. 2005. Prinsip Dasar Ilmu
Depkes RI. 2009. Program Gizi, Gramedia, Jakarta: Pustaka
Penanggulangan Anemia Gizi pada Utama
Wanita Usia Subur (WUS). Jakarta : Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Metode
Depkes RI. Penelitian Kesehatan,
DEPKES, R.I, 2002. Pedoman Umum Gizi Jakarta:Rineka Cipta
Seimbang, Jakarta. Notoadmodjo, Soekidjo.,2003. Prinsip –
Dewi, R, Prima. 2008. Rahasia Kehamilan , Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Jogjakarta: Sira Media. Masyarakat, Jakara: Rineka Cipta.
Fatmah. 2008. Gizi Dan Kesehatan Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu
Masyarakat. Jakarta : Rajagrafindo Kebidanan. Jakarta : YBP-SP.
Persada Pawenrusi Esse P, 2015, Pedoman
Fahriansjah, FW. 2009. Hubungan Penulisan Skripsi Edisi 11. Sekolah
Karateristik Ibu Hamil Dengan Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK)
Kejadian Anemia di Rumah Sakit Makassar
Bersalin SITI KHADIJAH IV Rahmaewati, Yetti. 2006. Hubungan Antara
MAKASSAR Periode Januari – Perilaku Dan Pola Makan Dengan
Desember 2008, Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu
(http://asramamediacafkunhas.blogs Hamil Di RSB Pertiwi Makassar,
pot.com/2009/04/hubungan- Skripsi mahasiswa tidak diterbitkan
karateristik-ibu-hamil-dengan.html, FKM Unhas Makassar.
Diakses tanggal 25 Februar 2015 Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Ilmu
Kebidanan. Jakarta : YBP-SP.

Jurnal Mitrasehat, Volume VI Nomor 1, Mei 2016 ISSN 2089-2551


974 ___ Pengaruh Teknnik Relaksasi Benson Terhadap.... Haikal Alpin

Sirajuddin, 2004. Kumpulan Mata Kuliah Hamil di Puskesmas Dawe


Teknologi Pangan dan Gizi, FKM Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus,
UNHAS. (Online)
Soliha, Lutfiatus. 2007. Panduan Lengkap http://download.portalgaruda.org/arti
Hamil Sehat, Jogjakarta: Diva Press. cle.php diakses pad tanggal 15
Sulaeman, 2010, Hubungan Antara Tingkat September 2015
Pengetahuan dengan Angka Tarwoto, Ns dkk. (2007). Buku Saku
Kejadian Anemia Remaja Putri SMA Anemia Pada Ibu Hamil. Jakarta:
1 Yogyakarta Tahun. Skripsi Ilmu Trans Info Media.
Keperawatan, @ indoskripsi.com. Wirakusuma, Emma S. 1999. Perencanaan
(Diakses tgl: 15 Februari 2015). Menu Anemia Gizi Besi, PT. Trubus
Sulistyowati. 2012. Tingkat Pengetahuan Agriwida.
Ibu Hamil Tentang Anemia Di Zaenab dan Joeharno. 2009. Beberapa
Puskesmas Gambirsari Surakarta : Faktor Risiko Kejadian BBLR di
Surakarta Rumah Sakit Al-Fatha Ambon
Supariasa, Bakri Bachyar dan Fajar. Ibnu. periode januari – desember. (online),
2001. Penelitian Status Gizi, Jakarta: (http://joeharno blogspot.com,
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Diakses 15 Februari 2015).
Suranto. 2013. Hubungan Pola Mkan
Dengan Terjadinya Anemia Pada Ibu

Lampiran :

Tabel 5.1 Distribusi jumlah lansia berdasarkan golongan umur


Umur F %
60 – 74 9 45,0
75 – 90 6 30,0
>90 5 25,0
Total 20 100,0
Sumber : data primer

Tabel 5.2 Distribusi jumlah lansia berdasarkan jenis kelamin


Jenis kelamin f %
Laki-laki 10 50,0
Perempuan 10 50,0
Total 20 100,0
Sumber : data primer
975

Tabel 5.3 Grafik rerata lama waktu tidur pre-test hari I-VII di Kelurahan Paropo Kecamatan
Panakukang Makassar

Tabel 5.4 Hasil Analisis Uji T Berpasangan Skor Relaksasi Benson (Pre Test I Dan Pre
Test VII)
Perbedaan
n Rerata ±s.b IK95% p
rerata±s.b
Pre Test I 20 1,60±0,50 0,55±0,11 0,78-0,31 0,000
Pre Test VIII 20 23,99±0,89
Uji t berpasangan

Tabel 5.5 Hasil Analisis Uji t Berpasangan Skor Relaksasi Benson Post Test I dan Post
Test VIII
Perbedaan
n Rerata ±s.b IK95% p
rerata±s.b
Post Test I 20 1,45±0,51 0,40±0,11 0,63-0,16 0,002
Post Test VIII 20 1,05±0,22
Uji t berpasangan

Tabel 5.6 Hasil Analisis Uji t Berpasangan Skor Relaksasi Benson pre test I dan post test
VIII
Perbedaan
N Rerata ±s.b IK95% p
rerata±s.b
Pre Test I 20 1,60±0,50 0,55±0,11 0,78-0,31 0,000
Post Test VIII 20 1,05±0,22

Uji t berpasangan

Jurnal Mitrasehat, Volume VI Nomor 1, Mei 2016 ISSN 2089-2551

Anda mungkin juga menyukai